Anda di halaman 1dari 10

JOURNAL READING

Perinatal Factors Associated with Early Neonatal Deaths in Very


Low Birth Weight Preterm Infants in Northeast Brazil

Pembimbing:
Letkol Ckm dr. Roedi Djatmiko, Sp.A

Disusun oleh:
Hasyati Dwi Kinasih
1410221013

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATANANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONALVETERAN JAKARTA
RUMAH SAKITTENTARATINGKATII dr. SOEDJONO MAGELANG
HALAMAN PENGESAHAN

LEMBAR PENGESAHAN
Nama

: Hasyati Dwi Kinasih

NIM

: 1410221013

Fakultas

: Kedokteran Umum

Tingkat

: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Bidang pendidikan : Ilmu Kesehatan Anak


Judul

: Perinatal Factors Associated with Early Neonatal Deaths in Very

Low Birth Weight Preterm Infants in Northeast Brazil


Pembimbing

: Letkol Ckm dr. Roedi Djatmiko, Sp.A

Mengetahui :

Pembimbing
Letkol Ckm dr. Roedi Djatmiko, SpA

Faktor-faktor Perinatal yang Berhubungan dengan Kematian Dini pada


Bayi-bayi Prematur dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah di Timur
Laut Brazil

Abstrak
Latar belakang: Di Brazil, prevalensi kelahiran prematur telah meningkat dalam beberapa
tahun terakhir dan merupakan penyebab utama kematian pada periode neonatus. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan mengkaji faktor perinatal yang terkait dengan kematian dini bayi
dengan berat lahir sangat rendah pada bayi prematur yang lahir di wilayah Brasil dengan
indeks pembangunan manusia rendah.
Metode: Penelitian prospektif kohort pada persalinan dengan usia kehamilan 23-31 minggu
dan berat lahir 500-1499 gram tanpa adanya malformasi di 19 rumah sakit umum rekomendasi
di ibukota negara bagian Brasil di wilayah timur laut. Variabel perinatal yang terkait dengan
kematian dini bayi ditentukan oleh analisis regresi Cox.
Hasil: Dari 627 neonatus, 179 (29%) meninggal pada 0-6 hari setelah lahir. Kematian dini ini
berkaitan dengan: ketiadaan pemberian steroid pada kehamilan (HR 1,59; 95% CI 1,11-2,27),
kehamilan ganda (1.95; 1,28-3.00), jenis kelamin laki-laki (2.01; 1,40-2,86), Apgar score 5
menit < 7 (2.93; 2,03-4,21), berat lahir < 1000 g (2.58; 1,70-3.88), usia kehamilan < 28
minggu (2.07; 1,42-3,02), penggunaan surfaktan (1.65; 1,04-2,59), dan tidak digunakannya
skala sakit (1.89; 1,24-2,89).
Kesimpulan: Variabel biologis dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas
perawatan perinatal dikaitkan dengan kemungkinan tingginya kematian dini dari bayi
prematur yang lahir di rumah sakit rujukan Timur Laut Brasil.
Kata kunci: Bayi prematur dengan berat lahir sangat rendah, kematian neonatal, kematian
dini bayi, Neonatal ICU.

Latar belakang
Kematian neonatal menjadi semakin meningkat dan merupakan komponen yang paling
penting dari kematian bayi. Pengurangan lambat pada tingkat mortalitas neonatal yang buruk
di negara-negara berkembang layak mendapatkan perhatian. Dari semua kematian neonatal,
tiga perempat terjadi pada minggu pertama kehidupan.
Di Brazil, angka kematian bayi tetap tinggi, 10 dari setiap 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2011 dan menurut persentase dari perhitungan 70% dari angka kematian bayi.

Komponen pasca neonatal pada kematian bayi sebagian besar berkurang di seluruh negeri
karena perbaikan dalam perawatan kesehatan primer, tetapi kematian bayi di minggu pertama
kehidupan telah meningkat dari 50% dari kematian bayi pada tahun 2000 hingga 53% pada
tahun 2010, dan 26% dari kematian ini terjadi pada hari pertama kehidupan. Di wilayah timur
laut Brazil, tingkat kematian dini bayi (11,6/1.000 kelahiran hidup) dua kali lebih tinggi dari
wilayah selatan (5.9/1.000 kelahiran hidup). Kematian selama hari pertama kehidupan
menjadi kontributor yang besar atas peningkatan semua kematian bayi di timur laut, naik dari
23% pada tahun 2000 menjadi 28% di 2010, sementara trend yang berlawanan diamati di
Tenggara, dimana kematian di hari pertama kehidupan menurun dari 27% di tahun 2000
menjadi 24% pada 2010.
Di Brazil, prevalensi prematuritas meningkat dalam beberapa tahun terakhir berkaitan
dengan buruknya kualitas perawatan kesehatan reproduksi dan sarana kesehatan prenatal dan
penyalahgunaan intervensi medis saat melahirkan. Peningkatan ini menjadi keprihatinan
karena kelahiran prematur tetap menjadi penyebab utama kematian di periode neonatus.
Mengingat latar belakang ini, penelitian ini berusaha untuk mengevaluasi faktor-faktor
yang berhubungan dengan kematian dini bayi berat lahir sangat rendah pada bayi prematur
yang lahir di rumah sakit umum di ibu kota negara bagian timur laut Brasil.

Metode
Studi ini merupakan analisis retrospektif dari database yang diperoleh secara prospektif
di daerah dimana termasuk didalamnya kelahiran hidup dengan usia kehamilan antara 23 dan
31 minggu, berat lahir antara 500 sampai 1499 g, lahir di 19 rumah sakit umum rujukan di
sembilan daerah ibu kota timur laut pada periode antara Juli dan Desember 2007. Pasien
dengan malformasi kongenital yang besar, mereka dipindahkan dari lembaga lain dan yang
meninggal di ruang bersalin dikeluarkan dari penelitian. Studi menggunakan database dari
jaringan kesehatan perinatal utara-timur laut (Rede Norte Nordeste de Sade Perinatal RENOSPE), yang merupakan inisiatif dari Departemen Kesehatan. Proyek ini disetujui oleh
direktur klinik dari semua rumah sakit yang berpartisipasi dan Komite penelitian etik.
University Federal Cear dan dari Federal University of Sao Paulo. Dewan klinis dari setiap
institusi yang berpartisipasi menyetujui protokol studi.
Penelitian yang dikembangkan oleh RENOSPE, menggunakan data yang dikumpulkan
dari unit perawatan intensif neonatal (NICU), evaluasi dari 36 rumah sakit di ibukota bagian
timur laut. Database RENOSPE tidak tersedia untuk umum, tetapi akses ke data dapat
diperoleh melalui kontak dengan salah satu penulis. Penelitian ini meneliti 29 rumah sakit di
ibukota negara bagian. Dua rumah sakit dikeluarkan karena mereka tidak memiliki unit
bersalin dan delapan rumah sakit dikeluarkan karena mereka tidak melaporkan semua pasien
lahir selama periode pengumpulan data. Oleh karena itu, 19 rumah sakit umum dimasukkan

dari sembilan ibukota di timur laut. Jumlah tempat tidur di NICU sebanyak 236, mulai dari 6
sampai 21 tempat tidur per unit, dengan rata-rata dari 10 tempat tidur per unit.
19 rumah sakit dievaluasi menggunakan kuesioner yang menilai fasilitas fisik, peralatan,
sumber daya manusia dan kualitas inisiatif perawatan. Kuesioner ini dilengkapi oleh manajer
dan petugas kesehatan profesional. Untuk mengkategorikan unit neonatal, karakteristik di atas
adalah sesuai standar sehingga fitur hadir dalam kebanyakan rumah sakit memiliki nilai yang
lebih rendah daripada mereka yang hadir dalam rumah sakit minoritas; yaitu, semakin besar
jumlah rumah sakit dengan karakteristik tertentu, semakin rendah bobot di rumah sakit tingkat
klasifikasi dan sebaliknya. Dua kategori diajukan berdasarkan skor ini: tingkat 1 (L1) untuk
rumah sakit dengan infrastruktur yang lebih baik (Skor: 61-100%) dan tingkat 2 (L2), bagi
rumah sakit dengan infrastruktur yang kurang lengkap (Skor: 35-60%).
Pengumpulan data di setiap unit, dari saat masuk sampai keluar atau kematian,
dilaksanakan secara prospektif dari rekam medis ibu dan bayi yang baru lahir oleh peneliti
lapangan (dokter atau perawat) yang dilatih oleh koordinator RENOSPE. Pengumpulan data
termasuk karakteristik demografis maternal dan neonatal, morbiditas neonatal dan variabel
yang terkait dengan prosedur dan intervensi dalam perawatan bayi. Evaluasi nyeri setiap saat
selama pasien dirawat didefinisikan sebagai penggunaan setiap skala nyeri divalidasi untuk
bayi baru lahir. Variabel hasil adalah kematian dalam 0-6 hari pertama setelah lahir.
Probabilitas kelangsungan hidup bayi baru lahir dihitung menggunakan metode KaplanMeier. Model regresi Cox dilengkapi untuk memverifikasi hubungan faktor independen
dengan outcome kematian dini pada bayi. Perilaku setiap variabel independen (kategori rumah
sakit, karakteristik maternal dan neonatal, komplikasi klinis dan penggunaan prosedur dan
intervensi dalam minggu pertama kehidupan) dievaluasi menggunakan Kaplan-Meier dan
dibandingkan dengan uji log-peringkat. Semua variabel dengan p < 0,20 dalam analisis ini
dimasukkan dalam model regresi Cox awal dan kemudian dihapus satu per satu jika p < 0,05.
Hubungan model regresi Cox dipaparkan dengan rasio hazard (HR) dan interval keyakinan
95% (95% CI). Perangkat lunak SPSS 17,0 digunakan untuk semua analisis statistik, dengan
tingkat signifikansi p < 0,05.

Hasil
Antara bulan Juli hingga Desember 2007, total 27,991 kelahiran hidup terjadi di 19
rumah sakit umum rujukan di ibu kota daerah timur laut yang disertakan dalam studi. Dari
hasil ini, 1.010 bayi memiliki berat 500-1499 g dirawat neonatal unit (4% dari kelahiran) dan
383 dikeluarkan: 75 dengan malformasi kongenital, 21 kematian di ruang bersalin, 24 dengan
usia kehamilan 37 minggu, 10 dengan usia kehamilan < 23 minggu dan 253 dengan
kehamilan usia 32-36 minggu. Oleh karena itu kelompok penelitian termasuk 627 bayi

prematur dengan usia kehamilan antara 23 hingga 31 minggu, dengan berat antara 500 sampai
1499 g, dengan tidak adanya malformasi kongenital.
Tabel 1 menyajikan Karakteristik dari rumah sakit dimana bayi baru lahir termasuk
dalam penelitian: 13 (68%) bertemu lebih dari 60% dari kriteria yang berkaitan dengan
infrastruktur rumah sakit menurut skor tertimbang yang dibuat untuk klasifikasi dan
diklasifikasikan sebagai L1. Diantara neonatus dalam penelitian, 76% lahir di rumah sakit L1.
Jumlah neonatologists di rumah sakit bersalin rujukan penelitian adalah satu per tujuh
neonatus risiko tinggi selama pagi hari dan satu per sepuluh selama periode sore dan malam.
Semua bekerja secara shift, jumlah rata-rata perawat terdaftar per tempat tidur neonatal risiko
tinggi adalah 1/10, minimal 1/5 dengan maksimal 1/21, tanpa perbedaan antara rumah sakit
L1 dan L2. Di rumah sakit untuk semua shift, rata-rata dari satu perawat teknisi per tiga
tempat tidur perawatan intensif neonatal (variasi: 1/2 sampai 1/6), tanpa perbedaan antara
rumah sakit L1 dan L2.
Diantara 627 bayi dalam penelitian, 179 (29%) meninggal dalam 0-6 hari pertama
kehidupan. Dari jumlah tersebut, 59 (33%) meninggal dalam 24 jam pertama kehidupan.
Distribusi kematian sesuai usia kehamilan harus dicatat: studi termasuk 216 pasien usia
kehamilan antara 23-27 minggu, dimana 38 (18%) meninggal dunia dalam 24 jam dan 106
(49%) dalam 0-6 hari setelah kelahiran; 411 neonatus lahir antara 28-31 minggu, dimana 21
(5%) meninggal dalam 24 jam dan 73 (18%) dalam 0 6 hari setelah kelahiran. Distribusi
kematian dini bayi per 100 g berat lahir dan per minggu usia kehamilan masing-masing
ditunjukkan dalam gambar 1 dan 2. Kematian dini neonatus memiliki persentase sebesar 26%
(125/476) dari pasien yang lahir di rumah sakit L1 dan 36% (54/151) bayi-bayi yang lahir di
rumah sakit L2 (p = 0.024). Ketika rumah sakit dibagi berdasarkan jumlah tempat tidur
perawatan intensif, 25% (104/423) dari neonatus lahir di pusat penelitian dengan lebih dari 10
tempat tidur meninggal di minggu pertama kehidupan dan keadaan yang sama terjadi untuk
37% (75/204) dari orang-orang yang lahir di pusat dengan 10 atau kurang tempat tidur
perawatan intensif (p = 0,002). Berdasarkan analisis Kaplan-Meier, probabilitas kelangsungan
hidup pasien yang dikaji dalam minggu pertama kehidupan adalah 72%.
Distribusi karakteristik demografis maternal dan neonatal sehubungan dengan adanya
kematian dini neonatus pada bayi baru lahir dapat dilihat dalam tabel 2. Komplikasi klinis
pada bayi baru lahir terkait dengan kematian di minggu pertama kehidupan ditampilkan dalam
tabel 3. Variabel yang berkaitan dengan prosedur dan intervensi untuk perawatan bayi
sehubungan dengan kelangsungan hidup atau kematian dalam minggu pertama kehidupan
ditampilkan di Tabel 4.
Model analisis regresi Cox akhir untuk hasil dari kematian bayi menunjukkan hubungan
dengan variabel independen berikut: tidak adanya penggunaan kortikosteroid saat kehamilan
(HR 1,56, 95% CI 1,09 untuk 2,23), multigravida (1,97, 1,29 untuk 3.00), jenis kelamin lakilaki (2.01, 1,41 untuk 2,87), Apgar skor 5 menit < 7 (2.98, 2,07 untuk 4,29), berat badan lahir

< 1000 g (2,58, 1,70 untuk 3.89) , usia kehamilan < 28 minggu (2,03, 1.39 untuk 2,97),
penggunaan surfaktan (1,64, 1,04 untuk 2,59), dan kurangnya penggunaan skala nyeri (1.9,
1,24 ke 2.9). Variabel hipotermia (HR 1,31, 95% CI 0.88 untuk 1,96) tetap dalam model akhir
karena penarikan yang mengakibatkan hilangnya signifikansi klinis penting variabel dan
risiko perlindungan sebaliknya, dan karena itu dianggap faktor yang membingungkan.

Diskusi
Probabilitas kelangsungan hidup dalam minggu pertama kehidupan bayi dalam
penelitian ini, antara 23 dan 31 minggu usia kehamilan dan kelahiran berat 500 1499 g,
adalah hanya 72%. Ini lebih rendah dari tingkat yang ditemukan di tahun 2004 dan 2005 di
unit bersalin rujukan di wilayah Selatan dan Tenggara bagi bayi yang lahir antara 23 dan 33
minggu usia kehamilan (84%). di Amerika Serikat, antara tahun 2003 dan 2007, rumah sakit
dengan kelangsungan hidup bayi usia gestasi 22-28 minggu, dan karena itu lebih imatur
daripada dianalisis dalam penelitian ini, adalah 72%. Studi multicenter negara-negara Eropa
pada tahun 2003, pada gilirannya, menemukan tingkat kelangsungan hidup rumah sakit 89.5%
untuk bayi dengan usia kehamilan antara 2231 minggu.
Dari 627 bayi dalam penelitian ini, 59 (9.4%) meninggal dalam 24 jam pertama. Dalam
studi tahun 2004 Jaringan Penelitian Neonatal Brazil pada unit bersalin umum di Brazil
Tenggara, 560 pasien dengan berat lahir antara 400 hingga 1499 g, termasuk kematian di
ruang bersalin, 25 (4,5%) meninggal dalam 24 jam pertama. Dalam sebuah studi kohort
dilakukan antara 1997 dan 2004 di Amerika Serikat pada neonatus dengan berat lahir antara
500-1499 g, antara 91,578 yang diteliti, 4,579 (5%) meninggal dalam 24 jam pertama.
Kematian dini bayi baru lahir, semakin terhubung ke determinan sosial dan ekonomi yang
berkaitan dengan kualitas layanan kesehatan ibu.
Dari 19 rumah sakit yang dipilih untuk penelitian ini, tingkat kelangsungan hidup
neonatal secara signifikan lebih tinggi di rumah sakit L1 dengan lebih dari 10 tempat tidur
perawatan intensif neonatal. Penelitian lain mengamati bahwa kematian bayi prematur
terendah untuk kelahiran yang terjadi di rumah sakit dengan NICU yang memiliki tingkat
tinggi perawatan dan pasien volume tinggi. Sumber daya teknologi, seperti USG dan
ekokardiografi di samping tempat tidur, dan pertemuan klinis yang memberikan kemampuan
untuk merenungkan praktek medis yang dilakukan dan belajar dari kemungkinan kesalahan
dan kelalaian tidak hadir dari lembaga yang diklasifikasikan sebagai L2. Meskipun semua
rumah sakit umum yang dianalisis, beberapa berinvestasi lebih banyak dalam sumber daya
diagnostik untuk pasien prematur, yang tergantung pada teknologi untuk kelangsungan hidup,
dan beberapa berinvestasi lebih banyak dalam pelatihan sumber daya manusia, yang
merupakan dasar untuk melaksanakan sumber daya teknologi untuk populasi ini sangat rentan.
Hal ini perlu diperhatikan, bagaimanapun, bahwa beberapa lembaga yang dianggap sebagai

L1 tidak memiliki pertemuan rutin staf klinis, tidak memerlukan pelatihan resusitasi neonatal,
kualifikasi pelatihan atau pelatihan neonatal karya perawatan, yang menunjukkan bahwa
bahkan untuk rumah sakit lebih baik termasuk dalam studi ini, investasi dalam pendidikan
berkelanjutan dari profesional kesehatan harus dilakukan untuk meningkatkan perawatan bayi.
Faktor risiko independen yang terkait dengan kematian bayi yang diamati dalam studi
ini menyertakan beberapa variabel yang dilaporkan umumnya seperti tidak adanya
penggunaan kortikosteroid saat kehamilan, multigravida, jenis kelamin laki-laki, Apgar skor
lima menit < 7, berat lahir <1000 gram dan usia kehamilan < 28 minggu. Kontribusi dari
variabel ini pada kematian dini neonatal menunjukkan bahwa karakteristik biologis yang
berhubungan dengan kerentanan bayi prematur (berat lahir, usia kehamilan, jenis kelamin dan
gemelli) dan vitalitas saat kelahiran (Apgar Skor 5 menit < 7), dan ciri-ciri yang
mencerminkan perawatan wanita hamil di periode peripartum dan pelatihan staf pediatrik
yang menghadiri resusitasi bayi dan bantuan hidup dasar, adalah penentu utama keberhasilan
perawatan bayi dalam hari pertama kehidupan. Dalam penelitian ini, usia kehamilan yang
bertahan hidup di luar 6 hari dalam hidup melebihi 50% adalah 26 minggu, menunjukkan
bahwa hal itu diperlukan untuk investasi dalam kesehatan perinatal di wilayah yang dianalisis
untuk memperbaiki ketidaksetaraan dalam kelangsungan hidup untuk bayi prematur yang lahir
di daerah ini.
Meta-analisis menunjukkan bahwa penggunaan kortikosteroid kehamilan memiliki efek
perlindungan terhadap kematian bayi-bayi prematur yang lahir di usia kehamilan 24-34
minggu. Meskipun rekomendasi universal untuk penggunan kortikosteroid antenatal pada
mereka yang beresiko persalinan prematur sebelum usia kehamilan 34 minggu, steroid
digunakan hanya 49% kasus dalam studi ini. Data ini melebihi 22% penggunaan
kortikosteroid kehamilan yang diperoleh dari sebuah studi kohort berdasarkan 774 populasi
berat bayi lahir sangat rendah di Fortaleza, di wilayah timur laut, antara tahun 2002-2003,
namun di bawah persentil 25 (P) yang dilaporkan untuk penggunaan kortikosteroid dalam
kelahiran hidup tanpa malformasi di Brasil Neonatal Research Network (P50: 65%, P25-75:
51-72% di tahun 2008). Dalam jaringan Oxford Vermont, antara tahun 1998-2006,
peningkatan dalam penggunaan kortikosteroid kehamilan dari 77% hingga 85% diidentifikasi
ketika mengevaluasi berat bayi lahir sangat rendah yakni 4,065 bayi. Di Amerika Serikat,
sebuah studi pada 9,575 bayi dengan usia kehamilan antara 22-28 minggu dan berat 401-1500
g menemukan bahwa kortikosteroid kehamilan yang digunakan dalam 83% kasus antara 2003
dan 2007. Di timur laut Brasil, gerakan pada wanita dengan kehamilan beresiko terjadi dari
interior untuk kota-kota dalam ziarah melalui IGD rumah sakit, meningkatkan risiko
kebidanan dan memungkinkan untuk kehilangan serangkaian kesempatan untuk penggunaan
obat.
Peningkatan penggunaan kortikosteroid kehamilan pada tahun 1990-an dan penggunaan
surfaktan untuk respiratory distress syndrome telah menjadi pengobatan perinatal dengan
dampak terbesar pada kematian dini neonatal. Secara mengejutkan, penggunaan surfaktan

dalam studi ini adalah berkaitan dengan resiko kematian bayi. Sumber daya ini relatif mahal
yang tersedia di penelitian: pada 627 neonatus, 401 (64%) menerima surfaktan setelah lahir
dan 266 (66%) dari mereka dalam dua jam pertama kehidupan. Selain itu persiapan yang
digunakan pada pasien tersedia secara internasional, yaitu Cursosurf dan Survanta .
Meskipun ketersediaan obat dan efektivitas dalam mengurangi kematian bayi dalam
percobaan acak dengan kontrol, penggunaan surfaktan berhubungan dengan peningkatan
risiko kematian dalam studi ini 60%. Bayi baru lahir yang secara kondisi klinis lebih parah
memerlukan sumber daya infrastruktur yang lebih serta peralatan dan sumber daya manusia
untuk kelangsungan hidup mereka, bersamaan dengan integrasi fitur secara hati-hati.
Penggunaan surfaktan nampaknya mengindikasikan bahwa bayi harus mendapat intubasi dan
menerima ventilasi mekanik, melibatkan kompleksitas perawatan dengan struktur yang ada di
unit bersalin dievaluasi tidak dapat ditawar.
Penggunaan analgesia dalam perawatan bayi baru lahir di unit perawatan bayi di seluruh
dunia masih kontroversial dan tidak teratur. Dalam penelitian ini, kelompok bayi baru lahir
dimana tim profesional tidak memberlakukan skala nyeri yang divalidasi selama pencatatan
memiliki risiko kematian dini pada periode neonatus dua kali lebih besar. Kurangnya
penilaian rasa sakit pada bayi prematur yang kritis tidak memiliki hubungan
physiopathological dengan perkembangan hingga meninggal, sehingga kehadiran variabel ini
dalam model akhir tampaknya karena maknanya sebagai penanda pengorganisasian perawatan
bayi. Rendahnya penggunaan skala nyeri untuk bayi yang baru lahir di timur laut Brasil unit
penelitian di sini mencerminkan kegagalan dalam proses perawatan.
Pada akhirnya, hipotermia saat masuk ke NICU adalah variabel yang penting dalam
model penjelasan kematian bayi. Laptook et al., meneliti 5,277 bayi premature dengan berat
lahir sangat rendah di 15 center penelitian di US tahun 2002-2003, ditemukan bahwa
kematian di rumah sakit adalah berbanding terbalik dengan suhu saat pencatatan. Dalam
sebuah studi Brasil Neonatal Research Network, studi prospektif kohort pada 1.764 pasien
antara usia kehamilan 22-33 minggu, tanpa malformasi kongenital, yang lahir antara tahun
2010-2012 dianalisis. Hipotermia saat masuk ke NICU didiagnosis di 51% dari bayi yang baru
lahir dan meningkatkan kemungkinan kematian bayi awal sebanyak 1.64 kali (95% CI 1,03
untuk 2,61). Karena itu penting untuk merencanakan strategi yang layak untuk perlindungan
suhu termal bayi dan mengurangi kejadian untuk mencegah hipotermia pada bayi yang masuk
ke NICU, melindungi pasien dari faktor-faktor kompleks yang berhubungan dengan
rendahnya kualitas perawatan perinatal, dimana hasilnya adalah kematian.

Kesimpulan

Penting untuk menekankan bahwa penggunaan data sekunder berarti bahwa ada
keterbatasan dan kesulitan pada metodologi itu sendiri. Juga, kenyataan bahwa data yang
dikumpulkan di 2007 membawa pertanyaan mengenai validitas hasil saat ini. Dalam hal ini,
meskipun perbaikan dalam indikator kesehatan wilayah timur laut Brasil, angka kematian bayi
awal tahun 2012 adalah masih 20% dari kelahiran hidup dengan usia kehamilan 2231
minggu dan variabel yang terkait dengan kematian ini adalah sebagian besar kurang diteliti.
Akhirnya, kita tidak menganalisis variabel yang berhubungan dengan kematian bayi di setiap
berat badan saat lahir atau lapisan usia kehamilan karena studi tidak dirancang dan didukung
untuk melakukan analisis ini. Meskipun keterbatasan ini, ini adalah studi pertama dengan
calon data yang dikumpulkan dari unit bersalin rujukan di timur laut Brazil dan menyediakan
gambar perawatan di kelahiran untuk bayi prematur dengan berat badan lahir sangat rendah,
yang memberikan kontribusi substansial untuk kematian bayi dan anak dan pengaruh indeks
pembangunan manusia di wilayah ini.
Kesimpulannya, melampaui variabel biologis, faktor-faktor yang berhubungan dengan
kualitas perawatan perinatal dikaitkan dengan kemungkinan tingginya kematian dini dari bayi
prematur yang lahir di rumah sakit rujukan di Timur Laut Brazil.

Persetujuan Etik
The Institutional review Board dari Federal University of Sao Paulo dan Universitas
Federal Cear. Dewan klinis dari setiap lembaga yang berpartisipasi menyetujui protokol
studi.

Persetujuan
Penelitian dilakukan sebagai sebuah inisiatif qualitivieve dari Kementerian Kesehatan
Brazil yang didanai RENOSPE (Perinatal Rede Norte Nordeste de Sade). Pengumpulan data
telah disetujui oleh Dewan klinis rumah sakit masing-masing dan oleh IRB lembaga utama
yang berkaitan dengan RENOSPE tanpa kebutuhan inform consent kepada orangtua
(Maternidade Escola Assis Chateaubriant dan Universitas Federal Cear). IRB lembaga utama
untuk studi sekarang (Federal University of Sao Paulo) menyetujui studi dengan data yang
dikumpulkan dari RENOSPE. Seperti studi yang berhubungan dengan penggunaan database
tanpa intervensi, Federal University of Sao Paulo menyetujui penggunaan data identitas
kerahasiaan pasien.

Anda mungkin juga menyukai