Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi

sumber daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu
memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor.
Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan
batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam
jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi.
Sedangkan rumus empirik batubara untuk jenis bituminous adalah C 137H97O9NS,
sedangkan untuk antrasit adalah C240H90O4NS.
Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki
posisi ke-4 di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang
batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan
potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis. Pengembangan pengusahaan
pertambangan batubara secara ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup besar,
baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber devisa.
Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara
ekologis sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menghambat terselenggaranya sustainable
eco-development. Untuk memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi
lingkungan hidup, maka kebijakan hukum pidana sebagai penunjang ditaatinya
norma-norma hukum administrasi (administrative penal law) merupakan salah satu
kebijakan yang perlu mendapat perhatian, karena pada tataran implementasinya
sangat tergantung pada hukum administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat
administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana sebagai
ultimum remedium dalam penanggulangan pencemaran udara atau perusakan
lingkungan hidup, seringkali menjadi kendala dalam penegakan norma-norma hukum

lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan berbagai peraturan perundang - undangan


yang disebabkan tumpang tindih kepentingan antar sektor mewarnai berbagai
kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari kondisi di atas,
maka selain urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula
pemberdayaan upaya-upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan sarana
hukum pidana, dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan korban yang timbul akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.

1.2

MAKSUD DAN TUJUAN

1.1.1 Maksud
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dampak
dampak yang terjadi oleh aktivitas penambangan batubara
1.1.2 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh pertambangan batubara
terhadap lingkungan hidup

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Kegiatatan pertambangan Batubara


Kegiatan

pertambangan

batubara

merupakan

kegiatan

eksploitasi

sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan


investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.
Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa
pasar dan harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan
industri pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik
dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.
Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan
dua metode yaitu (Sitorus, 2000) :
1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang
terbuka penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).
Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan gangguan
seperti
a. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
b. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian
yang dikembalikan ke dalam lubang galian.
c. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling
dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke
daerah hilir.
d. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang
ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan
beracun, kurang bahan organik humus atau unsur hara telah tercuci .
Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaanperusahaan yang beroperasi adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining) .
Penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka dilakukan dengan

membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi penambangan yang sesuai


dengan kebutuhan penambangan.
Metode

penggalian

dilakukan

dengan

cara

membuat

jenjang

serta

membuang dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling
per

blok penambangan

serta

menyesuaikan

kondisi

penyebaran

deposit

sumberdaya mineral, (Suhala eta/.,1995).


Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak
lagi. Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam
tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk
mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang
melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top
Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan
setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang
mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan
diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan
dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.
Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak
ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran
air, tanah dan udara.
2.1.1 Pengangkutan Batubara
Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan
tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan
menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar
dalam negeri, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang atau
dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan air untuk membentuk bubur
batu dan diangkut melalui jaringan pipa.
Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam
ukuran berkisar dari Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000
DWT) sampai kapal berukuran Capesize (sekitar 80,000+ DWT). Sekitar 700 juta

ton (Jt) batu bara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan sekitar
90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut.
Pengangkutan batubara dapat sangat mahal dalam beberapa kasus,
pengangkutan batu bara mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara.
Tindakan-tindakan pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan dan
penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup.
2.1.2 Keselamatan pada Tambang Batubara
Industri batu bara sangat memperhatikan masalah keselamatan. Tambang batu
bara bawah tanah yang dalam memiliki risiko keselamatan yang lebih tinggi daripada
batu bara yang ditambang pada tambang terbuka. Meskipun demikian, tambang batu
bara moderen memliki prosedur keselamatan standar kesehatan dan keselamatan
serta pendidikan dan pelatihan pekerja yang sangat ketat, yang mengarah pada
peningkatan yang penting dalam tingkat keselamatan baik di tambang bawah tanah
maupun tambang terbuka (lihat grafik pada halaman 11 untuk perbandingan tingkat
keselamatan di tambang batu bara AS dengan sektor-sektor industri lainnya).
Masih ada masalah dalam industri batu bara. Kecelakaan dan korban jiwa
dalam tambang batu bara paling banyak terjadi di Cina. Sebagian besar kecelakaan
terjadi di tambang-tambang yang terdapat di kota kecil dan desa, yang seringkali
beroperasi secara tidak sah dimana teknik penambangannya merupakan tambang
padat karya dan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Pemerintah Cina
telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan tingkat keselamatan,
termasuk penutupan paksa tambang-tambang kecil dan tambang-tambang yang tidak
memenuhi standar keselamatan.
2.2

Dampak Kegiatan Eksploitasi Batubara terhadap Lingkungan Hidup


Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan

kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak
dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh
kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam
berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan
lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo, 2003).

Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan
Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan
sekitarnya.

Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negaradan pendapatan

asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan
penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas
buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land
subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangut berat.
Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan
penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga harus
hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan mentah
yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap
industri penambangan kita.
Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil
penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan
pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan pertambangan
wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang termasuk yang berkaitan
dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan
habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi
kesalahan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga
telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu
air, tanah, Udara, dan hutan, Air .
2.2.1 Pencemaran air
Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan
air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai,
tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis. Air yang
mengandung logam yang terbentuk dari reaksi kimia antara air dan batuan yang
mengandung mineral belerang. Limpasan yang terbentuk biasanya mengandung
asam dan seringkali berasal dari daerah dimana bijih atau kegiatan tambang

batubara telah membuka batuan yang mengandung pirit, mineral yang mengandung
belerang. Meskipun demikian, drainase yang mengandung logam juga bisa terjadi di
daerah yang mengandung mineral yang belum ditambang. AMD terbentuk pada saat
pirit bereaksi terhadap udara dan air untuk membentuk asam belerang dan besi
terlarutkan. Limpasan asam tersebut melarutkan logam-logam berat seperti tembaga,
timbal dan merkuri ke dalam air tanah dan air permukaan.
Ada metode pengelolaan tambang yang dapat menekan masalah AMD, dan
sesain tambang yang efektif dapat melindungi air dari material yang mengandung
asam serta membantu mencegah terjadinya AMD. AMD dapat diolah secara pasif
atau aktif. Pengolahan aktif termasuk mendirikan pabrik pengolahan air dimana
AMD diberikan kapur untuk menetralisir asam dan kemudian dialirkan ke tangki
pengendapan untuk membuang sedimen dan partikel-partikel logam. Pengolahan
pasif dimaksudkan untuk mengembangkan sistem yang beroperasi sendiri yang dapat
mengolah efluen tanpa ada campur tangan manusia yang konstan.
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan
isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan
kontaminasi

radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung

dalam

konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika dibung ke


lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi
karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi
metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia.
Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri.
2.2.2 Pencemaran udara
Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan.
Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan
ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan
pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan bronchitis kronis.
Selain

itu,

akibat

pembakaran

batubara

menghasilkan

emisi

yang

mempengaruhi lingkungan dan kesehatan manusia. Emisi utama yang dihasilkan dari
pembakaran batubara adalah:

Sulfur dioksida (SO2), yang berkontribusi terhadap hujan asam dan penyakit
pernafasan.

Nitrogen oksida (NOx), yang berkontribusi terhadap penyakit pernapasan dan


asap.

Partikulat, yang berkontribusi terhadap asap, kabut, penyakit pernapasan dan


penyakit paru-paru.

Karbon dioksida (CO2), yang merupakan gas emisi rumah kaca utama dari
pembakaran bahan bakar fosil (batubara, minyak, dan gas alam).

Merkuri dan logam berat lainnya, yang telah dikaitkan dengan kerusakan baik
neurologis dan perkembangan pada manusia dan hewan. Konsentrasi merkuri
di udara biasanya rendah dan memiliki dampak yang kecil. Namun, ketika
merkuri memasuki air - baik secara langsung atau melalui deposisi dari udara
- proses biologis mengubahnya menjadi metilmerkuri, suatu bahan kimia
yang sangat beracun yang terakumulasi pada ikan dan hewan (termasuk
manusia) yang makan ikan.

Fly ash dan bottom ash merupakan residu yang terjadi ketika batubara
dibakar di pembangkit listrik. Di masa lalu, fly ash langsung dilepaskan ke
udara melalui cerobong asap, tetapi berdasarkan hukum, kini polutan ini
harus ditangkap oleh perangkat kontrol polusi, seperti scrubber. Fly
ash umumnya disimpan pada pembangkit listrik batubara atau ditempatkan di
tempat pembuangan sampah.

2.2.3 Pencemaran Tanah


Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan
profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar
dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga
pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan secara
permanen.
Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas
ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi

gas rumah kaca. Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap


peningkatan laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara
sungai.
Kejadian

erosi

merupakan

dampak

tidak

langsung

dari

aktivitas

pertambangan batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan


tambang dan pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan
sarana

dan prasarana

pendukung

seperti

perkantoran,

permukiman

karyawan,Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan


batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah
penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan
merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang
terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan
atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan tanah
tersebut.
2.2.4 Dampak Terhadap manusia
Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap
manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :
1.

Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan


manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit. Karena Limbah tersebut mengandung belerang
(S), Merkuri (Hg), Asam Sianida (HCn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H 2SO4),
di samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan
yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan
merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek
jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan

2.

disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.


Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa
pembakaran, mengandung berbagai logam berat :

seperti arsenik, timbal,

merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga,

10

molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang
3.

di lingkungan.
Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan
batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang
cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara
secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah penducian
batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah
pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi
keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan
pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika airnya
dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang (S), Merkuri (Hg), Asam
Slarida (HCn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2SO4), dan Pb. Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.

10

11

BAB III
KESIMPULAN

Setiap kegiatan pertambangan akan menimbulkan dampak positif ataupun


negatif terhadap lingkungan hidup. Contohnya pada kegiatan pertambangan
batubara, dampak lingkungan yang terjadi tidak hanya pada tanah melainkan pada
udara serta air. Adapun salah satu contoh dampak lingkungan pada air adalah
terjadinya air asam tambang dan polusi terhadap udara.
Adanya konsep good mining practice akan mencegah terjadinya pencemaran
pencemaran lingkungan yang terjadi oleh kegiatan penambangan tersebut. Namun,
diperlukan kontrol oleh pemerintah secara ketat agar konsep tersebut dapat dilakukan
secara baik oleh setiap perusahaan perusahaan pertambangan.

11

Anda mungkin juga menyukai