Anda di halaman 1dari 35

8

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka

2.1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah daerah, sekarang ini pada
setiap daerah dibentuk Perangkat Daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah,
dimana Perangkat Daerah ini juga disebut dengan unit-unit kerja. Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi/lembaga pada pemerintah daerah
yang bertanggung jawab kepada Gubernur/bupati/walikota dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang terdiri dari sekretaris daerah, dinas daerah
dan lembaga teknis daerah, kecamatan, dan satuan polisi pamong praja sesuai
dengan kebutuhan. Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 disebutkan bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran atau pengguna barang.
SKPD adalah entitas (konsep) akuntansi unit pemerintahan pengguna
anggaran/pengguna barang yang diwajibkan menyelenggarakan akuntansi dan
menyusun laporan keuangan untuk digabung pada entitas pelaporan. Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran harus
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, asset, utang, dan ekuitas
dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung
jawabnya. Hal ini berarti bahwa setiap SKPD harus membuat laporan keuangan

unit kerja. Sedangkan laporan keuangan yang harus dibuat setiap unit kerja adalah
laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan. laporan
keuangan tersebut disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah
(PPKD) sebagai dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah.
Mardiasmo (2002: 159) laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari
proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara
data keuangan atau aktifitas suatu perusahaaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Berdasarkan
pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan
yang menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai, posisi keuangan, kinerja perusahaan/organisasi,
perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lain yang merupakan hasil dari proses
akuntansi selama periode akuntansi dari suatu kesatuan usaha.
Laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan PP No.24 tahun 2005
tentang SAP adalah merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Menurut Mahmudi (2010: 1) definisi laporan keuangan adalah Laporan keuangan
sektor publik pada hakekatnya merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban
pemerintah kepada rakyat atas pengelolaan dana publik baik dari pajak, retribusi
atau transaksi lainnya. Laporan keuangan merupakan suatu pernyataan entitas
pelaporan yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Laporan
keuangan

adalah

bentuk

pertanggungjawaban

pengelolaan

keuangan

10

negara/daerah selama suatu periode. laporan keuangan pemerintah daerah adalah


pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
Halim (2007) menyatakan bahwa laporan keuangan daerah dapat diartikan
sebagai semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula
segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan
daerah sepanjang belum dimiliki oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta
pihak-pihak lain sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pemerintah daerah
selaku pengelola dana publik harus menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Untuk itu,
pemerintah daerah dituntut untuk memiliki sistem informasi akuntansi yang
handal.
Darise (2008: 54) mengatakan dasar hukum penyusunan laporan keuangan
pemerintah pemerintah daerah diatur dalam pasal 31 undang-undang nomor 17
tahun 2003 tentang keuangan negara dan pasal 184 undang-undang nomor 32
tahun 2004 tentang pemerintah dan pasal 99, pasal 100 dan pasal 101 peraturan
pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah
menyatakan :
a. Kepala

daerah

menyampaikan

rancangan

peraturan

daerah

tentang

pertanggung jawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan


keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat
6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
b. Laporan keuangan sekurang-kurangnya meliputi :
a. Laporan realisasi anggaran

11

b. Neraca
c. Laporan arus kas
d. Catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan
badan usaha milik daerah
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud disusun dan disajikan sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan sebagaimana diatur dalam peraturan
pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan.
2.1.2 Tujuan penyajian laporan keuangan Pemerintah
Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik menurut Governmental
Accounting Standard Board (GASB, 1998) adalah untuk membantu memenuhi
kewajiban pemerintah untuk menjadi akuntabel secara publik. Untuk membantu
memenuhi kebutuhan

para pengguna laporan yang mempunyai keterbatasan

kewenangan, keterbatasan kemampuan atau sumber daya untuk memperoleh


informasi dan oleh sebab itu mereka menyandarkan pada laporan sebagai sumber
informasi

penting.

Untuk

tujuan

tersebut,

pelaporan

keuangan

harus

mempertimbangkan kebutuhan para pengguna dan keputusan yang mereka buat.


Menurut Erlina (2008) dalam Abas (2011) tujuan umum laporan keuangan
adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggran, arus
kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk

12

menunjukan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan


kepadanya.
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (2005) peranan laporan
keuangan pemerintah daerah yaitu laporan keuangan disusun untuk menyediakan
informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan,
belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggran yang telah ditetapkan, menilai
kondisi keuangan, mengevaluasi efektifitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan,
dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.
2.1.3 Komponen Laporan Keuangan
Menurut Mahmudi (2010) jenis laporan keuangan pokok yang harus
dibuat pemerintah daerah meliputi:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan.
2.1.3.1 Laporan Realisasi Anggaran
Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, mengatakan Laporan
realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian
sumberdaya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu
periode pelaporan.
Pengertian laporan realisasi anggaran menurut Indra Bastian (2006) adalah
Laporan realisasi anggaran adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi

13

pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan yang masing-masing


diperbandingkan dengan anggaran dalam satu periode. Sedangkan pengertian
laporan realisasi anggaran menurut Nurlan Darise (2008) adalah Laporan realisasi
anggaran menyajikan iktisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya
ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan realisasi anggaran
merupakan laporan yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah dan mebandingkan
anggaran dengan realisasi dalam satu periode.
Laporan realisasi anggaran menurut Mahmudi (2010) dapat dikelempokan
menjadi enam bagian yaitu:
1) Pendapatan, pendapatan daerah terdiri atas tiga komponen yaitu: Pendapatan
asl daerah, pendapatan transfer, dan lain lain pendapatan yang sah.
2) Belanja, Pos belanja diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu belanja operasi,
belanja modal dan belanja tak terduga.
3) Tranfes, transfer pada umumnya juga merupakan bagian dari belanja
pemerintah daerah. Untuk pemerintah profinsi pengeluaran transfer berupa
transfer/bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota. Untuk pemerintah
kabupaten/kota pengeluaran transfer berupa transfer/ bagi hasil pendapatan ke
desa.
4) Srusplus/defisit, selisih antara pendapatan dan belanja dicatat dalam pos
surplus/defisit.

14

5) Pembiayaan, pembiyaan dikategorikan menjadi dua yaitu penerimaan


pembiyaan dan pengeluaran pembiyaan.
6) Silpa/Sikpa adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan
pengeluaran daerah selama periode anggaran.
2.1.3.2 Neraca Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 2005, menyatakan Neraca
menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu.
Selanjutnya di dalam Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Pasal 85 Ayat
(2), mengemukakan Posisi aktiva sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tidak
termasuk pada pengertian aktiva sumber daya seperti hutan, sungai, kekayaan di
dasar laut, dan kandungan pertambangan, serta harta peninggalan sejarah yang
menjadi asset nasional.
Tujuan neraca adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan
daerah pada saat tertentu, biasanya pada akhir tahun anggaran. Posisi keuangan
daerah adalah keadaan asset, kewajiban, dan ekuitas dana yang dimiliki
pemerintah daerah pada akhir periode akuntansi. Menurut Mahmudi (2010) unsur
yang dicakup oleh neraca terdiri dari asset, kewajiban, dan ekuitas dana. Masingmasing unsur didefinisikan sebagai berikut:
a.

Asset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik
oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

15

termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa


bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena
alasan sejarah dan budaya.
b.

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.

c.

Ekuitas dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih


antara aset dan kewajiban pemerintah.

2.1.3.3 Laporan Aliran Kas


Di dalam Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 Pasal 81 Ayat (1),
mengatakan laporan aliran kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
menyajikan informasi mengenai sumber dan penggunaan kas dalam aktivitas
operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pembiayaan.
Selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 2005 Pasal
84 Ayat (2), mengemukakan laporan aliran arus kas sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) dapat disusun dengan metode langsung maupun tidak langsung.
Tujuan laporan aliran kas adalah menyajikan informasi mengenai kemampuan
dalam memperoleh kas dan menilai penggunaan kas untuk memenuhi kebutuhan
daerah dalam suatu periode akuntansi.
Laporan

aliran

kas

menggambarkan

saldo

awal,

penerimaan,

pengeluaran dan saldo akhir kas daerah dalam suatu periode akuntansi tahun
berkenaan. Laporan aliran kas menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas yang berkaitan dengan aktifitas operasi, investasi dan

16

pembiayaan. Unsur yang dicakup dalam laporan aliran kas terdiri dari penerimaan
dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut:
a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum
Negara/Daerah.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum
Negara/Daerah.
Laporan arus kas dibagi dalam empat aktivitas utama yaitu arus kas dari
aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas intvestasi, arus kas dari kativitas
pembiyaan dan arus kas dari aktivitas non anggaran (Mahmudi, 2006).
2.1.3.4 Catatan atas Laporan Keuangan
Menurut Bastian (2009) catatan atas laporan keuangan adalah catatan yang
dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahamai oleh pembaca secara luas,
tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu maupun manajemen entitas
palaporan. Sedangkan catatan atas laporan keuangan menurut Nurlan Darise
(2008) adalah catatan atas laporan keuangan meliputii penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan
laporan arus kas.
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian
dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus
kas. Catatan atas Laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntansi
pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan

17

penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas laporan keuangan


mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a.

Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan ekonomi makro,


pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.

b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan.


c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksitransaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
d.

Mengungkapkan informasi

yang diharuskan oleh

standar akuntansi

Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka laporan keuangan.


e. Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, dan
f. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
Mahmudi (2010) menjelaskan catatan atas laporan keuangan (Calk)
merupakan penjelasan secara lebih rinci atas elemen-elemen dalam laporan
keuangan, baik elemen neraca, laporan realisasi anggaran maupun laporan arus
kas. Bagi para pengguna laporan keuangan pemerintah daerah, catatan atas
laporan keuangan ini sangat penting untuk dibaca dan dimanfaatkan sebagai dasar
pertimbangan pengambilan keputusan.

18

2.1.4 Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan


Menurut Tata (2004) pendapat kewajaran adalah suatu pernyataan yang
diberikan oleh Penilai Bisnis yang menyatakan bahwa suatu transaksi adalah
wajar atau tidak wajar berkaitan rencana perusahaan, rencana transaksi atau
penawaran umum (right issue) yang bersifat transaksi material, transaksi benturan
kepentingan, perubahan kegiatan usaha, perjanjian pinjam-meminjam atau
transaksi ekonomis lainnya. Prosedur yang digunakan dalam memberika Opini
Kewajaran meliputi: analisis transaksi, analisa harga transaksi, analisis kualitatif
dan kuantitatif yang terkait dengan rencana transaksi, analisis atas kewajaran nilai
transaksi, dan analisis atas faktor-faktor lain yang relevan.
Opini kewajaran dilakukan dengan melakukan analisa mendalam atas:
nilai dan obyek transaksi, pihak-pihak yang melakukan transaksi, kondisi
fundamental industri, dampak keuangan dan operasional serta analisa lainnya.
Opini kewajaran dilakukan untuk menyakinkan bahwa transaksi yang dilakukan
apakah wajar atau tidak wajar bagi perusahaan.
Laporan keuangan daerah pada dasarnya merupakan asersi atau pernyataan
dari pihak manajemen pemerintah daerah yang menginformasikan kepada pihak
lain, yaitu pemangku kepentingan yang ada tentang kondisi keuangan pemerintah
daerah (Mahmudi, 2007). Agar dapat menyediakan informasi yang berguna dan
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, maka informasi yang disajikan
dalam pelaporan keuangan harus memenuhi

karakteristik kualitatif sehingga

dapat digunakan dalam pengambilan keputusan (Obaidat, 2007) dalam Hapsari


(2007).

19

Agar dapat memenuhi karakteristik kualitatif maka informasi dalam


laporan keuangan harus disajikan secara wajar berdasarkan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Pada saat ini, pemerintah di Indonesia sudah mempunyai standar
akuntansi pemerintahan (SAP) yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan (PP Nomor 24
tahun 2005). Di dalamnya terdapat kerangka konseptual akuntansi pemerintahan
yang memuat karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah. Karakteristik
kualitatif itu dapat diartikan sebagai ukuran-ukuran normatif yang perlu
diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Adapun kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas laporan keuangan yang
menjadikan informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau
manfaat terdiri dari relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami.
Penilaian kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
pemerintah daerah salah satunya berdasarkan kesesuaian terhadap standar
akuntansi pemerintah yang ada. Oleh karena itu, salah satu topik menarik dalam
akuntansi pemerintahan adalah berkaitan dengan standar akuntansi pemerintahan
itu sendiri. Di Indonesia, standar akuntansi pemerintahan (SAP) telah ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 yang
disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang sekarang
telah menjadi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010.
KSAP sendiri merupakan salah satu kompartemen yang berada di bawah Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Terbitnya SAP ini juga mengukuhkan peran penting
akuntansi dalam pelaporan keuangan di pemerintahan. Jadi

dapat dikatakan

20

Indonesia memasuki babak baru dalam pelaporan keuangan kegiatan pemerintah


Indonesia. Namun, regulasi akuntansi pemerintahan di Indonesia menggunakan
referensi International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dengan
memperhatikan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, (Sari, et al,
2010).
Sari, et, all (2010) dalam jurnalnya menjelaskan di Indonesia, pemeriksaan
menurut amanat UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara meliputi tiga jenis yaitu pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan yang bertujuan
untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable assurance) bahwa
laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material,
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif lainnya.
Representasi kewajaran kemudian dituangkan dalam bentuk opini dengan
mempertimbangkan kriteria kesesuaian laporan keuangan dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP); kecukupan pengungkapan; kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan; dan efektivitas pengendalian intern (BPK, 2009).
2.1.4.1 Kesesuain laporan keuangan dengan standar akuntansi pemerintah
(SAP).
Menurut Mahsun dkk (2006: 42) standar akuntansi pemerintahan (SAP),
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah, dengan demikian SAP merupakan

21

persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan


kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia. Menurut Renyowijoyo
(2008:171) dalam Santoso (2009) salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan
transparansi dan akuntanbilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian
laporan pertanggungjawaban keuangan negara yang memenuhi prinsip tepat
waktu, dan disusun mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang diterima
secara umum. Hal itu diatur dalam Undang-Undang No 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintahan.
SAP dinyatakan dalam Pernyataan standar akuntansi pemerintah, yang
selanjutnya disebut PSAP. PSAP tersebut dilengkapi dengan interprestasi standar
pernyataan akuntansi pemerintah (IPSAP), yang merupakan klarifikasi, penjelasan
dan uraian lebih lanjut atas pernyataan SAP serta dilengkapi pula dengan bulletin
teknis, yaitu informasi yang diterbitkan oleh komite standar akuntansi pemerintah
yang memberikan arahan/pedoman secara tepat waktu untuk mengatasi masalahmasalah

akuntansi maupun pelaporan keuangan yang timbul. Sedangkan

kerangka konseptual akuntansi penerintah adalah prinsip-prinsip yang mendasari


penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintah bagi komite standar
akuntansi pemerintahan, penyusunan laporan keuagan, dan dan pemeriksaaan
dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur secara jelas
dalam pernyataan standar akuntansi pemerintah. (Mahsun, dkk, 2006: 43).

22

Dalam penelitian ini kesesuaian laporan keuangan dengan standar


akuntansi pemerintah di ukur dengan:
1. Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi dasar
Menurut Mursyidi (2009) asumsi dasar dalam laporan keuangan pemerintah
adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu
dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan, asumsi dasar dalam
laporan keuangan terdiri dari:
a. Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan maupun akuntansi,
berbrti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit yang mandiri
dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga
tidak terjadi kekacauan antara unit instansi pemerintah dan pelaporan
keuangan
b. Asumsi kesinambungan entitas, laporan keuangan disusun dengan asumsi
bahwa entitas pelaporan akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian,
pemerintah diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas
pelaporan dalam jangka pendek.
c. Asumsi kerukunan dalam satuan uang, laporan keuangan entitas pelaporan
harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan
satuan uang.
2. Laporan keuangan memuat karakteristik laporan keuangan
Karakteristik laporan kuangan menurut Mursyidi (2009) adalah ukuran-ukuran
normative yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Adapun keempat karakteristik tersebut adalah 1).

23

Relevan, Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi dalam


laporan keuangan termuat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan
penggunaan dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau
masa kini, dan memprediksi masa depan. 2) Andal, informasi dalam laporan
keuangan bebas dari pengertian menyesatkandan kesalahan material. 3). Dapat
dibandingkan, infoemasi dalam laporan keuanganakan lebih berguna jika
dapat dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya dan laporan
keuangan instansi lain, dan 4). Dapat dipahami, informasi yang diasjikan
dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh penggunanya.
3. Berdasarkan Prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan, prinsip akuntansi dan
pelaporan keuangan dimaksud sebagai ketentuan yang dapat dipahami dan
ditaati oleh pembuat standar dalam penyusunan standar akuntansi, oleh
penyelenggara

akuntansi

dan

pelapoan

keuangan

dalam

melakukan

kegiatannya.
4. Penyajian Unsur laporan keuangan, laporan keuangan dalam suatu entitas
harus menyajian unsure laporan keuangan sesuai dengan kegiatan entitas
pelaporannya.
2.1.4.2 Kecukupan Pengungkapan Laporan keuangan
Konsep full disclosure (pengungkapan lengkap) mewajibkan agar
laporan keuangan didesain dan disajikan sebagai kumpulan potret dari kejadian
ekonomi yang mempengaruhi instansi pemerintah untuk suatu periode dan berisi
cukup informasi. Yang menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna laporan keuangan sehingga membuat pemakai laporan keuangan

24

paham dan tidak salah tafsir terhadap laporan keuangan tersebut, (Mahmudi,
2010).
Menurut Mahsun, dkk, (2006: 59) laporan keuangan menyajikan secara
lengkap informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka laporan
keuangan atau catatan atas laporan keuangan. Pengungkapan lengkap merupakan
bagian dari prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan, sehingga terdapat di dalam
Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 pada lampiran II paragraf 50,
mengatakan Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan
keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau catatan
atas laporan keuangan.
2.1.4.3 Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah harus menunjukkan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, antara lain:
a. Undang-undang Dasar Republik Indonesia khususnya yang mengatur
mengenai keuangan Negara, UU No. 17 tahun 2003.
b. Undang-undang Perbendaharaan Indonesia, UU No. 1 tahun 2004.
c. Undang-undang APBN,
d. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, UU
No. 22 tahun 1999
e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah,

25

f. Ketentuan

perundang-undangan

yang

mengatur

tentang

pelaksanaan

APBN/APBD,
g. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat
dan daerah.
Apabila terdapat pertentangan antara standar akuntansi keuangan
pemerintah dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka yang
berlaku adalah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.
2.1.4.4 Efektivitas Pengendalian Intern
Di tahun 1994, Committee Of American Institute Of Accountants (sekarang
bernama The American Institute Of certified Public Accountant atau AICPA)
memberikan definisi pengendalian intern dalam Bastian (2009: 51) adalah rencana
organisasi dan semua metode serta ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang
dianut perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mengecek kecermatan dan
keandalan data akuntansi, mengingatkan efisiensi usaha, dan mendorong
ditaatinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan. Kemudian ditahun 1998,
AICPA mengklasifikasikan pengendalian intern dalam pengendalian akuntansi
(Accounting Control) dan pengendalian administrasi (administrative control).
Pengendalian akuntansi meliputi rencanan organisasi dan semua metode
serta prosedur yang berkaitan dengn data akuntansi, dan berhubungan langsung
dengan pengamanan terhadap kekayaan suatu organisasi dan keandalan catatan
keuangan. Selanjutnya pada tahun 1972, perbaikan definisi pengendalian intern
dilakukan

dengan

memasukan

pengendalian

administrasi.

Akibatnya,

pengendalian intern tidak terbatas hanya pada rencana organisasi, namun juga

26

prosedur dan catatan yang berkaitan dengan proses keputusan yang mengarah
pada otorisasi manajemen atas transaksi. Otorisasi merupakan suatu fungsi
manajemen yang secara langsung berhubungan dengan tanggungjawan untuk
mencapai tujuan organisasi dan sekaligus,

merupakan titik awal untuk

menetapkan pengendalian akuntansi atas transaksi, (Bastian, 2009: 51)


Menrut Bastian (2009) pengendalian akuntansi dirancang sebagai rencana
organisasi, prosedur serta catatan yang berkaitan dengan prngamanan aktiva atau
kekayaan dan keandalan catatan keuanga yang menjamin:
1. Transaksi dilaksanakan sesuai dengan otorisasi umum dan otorisasi khusus
manajemen.
2. Praktik pencatatan transaksi ditujukan untuk pelaporan keuangan yang
didasarkan pada prinsip akuntansi berterima umum atau peraturan lain yang
diterapkan

pada

pelaporan

organisasi

terkait

dalam

kerangka

pertanggungjawaban aktiva/kekayaan.
3. Akses

terhadap

aktiva/kekayaan

yang

dicatat

dibandingkan

dengan

aktiva/kekayaan yang ada pada interval waktu yang wajar dan tindakannya
yang tepat diambil jika terjadi perbedaan.
2.1.5 Akuntabilitas
Hapsari (2010) dalam jurnalnya menjelaskan fenomena yang terjadi
dalam perkembangan sektor publik di Indonesia dewasa ini adalah menguatnya
tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah.
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggung
jawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam

27

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu
media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Pada dasarnya,
akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas
aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Pemerintah, baik pusat maupun daerah, harus dapat menjadi subyek pemberi
informasi dalam rangka pemenuhan hak-hak publik yaitu hak untuk tahu, hak
untuk diberi informasi, dan hak untuk didengar aspirasinya.
2.1.5.1

Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas publik merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban atas

segala bentuk aktivitas yang dilakukan oleh seseorang pemegang amanah terhadap
orang atau badan yang meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas ini
dilakukan sebagai bentuk transparansi daripada kegiatan operasional suatu
perusahaan.
Menurut Mardiasmo (2002: 20) dalam bukunya Akuntansi Sektor Publik
menyatakan bahwa Akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang
amanah

(agent)

untuk

memberikan

pertanggungjawaban,

menyajikan,

melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi


tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak
dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.
Makna atau pengertian akuntabilitas dilihat dari aspek manajemen
pemerintah adalah sebagai berikut:
Menurut Tim Studi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah-BPKP (2004),
seperti yang dikutip oleh Ulum (2008: 56) dalam bukunya Sebuah Pengantar

28

Akuntansi Sektor Publik adalah Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban untuk


mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui suatu media pertanggungjawaban secara periodik.
Ulum

(2008

pertanggungjawaban

:58)
oleh

mendefinisikan
pihak-pihak

yang

akuntabilitas
diberi

adalah

kepercayaan

suatu
oleh

masyarakat/individu di mana nantinya terdapat keberhasilan atau kegagalan di


dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Pertanggungjawaban tersebut berkaitan langsung dengan aktivitas
birokrasi dalam memberikan pelayanan sebagai kontra prestasi atas hak-hak yang
telah

dipungut

langsung

maupun

tidak

langsung

dari

masyarakat.

Pertanggungjawaban perlu dilakukan melalui media yang selanjutnya dapat


dikomunikasikan kepada pihak internal maupun pihak eksternal (publik) secara
periodik maupun secara tak terduga sebagai suatu kewajiban hukum dan bukan
karena sukarela. Menurut Ulum (2008 :41), mengemukakan dua jenis
akuntabilitas yaitu Akuntabilitas Keuangan dan Akuntabilitas Kinerja.
2.1.5.2 Akuntabilitas Keuangan
Akuntabilitas Keuangan adalah keuangan yang harus dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan , dan
manfaat untuk masyarakat (Loina, 2004) dalam Mutakin (2008). Secara tertib
adalah bahwa keuangan harus dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang
didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

29

Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan keuangan


harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Efektif

merupakan

pencapaian hasil program dengan target yang telah d tetapkan, yaitu dengan cara
membandingkan keluaran dengan hasil. Efisien merupakan pencapaian keluaran
yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah
untuk mencapai keluaran tertentu. Ekonomis merupakan perolehan masukan
dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah,
(Mutakin, 2008).
Transparan

merupakan

prinsip

keterbukaan

yang

memungkinkan

masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya


tentang keuangan publik. Bertanggungjawab merupakan perwujudan kewajiban
seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian
sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Keadilan adalah keseimbangan
distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/ atau keseimbangan distribusi hak
dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang objektif. Kepatutan adalah
tindakan atau sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional. Manfaat untuk
masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Pasal 4 dalam
Akuntabilitas Keuangan meliputi :
1. Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggungjawab

30

dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk


masyarkat.
2. Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa keuangan
daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan
bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Taat pada peaturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan
perundang-undangan
4. Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupaka hasil pencapaian hasil
program

dengan

target

yang

telah

ditetapkan,

yaitu

dengan

cara

membandingkan keluaran dengan hasil.


5. Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapain keluaran
yang meksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah
untuk mencapai keluaran tertentu.
6. Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan perolehan
masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang
terendah
7. Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip
keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tenteng keuangan daerah.
8. Bertanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
perwujudan

kewajiban

seseorang

untuk

mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang

31

dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah


ditetapkan.
9. Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) adalah keseimbangan distribusi
kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan
kewajiban berdasarkan pertimbangan objektif.
2.1.6 Pengaruh

Penyajian

Laporan

Keuangan

Pemerintah

Daerah

terhadap Akuntabilitas Keuangan.


Menurut Harahap (2005) memberikan pengertian laporan keuangan adalah
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi. Laporan
keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai
salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai suatu
informasi,

laporan

keuangan

juga

sebagai

pertanggungjawaban

atau

accountability dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu


organisasi/instansi mencapai tujuannya.
Bastian (2007) menyatakan Agar akuntabilitas publik terjamin, diperlukan
sistem akuntansi yang baik transparansi, adil, efektif dan efisien. Pengembangan
sebuah sistem sistem akuntansi merupakan pendukung terciptanya pengelolaan
keuangan daerah dianggap tepat untuk dapat diimplementasikan di daerah,
sehingga dapat menghasilkan sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) yang
diharapkan dapat mengganti sistem akuntansi yang selama ini diterapkan di
pemerintah daerah.
Mardiasmo (2004) Menjelaskan salah satu alat untuk memfalsilitasi
terciptanya akuntabilitas dan transparansi adalah melalui penyajian laporan

32

keuangan pemerintah. Dalam era otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah


daerah diharapkan dapat menyajikan laporan keuangan yang terdiri atas laporan
realisasi anggaran, neraca, dan LAK. Laporan keuangan tersebut merupakan
komponen penting untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik dan merupakan
salah satu alat ukur kinerja financial pemerintah.
2.1.7 Keterkaitan

antara

komponen

kewajaran

penyajian

laporan

keuangan (kesesuaian dengan SAP, Kecukupan Pengungkapan,


Kepatuhan

terhadap

perundang-undangan

dan

efektivitas

pengendalian intern)
Hubungan antara kesesuaian SAP dengan kecukupan pengungkapan,
kecukupan pengungkapan merupakan salah satu prinsip dari prinsip akuntansi
dan pelaporan keuangan, prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan dimaksud
sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh pembuat standar dan
penyusunan standar akuntansi pemerintah, oleh penyelenggara akuntansi dan
pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta oleh pengguna laporan
keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan (Mahsun, 2006: 58).
Jadi dengan kata lain bahwa Standar akuntansi pemerintah (SAP) harus disusun
atau harus sesuai dengan Prinsip akuntansi dan laporan keuangan dimana salah
satu prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan tersebut adalah prinsip kecakupan
pengungkapan lengkap.
Hubungan SAP dengan peraturan perundang-undangan, SAP diterapkan
dilingkungan pemerintah , yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan satuan
organisasi dilingkungan pemerintah pusat/daerah, jika menurut peraturan

33

perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan


keuangan. Laporan keuangan yang sesuai peraturan perundang-undangan yaitu
harus seuai dengan SAP. Karena SAP ditetapkan dengan peraturan perundangundangan. (Mahsun ,dkk, 2006: 70). Menurut Mursyidi (2009: 21) SAP
dikukuhkan dengan peraturan pemerintah (PP) Nomor tahun 2005 tentang Standar
akuntansi Pemerintah.
Hubungan SAP dengan sistem pengendalian intern, sistem pengendalian
intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengawasan yang berfungsi
melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah.

Untuk itu agar terciptanya akuntabilitas dan transparansi dalam

pengelolaan keuangan maka diperlukan pengendalian intern hang memadai.


Menuru Hamdani (2011) bahwa Sistem Akuntasi dan Standar Akuntasi
Pemerintahan (SAP) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pengendalian intern. Kualitas laporan keuangan tidak hanya diukur dari
kesesuaian dengan SAP saja, tetapi juga dari sistem pengendalian internnya.
Untuk itu, pemerintah daerah harus mendesain, mengoperasikan dan memelihara
sistem pengendalian intern yang baik dalam rangka menghasilkan informasi
keuangan yang andal.
Hubungan antara kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
dengan kecukupan pengungkapan. Laporan keuangan harus menyajikan dan
mengungkapkan informasi secara lengkap. Pengungkapan disini dalam arti yang
seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang disajikan dalam setiap lembar muka
laporan keuangan maupun dalam Calk. Pengungkapan yang disyaratkan dalam

34

perrnyataan standar akuntansi pemerintah harus sesuai dengan ketentuan/


peraturaan perudang-undangan yang berlaku, pengungkapan secara lengkap harus
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hubungan

antara

kecukupan

pengungkapan

dengan

efektivitas

pengendalian intern, kecakupan pengungkapan lengkap merupakan bagian dari


prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan, sehingga terdapat di dalam Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005 pada lampiran II paragraf 50, mengatakan
Laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat
ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau catatan atas laporan
keuangan. Sedangkan sistem pengendalian intern adalah proses yang integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Maka dari penjelasan tersebut efektivitas pengendalian intern sangat diperlukan
dalam hal pengungkapan laporan keuangan secara lengkap, apabili efektivitas
pengendalian intern ini telah dilaksanakan dengan baik maka akan berimbas pula
pada kecakupan pengungkapan laporan keuangan, salah satu yang menjadi
pertimbangan BPK dalam menilai kewajaran laporan keuangan adalah efektivitas
pengendalian intern, efektivitas pengendalian intern dilakukan untuk memberikan
keyakinan tercapainya tujuan perusahaan salah satunya keandalan laporan keuangan,
sedangkan

syarat

dalam

keandalan

laporan

keuangan

yaitu

kecakupan

35

pengungkapnya yaitu laporan keuangan harus disajikan secara lengkap, jujur serta
harus dapat duji kebenarannya.
Sedangkan hubungan kepatuhan peraturan perundang-undangan dengan
efektivitas pengendalian intern dijelaskan lebih lanjut Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern menjelaskan sistem
pengendalian intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara,
dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Dari penjelasan tersebut

dapat dipahami bahwa pengendalian intern dilakukan untuk memenuhi ketaatan


terhadap peraturan perundan-undangan. Menurut Pakaya (2011) salah satu tujuan
dari sistem pengendalian intern adalah untuk menciptakan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan dimana setiap kegiatan dan transaksi merupakan
suatu perbuatan hukum. Oleh karena itu, pelaksanaan transaksi atau kegiatan
harus taat terhadap kebijakan, prosedur dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pelanggaran terhadap aspek hukum dapat mengakibatkan tindakan pidana
maupun perdata berupa kerugian.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berbagai penelitian telah dilakukan terkait dengan penyajian laporan
keuangan

laporan keuangan terhadap akuntabilitas SKPD. Mulyana, (2006)

melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penyajian Neraca Daerah dan


Aksesibilitas Laporan Keuangan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas

36

Pengelolaan Keuangan Daerah. Hasil penelitian menyebutkan bahwa penyajian


neraca daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap transparansi dan
akuntabilitas keuangan daerah. Iqbal, (2009) melakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Penyajian Neraca SKPD dan Aksesibilitas Laporan Keuangan SKPD
terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD di
Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara. Secara parsial dan simultan, Penyajian
Neraca SKPD (X1) dan Aksesibilitas Laporan Keuangan (X2), berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peneltian dari Pautina (2011) melakukan dengan judul Pengaruh

laporan

keuangan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan SKPD Pada Pemerintah


Kota Gorontalo hasil penelitian membuktikan Secara parsial Penyajian Laporan
Realisasi Anggaran berpengaruh signifikan dan positif terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan SKPD.
Penelitian Abas (2011) dengan judul Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan, Secara parsial atau
secara individual penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
Penelitian Aruwa (2007) tentang keuangan pelaporan pemerintah dan
pegaruhnya terhadap akuntabilitas publik di Nigeria, penelitian ini menguji peran
pelaporan keuangan pemerintah terhadap akuntabilitas publik di Nigeria yaitu
akuntabilitas fiskal, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, dan
akuntabilitas individu dalam konteks akuntabilitas publik di Nigeria. Wawancara

37

pribadi dan Kuesioner Evaluasi Akuntabilitas digunakan sebagai instrumen


penelitian. Statistik deskriptif digunakan dalam menganalisis data. Makalah ini
mengungkapkan bahwa effective implementation kebijakan dan program
pembangunan yang berlabuh pada kemurnian tindakan, kejujuran tujuan dan
integritas, yang merupakan keunggulan penting dari transparansi accountability.
Pelaporan keuangan adalah indeks terbaik dari akuntabilitas. Namun, akuntabilitas
dan transparansi di Nigeria masih perlu banyak perbaikan. Akuntabilitas dan alat
kontrol dalam pelayanan publik memiliki beberapa komponen teknis minimum
yang harus menimbulkan standar ditoleransi akuntabilitas dan transparency.
Dengan pelaporan keuangan yang disusun sesuai peraturan yang wajar, prosedur
akuntansi yang memadai, sanksi ketat dan audit keuangan hal tersebut dapa
meningkatkan akuntabilitas atau pertanggung jawaban kepada publik.
Penelelitian Evans dan lisa (2004) yang meneliti masalah kewajaran penyajian
laporan keuangan pada Negara-negara Eropa. Hasil penelitian mengatakan bahwa
salah satu persyaratan penyajian secara wajar Laporan Keuangan adalah standar
Dewan Standar Akuntansi Internasional. Hasil penelitiannya mengatakan
Kegagalan negara-negara Eropa untuk memenuhi kebutuhan tersebu. Kegagalan
negara-negara Eropa untuk memenuhi persyaratan penyajian secara wajar
Laporan Keuangan tersebut adalah kebingungan menerapkan Standar Akuntansi
Internasional.

38

Tabel 1 Tinjauan Penelitian Terdahulu


No

Nama

Judul

Variabel
Penelitan
Penyajian
lporan
keuangan, akuntabilitas
keuangan

Hasil penelitian

Indriyani
Pautina
(2011)

Bambang
Santoso
(2009)

Pengaruh
penyajian
laporan
keuangan
terhadap akuntabilitas
Pengelolaan keuangan
daerah
pada
Pemerintah
Kota
Gorontalo
Pengaruh penyajian
dan aksesibilitas
laporan keuangan
terhadap akuntabilitas
Pengelolaan keuangan
daerah pada
Pemerintah Kabupaten
Banjarnegara.

Penyajian laporan
keuangan, aksesbilitas
laporan keuangan,
akuntabilitas
pengelolaan keuangan
daerah.

Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa penyajian dan aksesbilitas
laporan keuangan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan
daerah.
Secara parsial, penyajian dan
aksesbilitas
laporan
keuangan
berpengaruh positif
signifikan
terhadap akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah.
Hasil penelitian yaitu bahwa
pemahaman SAP, latar belakang
pendidikan,strata pendidikan dan
pelatihan secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
penyusunan laporan keuangan
daerah. Secara parsial, pemahaman
SAP dan latar belakang pendidikan
tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan serta memiliki hubungan
yang negatif terhadap penyusunan
laporan
keuangan
daerah.
Sedangkan strata pendidikan dan
pelatihan mempunyai hubungan
yang
positif
namun
tidak
mempunyai pengaruh signifikan
terhadap
penyusunan
laporan
keuangan daerah.
Penyajian neraca SKPD dan
aksesbilitas
laporan
keuangan
SKPD secara simultan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
transparansi
dan
akuntabilitas
keuangan SKPD Provinsi Sumatra
Utara.
Secara parsial Penyajian neraca
SKPD dan aksesbilitas laporan
keuangan
SKPD
berpengaruh
secara positif dan signifikan
terhadap
transparansi
dan
akuntabilitas keuangan SKPD.

Junita Putri
Rajana Hrp
(2009)

Pengaruh Pemahaman
SAP, Pendidikan dan
Pelatihan Terhadap
Penyusunan Laporan
Keuangan SKPD Kota
PematangSiantar.

Pemahaman SAP, latar


belakang
pendidikan,strata
pendidikan, pelatihan,
penyusunan laporan
keuangan SKPD.

Saufi Iqbal
Nasution
(2009)

Penyajian Neraca
SKPD dan Aksesbilitas
Laporan Keuangan
SKPD Terhadap
Transparansi dan
Akuntabilitas
Pengelolaan Keuangan
SKPD Provinsi
Sumatra Utara.

Penyajian neraca
SKPD, aksesbilitas
laporan keuangan,
akuntabilitas
pengelolaan keuangan
SKPD.

Secara parsial Penyajian Laporan


Realisasi Anggaran berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
akuntabilitas pengelolaan keuangan
SKPD

39

2.3 Kerangka Pikir


Pembuatan laporan keuangan

(PP No. 24 Tahun 2005) yang sekarang

telah menjadi (PP No.71 Tahun 2010)

adalah suatu bentuk kebutuhan

transparansi yang merupakan syarat pendukung adanya akuntabilitas yang berupa


keterbukaan (opennes) pemerintah atas aktivitas pengelolaan sumber daya public,
pada saat ini pemerintah sudah mempunyai Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan.

Berdasarkan penelitian Aruwa

(2005) degan judul kualitas isi informasi dari laporan keuangan pemerintah,
Keuangan Pemerintah adalah kecukupan laporan pelaporan keuangan dalam
memenuhi kebutuhan informasi dari kelompok pengguna yang beragam di negara
ini, pemanfaatan laporan, dan kepatuhan dari laporan dengan persyaratan hukum.
Untuk mencapai tujuan dari makalah ini, tiga hipotesis yang dirumuskan dan
diuji. Atas dasar hipotesis, wawancara pribadi dan pemerintah kuesioner laporan
evaluasi keuangan yang digunakan sebagai instrumen penelitian. Statistik
deskriptif dan parametrik dipekerjakan dalam menganalisis data dan menguji
hipotesis, masing-masing. bahwa laporan keuangan pemerintah, dalam bentuknya
yang sekarang, secara signifikan sesuai dengan peraturan perundangan tetapi tidak
Ada tinggi kelompok pengguna untuk Laporan Keuangan Pemerintah lebih
komprehensif dan informatif Keuangan. Akibatnya, untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan, dianjurkan bahwa laporan keuangan harus disederhanakan
dengan laporan keuangan khusus berdasarkan permintaan pengguna.

40

Untuk menciptakan laporan keuangan yang berkualitas perlu adanya


pertanggungjawaban atas pembuatan laporan keuangan di pemerintah pusat
maupun daerah. Menurut Urip Santoso dan Yohanes Joni Pambelum tahun 2008
Secara teoritis penerapan Akuntansi Sektor publik dan Pengawasan terhadap
Kualitas laporan keuangan instansi Pemerintah akan berpengaruh terhadap
Akuntabilitas Instansi Pemerintah baik secara parsial maupun secara bersamasama. Konsep akuntabilitas juga muncul sebagai jawaban terhadap permasalahan
informasi yang relevan. Menurut konsep ini kelanggengan organisasi ditentukan
oleh kemampuan untuk menciptakan informasi yang berkualitas, informasi yang
terbuka, seimbang dan merata bagi semua pihak yang berkepentingan yang
tercermin di dalam laporan keuangan. Jika penguasaan informasi seimbang, maka
pihak-pihak yang terkait dalam suatu transaksi/kontrak dapat mengambil
keputusan ekonomi yang wajar.
Menurut Mahmudi (2010) bahwa penyajian laporan keuangan adalah salah
satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas pengelolaan keuangan public. Dengan
demikian, tidak adanya laporan keuangan menunjukan lemahnya akuntabilitas.
Lebih lanjut lemahnya akuntabilitas tersebut mengindikasikan lemahnya sistem
yang selanjutnya berimbas pada membudayakan korupsi sistematik.
Dari pernyataan pengaruh

laporan keuangan terhadap akuntabilitas

pengelolaan keuangan SKPD maka hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai


berikut :

41

Gambar 1: Kerangka Pikir


Pengaruh Kewajaran Penyajian Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Terhadap Akuntabilitas Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah Kota Gorontalo)
Kewajaran Penyajian
Laporan Keuangan (X)

Kesesuaian Dengan
SAP (X1)

Kecukupan
pengungkapan (X2)

Kepatuhan terhadap
perundang-undangan
(X3)

Akuntabilitas
Keuangan Pemerintah
Daerah (Y)

Efektivitas
Pengendalian Intern
(X4)

42

2.4

Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini di duga ;


1. Kewajaran penyajian laporan keuangan pemerintah daerah berupa kesesuaian
laporan keuangan dengan SAP, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap
perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian intern berpengaruh secara
parsial terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah
2. Kewajaran penyajian laporan keuangan pemerintah daerah berupa kesesuaian
laporan keuangan dengan SAP, kecakupan pengungkapan, kepatuhan terhadap
perundang-undangan, dan efektivitas pengendalian intern berpengaruh secara
simultan terhadap akuntabilitas keuangan pemerintah daerah.

Anda mungkin juga menyukai