Anda di halaman 1dari 12

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN

KAKU
1. Perhitungan volume lalulintas atau lalulintas harian
rata-rata (LHR)
Diperkirakan pada akhir umur rencana tidak
melampaui kapasitas jalan
JKN = 365 x JKNH x R selama n th
JKN : jumlah kendaraan niaga
JKNH : jumlah kendaraan niaga harian
R
: faktor pertumbuhan lalulintas yang
bergantung pada i dan n
i
: faktor pertumbuhan lalulintas tahunan
n
: umur rencana

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN


KAKU
2. Perhitungan volume lalulintas atau lalulintas harian
rata-rata (LHR) berdasar konfigurasi sumbu
Diperkirakan pada akhir umur rencana tidak
melampaui kapasitas jalan
JSKN = 365 x JSKNH x R selama n th
JSKN : jumlah sumbu kendaraan niaga
JSKNH : jumlah sumbu kendaraan niaga harian
: JKNH x Jumlah Sumbu
R
: faktor pertumbuhan lalulintas yang
bergantung pada i dan n
i
: faktor pertumbuhan lalulintas tahunan
n
: umur rencana

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN


KAKU
Pertumbuhan lalulintas tahunan selama umur rencana
tetap
Faktor pertumbuhan lalulintas (R) dihitung dengan cara:
( 1 + i )n 1
R = ------------------e log ( 1 + i )

(i0)

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN


KAKU
3. Hitung Prosentase masing masing kombinasi konfigurasi beban
sumbu terhadap Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH).
JKNHi
% Konfigurasi Sumbu i : ------------JSKNH
4.Hitung Jumlah repetisi kumulatif tiap tiap kombinasi
konfigurasi/beban sumbu
Repetisi I = JSKN x % Konfigurasi Sumbu i x KD
KD

: Koef distribusi

KOEFISIEN DISTRIBUSI KENDARAAN


NIAGA PADA LAJUR RENCANA (KD)
Jumlah Lajur

Kendaraan Niaga
1 arah

Kendaraan Niaga
2 arah

1
2
3
4
5
6

1
0,70
0,50
-

1
0,50
0,475
0,45
0,425
0,40

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN


KAKU
Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT)
Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG)
Sumbu Ganda Roda Ganda (SGRG)

5.Mengalikan beban sumbu dengan faktor keamanan


(fk) sesuai dengan penggunaan jalan.
jalan tol fk = 1,2
jalan arteri fk = 1,10
jalan kolektor/lokal fk = 1,0

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN


KAKU
6. MELIHAT NILAI TEGANGAN YANG TERJADI MELALUI NOMOGRAM BERDASARKAN
JENIS SUMBU
Tegangan Tarik Lentur (kg/cm2);
Memeriksa tegangan tarik lentur yang terjadi
7. Membandingkan Tegangan yang terjadi dengan tegangan tarik lentur beton yang diizinkan
(Modulus of Rupture/MR)
8. Dari nilai perbandingan diatas lihat jumlah repetisi beban yang diizinkan (Ri) pada tabel
9. Tentukan nilai persentase kelelahan/fatigue (F) dengan membandingkan Repetisi Beban
yang terjadi dengan repetisi beban yang diijinkan (perbandingan antara R dan Ri);
Syarat % F < 100%, jika F < 100% tebal plat ditambah

KEKUATAN BETON
Dinyatakan dalam kekuatan tarik lentur / modulus of
rupture (MR) pada umur 28 hari
Hubungan kekuatan tarik lentur dengan kekuatan
tekan beton karakteristik ( 28 hari )
MR 28 hari minimum 40 kg/cm2
Perbandingan tegangan dihitung dengan membagi
tegangan lentur yang terjadi pada pelat dengan MR
beton

PERBANDINGAN TEGANGAN DAN JUMLAH


PENGULANGAN BEBAN YANG DIIZINKAN
(RI)
Perbandingan
tegangan

Jumlah
pengulangan
beban yang
diizinkan

Perbandingan
tegangan

Jumlah
pengulangan
beban yang
diizinkan

0,51
0,52
0,53
0,54
0,55
0,56
0,57
0,58
0,59
0,60

400000
300000
240000
180000
130000
100000
75000
57000
42000
32000

0,61
0,62
0,63
0,64
0,65
0,66
0,67
0,68
0,69
0,70

24000
18000
14000
11000
8000
6000
4500
3500
2500
2000

PERBANDINGAN TEGANGAN DAN


JUMLAH PENGULANGAN BEBAN YANG
DIIZINKAN
Tegangan akibat beban dibagi dengan Modulus of
Rupture
Untuk perbandingan tegangan sama dengan atau
lebih kecil 0,50; jumlah pengulangan beban adalah
tidak terhingga

SAMBUNGAN PERKERASAN KAKU


(BETON)

Sambungan Susut (arah melintang)

Sambungan Muai (arah memanjang)

Sambungan Pelaksanaan (konstruksi)

DIMENSI SEGMEN PERKERASAN


BETON
Dimensi

Tanpa
Tulangan

Dengan
Tulangan

Panjang Segmen

5m 6m

10m 15m

3m 3,5m

5m 7,5m

Lebar Segmen

Anda mungkin juga menyukai