Anda di halaman 1dari 27

BAB I

GAMBAR DAN PRELIMINARY DESIGN


1.1 Gambar Rencana

Gambar 1.1 Denah Portal pada Pelat Lantai 2 dan 3

Gambar 1.2 Denah Portal pada Pelat Dak

Gambar 1.3 Portal Melintang 1-4

Gambar 1.4 Portal Memanjang A-D

Gambar 1.5 Portal 3D pada SAP 2000

BAB II
PRELIMINARY DESIGN
2.1 Preliminary Design
Perancangan awal (preliminary design) untuk perancangan balok, pelat
dan kolom didasarkan pada peraturan SNI 03 2847 2002 tentang tata cara
perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung.
2.1.1

Balok Lantai
Preliminary Design pada balok menggunakan rumus:
h
= 1/12*panjang bentang
b
= 2/3 x h

2.1.2

Dak
Preliminary Design pada dak dan sloof menggunakan rumus:
h
= 1/16*panjang bentang
b
= 2/3 x h
Tabel 1.1 Preliminary Design Balok yang akan digunakan

2.1.3

2.1.4

No
1
2

Kode
B1
B3

No
1
2

Kode
B2
B4

Arah Memanjang (AB*)


Bentang
b
h
Keterangan
700
40 60 Lantai
700
30 45 Dak
Arah Melintang 12*)
Bentang
b
h
Keterangan
600
35 50 Lantai
600
30 40 Dak

Kolom
Ukuran panjang dan lebar kolom adalah minimum lebar balok. Maka
digunakan ukuran kolom 40x40.
Pelat
SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5.3:
- Untuk m 0,2 ------- tp min = 12 cm (pelat tanpa penebalan)
tp min = 10 cm (pelat dengan penebalan)
- Untuk 0,2 < m 2,0 -- tp min = 12 cm

fy

Ln 0,8

1500

h
36 5 m 0,2

Eb Ib

Es Is

Panjang bentang menerus


Keliling panel

m Rata rata
;

Untuk m > 2,0


Lantai

tp min = 9 cm

fy

Ln 0,8

1500

h
36 9

Gambar 1.6 Denah Pelat Lantai 2-3

Menghitung nilai
1. Balok L B1(40x60) 700 cm

B7=B8=B11=B12
bw
= 40 cm
h
= 60 cm
tp
= 12 cm
Nilai terkecil dari:
be = bw + (h- tp) = 88 cm
be = bw + 4.tp
= 88 cm
Dipakai be
= 88 cm
Momen inersia balok dan flens
be
t
t

1
1 4 6 4
bw h
h

ki
be

1
1
bw

k7=k8=k11=k12
k7= 1,387
bw h 3
Ib i k
12

Ib7=Ib7=Ib11=Ib12
Ib7 = 998710 cm4
Momen Inersia pelat
Ib7=Ib8=Ib11=Ib12

Is7 = 1/12 (0.5.L) tp3= 50400 cm4


Nilai i
Eb . Ib
i = Es . Is
Eb = 4700

fc ' = 35484,2

Es = 2 x 105
7= 8= 11= 12
7= 3,52
2. Balok T B1(40x60) 700 cm
B13= B14= B15=B16=B17 =B18
bw
= 40 cm
h
= 60 cm
tp
= 12 cm
Nilai terkecil dari:
be = bw + 2.(h- tp) = 136 cm
be = bw + 8.tp
= 136 cm
Dipakai be
= 136 cm
Momen inersia balok dan flens

h
t

3
be
t

1
bw h

be

1
bw

1
ki

Ib i k

t
t
t
4 6 4
h
h
h
be
t
1
1
bw
h

be

1
bw

bw h 3
12

k13= k14= k15=k16=k17 =k18


k13 = 1,649
Ib13= Ib14= Ib15=Ib16=Ib17 =Ib18
Ib13 = 1187027 cm4
Momen Inersia pelat
Is13= Is14= Is15=Is16=Is17 =Is18

Is13 = 1/12 (0.5.L) tp3= 50400 cm4


Nilai i
Eb . Ib
i = Es . Is
Eb = 4700

fc ' = 35484,2

Es = 2x105
13= 14= 15= 16= 17 = 18
13 = 2,09
Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 dan Tabel 1.3

Balok

Bentuk

B7=B8=B11=B12

Jara
k
700

B7=B8=B11=B12

L
T

B13= B14= B15=B16=B17


=B18=B9=B10
B13= B14= B15=B16=B17
=B18=B9=B10

bw

tp

be1

be2 ki

Ib

Is

Es

Eb

40

60 12

88

88

1.387

998710

200000

35484.2

3.52

70

1.394

317564

50400
29166.
7

700

30

45 10

65

200000

35484.2

1.93

700

40

60 12 136

13
6

1.649

1187027

50400

200000

35484.2

2.09

200000

35484.2

1.15

29166.
7
Tabel 1.2 Nilai pada Lantai dan Dak Balok Memanjang
700

30

45 10 100 110 1.653

376669

Tabel 1.3 Nilai pada Lantai dan Dak Balok Melintang


Balok

Bentu
k

B1=B3=B4=B6

600

30

35

B1=B3=B4=B6
B2=B19=B20=B21=B22=B23
B24=B5
B2=B19=B20=B21=B22=B23
B24=B5

600

20

40

600

30

35

600

20

40

Jarak bw

tp
1
2
1
0
1
2
1
0

be1

be2

ki

Ib

Is

Es

Eb

53

78

1.319

141336

43200

200000

35484.2

50

60

1.494

159394

25000

200000

35484.2

76

126 1.527

163718

43200

200000

35484.2

0.34

80

100 1.777

189524

25000

200000

35484.2

0.67

0.58
1.13

Tabel 1.4 Nilai rata-rata pada Lantai dan Dak


Pane
Lantai
l
2-3
1.69
1
1.22
2
1.69
3
1.28
4
1.22
5
1.28
6
1.57
7
1.22
8
1.57
9
- Untuk 0,2 < m 2,0 -- tp min = 12 cm

Dak
1.34
0.91
1.34
1.03
1.03
1.03
1.11
0.91
1.11

fy

Ln 0,8

1500

h
36 5 m 0,2
Eb Ib

Es Is

m Rata rata

= bentang terpanjang/bentang terpendek


= 7/6 = 1,17
Tabel 1.5 Nilai rata-rata pada Lantai dan Dak
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Lantai
1-3

1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17

Dak
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17
1.17

Tabel 1.6 Tepal Pelat Rencana pada Lantai dan Dak


No

Ln

Lantai 1-3

Ln

Dak

1
2
3
4
5
6
7
8
9

565
565
565
565
565
565
565
565
565

13
14
13
14
14
14
13
14
13

570
570
570
570
570
570
570
570
570

14
15
14
15
15
15
14
15
14

Kesimpulan:
-

Tebal yang digunakan untuk semua lantai dan Dak adalah 15 cm (Type A)

Gambar 1.7 Denah Pelat Lantai 1-3

BAB III
ANALISIS PEMBEBANAN STRUKTUR
Perhitungan muatan disesuaikan dengan jenis beban yang bekerja pada struktur
dengan didasarkan pada Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Gedung tahun 1987.
Adapun beban yang diperhitungkan adalah beban mati, beban hidup, beban angin, dan
beban gempa. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Gedung tahun 1987, ketentuan
pembebanan adalah sebagai berikut:
Beban Mati:
Berat jenis Beton
= 2400 kg/m3
Berat dinding bata
= 250 kg/m2
Berat ubin + adukan semen = 45 kg/m2
Berat Plafond + penggantung = 18 kg/m2
Beban ME untuk kantor
= 40 kg/m2

1.
2.
3.
4.
5.

Beban Hidup:
1.
2.
3.
4.
5.

Beban untuk kantor


Beban hidup untuk dak
Berat jenis air hujan
Beban hidup untuk parkir
Lantai untuk pabrik/gudang

= 250 kg/m2
= 100 kg/m2
= 1000 kg/m3
= 800 kg/m2
= 400 kg/m2

Beban Gempa:
Wilayah Gempa 6 dengan koefesien gempa 0,3
2.1 Analisis Beban Gravitasi
1. Beban Lantai Dasar
Beban yang bekerja pada lantai ini:

Beban mati:
a. Semen PC
D

Beban Hidup:
Beban Hidup untuk Parkir
Beban yang bekerja pada dinding:
Berat dinding pasangan batu

21 kg/m2 +
21 kg/m2

=
=
L
= 4,5 x 250
D

2. Beban Lantai 1

800 kg/m2

1125 kg/m

1125 kg/m

Beban yang bekerja pada lantai ini:


Beban mati:
a. Berat ubin +Semen PC
b. Berat Plafond + Penggantung
c. Berat Mekanikal Elektrikal (ME) untuk kantor

400 kg/m2

= 4 x 250

1000kg/m

1000 kg/m

=
=
=
=

45 kg/m2
18 kg/m2
40 kg/m2
103 kg/m2

250 kg/m2

= 4 x 250

1000 kg/m

1000 kg/m

=
=
=
=

45 kg/m2
18 kg/m2
40 kg/m2
103 kg/m2

400 kg/m

3. Beban Lantai 2
Beban yang bekerja pada lantai ini:
Beban mati:
a. Berat ubin +Semen PC
b. Berat Plafond + Penggantung
c. Berat Mekanikal Elektrikal (ME) untuk kantor

Beban Hidup:
Beban Hidup untuk kantor
Beban yang bekerja pada dinding:
Berat dinding pasangan batu

4. Beban Lantai 3
Beban yang bekerja pada lantai ini:
Beban mati:
a. Berat ubin +Semen PC
b. Berat Plafond + Penggantung
c. Berat Mekanikal Elektrikal (ME) untuk kantor

Beban Hidup:
Beban Hidup untuk gudang
Beban yang bekerja pada dinding:

45 kg/m2
18 kg/m2
40 kg/m2
103 kg/m2

Berat dinding pasangan batu

=
=
=
=

Beban Hidup:
Beban Hidup untuk Aula
Beban yang bekerja pada dinding:
Berat dinding pasangan batu

= 3,8 x 250
D

d. Beban Dak

950kg/m

950 kg/m

Beban mati:
a. Berat Plafond + Penggantung
b. Berat Mekanikal Elektrikal (ME) untuk kantor

D
Beban Hidup:
Beban terpusat pekerja

=
=
=

18 kg/m2
40 kg/m2
58 kg/m2

100 kg/m2

2.2 Perhitungan Beban Tingkat


1. Lantai 1
Panjang Bangunan
= 21 m
Lebar Bangunan
= 18 m
Panjang total dinding = 134,2 m
Beban Mati
Lantai
=
21
x 18 x 103
=38934 kg = 38,934 ton
Dinding
=
134,2 x 1000
=134200 kg = 134,2 ton
Total = 173134 kg= 173,134 ton
Beban Hidup:
Beban Hidup
=
21 x 18 x 400
=151200 kg = 151,200 ton
Total
= 323334 kg= 324,334 ton
2. Lantai 2
Panjang Bangunan
= 21 m
Lebar Bangunan
= 18 m
Panjang total dinding = 134,2 m
Beban Mati
Lantai
=
21
x 18 x 103
=38934 kg = 38,934 ton
Dinding
=
134,2 x 1000
=134200 kg = 134,2 ton
Total = 173134 kg = 173,134 ton
Beban Hidup:
Beban Hidup
=
21 x 18 x 250
= 94500 kg = 94,500 ton
Total =267640 kg = 267,64 ton
3. Lantai 3
Panjang Bangunan
= 21 m
Lebar Bangunan
= 18 m
Panjang total dinding = 134,2 m
Beban Mati
Lantai
=
21
x 18 x 103
=38934 kg = 38,934 ton
Dinding
=
134,2 x 950
=127490 kg = 127,49ton
Total = 166424 kg= 166,424ton
Beban Hidup:
Beban Hidup

21

x 18 x 400
=151200 kg = 151,200ton
Total = 317624 kg= 316,624 ton

BAB IV
ANALISIS BEBAN GEMPA
Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung atau
SNI 1726 tahun 2002 merupakan peraturan gempa yang berlaku di Indonesia,
menggantikan peraturan sebelumnya SNI 1726-1989. Dalam SNI 03-1726-2002,
ditentukan jenis struktur gedung beraturan dan tidak beraturan. Struktur gedung
ditetapkan sebagai struktur gedung beraturan, karena memenuhi ketentuan antara lain
sebagai berikut:
a. Tinggi struktur gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak lebih dari 10
tingkat atau 40m
b. Denah gedung adalah persegi panjang tanpa tonjolan
c. Denah struktur gedung tidak menunjukkan coakan sudut
d. Sistem struktur gedung terbentuk oleh subsistem penahan beban lateral yang
arahnya saling tegak lurus dan sejajar dengan sumbu-sumbu utama ortogonal
denah struktur gedung secara keseluruhan
e. Sistem struktur gedung memiliki berat tingkat yang beraturan
Untuk struktur gedung beraturan, pengaruh gempa rencana dapat ditinjau sebagai
pengaruh beban gempa statik ekuivalen. Analisis statik ekuivalen merupakan
penyederhanaan dari perhitungan beban gempa yang sebenarnya.
Berdasarkan data tugas perancangan, untuk gempa wilayah 6, diketahui:
Percepatan puncak batuan dasar (g)
= 0,3
Percepatan puncak muka tanah Ao (g)
= 0,36
Koefesien Gempa
C
= 0,3
Koefesien Pembatas Waktu Getar Fundamental() = 0,15
Faktor respons gempa
C1
= 0,5
Faktor Keutamaan
I
= 1,6
Tinggi Total Struktur
H
= 16,3 m
Panjang Total Struktur
B
= 18 m
Faktor Modifikasi Respons (R)
= 8-8,5

T (Waktu getar alami fundamental)

Berat Total Struktur :


- Beban Lantai 1

Q1 = 323334 kg

- Beban Lantai 2

Q2 = 267640 kg

= 0,0731 (hn)3/4
= 0,593

- Beban Lantai 3

Q3 = 317624 kg +
Wt = 908598 kg

Gaya Geser Dasar :


V1=

C1 I
x Wt =
R

0,5 x 1,6
x 908598=85515,106 kg
8,5

Lantai 1, 2 dan 3
Arah X :
Jumlah As Portal

nx =

4,00

bh

Gaya Geser Arah X

Vx = 21378,776 kg

Arah Y :
Jumlah As Portal

ny = 4,00

bh

Gaya Geser Arah Y

Vy =21378,776 kg

Beban Horizontal Terpusat :


Fi =

Wi . zi
Wi . zi

.V

Arah X :
W1 = Q1 / nx

W1 = 108299,5 kg

W2 = Q2 / nx

W2 = 94124,5 kg

W3 = Q3 / nx

W3 = 106622

kg

Tinggi Tingkat 1

T1 =

4,0

h1 = T1

= 4,0 m

Tinggi Tingkat 2

T2 =

4,0

h2 = T1 + T2

= 8,0 m

Tinggi Tingkat 3

T3 =

3,8

h3 = T1 + T2 + T3

= 11,8 m

Beban Terpusat Lantai 1 : F1x =

3849,67 kg

F1x =

W 1. h1
W 1. h 1+W 2. h2+W 3. h 3

Beban Terpusat Lantai 2 : F2x =


F2x =

W 2. h 2
W 2. h 2+W 3. h3

W 3. h 3
W 3. h 3

7772,776 kg

.Vx

Beban Terpusat Lantai 3 : F3x =


F2x =

.Vx

21378,776 kg

.Vy

Arah Y :
W1 = Q1 / ny

W1 = 108299,5 kg

W2 = Q2 / ny

W2 = 94124,5 kg

W3 = Q3 / ny

W3 = 106622

kg

Tinggi Tingkat 1

T1 =

4,0

h1 = T1

= 4,0 m

Tinggi Tingkat 2

T2 =

4,0

h2 = T1 + T2

= 8,0 m

Tinggi Tingkat 3

T3 =

3,8

h3 = T1 + T2 + T3

= 11,8 m

Beban Terpusat Lantai 1 : F1y =


F1y =

W 1. h1
W 1. h 1+W 2. h2+W 3. h 3

Beban Terpusat Lantai 2 : F2y =


F2y =

W 2. h 2
W 2. h 2+W 3. h3

W 3. h 3
W 3. h 3

.Vy

.Vy
7772,776 kg

.Vy

Beban Terpusat Lantai 3 : F3y =


F2y =

3849,67 kg

21378,776 kg

BAB V
KOMBINASI PEMBEBANAN
Kombinasi Pembebanan berdasarkan SNI 03 2847 2002 pasal 11.2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kombinasi 1
Kombinasi 2
Kombinasi 3
Kombinasi 4
Kombinasi 5
Kombinasi 6
Kombinasi 7
Kombinasi 8
Kombinasi 9

= 1,4 D
= 1,2 D + 1,6 L
= 1,2 D + 1,0 L
= 0,9 D
= 1,2 D + 1,0 L + 1,0 Qx
= 1,2 D + 1,0 L + 1,0 Qy
= 0,9 D + 1,0 Qx
= 0,9 D + 1,0 Qy
= Envelope kombinasi 1-8

Berikut merupakan hasil output analisis struktur pada SAP 2000 kombinasi envelope:
a. Reaksi momen 3-3

b. Reaksi Shear 2-2

c. Reaksi Perletakan

d. Momen Pelat M12

BAB VI
DESAIN PENULANGAN BALOK

6.1 Desain Penulangan Lentur Balok


Pada penulangan lentur balok digunakan nilai momen desain terbesar
dari seluruh kombinasi pembebanan pada masing masing balok, yaitu nilai
momen tumpuan dan terbesar.
Contoh Penulangan Balok Persegi pada Balok B1

Data Perencanaan:
Kuat tekan beton

f 'c

= 57 Mpa

Tegangan leleh baja

fy

= 370 Mpa

'

= 0,65 ( f c >55

Faktor reduksi kekuatan


Selimut beton (ds)
Tulangan sengkang (s)
Tulangan utama (u)
Lebar balok (b)
Tinggi balok (h)
Tebal plat (hf)
Panjang Bentang (L)
Gaya Lintang (Q)tump
Gaya Lintang (Q)lap
a (dimensi kolom)

= 0,8
= 50 mm
= 10 mm
= 20 mm
= 40 cm
= 60 cm
= 150 mm
= 700 cm
= 158,761 kN
= 16,313 kN
= 400 x 400

Muanstruk
Tump

= -188,4368 kNm

anstruk

Mu Lap

= 130,934 kNm

Momen desain tumpuan (Mdtump) =

1
anstruk
MuTump Q . a
3

1
188,4368 158,761 x 0,4
Momen desain tumpuan (Mdtump) =
3

Momen desain lapangan (Mdlap)

= -209,60 kN.m
1
Muanstruk
Q.
Lap
=
a
6

Momen desain lapangan (Mdlap)

130,934

1
6

x 16,313 x 0,4

= 130 kN.m
Tinggi efektif (d)
d = h - ds - s - 1/2 u = 600 50 10 0,5 (20) = 530 mm
Daerah Tumpuan:
1.
2.

3.

4.

Momen desain tumpuan: Mdtump

= 209,60 kN.m

Momen nominan (Mn)


Mu 209,60
262,006kNm

0,8
Mn =
=
=
Menentukan nilai kmaks

600
600

0,65

600 fy
600 370

=0,75
=0,30155
0,75
Menentukan nilai Mn1
M n1 0,85. f c' . b . d 2 . k maks . 1 1 k maks
2

0,85 x57 x 400 x530 2.0,30155. 1 1 0,30155


2

= 1394 kNm
5.

Menentukan nilai Mn2

Mn

= Mn Mn1= 262,006 1394 = -1132,06 kNm

karena Mn2 < 0 maka tidak diperlukan tulangan rangkap


6.

Menentukan nilai k perlu


k 1 1

2 Mn
0,85 f c ' b d 2

1 1

2 x 262,006
0,85 x57 x 400 x530 2

= 0,0493
7.

Menentukan luas tulangan


Mn
262,006
As perlu

k
0,0493

fy d 1
370 530 1

2
2

= 1369,884 mm2

8.

Luas tulangan maksimum (Asmaks)

0,85 fc'
600

0,75

max
1
f
600 f y
y

0,85 57
600

0,75

max
1
370 600 370

= 0,03949

Asmaks = max. b. d = 0,03949 x 400 x 530 = 8371,09 mm2


9.

Luas tulangan minimum (Asmin)

min

1,4 1,4

f y 370
=0,00378

Asmin= min. b. d= 0,00378 x 400 x 530= 802,162 mm2

802,162 mm2 < 1369,884 mm2, digunakan As = 1369,884 mm2


10.

Menghitung jumlah tulangan


Digunakan tulangan 6-D20
Luas tulangan :

11.

Ast

= 6 x x x D2 = 1885,71 mm2

Cek lebar balok dengan tulangan terpasang:


2s n.t n 1.st

bt = 2ds +

bw

2(10) 4( 20) 4 1.25


= 2(50) +

bw

= 271 mm 400 mm.... oke!


12.

Cek pembatasan luas tulangan


min< Ast < Asmaks maka perencanaan memenuhi syarat daktilitas
Karena Ast

Daerah Lapangan:
1.
2.

3.

4.

Momen desain lapangan: Mdlapangan= 129,85 kNm


Momen nominan (Mn)
Mu 129,85
162,308kNm

0,8
=
=
Mn =
Menentukan nilai kmaks

600
600

0,65

600 fy
600 370

=0,75
=0,30155
0,75
Menentukan nilai Mn1
M n1 0,85. f c' . b . d 2 . k maks . 1 1 k maks
2

0,85 x57 x 400 x530 2.0,30155. 1 1 0,30155


2

= 1394 kNm
5.

Menentukan nilai Mn2


2 = Mn Mn1=162,308 1394= -226,33 kNm
Mn
karena Mn2 < 0 maka tidak diperlukan tulangan rangkap

6.

Menentukan nilai k perlu


k 1 1

2 Mn
0,85 f c ' b d 2

1 1

2 x162,308
0,85 x57 x 400 x5302

= 0,0303
7.

Menentukan luas tulangan


Mn
162,308
As perlu

k
0,0493

fy d 1
370 530 1

2
2

= 840,401 mm2

8.

Luas tulangan maksimum (Asmaks)

0,85 fc'
600

0,75

max
1
f
600 f y
y

0,85 57
600

0,75

max
1
370 600 370

= 0,03949

Asmaks = max. b. d = 0,03949 x 400 x 530 = 8371,09 mm2


9.

Luas tulangan minimum (Asmin)

min

1,4 1,4

f y 370
=0,00378

Asmin= min. b. d= 0,00378 x 400 x 530= 802,162 mm2


802,162 mm2 < 840,401 mm2, digunakan As = 840,401 mm2
10.

Menghitung jumlah tulangan


Digunakan tulangan 4-D20
Luas tulangan :

11.

Ast

= 4 x x x D2 = 1257,14 mm2

Cek lebar balok dengan tulangan terpasang:


2s n.t n 1.st

bt = 2ds +

bw

2(10) 4( 20) 4 1.25


= 2(50) +

bw

= 271 mm 400 mm.... oke!


12.

Cek pembatasan luas tulangan


Karena Astmin< Ast < Asmaks maka perencanaan memenuhi syarat daktilitas
6.2 Desain Penulangan Geser Balok
Contoh Perhitungan untuk Balok B1
1. Hitung gaya geser berfaktor Vu berdasarkan penampang kritis
Gaya Geser = 163,22 kN
Ld
70,530
xRu
x 163,22
Vu =
=
= 150,862 kN
L
7
2.

3.

Kekuatan geser yang diberikan beton


1
1
fc '
57
6
6
Vc
=
.bw .d =
.0,4.0,530 = 266,761 kN
Vc = 0,6 x 266,761 = 160,056 kN
Vc= x 160,056 = 80,0282 kN
1
Vc
2
Jika Vu
, maka tidak perlu tulangan geser.

1
Vc
2

4.

Vu
, maka perlu tulangan geser.
Penulangan geser pada daerah yang cukup tulangan geser
Kekuatan geser yang diperlukan tulangan baja:
Vs

= Vu Vc
= 150,862 160,056
= -9,1946 kN

( 31 f )
'
c

1
.b. d = 0,75 3 57

karena Vs <

( 31 f )
'
c

.0,4. 0,530 = 400,14123 kN

.b. d

Maka, S maks < .d


S maks < .530= 265 mm, digunakan S = 200 mm
Dicoba = 10 mm (Luas satu kaki = 78,5 mm2 )
Jadi Av = 2 x 78,5 = 157 mm2
Digunakan tulangan geser 10 200
Penulangan geser pada daerah yang cukup tulangan geser minimum:
Av =

bw . S 400.200
=
=72
mm2
3. fy
3.3 7 0

Batasan daerah tulangan sengkang:


Ru Vc
163,22 160,056
x1
(0,5 Ln)
3300 64 mm
Ru
163,22

x2

1
Vc
163,22 80,0282
2
(0,5 Ln )
3300 1681,98 mm
Ru
163,22

Ru

Daerah perlu tulangan sengkang:


x1 = 64 mm
Daerah tulangan sengkang minimum:
x2 x1 = 1681,94- 64 = 1618 mm

Daerah tidak perlu tulangan sengkang:


0,5.Ln x2 = 3300 64 = 1618 mm

Anda mungkin juga menyukai