PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak. Dalam bahasa inggris di namai
juga sebagai Cerebro-vascular accident. Stroke menurut WHO (1995) adalah gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinis baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Insiden stroke menurut umum, bisa mengenai semua umur, tetapi secara
keseluruhan mulai meningkat pada usia decade ke-5. Perdarahan subarachnoid sudah
mulai timbul pada usia dasawarsa ke-3 sampai ke-5 dan setelah usia 60 th. Perdarahan
intraserebral sering didapati mulai pada decade ke-5 sampai decade ke-8 usia orang
Amerika. Sedangkan thrombosis lebih sering pada umur 50-70 an.Stroke pada anak muda
juga banyak di dapati akibat infarrk karena emboli yaitu mulai dari usia di bawah 20
tahun dan meningkat pada decade ke-4 hingga decade ke-6 dari usia, lalu menurun dan
jarang dijumpai pada usia yang lebih tua.
Stroke iskemik merupakan 87% dari seluruh kasus stroke tersebut. Mortalitas pada
stroke juga masih tinggi. Diperkirakan 5,7 juta orang meninggal setiap tahun karena
stroke, sehingga stroke bertanggung jawab terhadap 10% kematian di seluruh dunia.
Diantara kematian tersebut, hampir 54% memiliki hipertensi, 13% dengan glukosa darah
yang tinggi, dan 8% merokok. Tingkat kematian dalam 30 hari pada stroke berkisar antara
10-15% dan meningkat 30% pada individu dengan usia >85 tahun.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Sebagai salah satu persyaratan di stase neurologi
1. Mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan stroke
- Definisi
- Epidemiologi
- Klasifikasi
- Patofisiologi
- Manifestasi gejala
- Penatalaksanaan
- Prognosa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Vaskularisasi Otak
2
Otak memperoleh darah melalui dua system, yakni sistem karotis dan sistem
vertebralis yang terdiri dari :
Sirkulus willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun oleh A.serebri
media dekstra dan sinistra, A. komunikan anterior (yang menghubungkan kedua
arteri serebri anterior), sepasang A. serebri posterior, dan A. komunikan posterior
Stroke ialah bencana atau gangguan peredaran darah di otak. Dalam bahasa inggris
dinamai juga sebagai Cerebro-vascular accident. Kata stroke berarti pukulan (to strike).
Dari kata ini dapat disimpulkan bahwa timbulnya stroke ialah mendadak. Kata lain untuk
penyakit stroke ini ialah brain attack, yaitu serangan otak. Gangguan peredaran darah ini
dapat berupa ;
1. Iskemik. Aliran darah berkurang atau terhenti pada sebagian daerah di otak. (Iskemia
berarti aliran darah berkurang).
2. Perdarahan. Biasanya perdarahan terjadi karena dinding pembuluh darah robek.
Ganggguan perdarahan darah ini mengakibatkan fungsi ottak terganggu, dan bila berat
dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel otak disebut infark.(Lumbantobing,2007)
2.3 Epidemiologi
Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di
dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting,
dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.2,3
Menurut WHO tahun 2001, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke.
Dari jumlah itu 5,5 juta telah meninggal dunia. Penyakit tekanan darah tinggi atau
hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia.
Di Indonesia penyakit stroke menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker.
Sebanyak 28,5 % penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan
sebagian maupun total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke
dan kecacatan.
2.4 Faktor Risiko
a. Faktor risiko mayor
1. Hipertensi
2. Penyakit jantung
Infark miokard
Elektrokardiogram abnormal ; disaritmia (terutama fibrilasi jantung),
hipertrofik ventrikel sinistra.
Penyakit katub jantung
CHF
3. Sudah ada manifestasi aterosklerosis secara klinis
Gangguan pembuluh darah koroner (angina pectoris)
Gangguan pembuluh darah karotis ( terdapat bising di karotis)
6
4. Diabetes mellitus
5. Polisitemia
6. Pernah mendapat stroke
7. Merokok
b. Faktor risiko minor
1. Kadar lemak yang tinggi di darah
2. Hematokrit tinggi
3. Obesitas
4. Kadar asam urat tinggi
5. Kurang gerak badan atau olahraga
6. Fibrinogen tinggi (Harsono,2009)
2.5 Klasifikasi Stroke
2.5.1 Hemorrhagic Stroke
Menurut WHO, dalam international statistical classification of diseases and
related health problem 10th revision, stroke hemoragik dibagi atas :
1. Perdarahan intraserebral (PIS)
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri
dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinis :
Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas
dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan darah
yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarhan retina,
dan epistaksis.
Perdarahan subarachnoid
Penyebab
terbanyak
aneurisma
pembuluh darah
Tidak ada gejala prodromal yang jelas. Sering pada usia decade 3-5 dan 7
Kadang
hanya
nyeri
kepala
hebat,mual,muntah
Sering terjadi pada wajtu siang hari, Gejala prodromal berupa nyeri kepala
waktu bergiat dan emosi
Sering disertai kesadaran menurun
Ischemic Stroke
1) Klasifikasi
1. Transient isckemic attack (TIA). Gejala neurologic yang timbul akibat
gangguan peredaran darah di otak akaN menghilang dalam waktu 24 jam.
2. Reversible ischemic neurological deficir (RIND). Gejala neurologi yang timbul
akan menghilang dalam waktu lebih lamadari 24 jam, tapi tidak lebih dari
seminggu.
3. Stroke progresif (Progessive stroke/ stroke in evolution). Gejala neurologic
makin lama makin berat.
2. Daerah sekitar infark timbul daerah penumbra iskemik di mana sel masih
hidup tetapi tidak berfungsi.
3. Daerah diluar penumbra akan timbul edema local atau daerah hiperemis
berarti sel masih hidup dan berfungsi.(Harsono,2009)
3) Patofisiologi
Infark iskemik serebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis
(terbentuknya ateroma). Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam
manifestasi klinik dengan cara :
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus atau
perdarahan aterom.
3. Merupakan terbentuknya thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi lemah dan terjadi aneurisma
yang kemudian dapat robek.
Gambar 7. Aterosklerosis
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak :
1. Keadaan pembuluh darah, bila menyempit akibat stenosis atau ateroma atau
tersumbat oleh thrombus atau embolus.
2. Keadaan darah : viscositas darah yang meningkat, hematokrit yang meningkat
(polisitemia) menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat
menyebabkan oksigenasi otak menurun.
11
3. Tekanan darah sistemik memegang peranan tekanan perfusi otak. Perlu diingat
apa yang disebut otoregulasi otak yakni kemampuan instrinsik dari pembuluh
darah otak agar aliran darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan dari
tekanan perfusi otak. Batas normal otoregulasi antara 50-150 mmHg.
4. Kelainan jantung
a. Menyebabkan menurunnya curah jantung antara lain fibrilsi, blok jantung.
b. Lepasnya embolus menimbulkan iskemia di otak.(Harsono,2009)
4) Manifestasi klinis
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.
dan 7
Harus ada sumber emboli (umumnya
dari jantung akibat gangguan irama
atau katub)
Nyeri talamik, suatu nyeri yang terus menerus dan sukar di hilangkan: pada
pemeriksaan raba terdapat anesthesia tetapi pada tes tusukan timbul rasa
13
Stroke hemoragik
Mendadak
Sedang aktif
+++
+
+
+++
2.6 Diagnosis
a) Anamnesa
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami deficit
neurologi akut (baik focal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran. Tidak
terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan stroke hemoragik dan meskipun
gejala seperti mual muntah, nyeri kepala dan penurunan kesadaran lebih sering terjadi
pada stroke hemoragik. Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi
hemiparase, monoparase, atau qudriparase, hilangnya penglihatan monokuler atau
binokuler, diplopia, disatria, ataksia, vertigo, afasia atau penurunan kesadaran tiba-tiba.
Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara
bersamaan.
b) Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan kesadaran atau Glasgow coma scale
14
=1
Stupor/koma
=2
Muntah
Nyeri kepala
Ateroma
Hasil
Skor >1 = perdarahan supratentorial
Skor <1 = infark cerebri
Skor >1 - <1 = ragu-ragu
16
Penurunan
Nyeri kepala
Babinski
Jenis stroke
kesadaran
+
+
-
+
+
-
+
+
-
Perdarahan
Perdarahan
Perdarahan
Iskemia
Iskemia
P
en
at
al
a
ksanaan
Sasaran pengobatan ialah menyelamatkan neuron yang menderita jangan sampai
mati, dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tak mengganggu atau mengancam
fungsi otak. Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan
mengurangi kecacatan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki aliran darah
keotak secepat mungkin dan melindungi neuron. Pengelolaan pasien stroke akut pada
dasarnya dapat dibagi dalam :
Pengelolaan umum pedoman 6 B
17
a. Breath ; Oksigenasi, jalan nafas harus terbuka, hisap lendir dan slem untuk mencegah
kekurangan oksigen dengan segala akibat buruknya. Dijaga agar oksigenasi dan
ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi. Intubasi pada pasien dengan GCS < 8.
b. Blood : usahakan aliran darah keotak semaksimal mungkin dan pengontrolan tekanan
darah. Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena dapat
memperburuk keadaan kecuali pada tekanan darah sistolik >220 mmHg atau diastolik
> 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 100 mmHg
(stroke hemoragik).
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu di awasi kadar gula darah yang terlalu tinggi
terbukti memperburuk out come pasien stroke.
c. Brain : menurunkan tekanan intracranial dan menurunkan edema otak.
d. Bladder ; hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya dipasang
kateter intermitten.
e. Bowel : kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi, jaga supaya
defekasi teratur, pasang NGT6 bila didapatkan kesulitan menelan makanan.
f. Burn : jaga suhu.
1. Stroke iskemik
Pada stroke iskemik didapatkan gangguan pemasokan darah ke sebagian jaringan
otak. Ini disebabkan karena aliran darah berkurang atau terhenti. Bila gangguan cukup
berat, akan ada sel saraf yang mati.
Setelah terjadi iskemia, di otak terjadi berbagai macam reaksi lanjutan, misalnya
pembentukan
edema
(sembab)
di
sebagian
dari
otak,
perubahan
susunan
menyumbat pembuluh darah. Obat yang banyak digunakan adalah asetosal (aspirin).
Dosis berkisar dari 40 mg sehari sampai 1.3 gr sehari. Akhir-akhir ini juga
digunakan obat tiklopidin dengan dosis 2 x 250 mg atau klop[idogrel dengan dosis
1x75 mg sehari. Pada TIA, untuk mencegah kambuhnya, atau untuk mencegah
terjadinya stroke yang lebih berat, lama pengobatan dengan antigregasi berlangsung
gumpalan
darah
dan
embolisasi
thrombus.
kumarin, sintrom
Obat trombolitik (obat yang dapat menghancurkan thrombus)
Terapi trombolitik pada stroke iskemik didasari anggapan bahwa bila
sumbatan oleh thrombus dapat segera dihilangkan atau dikurangi maka sel-sel
neuron yang sekarat dapat ditolong. Terapi trombolitik pada stroke iskemik
merupakan terapi yang poten dan cukup berbahaya bila tidak dilakukan dengan
seksama.
Obat atau tindakan lain
Berbagai obat dan tindakan telah diteliti dan dilaporkan dikepustakaan dengan
tujuan memperbaiki ataun mengoptimasi keadaan otak, metabolismenya dan
sirkulasinya. Hasilnya msih controversial dan masih membutuhkan penelitian lebih
lanjut. Obat-obat ini misalnya : kodergokrin mesilat (hydergin), nimodipin
(nimotop), pentoksifilin (trental), sitikolin(nicholin). Tindakan yang perlu penelitian
lebih lanjut ialah hemodilusi, mengencerkan darah. Hal ini dilakukan bila darah
kental pada fase akut stroke. Bila darah kental, misalnya Ht 44-50% darah
dikeluarkan sebanyak 250 cc, diganti dengan larutan dekstran 40 atau larutan
lainnya.Bila masih kental juga, dapat dikeluarkan lagi 250 cc keesokan harinya.
(Harsono.2009)
2. Stroke hemoragik
Perdarahan subarachnoid
Tirah baring
Mengupayakan agar penderita tidak mengedan
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Tindakan ini merupakan rekomendasi konvensional. Belum dapat di buktikan
bahwa tindakan ini mengurangi perdarahan ulang atau vasospasme (menciutnya
19
pembuluh darah). Namun meningkatnya tekanan intracranial dan tekanan darah oleh
aktifitas fisik atau lonjakan emosional memang dapat dicegah, dan sebaiknya dicegah.
Tujuan terapi medic antara lain ialah :
a. Menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan ulang. Pada orang yang
dasarnya normotensif (tensi normal) diturunkan sampai sistolik 160 mmHg, pada
orang yang hipertensif sedikit lebih tinggi.
b. Penderita harus istirahat total, paling sedikit 4 minggu, agar proliferasi fibrolastik
dan penyembuhan luka pembuluh darah lebih baik.
c. Tekanan darah rongga tengkorak diturunkan dengan cara ;
Meninggikan posisi kepala 15-30% (satu bantal)
Memberikan obat antiedema
Memberikan obat dektsametason, selain sebagai antiedema juga untuk
mencegah perlekatan pada arachnoid yang dapat mengakibatkan hidrosefalus
dan peninggian tekanan dalam tengkorak.
d. Mencegah perdarahan ulang, paling sering terjadi selama 2-4 minggu pertama.
Untuk maksud ini dapat diberi obat dari golongan antifibrinolitik, misalnya asam
traneksamat 4-6 gr intravena selama 2 minggu.
e. Mencegah spasme arteri yang paling sering terjadi pada hari ke 3 sampai ke 10.
Untuk maksud ini dapat diberikan obat nimodipine 4 x 30-60 mg sehari selama 2
minggu.(Harsono.2009)
Perdarahan intraserebral
Terapi medik
20 %
Hiperventilasi dengan sasaran Pco2 35 mmHg
Pengaturan cairan
Terapi Bedah
Indikasi tindakan pembedahan
20
Pasien dengan perdarahan serebelar > 3 cm yang secara neurologis memburuk atau
yang mengalami kompresi batang otak dan hidrosefalus akibat obstruksi
ventricular
Perdarahan intraserebral dengan lesi structural seperti aneurisma, malformasi
arteriovena atau angioma kacernosa dapat di angkat jika keadaan pasien dalam
keadaan stabil.
Pasien usia muda dengan perdarahan lobus yang sedang atau besar yang secara
klinis memburuk.
Pasien dengan GCS <4, kecuali dengan perdarahan serebral disertai kompresi
batang otak, dapat menjadi kandidat untuk pembedahan darurat dalam situasi
klinis tertentu.
Asam salisilat
80-160 mg/hari
Clopidogrel
75 mg/hari
Manitol 20%
ml
jam
Tab 400 mg
Inj 100 mg/5 ml
Inj 300 mg/5 ml
Dws awal 800 mg 3x 1 hr
Pemeliharaan 400 mg 3x1
hr dosis hingga 1.2-4.8 gr
perhari dapat diberikan
bila perlu
Anak sir 30-50
mg/KgBB/hari dalam 2-3
dosis berbagi
Kontraindikasi
Citicolin
bolus intravena
mg,amp 250 mg/2 ml, 500 mg/4
Fase kronik 100-300 mg 1ml,1 g/8 ml
2 x perhari secara IV atau
Nicholin, amp 100 mg/2 ml,200
IM
Ggn serebrovaskular dapat
mg/2 ml
Neulin amp 250 mg/2 ml,500 mg/4
ml
g.
PEMBERIAN
INTRAVENA HARUS
Mecobalamin
SELAMBAT MUNGKIN
Caps 1-3 perhari
Inj 1 amp 3x perminggu
IV/IM
DOSIS DISESUAIKAN
Asam
KONDISI
Caps dari tab 1-2 caps /tab
traneksamat
IM/IV
Indikasi : proflaksis dan
pengobatan defisit
infuse 10 mg/50 ml
vasospasme sesudah
pendarahan subarachnoid
Sedian : tab sal 10 mg, inj
Vitamin K
Vitamin
2 mg/ml
Neurobion 5000 tiap tablet
B1,B6,B12
2.8 Prognosis
1. Stroke iskemik
22
Prognosis dipengaruhi usia pasien penyebab stroke dan kondisi medis lain yang
mengawali atau yang menyertai stroke. Penderita yang selamat memiliki resiko tinggi
mengalami stroke ke dua .
2. Stroke hemoragik
Prognosis tergantung pada stroke dan sindrom klinis stroke . kemungkinan
hidup setelah menderita stroke tergantung pada lokasi ukuran patologi lesi serta usia
pasien dan penyakit yang menyertai sebelum stroke .stroke hemoragik memiliki
prognosis buruk pada 30 hari pertama resiko meninggal 50% sedangkan pada stroke
iskemik hanya 10%.(George.2009)
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1.
3.2.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. D
Umur
: 55 th
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Guru
Agama
: Islam
Alamat
: Tanah Garam
Tanggal masuk
: 14 Desember 2015
Anamnesis
Keluhan utama
Lemah anggota gerak kanan sejak 4 jam SMRS
Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan lemah anggota gerak kanan sejak 4 jam SMRS. Keluhan
dirasakan tiba-tiba saat pasien akan berangkat kerja. Pasien langsung jatuh
terduduk, dan pasien masih bisa berjalan. Pasien merasakan tangan kanan dan
kaki kanan sama lemahnya. Penurunan kesadaran tidak ada, mual dan muntah
tidak ada, kejang tidak ada. Pasien juga mengeluhkan pusing, pandangan kabur,
lidah terasa berat, bicara pelo, dan mulut mencong. BAB dan BAK seperti biasa.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Stroke (-)
Riwayat hipertensi (+) sejak 3 tahun yang lalu, tidak terkontrol. Pasien
sesekali minum obat amlodipine 5 mg yang di dapat dari dokter.
Riwayat Penyakit Jantung (-)
Riwayat Penyakit Diabetes Melitus (-)
Riwayat penyakit keluarga
23
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Jantung disangkal
Riwayat diabetes melitus disangkal
Riwayat pribadi dan sosial
Pasien seorang guru
Pasien suka mengkonsumsi makanan yang asin, dan berminyak
Pasien meminum kopi 1 gelas per hari.
3.3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran
Tekanan Darah
: 200/110mmHg
Nadi
Nafas
: 19 x/i
Suhu
: 36,5 oC
Berat Badan
: Tidak dilakukan
Tinggi Badan
: Tidak dilakukan
Gizi
: Baik
Turgor Kulit
: Baik
Status Lokalisata
Mata kanan
Kiri
Leher
Aksila
Inguinal
Torak
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
: defans muskular (-) nyeri tekan dan nyeri lepas ( - ), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Colum Vertebrae
Pemeriksaan Neurologikus
1. Glassgow Coma Scale ( GCS )
: E4M6V5 = 15
2. Tanda Ransangan Meningeal
a. KakuKuduk
: Tidak ada
b. Brudzinki I
: Tidak ada
c. Brudzinki II
: Tidak ada
d. TandaKernig
: Tidak ada
3. Tanda peningkatan TIK
a. Pupil
: Isokor, diameter 3 mm / 3 mm
b. Refleks cahaya
: +/+
c. Muntah proyektil
: tidak ada
4. Pemeriksaan Nervus Cranialis
a. N I
: Nervus Olfaktorius
Penciuman
Kanan
Kiri
Subjektif
Normal
Normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
b. N II
: Nervus Optikus
25
Penglihatan
Kanan
Kiri
Tajam penglihatan
Normal
Normal
Lapang pandang
Normal
Normal
Melihat warna
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Funduskopi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
c. N III
:Nervus Okulomotorius
Kanan
Kiri
Bola mata
Normal
Normal
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Gerakan bulbus
Strabismus
Tidak ada
Tidak ada
Nistagmus
Tidak ada
Tidak ada
Ekso-endoftalmus
Tidak ada
Tidak ada
Pupil
Isokor
Isokor
Bentuk
Bulat
Bulat
Reflek cahaya
Reflex akomodasi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Reflex Konvergen
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
a. N IV
: Nervus Troklearis
Kanan
+
Tenang
Diplopia
b. N V
Kiri
+
Tenang
_
: Nervus Trigeminus
26
Kanan
Kiri
Motoric
Membuka mulut
Menggerakan rahang
Menggigit
Mengunyah
Sensorik
Divisi optalmika
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Reflek kornea
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sensibilitas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Divisi maksila
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Reflek masseter
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sensibilitas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Divisi mandibular
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Sensibilitas
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
c. N. VI : Nervus Abdusen
Kanan
Gerakan mata lateral
Kiri
+
Sikap bulbus
Diplopia
Tidak ada
Tidak ada
Raut wajah
Sekresi air mata
Kanan
Kiri
Asimetris
Simetris
+
+
27
Fissura palpebral
Menggerakkan dahi
Menutup mata
Mencibir/bersiul
Memperlihatkan gigi
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Hiperakustik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kiri
Suara berbisik
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Detik arloji
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Rinne test
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Weber test
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Memanjang
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Memendek
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Nistagmus
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Pendular
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Vertical
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Siklikal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Swabach test
Kiri
28
Sensasi
lidah
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
belakang
reflek
Kiri
Arkus faring
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Uvula
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Menelan
Sedikit terganggu
Normal
Artikulasi
Normal
Normal
Suara
Normal
Normal
Nadi
Teratur
Teratur
Kiri
Menoleh ke kanan
Menoleh ke kiri
Mengangkat
bahu
ke
bahu
ke
kanan
Mengangkat
kiri
29
Kiri
Normal
Normal
dalam
Kedudukan
dijulurkan
Tremor
Fasikulasi
Atrofi
5. Pemeriksaan koordinasi
Cara berjalan
Tidak lakukan
Disatria
Tidak lakukan
Romberg test
Tidak lakukan
Disfagia
Tidak lakukan
Ataksia
Tidak lakukan
Supinasi-pronasi
Tidak lakukan
Rebound
Tidak lakukan
Tidak lakukan
Tidak lakukan
Tidak lakukan
phenomen
Tes tumit lutut
b. Berdiri
Respirasi
Normal
Normal
Duduk
Normal
Normal
Tremor
Tidak lakukan
Tidak lakukan
Atetosis
Tidak lakukan
Tidak lakukan
berjalan
30
Mioklonik
Tidak lakukan
Tidak lakukan
Khorea
Tidak lakukan
Tidak lakukan
c. Ekstre
Superior
Inferior
mitas
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Gerakan
Pasif
Aktif
Pasif
Aktif
Kekuatan
222
555
222
555
Trofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Eutrofi
Tonus
Hipertonus
Eutonus
Hipertonus
Eutonus
b. Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil
Tidak dilakukan
Sensibilitas nyeri
Tidak dilakukan
Sensibilitas termis
Tidak dilakukan
Sensibilitas
Tidak dilakukan
Sensibilitas kortikal
Tidak dilakukan
Streognosis
Tidak dilakukan
Pengenalan 2 titik
Tidak dilakukan
Pengenalan rabaan
Tidak dilakukan
c. System reflex
1.Fisiologi
Kanan
Kiri
Kornea
Biseps
+++
++
Berbangkis
Tidak
Tidak
Triceps
+++
++
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
APR
+++
++
dilakukan
dilakukan
Tidak
Tidak
KPR
+++
++
Laring
Maseter
Kanan Kiri
31
dilakukan
dilakukan
Dindingper
Tidak
Tidak
Bulboca
Tidak
Tidak
ut
dilakukan
dilakukan
vernosus
dilaku
dilakukan
kan
Atas
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Cremater
Tidak
Tidak
dilaku
dilakukan
kan
Tengah
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
Sfingter
Tidak
Tidak
dilaku
dilakukan
kan
Bawah
Tidak
Tidak
dilakukan
dilakukan
2. Patologis
Lengan
Tungkai
Hoffman-
Tidak
Tromner
dilakukan
Babinski
Chaddoks
Oppenheim
Gordon
Schaeffer
Klonus paha
Tidak
Tidak
dilaku
dilakukan
kan
Klonus kaki
Tidak
Tidak
dilaku
dilakukan
kan
3. Fungsi Otonom
Miksi
Defekasi
Sekresi keringat
: Normal
: Normal
: Normal
32
Fungsi luhur
Kesadaran
Reaksi bicara
Fungsi
Tanda dementia
Normal
Normal
Refleks
Tidak
Glabela
dilakukan
Refleks Snout
Tidak
Intelektual
Reaksi Emosi
dilakukan
Normal
Refleks
Tidak
memegang
dilakukan
Refleks
Tidak
Palmomental
dilakukan
dextra tipe
sentral
Diagnosis Topik
Diagnosis Etiologi
: Trombosis cerebri
Tirah baring
33
Piracetam 3x 1200 mg
Asam folat 1 x 1
Aspilet 1 x 20 mg
Amlodipin 1 x 5 mg
Follow Up
Hari/tanggal
15 Desember
Perkembangan
S/ - Lemah anggota gerak kanan (+)
Terapi
IVFD RL 12 jam/kolf
2015
Piracetam 3 x 1200 mg
Amlodipin 1 x 5 mg
As.folat 1 x 5 mg
Aspilet 1 x 80 mg
O/
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 80 x/i
Nafas : 20x/i
Suhu : 36.5C
Motorik:
333
555
333
555
A/
DK : Hemiparesis dextra + paresis
N.VII dan N.XII dextra tipe
sentral
DT : Subcortex cerebri hemisfer
sinistra
DE : Trombosis cerebri
DS : Hipertensi grade II
34
16 Desember
IVFD RL 12 jam/kolf
2015
Piracetam 3 x 1200 mg
Amilodipin 1 x 5 mg
As.folat 1 x 5 mg
Aspilet 1 x 80 mg
O/
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 190/100 mmHg
Nadi : 69 x/i
Nafas : 20x/i
Suhu : 36.6C
Motorik:
444
555
444
555
A/
DK : Hemiparesis dextra + paresis
N.VII dan N.XII dextra tipe
sentral
DT : Subcortex cerebri hemisfer
sinistra
DE : Trombosis cerebri
DS : Hipertensi grade II
17 Desember
Piracetam 3 x 1200 mg
2015
Amilodipin 1 x 5 mg
As.folat 1 x 5 mg
Aspilet 1 x 80 mg
35
R/ fisioterapi
O/
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 72 x/i
Nafas : 19x/i
Suhu : 36.5C
Motorik:
444
555
444
555
A/
DK : Hemiparesis dextra + paresis
N.VII dan N.XII dextra tipe
sentral
DT : Subcortex cerebri hemisfer
sinistra
DE : Trombosis cerebri
18 Desember
2015
DS : Hipertensi
S/ - Lemah anggota gerak kanan (+)
-
Piracetam 3 x 1200 mg
Amilodipin 1 x 5 mg
As.folat 2 x 1
Aspilet 1 x 1
Pasien boleh pulang
O/
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : CMC
Tekanan darah : 140/80 mmHg
Nadi : 68 x/i
36
Nafas : 19x/i
Suhu : 36.6C
Motorik:
444
555
444
555
A/
DK : Hemiparesis dextra + paresis
N.VII dan N.XII dextra tipe
sentral
DT : Subcortex cerebri hemisfer
sinistra
DE : Trombosis cerebri
DS : Hipertensi
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki, 55 tahun pada tanggal 14 Desember 2015
masuk bangsal neurologi RSUD Solok dengan diagnosis kerja Stroke Iskemik. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pasien mengeluhkan lemah anggota gerak kanan sejak 4 jam SMRS. Keluhan
dirasakan tiba-tiba saat pasien akan berangkat bekerja. Pasien langsung jatuh terduduk, dan
pasien masih bisa berjalan. Pasien merasakan tangan kanan dan kaki kanan sama lemahnya.
Penurunan kesadaran tidak ada, mual dan muntah tidak ada, kejang tidak ada. Pasien juga
mengeluhkan pusing, pandangan kabur, lidah terasa berat, bicara pelo, dan mulut mencong.
BAB dan BAK seperti biasa.
Riwayat Hipertensi (+) sejak 3 tahun yang lalu, tidak terkontrol. Riwayat diabetes
mellitus dan jantung tidak ada. Dari riwayat kebiasaan pasien diketahui suka makan makanan
yang asin dan berminyak.
37
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit sedang, kesadaran
kompos mentis koperatif dengan GCS 15 (E4M6V5). Tanda vital ditemukan tekanan darah
200/110 mmHg, Nadi 90 x/i kuat dan teratur, nafas 19x/i, suhu 36,5C.
Pada status neurologis tidak ditemukan tanda ransangan meningeal tanda peningkatan
tekanan intra kranial. Pada pemeriksaan nervus cranial ditemukan kelainan pada nervus VII
dimana wajah pasien memencong ke kanan dan nervus XII lidah deviasi ke kanan dan sedikit
gangguan menelan. Pada pemeriksaan fungsi motorik, anggota gerak kanan menurun. Pada
pemeriksaan ditemukan fungsi refleks fisiologis hiperrefleks dan ditemukan kelainan reflek
patologis babinski. Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 16.4 g/dl, Ht 49.9 %, Leukosit
10.02 x 10-3/uL, Trombosit 372 x 10-3 uL, Uric asid 7,1 mg/dl, Glukosa puasa 84 mg%,
Glukosa 2 jam pp 147 mg%, Total kolsterol 171 mg/dl, Trigliserida 195 mg/dl, HDL 33
mg/dl dan LDL 99 mg/dl.
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Stroke Iskemik, karena ditemukan pada pasien
ini:
Terapi umum yang diberikan adalah IVFD RL 12 jam/kolf dan elevasi kepala 30. Untuk
terapi khusus diberikan Piracetam 3 x 1200 mg, Amlodipin 1 x 5 mg, As.folat 1 x 5 mg,
Aspilet 1 x 20 mg. Setelah melewati fase akut atau tekanan darah pasien sudah diambang
normal, pasien melakukan fisioterapi. Edukasi yang diberikan adalah kurangi makan makanan
yang mengandung garam, makanan yang berminyak dan lemak seperti jeroan, kontrol rutin
tekanan darah dan konsumsi obat antihipertensi secara teratur, fisioterapi sesuai jadwal dan
sering latihan dirumah, setelah pulih biasakan olah raga teratur seperti jalan kaki 30 menit
setiap hari.
Prognosis pada penyakit ini adalah Quo ad Vitam bonam apabila tekanan darah
pasien terkontrol, Quo ad Fungsionam Dubia ad Bonam apabila pasien rutin melakukan
fisioterapi, mengkonsumsi obat, dan latihan fisik dirumah serta dukungan keluarga terhadap
kesembuhan pasien. Quo ad Sanasionam Dubia ad Bonam apabila tekanan darah terkontrol,
mengurangi makanan yang mengandung kolesterol dan diet rendah garam.
38
DAFTAR PUSTAKA
saraf EGC:Jakarta.
Harsono, 2009. Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press.Yogyakarta
Junaidi,iskandar,2007.Stroke A-Z.BIP: Jakarta
Lumbantobing.2007.Stroke. Jakarta : FKUI
Lumbantobing.2004.Neurologi klinik. Jakarta : FKUI
Moore,Keith.L.2002.Anatomi klinis dasar.Jakarta : Hipokrates
Sherwood.2011.Fisiologi Manusia.Jakarta : EGC
39