Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN JIWA II

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI


PELAKSANAAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :
Kelompok 1A & 1B

AKADEMI KERERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
2015

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN


KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

1.

Kasus (Masalah Utama)


Perilaku kekerasan

Proses Terjadinya Masalah


2.1 Pengertian Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun
orang lain (Yosep, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons marah yang diekspresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau merusak
lingkungan. Respons tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor. Respons ini
dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan (Keliat, 2011)
Perilaku kekerasan atau gresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Fitria, 2014).
2.

Tanda dan Gejala


Menurut Fitria (2014) tanda dan gejala klien dengan perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut :
1)
Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2)
Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan
nada keras, kasar dan ketus.
3)
Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak
lingkungan, amuk/agresif.
4)
Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,
jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut.
5)
Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak
jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6)
Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak
bermoral dan kreativitas terhambat.
2.2

7)
8)

Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan


sindirin.
Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual.

Rentang Respon
Menurut Fitria (2014) rentang respon pasien dengan perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
2.3

Respon Maladaptif

Respon Adaptif

Asertif
Asertif

Frustasi

Pasif

Agresif

Kekerasan

: Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang


lain dan memberikan ketenangan

Frustasi

: Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak


dapat menemukan alternatif.

Pasif

: Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya

Agresif

: Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut

Kekerasan

tetapi masih terkontrol


: Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilang kontrol

Tabel 1.1
Perbandingan antara Perilaku Pasif, Asertif dan Agresif
Pasif

Agresif
Isi
Negatif
danPositif
danMenyombongkan diri,
Pembicaraan merendahkan
diri,menawarkan
diri,merendahkan
orang
contohnya perkataan :contohnya
lain,
contohnya
Dapatkah saya ?
perkataan :
perkataan
:Kamu
Dapatkah kamu ?
Saya dapat
selalu
Saya akan
Kamu
tidak
pernah
Tekanan SuaraCepat
mengeluh

Asertif

lambat,Sedang

Keras dan ngotot

Posisi badan Menundukkan kepala Tegap dan santai


Jarak

Kaku, condong ke
depan
Siap dengan jarak akan
menyerang orang lain

Menjaga jarak denganMempertahankan


sikap
jarak yang nyaman
acuh/mengabaikan
Penampilan Loyo, tidak dapatSikap tenang
Mengancam,
posisi
tenang
menyerang
Kontak Mata Sedikit/sama
sekaliMempertahankan
Mata melotot dan
tidak
kontak mata sesuaidipertahankan
dengan hubungan
Sumber : Fitria (2014)

Penyebab
2.4.1 Faktor Predisposisi
Menurut Fitria (2014) factor predisposisi dari perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
1) Teori Biologik
Berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:
(1) Pengaruh Neurofisiologik, beragam komponen neurologis mempunyai
implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik sengat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku
bermusuhan dan respon agresif.
(2) Pengaruh Biokimia, berbagai neurotransmiter (epinefrin, norepinefrin,
dopamin, asetilkolin dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi
dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan
norepinefrin serta penurunan serotinin dan GABA (6 dan 7) pada cairan
serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang dapat
menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang.
(3) Pengaruh Genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara pelaku tindak kriminal
(narapidana).
(4) Gangguan Otak, sindrom otak organik berhubungan dengan bernagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus
temporal), trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus
temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
2.4

2) Teori Psikologi
(1) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya

kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego


dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi
bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengeungkapan
secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.
(2) Teori Pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku
kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran
eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.
3) Sosiokultural
Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilakun
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan
factor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan.
2.4.2 Faktor Prsesipitasi

Menurut Fitria (2014) factor presipitasi terjadinya perilaku kekerasan


adalah sebagai berikut :
1) Internal adalah semua factor yang dapat menimbulkan kelemahan,
menurunnya percaya diri, rasa takut sakit, hilangnya kontrol, dll.
2) Eksternal adalah penganiayaan fisik, kehilangan orang yang dicintai, krisis,
dll.
2.4.3 Mekanisme Koping

Menurut Dalami dkk (2009) mekanisme koping klien dengan perilaku


kekerasan adalah sebagai berikut :
1) Denial, mekanisme pertahanan ini cenderung meningkatkan marah seseorang
karena sering digunakan untuk mempertahankan harga diri akibat
ketidakmampuan.
2) Sublimasi, adalah dengan mengalihkan rasa marah pada aktifitas lainnya.
3) Proyeksi, juga cenderung mengungkapkan ekspresi marah karena individu
berusaha mengekspresikan marahnya terhadap orang/benda tanpa dihalangi.
4) Formasi, adalah perilaku pasif-agresif karena perasaannya tidak dikeluarkan
akibat ketidakmampuannya
mengekspresikan kemarahannya
atau

memodifikasi perilakunya. Pada saat saat tertentu individu dapat menjadi


agresif secara tiba tiba.
5) Represi, merupakan mekanisme pertahanan yang dapat menimbulkan
permusuhan yang tidak disadari sehingga individu bersifat eksploatif,
manipulative, dan ekspresi lain yang mudah berubah.
2.5

Pohon Masalah
Menurut Fitria (2014) pohon masalah perilaku kekerasan adalah sebagai

berikut :
Resiko mencedarai diri, orang lain dan lingkungn

Perilaku kekerasan

Harga diri rendah

Efect

Core problem

Cause

Masalah Keperawatan
Menurut Yosep (2010) masalah keperawatan klien dengan perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
1) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
2) Perilaku kekerasan.
2.6

3) Harga diri rendah

Data yang Perlu Dikaji


Menurut Yosep (2010) data yang perlu dikaji pada pasien dengan masalah
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
2.7.1 Resiko Mencederai Diri, Orang Lain Dan Lingkungan
2.7

Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Obyektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul
diri sendiri/orang lain.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.

2.7.2 Perilaku Kekerasan

Data Subyektif :
1) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif :
1) Mata merah, wajah agak merah.
2) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
3) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4) Merusak dan melempar barang-barang.

2.7.3 Harga Diri Rendah

Data Subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

Diagnosa Keperawatan
Menurut Yosep (2010) diagnose keperawatan pada pasien dengan masalah
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1) Resiko mencederai deri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan : amuk
2.8

2) Perilaku kekerasan : amuk berhubungan dengan herga diri rendah


3) Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu inefektif

Rencana Tindakan Keperawatan


Menurut Fitria (2014) rencana tindakan keperawatan untuk klien dengan
perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Rencana tindakan keperawatan untuk klien
1) Strategi pelaksanan 1 (SP1) untuk klien.
(1) Mengidentifikasi perilaku kekerasan.
(2) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
(3) Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
(4) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
(5) Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
(6) Membantu klien mempraktikan latihan cara mengontrol fisik I.
(7) Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
2.9

2)

3)

4)

5)

2.

Strategi pelaksanan 2 (SP2) untuk klien.


(1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik II.
(3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian klien.
Strategi pelaksanan 3 (SP3) untuk klien.
(1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan klien dengan cara verbal.
(3) Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanan 4 (SP4) untuk klien.
(1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan klien dengan cara spiritual.
(3) Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
Strategi pelaksanan 5 (SP5) untuk klien.
(1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
(2) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan klien dengan cara minum
obat.
(3) Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
Tindakan keperawatan untuk klien.
1) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan yang terjadi di
masa lalu dan saat ini.

2) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.


3) Diskusian bersama klien mengenai tanda tan gejala perilaku kekerasan,

baik kekerasan fisik, psikologis, sosial, spiritual maupun intelektual.


4) Diskusikan bersama klien perilaku secara verbal yang bisa dilakukan pada
saat marah baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.
5) Diskusikan bersama akibat yang ditimbulkan dari perilaku marahnya.
6) Diskusikan bersam klien cara mengntrol perilaku kekerasan baik secara
fisik (pukul kasur atau bantal serta tarik nafas dalam), obat-obatan, sosial
atau verbal (dengan mengungkapkan kemarahannya secara asertif),
ataupun spiritual (sholat atau berdoa sesuai keyakinan klien)
3.

Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga


1) Strategi pelaksanan 1 (SP1) untuk keluarga.
Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang
dialami klien berserta proses terjadinya.
Menjelaskan cara-cara merawat klien perilaku kekerasan.
2) Strategi pelaksanan 2 (SP2) untuk keluarga.
Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien perilaku
kekerasan.
Melatih keluarga melakukan cara merawat klien perilaku kekerasan.
3) Strategi pelaksanan 3 (SP3) untuk keluarga.
Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas dirumah termasuk
minum obat.
Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
4) Tindakan keperawatan untuk keluarga.
Diskusikan bersama keluarga masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien.
Diskuksikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan meliputi
penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, serta akibat dari
perilaku tersebut.
Latih keluarga untuk merawat anggota keluarga dengan perilaku
kekerasan.
- Anjurkan keluarga untuk selalu memotivasi klien agar meakukan
tindakan yang telah diajarkan oleh perawat.
- Ajarkan keluarga untuk memeberikan pujian kepada klien bila
anggota keluarga dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat.

Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila


klien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda
atau orang lain.
-

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Masalah
Pertemuan

: Perilaku Kekerasan
: Disesuaikan

1. Proses Keperawatan
1) Kondisi

Klien nampak mandar mandir, berbicara sambil mengepalkan tinju,


pandangan mata tajam, wajah merah dan tegang, serta sesekali tampak
memukul mukul dinding.
2) Diagnosis Keperawatan

Perilaku kekerasan
3) TUK/Strategi Pelaksanaan

Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien.


Mengidentifikasi perilaku kekerasan.
Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan.
Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan.
Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan.
Membantu klien mempraktikan latihan cara mengontrol fisik I.
Menganjurkan klien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
4) Tindakan Keperawatan

Identifikasi tanda tanda yang menunjukan perilaku kekerasan.


Monitor klien selama masih melakukan tindakan yang mengarah
pada perilaku kekerasan
Lakukan pendekatan dengan teknik komunikasi terapeutik
Tangani kondisi kegawatdaruratan dengan isolasi dan fiksasi.

2. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan

Orientasi
1) Salam terapeutik
Selamat siang pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A, saya
perawat yang dinas di Rumah Sakit Jiwa ...nama Bapak siapa ?
senangnya sipanggil apa?
2) Evaluasi dan validasi
Bagaimana perasaan Bapak saat ini? Masih ada perasaaan kesal
atau marah?
3) Kontrak
(1) Topik
Baiklah kita akan berbincang bincang sekarang tentang
perasaan marah Bapak
(2) Waktu
Berapa lama Bapak mau kita berbincang bincang?.
Bagaimana kalau 20 menit ?.
(3) Tempat
Dimana enaknya kita duduk untuk barbincang bincang, pak?
Bagaimana kalau diruang tamu? .

Fase Kerja
Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya
Bapak perna marah ? terus, penyababnya apa? Samakah dengan
sekarang? O.iya, jadi ada 2 penyebab marah Bapak. Pada saat
penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan istri
belum menyedikan makanan (mis.,ini penyebab marah pasien ),apa
yang Bapak rasakan?(tunggu respon pasien). Apakah Bapak
merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar debar, mata melotot,
rahang tertutup rapat, dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang Bapak lakukan ? O. iya, jadi Bapak
memukul istri Bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini
makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang Bapak
lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut
Bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah Bapak belajar cara

mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan


kerugian?
Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, Pak. Salah
satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik
disalurkan rasaa marah.
Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu? Begini Pak,
kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan maka Bapak
berdiri, lalu Tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/
tiup perlahan-lajan melalui mulut seperti nmengeluarkan kemarahan.
Ayo coba lagi, Tarik dari hidung, bagus., tahan, dan tiup melalui
mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, Bapak sudah dapat
melakukannya. Bagaimana perasaanya?
Nah, sebaiknya latihan ini Bapak lakukan secara rutin, sehingga
bila sewaktu-waktu rasa itu muncul Bapak sudah terbiasa
melakukannya.

Fase Terminasi
1) Evalusi subjektif
Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan Bapak?
2) Evaluasi objektif
Apa saja tadi yang telah kita bicarakan ?
Benar, perasaan saat marah, apa saja tadi ? ya betul, lagi, lagi,
oke.
Dan akibat marah, apa saja ? ya betul, sampai dibawa ke
Rumah Sakit.
3) Rencana tindak lanjut

Nah sudah banyak tadi yang kita bicarakan Coba selama


saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah Bapak yang lalu.
Jangan lupa latihan napas dalam ya pak. Sekarang kita buat
jadwal latihan ya Pak, berapa kasli sehari Bapak mau latihan
napas dalam? Jam berapa saja pak?
4) Kontrak
(1) Waktu : Besok kita ketemu lagi, jam 09.00, bagaimana
Bapak setuju?

(2) Tempat : Dimana kita akan bertemu? Bagaimana kalau

disini lagi?
(3) Topik
: Kita akan latihan cara lain untuk
mencegah/mengontrol marah? Sampai jumpa besok

LATIHAN FASE ORIENTAS, KERJA, DAN TERMINASI


PADA SETIAP SP
Latihan 1 : Membina hubungan saling percaya, pengkajian perilaku
kekerasan, dan mengajarkan cara menyalurkan rasa marah.
Orientasi:
Assalamualaikun Pak perkenalkan nama saya A, saya perawat Dari
puskesmas..., saya akan merawat Bapak hari ini. Nama Bapak siapa, senangnya
dipanggil apa? Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang apa yang
menyebabkan Bapak marah? Berapa lama Bapak mau kita berbincangbincang? Dimana kita enaknya berbincang-bincang pak
Tahap Kerja:
Apa yang menyebabkan Bapak memukul istri Bapak dan memecahkan
perabotan di rumah? Apa yang Bapak rasakan sebelum Bapak memukul ibu
dan memecahkan barang-barang di rumah? Apa perubahan yang terjadi pada
diri Bapak sebelum memukul ibu dan memecahkan barang-barang di rumah?
apakah Bapak merasakan kesal kemudian dada Bapak berdebar-debar, mata
melotot, rahang terkatup rapat dan tangan terkepal sebelu Bapak memukul istri
dan memecahkan barang-barang? apakah ada tanda/hal lain yang Bapak
rasakan sebelum Bapak memukul ibu dan memecahkan barang-barang? Apa
yang Bapak rasakan ketika Bapak marah? Apakah merasakan dada berdebardebar, mata melotot, atau dada berdebar-debar? Setelah Bapak memukul istri
dan merusak perabotan rumah tangga, apa yang Bapak rasakan? Menurut
Bapak apa kerugiannya jika Bapak dan memukul istri dan merusak perabotan
rumah tangga menurut Bapak adakah cara lain yang lebih baik untuk
mengungkapkan kemnarahan Bapak agar tidak menimbulkan kerugian. Maukah
Bapak belajar cara marah yang baik agar rasa jengkel Bapak tersalurkan
tetapi tidakmenimbulkan merugikan?
Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan saya?
Bagaimana jika saya dating kembali kerumah Bapak dua hari yang kan

datang? Jam berapa sebaiknya saya datang kembali? Dimana enaknya kita
bercakap- cakap kembali? Bagaimana kalau nanti kita bicarakan tentang cara
menyalurkan marah secara fisik? Nah selama dua hari tidak bertemu ini coba
Bapak pikirkan bagaimana menurut Bapak cara menyalurkan Bapak secara
fisik.
Latihan 2 : Mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
Orientasi :
Assalamualaikum Pak, sesuai dengan janjai saya 2 hari yang lalu sekarang
saya datang lagi, apakah Bapak sudah memikirkan kira kira bagaimana
caranya menyalurkan marah secara fisik? Bagaimana kalau kita bicarakan
cara tersebut sekarang? Dimana enaknya kita berbincang - bincang tentang hal
tersebut? Berapa lama Bapak mau kita berbincang bincang tentang hal
tersebut?
Tahap Kerja :
Kalau tanda tanda marah yang Bapak sebutkan dua hari yang lalu seperti
mata meloto, dada berdebar debar, dan perasaan resah, hal pertama yang
Bapak bisa lakukan adalah memukul mukul kasur dan bantal. Kedua, Bapak
bisa menarik napas dalam untuk menyelurkan perasaan perasaan tadi.
Nah., coba sekarang kita ke kamar disana nanti akan saya peragakan cara
memukul kasur dan bantal. Begini caranya pak!
(perawat memperagakan caranya memukul kasur dan bantal).
Coba Bapak ulangi! Ya., bagus sekali cara Bapak memukul kasur dan
bantal. Sekarang saya ajarkan caranya menarik napas dalam. Begini pak, Tarik
napas melaui hidung, tahan, sampai hitungan ketiga lalu hembuskan perlahan
lahan melalui mulut. Lakukan berulang- ulang, sampai perasaan kesal dan
dada berebar debar tadi hilang atau berkurang, kurang lebih selama 5 kali
Pak.
Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, berapa kali dalam sehari, Bapak mau
melakukan latihan memukul kasur dan bantal serta Tarik napas dalam ini?
Terminasi :
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap cakap tentang cara
menyalurkan marah secara fisik? Coba Bapak sebutkan lagi cara cara
memukul kasur dan bantal serta latihan Tarik napas dalam tadi! Setelah ini
coba Bapak lakukan latihan memukul kasur, bantal, dan tarik napas dalam tadi!
Setelah ini coba Bapak lakukan latihan memukul kasur, bantal dan Tarik napas
dalam sesuai dengan jadwal yang kita buat tadi. Dua hari lagi saya akan

kembali mengunjungi Bapak ya? Bagaimana kalau waktunya seperti sekarang


ini saja, Bapak setuju? Nanti kita akan membicarakan tentang cara bicara yang
baik bila sedang marah, setuju?
Latihan 3 : Mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal
Orientasi :
Assalamualaikum Pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi. Bagaimana Pak, sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam,
pukul kasur bantal, dan bicara yang baik? Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagaiman kalau sekarang kita latihan
cara lain untuk menyalurkan marah Bapak? Yaitu dengan cara mengungkapkan
sesuatu dengan cara yang baik kepada orang yang dianggap bermasalah
dengan Bapak? Dimana enaknya kita berbincang-bincang hal tersebut? Berapa
lama Bapak mau kita berincang-bincang tentang hal tersebut?
Tahap Kerja :
Pak, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan tarik napas
dalam, jika tidak redah juga marahnya, bisa pukul bantal atau guling, atau jika
tidak redah juga dan Bapak masih kesal dengan orang yang menyebabkan
Bapak marah, coba ketemu dengan orang yang bersangkutan kemudian
samapaikan dengan kata-kata yang sopan, jelas maksudnya, dan tidak
menyalahkan. Atau bila Bapak merasa dipaksa oleh orang lain untuk
melakukan sesuatu padahal Bapak tidak mau maka coba Bapak sampaikan juga
penolakannya dengan cara yang sopan, tidak menggurui, dan berikan
penjelasan mengapa Bapak mengambil sikap demikian?
Bagaimana Pak, bisa Bapak cara ini? Bagaimana kalau sekarang kita buat
jadwal untuk mengungkapkan kepada seseorang yang telah membuat Bapak
kesal
Terminasi :
Bagaiman perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
menyalurkan marah dengan mengungkapkan kepada seseorang yang telah
membuat Bapak kesal ?
Coba Bapak sebutkan lagi cara menyalurkan marah dengan mengungkapkan
kepada seseorang yang telah membuat Bapak kesal !
Besok, InsyaAllah saya akan mengunjungi Bapak lagi ya.
Bagaiman kalau waktunya seperti sekarang ini, Bapak setuju?
Setelah ini coba Bapak bertemu dengan seseorang dirumah sakit ini yang
pernah membuat Bapak kesal. Sesuai jadwal yang telah kita buat tadi.

Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah Bapak, setuju Pak?
Latihan 4 : Mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
Orientasi :
Assalamualaikum Pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi. Bagaimana Pak sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam,
pukul kasur dan bantal serta bicara yang baik? Apa yang dirasakan setelah
melakukan secara teratur? Bagaiman kalau sekarang kita latihan cara lain
untuk menyalurkan marah Bapak, yaitu dengan ibadah? Dimana enaknya kita
berbincang-bincang tentang hal tersebut? Berapa lama Bapak mau berbincangbincang tentang hal tersebut?
Tahap Kerja :
Pak, kalau Bapak sedang marah coba Bapak langsung duduk dan Tarik nafas
dalam, jika tidak redah juga marahnya rebahkan badan lalu rileks, jika tidak
redah juga ambil air wudu kemudian sholat. Bagaimana Bapak mencoba cara
ini? Bagaimana kalau sekarang kita buat jadwal sholatnya Pak?
Terminasi :
Bagaiman pareasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
menyalurkan marah melalui melakukan ibadah? Coba Bapak sebutkan lagio
cara ibadah yang dapat Bapak lakukan bila Bapak merasa marah. Dua hari
lagi saya akan mengunjungi Bapak lagi ya? Bagaiman kalau waktunya seperti
sekarang ini saja, Bapak setuju tidak? Setelah ini coba Bapak tunaikan sholat
sesuai jadwal yang telah kita buat tadi. Nanti kita akan membicarakan tentang
cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah Bapak, Setuju
Pak?
Latihan 5 : Mengontrol perilaku kekerasan dengan obat.
Orientasi :
Assalamualaikum Pak, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi. Bagaimana Pak sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam,
pukul kasur dan bantal, bicara yang baik serta sholat dan baca doanya? Apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Dimana enaknya kita
berbincang-bincang tentang hal tersebut? Berapa lama Bapak mau berbincangbincang tentang hal tersebut? Sekarang sayaakan jelaskan tentang pentingnya
minum obat.
Tahap Kerja :

Bapak perlu minum obat ini secara teratur agar pikiran menjadi lebih tenang
dan tidurnya lebih tenang. Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya
orange namanya CPZ, yang pituh namanya THP, dan yang merah jambu
namanya HLP. Semua ini harus Bapak minum tiga kali sehari, yaitu jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7 malam. Bila nanti setetlah minum obat mulut Bapak
terasa kering, untuk membantu mengatasinya, Bapak bisa mengisap-isap es
batu. Bila terasa berkunang-kunang, Bapak sebaiknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu. Sebelum minum obat ini Bapak lihat dulu lebel dikotak obat
apakah benar nama Bapak tertulis disana, berapa dosis yang harus dimunum
dan jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah
benar?
Latihan 6 : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara
merawat klien perilaku kekerasan dirumah
Orientasi :
Assalamualaikum Pak, perkenalkan nama saya, saya perawat dari
puskesmas, saya yang akan merawat Bapak hari ini. Nama ibu siapa,
senangnya dipanggil panggil apa? Bisa kita berbincang-bincang sekarang
tentang apa yang menyebabkan Bapak marah dan cara mengatasinya? Berapa
lama Ibu mau kita berbincang-bincang? Dimana enaknya kita berbincangbincang Bu?
Tahap Kerja :
Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tetapi bila tidak disalurkan
dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Yang menyebabkan suami Ibu marah dan mengamuk adalah kalau dia
direndahkan. Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan marah, lalu
kelihatan gelisah, itu artinya Bapak sedang marah, dan biasanya setelah itu iya
akan melampiaskannya ndengan membanting- banting perabotan rumah
tangga. Saat hal tersebut terjadi sebaiknya Ibu tetap tenang, bicara lembut
tetapi tegas, jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda- benda yang tajam dari
sekitar Bapak seperti gelas dan pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari
Bapak, bila Bapak masih marah dan mengamuk juga segera bawah ke
puskesmas atau rumah sakit jiwa setelah sebelumnya difiksasi dulu. Jangan
lupa meminta bantuan orang lain saat mengikat Bapak ya Buk, lakukan dengan
tidak menyakiti Bapak dan jelaskan alasan mengikat yaitu agar Bapak tidak
menyederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.nah Bu, ibu sudah lihat
kana pa yang sudah saya ajarkan pada Bapak bila tanda-tanda kemarahan itu

muncul. Ibu bisa bantu Bapak dengan cara mengingatkan jadwal latihan cara
mengontrol marah yang sudah dibuat. Kalau Bapak bisa melakukan latihannya
dengan baik jangan berikan pujian ya Bu.
Terminasi :
Bagaimana perasasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat Bapak? Coba ibu sebutkan lagi cara merawat Bapak! Setelah ini coba
ibu ingatkan jadwal yang telah dibuat untuk Bapak ya bu. Kalau Bapak
marahnya sampai memukul atau merusak barang, segera hubungi saya
dipuskesmas atau di nomor ini 0814xxxxxx, karena dalam kondisi seperti itu
Bapak sudah butuh bantuan lebuh lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Dalami,dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta :
Trans Info Medika (TIM)

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basis Couse). Jakarta : EGC
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa, Cetakan Ke 3. Bandung : PT. Refika
Aditama.

Anda mungkin juga menyukai

  • LPSP Isos
    LPSP Isos
    Dokumen19 halaman
    LPSP Isos
    ahmad syaifuddin
    Belum ada peringkat
  • Alo
    Alo
    Dokumen25 halaman
    Alo
    ahmad syaifuddin
    Belum ada peringkat
  • Alo
    Alo
    Dokumen25 halaman
    Alo
    ahmad syaifuddin
    Belum ada peringkat
  • Ards
    Ards
    Dokumen14 halaman
    Ards
    ahmad syaifuddin
    Belum ada peringkat