PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Setelah krisis global
yang melanda dunia pada tahun 2008. Muncullah fenomena baru pada tahun 2010
yaitu krisis Eropa. Krisis tersebut antara lain krisis ekonomi yang melanda Yunani
menimbulkan efek domino. Berturut-turut ekonomi Irlandia, Portugal, Italia, dan
Spanyol terguncang. Dampak krisis ini juga mulai terasa di Indonesia melalui
jalur keuangan dan jalur perdagangan. Jalur keuangan terlihat dari anjloknya
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Jalur perdagangan terlihat melalui
penurunan ekspor. Salah satu sektor industri yang terkena dampak krisis adalah
manufaktur, walaupun tingkat keparahannya bervariasi antar industri. Perusahaan
yang terkena dampak krisis harus berusaha mencari sumber pendanaan modal
kerjanya untuk kelangsungan usahanya (www.kompas.com, 10 Juli 2012).
Pasar modal Indonesia merupakan sarana perusahaan untuk mencari
tambahan modal atau salah satu wadah berinvestasi yang berkembang di
Indonesia. Pasar modal adalah situasi di mana para penjual dan pembeli dapat
melakukan negosiasi terhadap pertukaran suatu komoditas. Untuk dapat masuk
dan berinvestasi di pasar modal investor membutuhkan suatu informasi yang
menjelaskan kinerja perusahaan saat ini dan di masa lalu agar investor tidak salah
dalam menanamkan investasinya. Informasi ini diungkapkan perusahaan dalam
bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan sering dijadikan sebagai dasar untuk
menilai kinerja dari suatu perusahaan dan merupakan alat yang digunakan oleh
mengenai
dampak
positif
dari
pengungkapan
informasi
yang
atas penyajian akun penjualan dan piutang dalam laporan keuangan PT Great
River International Tbk per 31 Desember 2003, serta penambahan aktiva tetap
perseroan, khususnya yang terkait dengan penggunaan dana hasil emisi obligasi.
Tindakan tersebut menyebabkan stakeholder menerima informasi yang tidak
benar. Kasus lainnya terjadi pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. PT
PGN dianggap telah melanggar pasal 86 UU Pasar Modal dan Peraturan Nomor
X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan kepada
Publik. PT PGN telah melakukan keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi
atas penundaan proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN sebanyak 35 hari.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka Bapepam-LK menetapkan sanksi
denda sebesar Rp. 35.000.000 kepada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
(Press Release Bapepam-LK, 27 Desember 2007).
Walaupun pengungkapan memberikan manfaat bagi perusahaan, masih
banyak perusahaan yang memiliki tingkat kepatuhan rendah dalam memberikan
informasi kepada pemakai laporan keuangan., terutama pada pengungkapan
sukarela hal tersebut disebabkan karena ketidakpastian standar buku yang
mengatur
mengenai
laporan
pengungkapan
sukarela
perusahaan
yang
1.2 Permasalahan
1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah, di antaranya sebagai berikut :
1. Apakah leverage mempengaruhi pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
laporan keuangan pada perusahaan yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah?
2. Apakah likuiditas mempengaruhi pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure) laporan keuangan pada perusahaan yang termasuk dalam Daftar
Efek Syariah?
3. Apakah ukuran perusahaan mempengaruhi pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure) laporan keuangan pada perusahaan yang termasuk dalam Daftar
Efek Syariah?
4. Apakah leverage, likuiditas, dan ukuran perusahaan secara simultan
mempengaruhi
pengungkapan
sukarela
(voluntary
disclosure)
laporan