Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PROJECT BASED LEARNING


CEREBRAL VASCULAR ACCIDENT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2014

Nama Nama Keanggotaan Kelompok 7


PROJECT BASED LEARNING
CEREBRAL VASCULAR ACCIDENT

Ketua

: Nur Aini

(201110420311110)

Sekretaris : Baiq Milia F.M


(201110420311094)
: Dida Hafizah A.
(201110420311095)
Anggota :
Mei Yulianti

(201110420311091)

Siti Kamala H
(201110420311092)
Amelia Henitasari
(201110420311093)
Abu Bakar Abdi
(201110420311096)
Arfin Zena
(201110420311097)
Alfan Suhaili Badri
(201110420311098)
Yulya Ningsih
(201110420311099)
Riri Rizky Amalia
(201110420311100)

Carolina Didin F.
(201110420311104)
Rahmatullah Hanif
(201110420311109)
Dwi Rahni Maulidah
(201110420311113)

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kapada Allah SWT atas segala rahmat serta hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah Project Based Learning
mengenai Cerebral Vascular Accident. Dalam menyelesaikan Laporan ini banyak sekali
bantuan dan sumbangan baik secara langsung maupun tidak langsung dari banyak pihak, oleh
karena itu dalam kesempatan ini dengan penuh penghargaan setinggi-tingginya penulis
menyampaikan terima kasih kepada bersangkutan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah diberikan
dan semoga makalah ini berguna bagi penulis dan pihak-pihak yang memanfaatkannya.

Malang, April 2014

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Ketua
Sekretaris

Nur Aini
Milia F.M

Baiq

Dosen Pembimbing

Demes Suprawati, S.Kep. RN

Daftar Isi
KATA PENGANTAR
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I. PENDAHULUAN
Pendahuluan
BAB II. ISI
BAB III. KESIMPULAN
PENUTUP
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak berupa
kelumpuhan saraf atau deficit neurologik akibat gangguan aliran darah
pada salah satu bagian otak. Secara sederhana stroke didefinisi
sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena
sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas atau lumpuh sesaat
atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian. Stroke
bisa

berupa

iskemik

maupun

perdarahan

(hemoragik).

(www.infostroke.wordpress.com).
Angka kejadian stroke dunia diperkirakan 200 per 100.000
penduduk, dalam setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan
dimana stroke bukan hanya menyerang usia tua tapi juga menyerang
usia

muda

yang

masih

produktif.

Mengingat

kecacatan

yang

ditimbulkan stroke permanen, sangatlah penting bagi usia muda untuk


mengetahui informasi mengenai penyakit stroke, sehingga mereka
dapat melaksanakan pola gaya hidup sehat agar terhindar dari
penyakit stroke. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000
orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Saat
ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan
setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia stroke
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah
sakit.
Stroke hingga kini masih merupakan penyebab kematian nomor
wahid di berbagai rumah sakit di Tanah Air. Penyakit ini juga
menimbulkan kecacatan terbanyak pada kelompok usia dewasa yang
masih produktif. Tingginya kasus stroke ini salah satunya dipicu oleh
rendahnya kepedulian masyarakat dalam mengatasi berbagai risiko

yang menimbulkan stroke melalui pola hidup sehat.Yayasan Stroke


Indonesia (Yastroki) menyebutkan, angka kejadian stroke menurut data
dasar rumah sakit 63,52 per 100.000 penduduk usia di atas 65 tahun.
Sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000
jiwa. Diperkirakan, hampir setengah juta penduduk berisiko tinggi
terserang stroke.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa memahami dan mengerti Asuhan Keperawatan tentang
Penyakit Stroke.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa
2. Mahasiswa
3. Mahasiswa
4. Mahasiswa
5. Mahasiswa
6. Mahasiswa
7. Mahasiswa
8. Mahasiswa

mampu memahami defenisi dari stroke


mampu mehamami etiologi dari stroke
mampu memahami patofisiologi dari stroke
mampu memahami manifestasi klinis dari stroke
mampu memahami penatalaksanaan dari stroke
mampu memahami komplikasi dari stroke
mampu memahami pengkajian dari stroke
mampu memahami diagnosa keperawatan dari

stroke
9. Mahasiswa mampu memahami intervensi keperawatan dari
stroke
10.
Mahasiswa

mampu

keperawatan dari stroke

memahami

implementasi

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Stroke
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global
akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan peredaran darah otak berupa
tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang
seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan
pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi
otak ini akan memunculkan gejala stroke (Junaidi, 2011).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke
adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi
karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli yang mengalir ke otak
dari tempat lain di tubuh, atau akibat perdarahan otak (Corwin, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah
gangguan peredaran darah otak yang dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila
gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan kematian sebagian sel saraf.
B. Klasifikasi
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke
hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan suatu kondisi yang berbeda, pada stroke
hemorhagic terdapat timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan stroke
iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak sehingga kebutuhan oksigen dan
nutrisi kurang mencukupi. Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai
berikut :
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah yang
disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak
atau timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam darah. Penyumbatan
bisa terjadi pada pembuluh darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang
(arteri serebri) atau pembuluh darah kecil.

Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding bagian dalam pembuluh
darah (arteri) menebal dan kasar, sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh
karena darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi gumpalan darah
(trombosis), sehingga aliran darah makin lambat dan lama-lama menjadi sumbatan
pembuluh darah. Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang membawah
nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh darah. Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan
oleh stroke iskemik atau infark, stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya
aliran darah ke otak.
Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian jaringan
otak. Penggolongan stroke iskemik atau infark menurut Junaidi (2011) dikelompokkan
sebagai berikut :
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
Suatu gangguan akut dari fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang
dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh thrombus atau emboli. Satu
sampai dua jam biasanya TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga
belum bisa teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark.
b. Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND)
Gejala neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24 jam, biasanya RIND
akan membaik dalam waktu 2448 jam.
c. Stroke In Evolution (SIE)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat
semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul
berlangsung bertahap dari ringan sampai menjadi berat.
d. Complete Stroke Non Hemorrhagic
Kelainan neurologis yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak berkembang
lagi bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami infark.
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau pecahnya
pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang
jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi ruang-ruang jaringan
sel otak akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan
fungsi kontrol otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh darah yang
pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga genangan darah masuk kedalam ruang
sekitar otak (subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas dan fatal
bahkan sampai pada kematian.

Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia, karena penyumbatan
terjadi pada dinding pembuluh darah yang sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah
yang sudah rapuh ini, disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa juga
disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan yang sering terjadi adalah
kerapuhan karena mengerasnya dinding pembuluh darah akibat tertimbun plak atau
arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan gejala tekanan darah tinggi.
Beberapa jenis stroke hemoragik menurut Feigin (2007), yaitu:
a. Hemoragi ekstradural (hemoragi epidural)
adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Stroke ini
biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri
meningens lainnya. Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera
untuk dapat mempertahankan hidup.
b. Hemoragi subdural (termasuk subdural akut) yaitu hematoma subdural yang
robek adalah bagian vena sehingga pembentukan hematomanya lebih lama dan
menyebabkan tekanan pada otak.
c. Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang subaraknoid) dapat terjadi
sebagai akibat dari trauma atau hipertensi tetapi penyebab paling sering adalah
kebocoran aneurisma.
d. Hemoragi interaserebral, yaitu hemoragi atau perdarahan di substansi dalam otak
yang paling umum terjadi pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral
karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur
pembuluh darah.
C. Etiologi
a. Stroke Iskemik
- Trombosis serebral
Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab
utama thrombosis serebral yang merupakan penyebab paling umum dari stroke.
Tanda-tanda thrombosis serebral bervariasi. Sakit kepala adalah onset yang tidak
umum. Beberapa pasien dapat mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang dan
beberapa mengalami onset yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral
atau embolisme serebral. Secara umum, thrombosis serebral tidak terjadi dengan tibatiba ; dan kehilangan bicara sementara, hemiplegic, atau parastesia pada setengah
-

tubuh dapat mendahului onset paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
Embolisme serebral
Embolisme biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya
sehingga merusak sirkulasi serebral. Onset hemiparesis atau hemiplegic tiba-tiba

dengan afasia, tanpa afasia, atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit
jantung atau pulmonal adalah karakteristik dari embolisme serebral.
b. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan
iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir. Penyebab stroke himoragik
adalah hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteriovenosa ( hubungan yang
abnormal).
D. Factor resiko
Faktor risiko stroke adalah faktor yang memperbesar kemungkinan seseorang untuk
menderita stroke. Ada 2 kelompok utama faktor risiko stroke. Kelompok pertama ditentukan
secara genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang normal sehingga tidak dapat
dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini :
a. Usia
b. jenis kelamin
c. ras
d. riwayat stroke dalam keluargaserangan
e. Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.
Kelompok yang kedua merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat dimodifikasi.
Faktor risiko utama yang termasuk kelompok kedua menurut Bounameaux, et
al.,1999 adalah
a. Hipertensi
b. diabetes mellitus
c. merokok
d. hiperlipidemia
e. intoksikasi alkohol

E. Penatalaksaan stroke
Menurut Harsono (1996), kematian dan deteriosasi neurologis
minggu pertama stroke iskemia terjadi karena adanya edema otak.
Edema otak timbul dalam beberapa jam setelah stroke iskemik dan
mencapai puncaknya 24-96 jam. Edema otak mula-mula cytofosic
karena terjadi gangguan pada metabolism seluler kemudian terdapat
edema vasogenik karena rusaknya sawar darah otak setempat.
A. Menurut Harsono (1996), Untuk menurunkan edema otak
dilakukan hal-hal berikut ini :
a. Naikkan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20-300
b. Hindarkan pemberian nutrisi cairan intravena yang berisi glukosa
atau cairan hipotonik.
c. Pemberian osmoterapi seperti berikut ini :
i.

Bolus marital 1gr/kgBB dalam 20-30 menit kemudian


dilanjutkan dengan dosis 0,25 gr/kgBB setiap 6 jam sampai
maksimal 48 jam. Target osmolaritas 300-320 mmol/liter

ii.

Gliserol 50% oral 0,25-1 gr/kgBB setiap 4 sampai 6 jam


atau gliserol 10% intravena 10 ml/kgBB dalam 3-4 jam
( untuk edema serebral ringan,sedang)

iii.

Furosemida 1 mg/kgBB intravena

d. Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik


sampai PCO2 = 29-35 mmHg
e. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat supra
tentoral 8, dengan pergesaran linea mediarea atau serebral infark
disertai efek rasa
f. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara
serebral karena di samping menyebabkan hipergilkemia juga
naiknya resiko infeksi.

B. Penatalaksanaan Stroke di Ruang UGD


a. Dokter akan mengevaluasi berbagai hal berikut:
Menentukan awitan strok (sejak kapan menderita stroke)
Menentukan tingkat kesadaran
Menentukan jenis strok
Menentukan lokasi strok
Menentukan derajat beratnya strok
b. Hal-hal lain yang diakses dokter IGD:
Mencari faktor risiko
Bila strok terjadi akibat hipertensi, juga mendeteksi adanya
kelainan organ target hipertensi yang lain
Mencegah komplikasi dan penyulit akut
Menentukan awitan strok
c. Tindakan Medis di UGD
Beberapa hal berikut adalah tindakan medis yang mungkin
(relatif) akan dilakukan oleh tim IGD.
a) Pemberian oksigen
Jaringan otak mengalami gangguan sirkulasi oksigen, dengan
pemberian oksigen diharapkan dapat membantu oksigenasi jaringan.
Pemberian oksigen dengan cara menempelkan selang oksigen ke
hidung penderita strok.
b) Pemasangan mayo
Jalan nafas selain melalui hidung juga dapat melalui mulut. Nafas
melalui mulut dapat terhalang apabila lidah jatuh ke belakang. Dengan
menggunakan mayo yang dipasang di dalam rongga mulut maka jalan
nafas tidak akan terganggu.

c) Pemasangan NGT (Nasogastric Tube)


Penderita strok dapat mengalami penurunan kesadaran serta
hilangnya kontrol refleks muntah. Selain itu juga dapat terjadi
ketidakmampuan menelan.
Apabila penderita muntah maka muntahan sangat berbahaya
bila masuk ke paru-paru (aspirasi). Sifat muntahan adalah asam yang
dapat merusak jaringan paru dan menimbulkan komplikasi yang serius.
Untuk mencegah muntah maka dipasang NGT ('Naso Gastric Tube')
yang dimasukan melalui hidung hingga mencapai lambung. NGT juga
merupakan akses masuknya obat-obatan dan makanan cair.
d) Pemasangan infus
Tujuan pemasangan infus adalah:
Terapi cairan dan nutrisi, sehubungan penderita strok mungkin tidak

makan dan minum.


Akses masuknya obat-obatan
Pemasangan kateter urin
Penderita serangan strok dapat kehilangan fungsi berkemih (pipis).
Maksud pemasangan kateter urin:
Membantu proses berkemih
Menghitung keseimbangan kebutuhan cairan dengan melihat jumlah

f)

air kemih
Lainnya
Pemasangan alat-alat lainnya, misalnya peralatan untuk monitoring.
Pemeriksaan yang mungkin akan dilakukan di IGD (relatif):
Pemeriksaan darah lengkap, termasuk elektrolit dan gula darah.

e)

Pemeriksaan darah bermanfaat untuk mengetahui banyak hal.


EKG, yaitu pemeriksaan sadapan jantung. Untuk mengetahui
adanya faktor risiko kelainan jantung.

F. Deteksi Dini Stroke


Deteksi

dengan

menggunakan Cincinnati

Pre-Hospital

Stroke Scale yang terdiri dari FAST!!!!

F : Facial drop Pasien diminta tersenyum/ menunjukkan gigi

(abnormal bila satu sisi wajah tidak bergerak sesuai sisi lainnya.
A : Arm drift Pasien diminta mengangkat kedua tangan
900 selama beberapa saat (abnormal bila tidak mampu bertahan/

salah satu sisi tidak naik setinggi sisi lainnya.


S : Slurred Speech Pasien diminta mengulang kalimat sederhana
(abnormal bila pengucapan tidak jelas, kalimat tidak sesuai, atau

tidak mampu bicara.


T : Time segera minta bantuan medis untuk pertolongan lebih
lanjut.

G. Komplikasi
Komplikasi stroke menurut Satyanegara (1998) adalah sebagai berikut :
a. Kompikasi dini (0-48 jam pertama)

Edema serebri : deficit neurologis cenderung memberat,


dan

mengakibatkan

peningkayan

TIK,

herniasi

dan

akhirnya menimbulkan kematian


Infark miokard : Penyebab kematian mendadak pada
stroke stadium awal

b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)


i.

Pnemonia : akibat imobilisasi lama

ii.

infark miokard

iii.

Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca-stroke,


sering kali pada saat penderita mulai mobilisasi

iv.

Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat

c. Komplikasi jangka panjang


Stroke rekuen,infrak miokard, gangguan vascular lain : Penyakit
vascular perifer.
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke
yaitu :
a. Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberikan oksigenasi
b. Penurunan darah serebral
c. Embolisme serebral

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Harsono (1996) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada penderita stroke adalah sebagai berikut
a. CT scan bagian kepala
Pada stroke non-hemoragi terlihat adanya infark, sedangkan pada
stroke hemoragi terlihat perdarahan
b. Pemeriksaan lumbal Pungsi
Pada pemeriksaan lumbal pungsi untuk pemeriksaan diagnostic
diperiksa kimia sitology, mikrobiologi, dan virologi. Di samping itu,
dilihat

pula

tetesan

kecepatannya,

cairan

kejernihannya,

serebrospinal
warnanya,

saat
dan

keluar

tekanan

baik
yang

menggambarkan proses terjadi di intraspinal. Pada stroke nonhemoragik

akan

ditemukan

tekanan

normal

dari

cairan

cerebrospinal jernih. Pemeriksaan fungsi sisternal dilakukan bila


tidak mungkin dilakukan pungsi lumbal. Prosedur ini dilakukan
dengan supervise neurology yang telah berpengalaman.
c. Elektrokardiografi (EKG)
Untuk mengetahui keadaan jantung dimana jantung berperan
sampai ke otak
d. Elektro Encephalo Grafi
Mengidentifikasikan

masalah

berdasarkan

gelombang

otak,

menunjukan area lokasi secara spesifik


e. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini

dilakukan untuk

mengetahui

tekanan

darah,

kekentalan darah, jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang


abnormal, dan mekanisme pembekuan darah.
f. Angiografi serebral

Membantu secara spesifik penyebab stroke seperti perdarahan atau


obstruksi arteri, memperlihatkan secara tepat letak onkulsi atau
rupture.
g. Magnetik Resonansi Imagine (MRI)
Menunjukan darah yang mengalami infark, hemoragi, Malformasi
Arterior Vena (MAV). Pemeriksaan ini lebih canggih dibandingkan CT
scan
h. Ultrasonografi Dopler
dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyakit MAV.
I. Terapi Stroke Akut
Salah satu tugas penting tenaga medis sewaktu menghadapi defisit
neurologis akut, fokal dan nonkonvulsif adalah menentukan apakah
kausanya perdarahan atau iskhemik-infark. Terapi darurat untuk kedua
tipe stroke tersebut berbeda, karena terapi untuk pembentukan
thrombus

dapat

memicu

pendarahan

pada

CVA

Hemoragik.

Pendekatan pada terapi darurat memilki tiga tujuan :


a. Mencegah cidera otak akut dengan memulihkan perfusi ke daerah
iskemik noninfark
b. Membalikan cedera syaraf sedapat mungkin
c. Mencegah cedera neurologik lebih lanjut dengan melindungi sel di
daerah penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut oleh jenjang
glutamate
Terapi yang terbukti efektif dalam memulihkan fungsi otak dan
memperkecil kerusakan neuron setelah stroke iskemik adalah :
a. aspirin yang diberikan dalam 48 jam
b. terapi trombolitik yang diberikan dalam 3 jam
c. Perawat intensive di unit stroke khusus.

Karena stroke akut sering berkaitan dengan disfungsi

jantung

dan aritmia, maka dilakukan pemantauan EKG saat pasien dimasukan


ke perawatan intensive. Telah dibuktikan bahwa , pada stroke iskemik
atau hemorargik dari sedanng sampai besar, interval QT sering
memanjang, suatu temukan mengemukakan berhubungan dengan
distramia fatal. Dengan demikian, pemberian obat yang meningkatkan
interval QT dikontraindikasikan pada pasien dengan stroke akut.
J. Macam-macam terapi :
1. Terapi Medis
a. Neuroproteksi
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu
sebagian

besar

cedera

jaringan

neuron

dapat

dipulihkan.

Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan dari apa yang


disebut sebagai strategi neuroprotektif. Hipotermi adalah terapi
neoroprotektif yang sudah lama digunakan pada kasus trauma otak
dan terus diteliti pada stoke. The Cleveland Clinic telah meneliti
pemakain selimut dingin dan mandi air es dalam waktu 8 jam
awitan gejala dan mempertahankan hipotermi ke suhu 89,6 o F
selama 12 sampai 72 jam sementara pasien mendapat bantuan
untuk mempertahankan kehidupan. Selama rehabilitasi, pasien yang
diberikan terapi hipotermi cenderung mengalami lebih sedikit
kecacatan dan darah infark yang lebih kecil daripada kelompok
control (Abou-Chebl et al.,2001).
Pendekatan lain untuk mempertahankan jaringan adalah
pemakain obat neuroprotektif. Banyak riset stroke meneliti obat
yang dapat menurunkan metabolisme neuron, mencegah pelepasan
zat-zat toksik dari neuron yang rusak, atau memperkecil respon
hipereksitatorik yang merusak dari neuron-neuron di penumbra
iskemik yang mengelilingi daerah infark pada stroke. Berbagai agen
telah diuji, termasuk nitroksida. Suatu obat neuroprotektif yang
menjanjikan, sereblolisin (CERE) memiliki efek pada metabolism

kalsium

neuron

dan

juga

memperlihatkan

efek

neurotrofik

(Ladurner,2001).Saat ini terdapat beragam obat dan senyawa untuk


mencegah dan mengobati secara akut stroke yang berada dalam
berbagai tahap perkembangan.
b. Antikoagulasi
The European Stroke Initiative (2000) merekomendasikan
bahwa antikolagen oral (INR 2,0 sampai 3,0) diindikasikan pada
stroke yang disebabkan oleh fibrilasi atrium.

c. Trombolisis Intravena
Satu-satunya obat yang disetujui oleh the US Food and Drug
Administration (FDA) untuk terapi stroke Iskemik akut adalah
activator plasminogen jaringan (TPA) bentuk rekombinan. TPA dapat
digunakan
mendorong

untuk

menghindari

diidentifikasikannya

cedera

otak.

upaya-upaya

Keberhasilan
untuk

ini

menyuluh

masyarakat dan petugas kesehatan bahwa stroke adalah suatu


kedaduratan dan bahwa gejala stroke akut harus segera diterapi
seperti layaknya luka tembak. Dengan demikian, terapi dengan TPA
intravena tetap menjadi standar perawatan untuk stroke akut dalam
tiga jam pertama setelah awitan awal.
2. Terapi Bedah
Dekompresi Bedah adalah suatu intervensi drastic yang masih
menjalani uji klinis dan dicadangan untuk stroke yang paling massif.
Pada prosedur ini, salah satu sisi tengkorak diangkat (suatu
hemikraniaektomi) sehingga jaringan otak yang mengalami infark
dan edema mengembang tanpa dibatasi oleh struktur tengkorak
yang kaku.Dengan demikian prosedur ini mencegah tekanan dan
distorsi pada jaringan yang masih sehat dan struktur batang otak

Anda mungkin juga menyukai