PEMBIMBING :
dr. ABDUL AZIZ
DIBUAT OLEH :
dr. ELIZABETH LISA
Portofolio No. 2
Nama Peserta: dr. Elizabeth Lisa
Nama Wahana: RSUD Waled, Kabupaten Cirebon
Topik: Visum et Repertum
Keterampilan
Diagnostik
Penyegaran
Manajemen
Neonatus Bayi
Tinjauan Pustaka
Masalah
Istimewa
Pustaka
Cara membahas:
Data pasien:
Tinjauan
Diskusi
Riset
Presentasi
dan diskusi
Kasus
Audit
Email
Pos
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
No. 888/91/VI.R/V/2015
-------Yang bertanda tangan dibawah ini, elizabeth lisa, dokter pada Instalasi Gawat Darurat
RSUD Waled Kabupaten Cirebon dan Konsultan Medikolegal dr. H. *****, spF., SH., atas nama
tim seluruhnya, sehubungan dengan permintaan tertulis dari KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA DAERAH *******, tanggal empat bulan mei tahun dua ribu lima
belas, nomor A/40/II/2015, yang di tandatangani oleh SUWI**, pangkat IPDA, NRP 74060**,
yang diserahkan oleh IIM DAR**, pangkat AIPTU, NRP 640102**, maka pada hari senin ,
tanggal empat bulan mei tahun dua ribu lima belas, pukul dua puluh lewat tiga puluh menit
Waktu Indonesia Barat, di Instalasi Gawat Darurat RSUD Waled Kabupaten Cirebon, telah
melakukan pemeriksaan terhadap korban yang menurut surat tersebut:--------------Nama
Jenis Kelamin
Umur
Kewarganegaraan
Pekerjaan
Alamat
: Losari--------------------------------------------------------------------------------
---------------------------------------------------HASILPEMERIKSAAN---------------------------------1. Keadaan umum tampak sakit ringan, sadar, tekanan darah seratus tiga puluh per sembilan
puluh milimeter air raksa, nadi seratus sepuluh kali per menit, pernafasan dua puluh kali
per menit, suhu tidak demam.-----------------------------------------------------------------------2. Korban mengatakan pada pukul dua puluh Waktu Indonesia Bagian Barat bertempat di
Losari yaitu di rumah korban, wajah korban dipukul dengan tangan kosong sebanyak dua
kali di pipi kiri dan bagian bibir, sampai korban terjatuh di lantai. Saat terjatuh kepala
korban terbentur tepi meja. Pada saat terjatuh, telapak tangan kanan pasien diinjak oleh
pelaku dengan menggunakan sepatu.--------------------------------------------------------------3. Pada korban didapatkan:-----------------------------------------------------------------------------a.Pakaian:
Kaos berwarna biru tua polos berukuran S, merk ZARA. Celana panjang jins berwarna
hitam berukuran dua puluh sembilan, merk LEVIS, terdapat empat buah kantong di
kiri, kanan, depan, dan belakang.
b.Fakta tentang kondisi kejiwaan:
-Korban terlihat gelisah kesakitan.
-Korban dapat menjawab seluruh pertanyaan dengan lengkap.
c.Kelainan fisik
Pada pipi, delapan sentimeter dari garis tengah, tiga sentimeter dari sudut luar mata
kiri, terdapat sebuah luka memar di pipi kiri berbentuk bundar, batas tidak tegas
dengan diameter enam sentimeter, perabaan lebih menonjol dari kulit sekitarnya,
warna kebiruan.
Terdapat sebuah luka memar di sudut bibir sebelah kiri pada tiga sentimeter dari garis
tengah wajah, berbentuk bundar, batas tidak tegas, diameter tiga sentimeter, perabaan
jembatan jaringan, dasar luka berupa otot. Daerah sekitar luka berwarna kebiruan.
Terdapat sebuah luka lecet di telapak tangan kanan pada dua sentimeter dari ibu
jari,satu sentimeter dari pergelangan tangan, berbentuk lurus garis, sepanjang dua
sentimeter.
Terdapat derik tulang pada jari keempat dan kelima tangan kanan serta kesulitan
dalam menekuk jari-jari tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan orang tersebut, maka saya simpulkan
bahwa telah diperiksa seorang perempuan, usia tiga puluh delapan tahun, warna kulit sawo
matang, kesan gizi cukup. Ditemukan tanda-tanda kekerasan tumpul berupa luka memar di pipi
dan sudut bibir sebelah kiri, luka terbuka di pelipis kanan, luka lecet di telapak tangan kanan,
serta terdapat derik tulang pada jari keempat dan kelima jari tangan kanan sisertai kesulitan
menekuk jari. Luka-luka tersebut tidak mendatangkan bahaya maut dan diharapkan akan sembuh
sempurna dalam waktu tiga sampai enam bulan. Akibat luka tersebut, korban tidak dapat
melakukan pekerjaannya sebagai sekretaris selama kurang lebih satu bulan.
PENUTUP
Demikian keterangan tertulis ini saya buat dengan sesungguhnya, dengan mengingat sumpah
pada waktu menerima jabatan sebagai dokter.
Waled, 4 Mei 2015
Dokter yang memeriksa,
TINJAUAN PUSTAKA
A. Prosedur Medikolegal
Ilmu kedokteran forensik (Legal Medicine) adalah salah satu cabang spesialistik dari
ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan
hukum serta keadilan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan kesehatan dan jiwa manusia,
seperti kecelakaan lalulintas, pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaanm maupun korban
meninggal yang pada pemeriksaan pertama polisi dicurigai adanya suatu tindak pidana.
Untuk dapat memberi bantuan yang maksimal bagi berbagai keperluan tersebut diatas,
seorang dokter dituntut untuk dapat memanfaatkan ilmu kedokteran yang dimilikinya secara
optimal. Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter yang diminta untuk membantu dalam
pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter tersebut dituntut oleh undang-undang
untuk melakukannya dengan sejujur-jujurnya serta menggunakan pengetahuan yang sebaikbaiknya. Bantuan yang wajib diberikan oleh dokter apabila diminta oleh penyidik antara lain
adalah melakukan pemeriksaan kedokteran forensik terhadap seseorang, baik terhadap bagian
tubuh atau benda yang diduga berasal dari tubuh manusia.
Dalam suatu perkara pidana yang menimbulkan korban, dokter diharapkan dapat
menemukan kelainan yang terjadi pada tubuh korban, bilamana kelainan itu timbul, apa
penyebab serta apa akibat yang timbul terhadap kesehatan korban. Dalam hal korban meninggal,
dokter diharapkan dapat menjelaskan penyebab kematian yang bersangkutan, bagaimana
mekanisme terjadinya kematian dan perkiraan cara kematian.
Penyidik berwenang untuk meminta keterangan ahli, sesuai dengan KUHAP Pasal 133
ayat (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
Yang termasuk dalam kategori peyidik menutut KUHAP Pasal 6 ayat (1) PP no.27 tahun
1983 pasal 2 dan 3 ayat (1) yaitu Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undangundang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan untuk pembantu
penyidik pembantu berpangkat serendah-rendahnya Sersan Dua. Apabila di suatu kepolisian
sektor tidak terdapat pejabat penyidik seperti di atas, maka Kepala Kepolisian Sektor yang
berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua dikategorikan pula sebagai penyidik karena
jabatannya (PP no.27 tahun 1983 pasal 2 ayat 2).
Wewenang penyidik untuk meminta keterangan ahli tersebut diperkuat dengan kewajiban
dokter untuk memberikannya bila diminta seperti yang tertuang dalam pasal 179 KUHAP yang
berbunyi Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan. Keterangan ahli
tersebut dituangkan dalam bentuk Visum et Repertum (VER), yaitu keterangan yang dibuat oleh
dokter atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap
manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia,
berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan.
Visum et Repertum adalah suatu alat bukti yang sah sebagaimana yang ditulis dalam
pasal 184 KUHAP. Permintaan Visum et Repertum (VER) tersebut harus dibuat dalam bentuk
tertulis, yaitu dalam bentuk Surat Permintaan Visum et Repertum (SPV). Pada SPV tertera kop
surat, pihak yang meminta visum, pihak yang dituju, identitas korban, dugaan penyebab
kematian, permintaan apakah pemeriksaan luar dan atau bedah mayat, jabatan peminta visum
serta tanda tangan yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat (2), yaitu
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.
Pihak yang berhak membuat VER adalah dokter yang sudah mengucapkan sumpah
sewaktu mulai menjabat sebagai dokter, sebagaimana tertuang dalam Stb 350 tahun 1937. VER
memuat kop surat, terdiri atas lima bagian, yaitu Pro Justisia di bagian atas, pendahuluan,
pemberitaan, kesimpulan, dan penutup.
B. Derajat Luka
Pada pembuatan VER kasus perlukaan, perlu diperhatikan penggolongan derajat
luka.Tujuan pemeriksaan kedokteran forensik ini jelas untuk rumusan delik dalam KUHP dan
bukan untuk pengobatan. Hal ini diperlukan karena derajat luka menentukan hukuman yang akan
diterima oleh pelaku dalam persidangan. Derajat luka ringan tertuang dalam tertuang dalam
bentuk penganiayaan ringan seperti dalam pasal 352 KUHP yang berbunyi.
1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama
tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
padanya atau menjadi bahawannya.
2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Penganiayaan ini diatur dalam KUHP pasal 351, yaitu sebagai berikut:
1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah,
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Batasan-batasan mengenai definisi luka berat telah dipaparkan dengan jelas dalam KUHP
pasal 90, yaitu:
-
jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama
sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.
tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencarian
Luka Memar
Memar adalah suatu perdarahan pada jaringan bawah kulit akibat pecahnya kapiler dan
atau vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak, bentuk, dan besarnya memar
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yaitu besarnya kekerasan, jenis benda penyebab,
kondisi dan jenis jaringan yang dilakukan kekerasan, usia, jenis kelamin, corak serta warna kulit,
kekuatan pembuluh darah, dan penyakit seperti hipertensi. Usia memar dapat ditentukan
berdasarkan warna memar. Pada saat muncul, memar berwarna merah, kemudian berubah
menjadi ungu atau kehitaman, setelah 4-5 hari, memar berubah warna menjadi hijau yang dalam
usia 7-10 hari akan berubah menjadi kuning, dan menghilang setelah 14-15 hari. Interpretasi luka
memar menjadi penting apabila terdapat luka lecet di sekitarnya.
Luka Lecet
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing, contohnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh
terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan
kulit. Luka lecet dapat diklasifikasi sebagai luka lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze),
luka lecet tekan (impression, impactabrasion), dan luka lecet geser (frictionabrasion) berdasarkan
mekanisme terjadinya luka.
Luka lecet gores Luka lecet gores disebabkan benda runcing yang menggores epidermis
di depannya sehingga lapisan kulit ini terangkat. Luka lecet ini biasanya berbentuk garis
sehingga pada deskripsi luka hanya disebutkan ukuran panjang luka.Terkadang arah
pergerakan luka dapat ditentukan, yaitu dari ujung luka yang tidak terangkat ke ujung
Luka lecet tekan Luka lecet tekan terbentuk karena penekanan benda tumpul pada kulit
dengan gambaran kulit yang kaku, keras, dan warnanya lebih gelap dari sekitarnya karena
jaringan yang tertekan menjadi lebih padat dan mengering.Benda penyebab luka
DAFTAR PUSTAKA