Anda di halaman 1dari 27

Proses Metabolisme, Fungsi Hormon serta Gizi yang

Menunjang Pertumbuhan Tubuh Manusia


Stacy Vania
102012043/D1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email : stacyvania@yahoo.co.id
Pendahuluan
Semua makhluk hidup perlu makan dan minum untuk dapat melakukan suatu
aktivitas, makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh kita akan di oksidasi menjadi
ATP dan ATP akan berguna sebagai sumber energy bagi tubuh kita. Selain sebgaia sumber
energy makanan dan minuman juga berguna sebagai penunjang pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan-jaringan tubuh.
Selain makanan dan minuman terdapat juga sejumlah hormone yang menunjang
pertumbuhan dan pembentukan ATP dalam tubuh. Hormone hormone tersebutdi sekresi
oleh kelenjar endokrin dalam tubuh manusia. Semua kelenjar endokrin melaksanakan
fungsinya dengan mengeluarkan hormon ke dalam darah. Salah satu hormon yang berperan
penting dalam pertumbuhan manusia adalah hormon pertumbuhan (Growth Hormone).
Metabolisme
Jalur metabolisme dibagi menjadi 3 : 1
1. Katabolik : Untuk proses pemecahan molekul besar, oksidasi, ekivalen pereduksi, dan
terutama produksi ATP, bersifat eksotermik
2. Anabolik : terlibat dalam proses sintesis senyawa kompleks dari prekurosr nya ( misal Asam
Amino menjadi Protein ), bersifat endotermik
3. Amfibolik : Terjadi di persilangan metabolisme yang menghubungkan jalur Katabolik dan
Anabolik. Misal : Siklus Asam Sitrat
Metabolisme berjalan normal bila : Tubuh dapat beradaptasi saat lapar, latihan fisik,
kehamilan, dan laktasi. Abnormal misal karena defisiensi nutrisi, enzim, sekresi hormonal pengatur
metabolisme tidak normal, efek racun / obat.1
Metabolisme Karbohidrat
Karbohidrat siap dikatabolisir menjadi energi jika berbentuk monosakarida. Energi yang
dihasilkan berupa Adenosin trifosfat (ATP). Glukosa merupakan karbohidrat terpenting. Dalam
bentuk glukosalah massa karbohidrat makanan diserap ke dalam aliran darah, atau ke dalam bentuk
glukosalah karbohidrat dikonversi di dalam hati, serta dari glukosalah semua bentuk karbohidrat lain

dalam tubuh dapat dibentuk. Glukosa merupakan bahan bakar metabolik utama bagi jaringan mamalia
(kecuali hewan pemamah biak) dan bahan bakar universal bagi janin. Unsur ini diubah menjadi
karbohidrat lain dengan fungsi sangat spesifik, misalnya glikogen untuk simpanan, ribose dalam
bentuk asam nukleat, galaktosa dalam laktosa susu, dalam senyawa lipid kompleks tertentu dan dalam
bentuk gabungan dengan protein, yaitu glikoprotein serta proteoglikan. 1
Sifat diet atau makanan menentukan pola dasar metabolisme di dalam tubuh. Mamalia,
termasuk manusia harus memproses hasil penyerapan produk-produk pencernaan karbohidrat, lipid
dan protein dari makanan. Secara berurutan, produk-produk ini terutama adalah glukosa, asam lemak
serta gliserol dan asam amino. Semua produk hasil pencernaan diproses melalui lintasan metaboliknya
masing-masing menjadi suatu produk umum yaitu Asetil KoA, yang kemudian akan dioksidasi secara
sempurna melalui siklus asam sitrat.1
Terdapat beberapa jalur metabolisme karbohidrat baik yang tergolong sebagai katabolisme
maupun anabolisme, yaitu glikolisis, oksidasi piruvat, siklus asam sitrat, glikogenesis, glikogenolisis
serta glukoneogenesis. Secara ringkas, jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut: 1
1. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2 piruvat jika
tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
2. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini dihasilkan
energi berupa ATP.
3. Asetil KoA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap ini dihasilkan
energi berupa ATP.
4. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak dipecah,
melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen). Glikogen ini disimpan di
hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika kapasitas penyimpanan glikogen sudah
penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka
panjang.
5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen dipecah menjadi
glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan
siklus asam sitrat.
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber energi non
karbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa baru
yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.
Glikolisis
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses
pemecahan glukosa menjadi: 1
1. asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
2. asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen)

Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan
selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Krebs). Selain itu glikolisis
juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan galaktosa. Keseluruhan persamaan reaksi
untuk glikolisis yang menghasilkan laktat adalah: 1
Glukosa + 2ADP +2Pi 2L(+)-Laktat +2ATP +2H2O
Kesimpulan:
Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:
-

hasil tingkat substrat

:+ 4P

hasil oksidasi respirasi

:+ 1P

jumlah

:+10P

dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 1P

: - 2P
+ 8P

Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:


-

hasil tingkat substrat

:+ 4P

hasil oksidasi respirasi

:+ 0P

jumlah

:+ 4P

dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 1P

: - 2P
+ 2P

Gambar 1 : Lintasan detail glikolisis1

Oksidasi piruvat

Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA, yang terjadi
di dalam mitokondria sel. Reaksi ini dikatalisir oleh berbagai enzim yang berbeda yang bekerja secara
berurutan di dalam suatu kompleks multienzim yang berkaitan dengan membran interna mitokondria.
Secara kolektif, enzim tersebut diberi nama kompleks piruvat dehidrogenase dan analog dengan
kompleks -keto glutarat dehidrogenase pada siklus asam sitrat. 1
Jalur ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Krebs. Jalur ini juga
merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa non
karbohidrat menjadi karbohidrat. Rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat
adalah sebagai berikut: 1
1.

Dengan adanya TDP (thiamine diphosphate), piruvat didekarboksilasi menjadi derivate


hidroksietil tiamin difosfat terikat enzim oleh komponen kompleks enzim piruvat
dehidrogenase. Produk sisa yang dihasilkan adalah CO2.

2.

Hidroksietil tiamin difosfat akan bertemu dengan lipoamid teroksidasi, suatu kelompok
prostetik dihidroksilipoil transasetilase untuk membentuk asetil lipoamid, selanjutnya TDP
lepas.

3.

Selanjutnya dengan adanya KoA-SH, asetil lipoamid akan diubah menjadi asetil KoA, dengan
hasil sampingan berupa lipoamid tereduksi.

4.

Siklus ini selesai jika lipoamid tereduksi direoksidasi oleh flavoprotein, yang mengandung
FAD, pada kehadiran dihidrolipoil dehidrogenase. Akhirnya flavoprotein tereduksi ini
dioksidasi oleh NAD+, yang akhirnya memindahkan ekuivalen pereduksi kepada rantai
respirasi.
Piruvat + NAD+ + KoA Asetil KoA + NADH + H+ + CO2

Gambar 2 : Lintasan oksidasi piruvat 1

Siklus asam sitrat

Siklus ini juga sering disebut sebagai siklus Krebs dan siklus asam trikarboksilat dan
berlangsung di dalam mitokondria. Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi
karbohidrat, lipid dan protein. Siklus asam sitrat merupakan rangkaian reaksi yang menyebabkan
katabolisme asetil KoA, dengan membebaskan sejumlah ekuivalen hidrogen yang pada oksidasi
menyebabkan pelepasan dan penangkapan sebagaian besar energi yang tersedia dari bahan baker
jaringan, dalam bentuk ATP. Fungsi utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama
untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak
asam amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut. 1

Gambar 3:Siklus asam sitrat sebagai jalur bersama metabolisme karbohidrat, lipid dan protein 1
Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, akan terbentuk ekuivalen pereduksi dalam
bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen
pereduksi ini kemudian memasuki rantai respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses
fosforilasi oksidatif. Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi
hambatan total pada siklus tersebut. Enzim-enzim siklus asam sitrat terletak di dalam matriks
mitokondria, baik dalam bentuk bebas ataupun melekat pada permukaan dalam membran interna

mitokondria sehingga memfasilitasi pemindahan unsur ekuivalen pereduksi ke enzim terdekat pada
rantai respirasi, yang bertempat di dalam membran interna mitokondria.

Energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat


Pada proses oksidasi yang dikatalisir enzim dehidrogenase, 3 molekul NADH dan 1 FADH 2
akan dihasilkan untuk setiap molekul asetil-KoA yang dikatabolisir dalam siklus asam sitrat. Dalam
hal ini sejumlah ekuivalen pereduksi akan dipindahkan ke rantai respirasi dalam membrane interna
mitokondria (lihat kembali gambar tentang siklus ini). 1
Selama melintasi rantai respirasi tersebut, ekuivalen pereduksi NADH menghasilkan 3 ikatan
fosfat berenergi tinggi melalui esterifikasi ADP menjadi ATP dalam proses fosforilasi oksidatif.
Namun demikian FADH2 hanya menghasilkan 2 ikatan fosfat berenergi tinggi. Fosfat berenergi tinggi
selanjutnya akan dihasilkan pada tingkat siklus itu sendiri (pada tingkat substrat) pada saat suksinil
KoA diubah menjadi suksinat. 1

Gambar 4 :Lintasan detail Siklus Krebs 1


Dengan demikian rincian energi yang dihasilkan dalam siklus asam sitrat adalah:
1. Tiga molekul NADH, menghasilkan

: 3 X 3P

= 9P

2. Satu molekul FADH2, menghasilkan

: 1 x 2P

= 2P

3. Pada tingkat substrat

= 1P

Jumlah
Satu siklus Krebs akan menghasilkan energi 3P + 3P + 1P + 2P + 3P

= 12P
= 12P.

Kalau kita hubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat dan siklus Krebs, akan dapat kita hitung
bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian sebagai
berikut:
1.

Glikolisis

: 8P

2.

Oksidasi piruvat (2 x 3P)

: 1P

3.

Siklus Krebs (2 x 12P)

: 24P

Jumlah

: 38P

Glikogenesis
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi
piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam
rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi. 1
Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir,
mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi,
maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini
dinamakan glikogenesis. Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam
tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai
1%), otot jarang melampaui jumlah 1%. Akan tetapi karena massa otot jauh lebih besar daripada hati,
maka besarnya simpanan glikogen di otot bisa mencapai tiga sampai empat kali lebih banyak. 1

Gambar 5 : Lintasan glikogenesis dan glikogenolisis 1

Glikogenolisis
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk
mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis

seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan
ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk
proses fosforolisis rangkaian 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil
terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4
buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 11.
(C1)n + Pi (C1)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Glikogen

Glikogen

Glukosa transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu
cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 11 terpajan. Hidrolisis ikatan 11
memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan
pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung. 1
Glukoneogenesis
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh
adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah
protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh. Jadi bisa
disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non
karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein. Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid
maupun protein dijelaskan sebagai berikut: 1
1. Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak dapat
dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Krebs. Sementara itu
gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2. Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Krebs.
Metabolisme Asam Amino
Jalur metabolik utama dari asam amino
Jalur metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi asam amino dari
pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino di hati. Kedua,
pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah katabolisme asam amino menjadi
energi melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan
asam amino. Keempat adalah sintesis protein dari asam-asam amino.

Gambar 6 : Jalur-jalur metabolik utama asam amino 1

Katabolisme asam amino


Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan atau
terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan menggunakan asam
amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan
pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh. 1
Ada 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:
1. Transaminasi
Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada -ketoglutarat menghasilkan glutamat atau
kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat
2. Deaminasi oksidatif
Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion ammonium
Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat memasuki siklus asam sitrat
melalui jalur yang beraneka ragam.

Gambar 7: Tempat-tempat masuknya asam amino ke dalam sikulus asam sitrat untuk produksi energi 1
Sintesis asam amino
Semua jaringan memiliki kemampuan untuk men-sintesis asam amino non esensial,
melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non asam amino menjadi asam
amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Tetapi, hati merupakan tempat utama
metabolisme nitrogen. Dalam kondisi surplus diet, nitrogen toksik potensial dari asam amino
dikeluarkan melalui transaminasi, deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon umumnya diubah
menjadi karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak melalui jalur sintesis
asam lemak. Berkaitan dengan hal ini, asam amino dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu asam
amino glukogenik, ketogenik serta glukogenik dan ketogenik. Asam amino glukogenik adalah asamasam amino yang dapat masuk ke jalur produksi piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua asam amino ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui
jalur glukoneogenesis. Semua asam amino kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik.
Lisin dan leusin adalah asam amino yang semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke
intermediat asetil KoA atau asetoasetil KoA. 1

Sekelompok kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin, triptofan, dan tirosin
bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya, seharusnya kita kenal bahwa ada 3 kemungkinan
penggunaan asam amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka karbon digunakan untuk
menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi CO 2 dan H2O. Dari 20 jenis asam amino, ada
yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan.
Asam amino ini dinamakan asam amino esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis
dari asam amino lain. Asam amino ini dinamakan asam amino non-esensial. 1
Asam

amino Alanine, Asparagine, Aspartate, Cysteine, Glutamate, Glutamine, Glycine,

non-esensial
Asam

Proline, Serine, Tyrosine

amino Arginine*, Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine*, Phenylalanine*,

esensial

Threonine, Tyrptophan, Valine

Metabolisme Lipid
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan
gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami
esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan energi
jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat barulah asam lemak
dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah cadangan trigliserida jaringan.
Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.1
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA.
Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil KoA dari
jalur inipun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di sisi lain, jika
kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis menjadi asam lemak dan
selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida.Beberapa lipid non gliserida disintesis dari asetil
KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi kolesterol. Selanjutnya kolesterol
mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA sebagai hasil oksidasi asam lemak juga
berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses
ini dinamakan ketogenesis. Badan-badan keton dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian. 1

Gambar 8 : Ikhtisar metabolisme lipid1


Metabolisme gliserol
Gliserol sebagai hasil hidrolisis lipid (trigliserida) dapat menjadi sumber energi. Gliserol ini
selanjutnya masuk ke dalam jalur metabolisme karbohidrat yaitu glikolisis. Pada tahap awal, gliserol
mendapatkan 1 gugus fosfat dari ATP membentuk gliserol 3-fosfat. Selanjutnya senyawa ini masuk
ke dalam rantai respirasi membentuk dihidroksi aseton fosfat, suatu produk antara dalam jalur
glikolisis. 1

Gambar 9 : Reaksi kimia pada awal metabolisme gliserol 1


Oksidasi asam lemak (oksidasi beta)
Untuk memperoleh energi, asam lemak dapat dioksidasi dalam proses yang dinamakan
oksidasi beta. Sebelum dikatabolisir dalam oksidasi beta, asam lemak harus diaktifkan terlebih
dahulu menjadi asil-KoA. Dengan adanya ATP dan Koenzim A, asam lemak diaktifkan dengan
dikatalisir oleh enzim asil-KoA sintetase (Tiokinase). 1

Gambar 10 : Aktivasi asam lemak menjadi asil KoA1

Asam lemak bebas (FFA) pada umumnya berupa asam-asam lemak rantai panjang.
Langkah-langkah masuknya asil KoA ke dalam mitokondria dijelaskan sebagai berikut:

Asam lemak bebas (FFA) diaktifkan menjadi asil-KoA dengan dikatalisir oleh enzim tiokinase.

Setelah menjadi bentuk aktif, asil-KoA dikonversikan oleh enzim karnitin palmitoil transferase I
yang terdapat pada membran eksterna mitokondria menjadi asil karnitin. Setelah menjadi asil
karnitin, barulah senyawa tersebut bisa menembus membran interna mitokondria.

Pada membran interna mitokondria terdapat enzim karnitin asil karnitin translokase yang
bertindak sebagai pengangkut asil karnitin ke dalam dan karnitin keluar.

Asil karnitin yang masuk ke dalam mitokondria selanjutnya bereaksi dengan KoA dengan
dikatalisir oleh enzim karnitin palmitoiltransferase II yang ada di membran interna mitokondria
menjadi Asil Koa dan karnitin dibebaskan.

Asil KoA yang sudah berada dalam mitokondria ini selanjutnya masuk dalam proses oksidasi
beta.
Dalam oksidasi beta, asam lemak masuk ke dalam rangkaian siklus dengan 5 tahapan proses

dan pada setiap proses, diangkat 2 atom C dengan hasil akhir berupa asetil KoA. Selanjutnya asetil
KoA masuk ke dalam siklus asam sitrat. Dalam proses oksidasi ini, karbon asam lemak dioksidasi
menjadi keton. Telah dijelaskan bahwa asam lemak dapat dioksidasi jika diaktifkan terlebih dahulu
menjadi asil-KoA. Proses aktivasi ini membutuhkan energi sebesar 2P (-2P). Setelah berada di dalam
mitokondria, asil-KoA akan mengalami tahap-tahap perubahan sebagai berikut: 1
1. Asil-KoA diubah menjadi delta-trans-enoil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi dengan
menghasilkan energi 2P (+2P)
2. delta2-trans-enoil-KoA diubah menjadi L(+)-3-hidroksi-asil-KoA
3. L(+)-3-hidroksi-asil-KoA diubah menjadi 3-Ketoasil-KoA. Pada tahap ini terjadi rantai respirasi
dengan menghasilkan energi 3P (+3P)
4. Selanjutnya terbentuklah asetil KoA yang mengandung 2 atom C dan asil-KoA yang telah
kehilangan 2 atom C.
Dalam satu oksidasi beta dihasilkan energi 2P dan 3P sehingga total energi satu kali oksidasi
beta adalah 5P. Karena pada umumnya asam lemak memiliki banyak atom C, maka asil-KoA yang
masih ada akan mengalami oksidasi beta kembali dan kehilangan lagi 2 atom C karena membentuk
asetil KoA. Demikian seterusnya hingga hasil yang terakhir adalah 2 asetil-KoA. Asetil-KoA yang
dihasilkan oleh oksidasi beta ini selanjutnya akan masuk siklus asam sitrat. 1
Penghitungan energi hasil metabolisme lipid
Dari uraian di atas kita bisa menghitung energi yang dihasilkan oleh oksidasi beta suatu asam
lemak. Misalnya tersedia sebuah asam lemak dengan 10 atom C, maka kita memerlukan energi 2 ATP

untuk aktivasi, dan energi yang di hasilkan oleh oksidasi beta adalah 10 dibagi 2 dikurangi 1, yaitu 4
kali oksidasi beta, berarti hasilnya adalah 4 x 5 = 20 ATP. Karena asam lemak memiliki 10 atom C,
maka asetil-KoA yang terbentuk adalah 5 buah. Setiap asetil-KoA akan masuk ke dalam siklus Krebs
yang masing-masing akan menghasilkan 12 ATP, sehingga totalnya adalah 5 X 12 ATP = 10 ATP.
Dengan demikian sebuah asam lemak dengan 10 atom C, akan dimetabolisir dengan hasil -2 ATP
(untuk aktivasi) + 20 ATP (hasil oksidasi beta) + 10 ATP (hasil siklus Krebs) = 78 ATP. Sebagian dari
asetil-KoA akan berubah menjadi asetoasetat, selanjutnya asetoasetat berubah menjadi hidroksi butirat
dan aseton. Aseto asetat, hidroksi butirat dan aseton dikenal sebagai badan-badan keton. Proses
perubahan asetil-KoA menjadi benda-benda keton dinamakan ketogenesis. 1
Sebagian dari asetil KoA dapat diubah menjadi kolesterol (prosesnya dinamakan
kolesterogenesis) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk disintesis menjadi steroid
(prosesnya dinamakan steroidogenesis).1

Gambar 11 : Aktivasi asam lemak, oksidasi beta dan siklus asam sitrat 1
Sintesis asam lemak
Makanan bukan satu-satunya sumber lemak kita. Semua organisme dapat men-sintesis asam
lemak sebagai cadangan energi jangka panjang dan sebagai penyusun struktur membran. Pada
manusia, kelebihan asetil KoA dikonversi menjadi ester asam lemak. Sintesis asam lemak sesuai
dengan degradasinya (oksidasi beta). Sintesis asam lemak terjadi di dalam sitoplasma. ACP (acyl
carrier protein) digunakan selama sintesis sebagai titik pengikatan. Semua sintesis terjadi di dalam

kompleks multi enzim-fatty acid synthase. NADPH digunakan untuk sintesis. Tahap-tahap sintesis
asam lemak ditampilkan pada skema berikut. 1

Gambar 12 : tahap sintesis asam lemak 1


Penyimpanan lemak dan penggunaannya kembali
Asam-asam lemak akan disimpan jika tidak diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi.
Tempat penyimpanan utama asam lemak adalah jaringan adiposa. Adapun tahap-tahap penyimpanan
tersebut adalah:
-

Asam lemak ditransportasikan dari hati sebagai kompleks VLDL.


Asam lemak kemudian diubah menjadi trigliserida di sel adiposa untuk disimpan.
Gliserol 3-fosfat dibutuhkan untuk membuat trigliserida. Ini harus tersedia dari glukosa.
Akibatnya, kita tak dapat menyimpan lemak jika tak ada kelebihan glukosa di dalam tubuh.
Jika kebutuhan energi tidak dapat tercukupi oleh karbohidrat, maka simpanan trigliserida ini

dapat digunakan kembali. Trigliserida akan dipecah menjadi gliserol dan asam lemak. Gliserol dapat
menjadi sumber energi (lihat metabolisme gliserol). Sedangkan asam lemak pun akan dioksidasi
untuk memenuhi kebutuhan energi pula (lihat oksidasi beta). 1

Gambar 13 : Dinamika lipid di dalam sel adiposa. Perhatikan tahap-tahap sintesis dan degradasi
trigliserida 1
Sistem Endokrin
Sistem endokrin mengatur aktivitas-aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada
kecepatan. Kelenjar endokrin mengeluarkan hormon, pembawa pesan kimiawi dalam darah yang
bekerja pada sel sasaran yang terletak jauh dari kelenjar endokrin itu sendiri. Sebagian besar aktivitas
sel sasaran yang berada di bawah kontrol hormon ditujukan untuk mempertahankan homeostasis.

Kelenjar endokrin sentral, yang berada atau berkaitan erat dengan otak, mencakup hipotalamus,
kelenjar hipofisis, dan kelenjar pineal.2
Hipotalamus (suatu bagian dari otak) dan kelenjar hipofisis posterior bekerja sebagai satu
kesatuan untuk mengeluarkan hormon-hormon yang esensial untuk mempertahankan keseimbangan
air, melahirkan, dan menyusui. Hipotalamus juga mengeluarkan hormon-hormon regulatorik yang
mengontrol pengeluaran hormon kelenjar hipofisis anterior.2
Hipotalamus dan Hipofisis
Kelenjar pituitari atau hipofisis adalah sebuah kelenjar endokrin kecil yang terletak di rongga
bertulang di dasar otak tepat di bawah hipotalamus. 1 Kelenjar hipofisis mempunyai diameter sekitar 1
cm dan beratnya 0.5 1.0 gram yang terletak di sela tursika, rongga tulang pada basis otak. Hipofisis
dihubungkan ke hipotalamus oleh sebuah tangkai kecil, yaitu infundibulum yang mengandung serat
saraf dan pembuluh darah halus.2,3

Gambar 14 : Hipotalamus dan Hipofisis.3


Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda yaitu hipofisis
posterior dan hipofisis anterior. Di antara kedua bagian ini terdapat daerah kecil yang relatif avaskular
yang disebut sebagai pars intermedia, yang pada manusia hampir tidak ada sedangkan pada beberapa
jenis binatang rendah ukurannya jauh lebih besar dan lebih berfungsi.Hipofisis posterior, secara
embriologis berasal dari pertumbuhan berlebihan otak, terdiri dari jaringan saraf dan disebut juga
neurohipofisis. Hipofisis anterior, sebaliknya, terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang secara
embriologis berasal dari penonjolan dari atap mulut. Dengan demikian, hipofisis anterior juga dikenal
sebagai adenohipofisis (adeno berarti kelenjar). Hipofisis anterior dan posterior tidak memiliki
persamaan selain lokasi mereka. Hipofisis posterior dihubungkan ke hipotalamus melalui jalur saraf,
sementara hipofisis anterior dihubungkan ke hipotalamus melalui pembuluh darah. 2,3

Gambar 15 : Bagian dari Hipofisis.3


Hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon yang sudah diketahui, yang banyak
diantaranya bersifat tropik bagi kelenjar endokrin lain. Tidak seperti hipofisis posterior yang disintesis
di hipotalamus, hipofisis anterior itu sendiri mensintesis hormon-hormon yang kemudian
dikeluarkannya ke dalam darah. Populasi-populasi sel yang berbeda di hipofisis anterior
menghasilkan dan mengeluarkan enam hormon peptida yang sampai sejauh ini telah diketahui. 2

Gambar 16 : Struktur Sel Kelenjar Hipofisis Anterior.2


Hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior diantaranya adalah: 2
1. Hormon Pertumbuhan (growth hormone, GH, somatotropin)
Hormon yang mengatur pertumbuhan tubuh.
2. Thyroid-Stimulating Hormone (TSH, tirotropin)
Merangsang sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan kelenjar tiroid.
3. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH)
Merangsang sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan mendorong pertumbuhan korteks adrenal.
4. Follicle-Stimulating Hormone (FSH)
Memiliki fungsi berbeda pada wanita dan pria. Pada wanita, hormon ini merangsang pertumbuhan
dan perkembangan folikel ovarium, tempat berkembangnya sel ovum atau sel telur. Hormon ini
juga mendorong sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada pria, FSH diperlukan untuk
produksi sperma.
5. Luteinizing Hormone (LH)
Berfungsi berbeda pada wanita maupun pria. Pada wanita, LH berperan dalam ovulasi dan
luteinisasi (yaitu pembentukan korpus luteum penghasil hormon di ovarium setelah ovulasi). LH
juga mengatur sekresi hormon-hormon seks wanita, estrogen, dan progesteron. Pada pria, hormon
ini merangsang sel interstitium Leydig di testis untuk mengeluarkan hormon seks pria yaitu
testosteron.
6. Prolaktin (PRL)
Hormon yang meningkatkan pertumbuhan kelenjar payudara dan produksi air susu.
Hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis anterior berperan utama dalam pengaturan
fungsi metabolisme di seluruh tubuh. 2 Sementara hormon yang dihasilkan oleh hipofisis posterior
antara lain adalah hormon antidiuretik dan oksitosin. Hormon antidiuretik yang disebut juga

vassopresin berfungsi dalam mengatur kecepatan ekskresi air ke dalam urin dan dengan cara ini akan
membantu mengatur konsentrasi air dalam cairan tubuh. Sementara oksitosin adalah hormon yang
membantu menyalurkan air susu dari kelenjar mammae selama menyusui. 2
Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (GH = Growth Hormone) juga dinamakan somatotropic hormone (SH)
atau somatotropin, merupakan molekul protein kecil yang mengandung 191 asam amino dalam satu
rantai dan mempunyai berat molekul 22.005. Hormon pertumbuhan adalah hormon primer yang
bertanggung jawab mengatur pertumbuhan tubuh keseluruhan, juga penting dalam metabolisme
intermediat. Hormon pertumbuhan berperan dalam meningkatkan pertumbuhan seluruh tubuh dengan
cara mempengaruhi pembentukan protein, pembelahan sel, dan diferensiasi sel. 1,3
Hormon pertumbuhan dihasilkan oleh kelenjar hipofisis anterior yang merupakan kelenjar
yang paling banyak jenis sel sekretorik. Hormon pertumbuhan atau GH tidak berperan dalam
perkembangan janin. Setelah lahir, GH dan faktor hormon nonplasenta lain mulai berperan penting
dalam mengatur pertumbuhan. Faktor genetik dan nutrisi juga berpengaruh besar pada periode
pertumbuhan ini.4
Efek Kerja Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan adalah hormon yang paling banyak diproduksi oleh hipofisis anterior,
bahkan pada orang dewasa yang pertumbuhannya sudah berhenti, meskipun sekresi GH biasanya
mulai berkurang setelah usia pertengahan. Sekresi berkelanjutan hormon pertumbuhan yang terus
tinggi setelah masa pertumbuhan ini menunjukkan bahwa hormon ini memiliki pengaruh penting lain
di luar efek pada pertumbuhan.2
1. Efek metabolik yang tidak berkaitan dengan pertumbuhan
Hormon pertumbuhan meningkatkan kadar asam lemak di dalam darah dengan meningkatkan
penguraian simpanan lemak trigliserida yang tersimpan di jaringan adiposa, dan hormon ini
meningkatkan kadar glukosa darah dengan mengurangi penyerapan glukosa oleh otot. Otot
menggunakan asam lemak dan bukan menggunakan glukosa sebagai bahan bakar metabolik.
Karena itu, efek metabolik keseluruhan hormon pertumbuhan adalah untuk memobilisasi
simpanan lemak sebagai sumber energi utama sembari menghemat glukosa untuk jaringan yang
bergantung pada glukosa misalnya otak. Jadi sebenarnya hormon pertumbuhan meningkatkan
kecepatan sintesis protein dalam tubuh, menghemat karbohidrat dengan menurunkan kecepatan
penggunaan karbohidrat, dan menggunakan cadangan lemak sebagai energi dengan meningkatkan
mobilisasi lemak.2
2. Efek mendorong pertumbuhan jaringan lunak
Pada saat jaringan peka terhadap efek pendorong pertumbuhan, hormon pertumbuhan
merangsang pertumbuhan baik jaringan lunak maupun tulang. Pertumbuhan jaringan lunak terjadi
karena peningkatan jumlah sel (hiperplasia) dengan merangsang pembelahan sel; dan peningkatan
ukuran sel (hipertrofi) dengan mendorong sintesis protein yang merupakan komponen struktural

utama pada sel. Hormon pertumbuhan merangsang hampir semua aspek sintesis protein dan
secara bersamaan juga menghambat penguraian protein. Hormon pertumbuhan meningkatkan
penyerapan asam amino (bahan mentah untuk sintesis protein) oleh sel dan dalam prosesnya akan
mengurangi kadar asam amino dalam darah. Selain itu, hormon ini merangsang perangkat sel
yang bertanggung jawab menyelesaikan sintesis protein sesuai dengan kode genetik sel. 2
3. Efek mendorong pertumbuhan tulang
Pertumbuhan tulang panjang yang menyebabkan penambahan tinggi tubuh adalah efek paling
dramatis dari hormon pertumbuhan. Tulang adalah jaringan hidup. Karena merupakan suatu
bentuk jaringan ikat, tulang terdiri dari sel dan matriks organik ekstrasel yang dihasilkan oleh sel.
Sel-sel tulang yang menghasilkan matriks organik dikenal sebagai osteoblas (pembentuk tulang).
Matriks organik terdiri dari serat-serat kolagen dalam gel semipadat yang kaya mukopolisakarida
yang disebut juga sebagai bahan dasar (ground substance). Matriks ini memiliki konsistensi
seperti karet dan menentukan daya rentang tulang (ketahanan tulang terhadap kerusakan ketika
mendapat tekanan). Tulang menjadi keras karena pengendapan kristal-kristal kalsium fosfat di
dalam matriks. Kristal anorganik ini memberikan kekuatan kompresi (kemampuan tulang untuk
mempertahankan bentuknya ketika ditekan atau terjepit) pada tulang. Jika hanya terdiri dari
kristal anorganik, tulang akan rapuh seperti kapur tulis. 1 Tulang tidak rapuh karena memiliki
campuran berupa perancah organik yang diperkeras oleh kristal anorganik. Tulang rawan serupa
dengan tulang, hanya saja tulang rawan hidup tidak mengalami klasifikasi. 4
Tulang panjang pada dasarnya terdiri dari batang silindris yang cukup uniform, diafisis,
dengan bongkol sendi yang melebar di kedua ujungnya, epifisis. Pada tulang yang sedang
tumbuh, diafisis dipisahkan di kedua ujungnya dari epifisis oleh suatu lapisan tulang rawan yang
dikenal sebagai lempeng epifisis. Rongga sentral tulang terisi oleh sumsum tulang yang
merupakan tempat produksi sel darah.4
Hormon pertumbuhan meningkatkan pertumbuhan tulang baik tebal maupun panjangnya.
Hormon pertumbuhan akan merangsang proliferasi tulang rawan epifisis, sehingga menyediakan
lebih banyak ruang untuk membentuk tulang serta juga merangsang aktivitas osteoblas. Hormon
pertumbuhan dapat meningkatkan pemanjangan tulang panjang selama lempeng epifisis tetap
berupa tulang rawan atau terbuka. Pada kahir masa remaja, di bawah pengaruh hormon-hormon
seks, lempeng ini mengalami penulangan sempurna atau tertutup, sehingga tulang tidak lagi
dapat bertambah panjang walaupun terdapat hormon pertumbuhan. Dengan demikian, setelah
lempeng tertutup, individu tidak dapat lagi bertambah tinggi. 2
Hormon pertumbuhan tidak bekerja langsung pada sel sasarannya untuk menimbulkan efek
merangsang pertumbuhan (peningkatan pembelahan sel, peningkatan sintesis protein, dan
pertumbuhan tulang). Efek-efek ini umunya ditimbulkan secara langsung oleh mediator peptida yang
dikenal sebagai somatomedin., yang sintesisnya diinduksi oleh hormon pertumbuhan. Peptida-peptida
ini juga dikenal sebagai insulin-like growth factors (IGF; faktor pertumbuhan mirip-insulin) karena

secara struktural dan fungsional mirip dengan insulin. Sampai saat ini berhasil diidentifikasi dua
somatomedin yaitu IGF I dan IGF II.2
Tempat utama pembentukan somatomedin adalah hati, yang mengeluarkan peptida-peptida ini
ke dalam darah. Pembentukan dan aktivitas somatomedin juga dikontrol oleh sejumlah faktor di luar
hormon pertumbuhan, termasuk usia dan status gizi, akibatnya perubahan kadar somatomedin dalam
darah tidak selalu seiring dengan perubahan sekresi hormon pertumbuhan. 4
Faktor-faktor yang Menstimulasi Sekresi Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan disekresikan terutama selama waktu pertumbuhan. setelah usia remaja,
sekresi hormon pertumbuhan akan menurun sejalan dengan usia, akhirnya pada saat sangat tua sekresi
menurun sekitar 25 persen dari kadar pada usia remaja. 3
Sekresi hormon pertumbuhan diatur oleh dua hormon hipofisiotropik. 4 Hormon pengatur
antagonistik dari hipotalamus yang terlibat dalam kontrol sekresi hormon pertumbuhan adalah
Growth Hormone-Releasing Hormone (GHRH) yang bersifat stimulatorik, dan Growth HormoneInhibiting Hormone (GHIH) yang inhibitorik. Setiap faktor yang meningkatkan sekresi hormon
pertumbuhan secara teoritis dapat dilakukan dengan merangsang pengeluaran GHRH atau
menghambat pengeluaran GHIH. Seperti sumbu hipotalamus-hipofisis anterior lainnya, pengaturan
sekresi hormon pertumbuhan melibatkan lengkung umpan-balik negatif. Hormon pertumbuhan dan
somatomedin (hormon dari hati yang secara langsung memperantarai efek hormon pertumbuhan)
menghambat sekresi mungkin dengan cara merangsang pengeluaran GHIH dari hipotalamus, atau bisa
juga somatomedin memberikan efek langsung pada hipofisis anterior untuk menghambat pengaruh
GHRH pada pengeluaran hormon pertumbuhan. 2
Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi sekresi hormon pertumbuhan yang berinteraksi
atau mengalahkan sistem kontrol umpan-balik negatif dasar tersebut. Sekresi hormon pertumbuhan
memperlihatkan irama diurnal yang jelas. Selama siang hari, kadar hormon pertumbuhan cenderung
lebih rendah dan relatif konstan. Namun, sekitar satu jam setelah tidur lelap sekresi hormon
pertumbuhan sangat meningkat sampai lima kali lipat dibandingkan kadarnya pada siang hari, dan
kemudian cepat menurun dalam beberapa jam kemudian. 2
Pada irama diurnal sekresi hormon pertumbuhan ini terdapat letupan-letupan sekresi yang
menjadi stimulus utama untuk meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan yaitu yang timbul sebagai
respons terhadap olahraga, stres, dan hipoglikemia (penurunan glukosa darah). Keuntungan
peningkatan sekresi hormon pertumbuhan selama situasi-situasi pada saat kebutuhan energi
melampaui cadangan glukosa tubuh ini merupakan konservasi glukosa (agar glukosa bisa dihemat)
untuk otak dan penggunaan asam lemak disajikan sebagai sumber energi alternatif untuk otot. Karena
hormon pertumbuhan meningkatkan penggunaan simpanan lemak dan mendorong sintesis protein
tubuh, hormon ini mendorong perubahan komposisi tubuh yaitu mengurangi pengendapan lemak dan
meningkatkan protein otot. Dengan demikian, peningkatan sekresi hormon pertumbuhan yang

menyertai olahraga mungkin berperan memperantarai efek olahraga dalam menurunkan persentase
lemak tubuh sembari meningkatkan massa tubuh nonlemak. 2
Asam amino darah yang berlimpah, misalnya setelah makan makanan berprotein tinggi (diet
protein), juga meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan, yang pada gilirannya mendorong
penggunaan asam-asam amino ini untuk sintesis protein. Pengeluaran hormon pertumbuhan juga
dirangsang oleh penurunan kadar asam lemak dalam darah. Karena hormon pertumbuhan bekerja
memobilisasi lemak, pengaturan tersebut ikut berperan untuk mempertahankan kadar asam lemak
darah yang relatif konstan. Berbagai masukan yang diketahui mengatur sekresi hormon pertumbuhan
ditujukan untuk menyesuaikan kadar glukosa, asam amino, dan asam lemak dalam darah. Belum
diketahui adanya sinyal terkait pertumbuhan yang mempengaruhi sekresi hormon pertumbuhan. 2

Gambar 17: Sekresi Hormon Pertumbuhan.2


Hormon Lain yang juga Berperan Penting dalam Pertumbuhan Normal
Beberapa hormon selain hormon pertumbuhan (GH) yang ikut berkontribusi melalui cara-cara
tertentu pada pertumbuhan keseluruhan adalah: 4
1. Hormon Tiroid
Penting bagi pertumbuhan tetapi hormon ini sendiri tidak langsung bertanggung jawab
mendorong pertumbuhan. Hormon ini memiliki peran permisif pada pertumbuhan tulang; efek
GH baru bermanifestasi secara penuh jika terdapat hormon tiroid dalam jumlah memadai.

Akibatnya, pertumbuhan anak dengan hipotiroid akan terganggu tetapi hipersekresi hormon tiroid
tidak menyebabkan pertumbuhan yang berlebihan.4
2. Insulin
Merupakan promotor pertumbuhan yang penting. Defisiensi insulin sering menghambat
pertumbuhan, dan hiperinsulinisme sering memicu pertumbuhan berlebihan. Karena insulin
mendorong sintesis protein maka efeknya dalam meningkatkan pertumbuhan tetapi tidak terlalu
mengejutkan. Namun, efek ini juga dapat timbul dari mekanisme di luar efek langsung insulin
pada sintesis protein. Insulin secara struktural mirip dengan somatomedin dan mungkin
berinteraksi dengan reseptor somatomedin (IGF-I), yang snagat mirip reseptor insulin. 4
3. Androgen
Androgen, yang dipercayai berperan penting dalam lonjakan pertumbuhan masa pubertas, secara
kuat merangsang sintesis protein di banyak organ. Androgen merangsang pertumbuhan linear,
meningkatkan berat dan menambah massa otot. Androgen paling poten yaitu testosteron testis
dapat menyebabkan pria membentuk otot lebih besar daripada wanita. Efek androgen dalam
mendorong pertumbuhan bergantung pada keberadaan GH. Androgen hampir sama sekali tidak
berefek pada pertumbuhan tubuh jika tidak terdapat GH, tetapi keberadaan GH akan secara
sinergitis meningkatkan pertumbuhan linear. Meskipun merangsang pertumbuhan namun
androgen akhirnya menghentikan pertumbuhan lebih lanjut karena menyebabkan penutupan
lempeng epifisis.4
4. Estrogen
Seperti andogren, estrogen akhirnya menghentikan pertumbuhan linear dengan merangsang
perubahan komplit lempeng epifisis menjadi tulang. Namun, efek estrogen pada pertumbuhan
sebelum pematangan tulang belum sepenuhnya dipahami. Sebagian penelitian menyarankan
bahwa estrogen dosis besar bahkan dapat menghambat pertumbuhan tubuh dengan menghambat
proliferasi kondrosit sementara lempeng epifisis masih terbuka. 4
Faktor Lain yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Meskipun seperti diisyaratkan oleh namanya, hormon pertumbuhan (growth hormone/GH)
merupakan bahan yang sangat esensial bagi pertumbuhan namun GH bukan satu-satunya penentu laju
dan besar pertumbuhan akhir seseorang. Faktor-faktor berikut juga mempengaruhi pertumbuhan: 5
1. Faktor Genetik
Faktor ini menentukan kapasitas maksimal pertumbuhan seseorang. Selanjutnya, pencapaian
potensi pertumbuhan penuh bergantung pada banyak faktor yang tercantum di bawah ini.
2. Diet yang memadai, termasuk protein total dan asam amino esensial yang memadai untuk
melaksanakan sintesis protein yang dibutuhkan untuk tumbuh.
3. Bebas dari penyakit kronik dan kondisi lingkungan penuh stres. Hambatan pertumbuhan dari
kondisi yang kurang menguntungkan ini sebagian besar disebabkan oleh sekresi kortisol dari
korteks adrenal yang dipicu oleh stres berkepanjangan. Kortisol memiliki beberapa efek
antipertumbuhan yang kuat, misalnya mendorong pemecahan protein, menghambat pertumbuhan
tulang panjang, dan menghambat sekresi GH. Meskipun anak yang sakit atau mengalami stres

tidak tumbuh dengan baik namun jika keadaan yang mendasari tersebut dikoreksi sebelum ukuran
dewasa tercapai maka mereka dapat dengan cepat mengejar kurva pertumbuhan normalnya
melalui lonjakan pertumbuhan.
4. Kadar normal hormon-hormon yang mempengaruhi pertumbuhan. Selain GH yang mutlak
dibutuhkan, hormon lain termasuk hormon tiroid, insulin, dan hormon seks, berperan sekunder
dalam mendorong pertumbuhan.
Asupan Gizi dan Kaitannya dengan Hormon Pertumbuhan
Faktor asupan gizi dan nutrisi juga memegang peran penting dalam periode pertumbuhan
seseorang. Anak dengan malnutrisi tidak pernah mencapai potensi pertumbuhan penuh mereka. Efek
kekurangan nutrisi yang menghambat pertumbuhan ini paling jelas jika terjadi pada masa bayi. Pada
kasus yang parah, pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak anak mungkin terhambat secara
ireversibel. Sekitar 70% dari pertumbuhan total otak berlangsung selama dua tahun pertama
kehidupan. Sebaliknya, seseorang tidak dapat melebihi pertumbuhan maksimal yang telah ditentukan
secara genetis dengan mengonsumsi diet melebihi yang dibutuhkan. Kelebihan asupan gizi dan
makanan akan menyebabkan obesitas, bukan pertumbuhan. 4
Asupan gizi berkaitan dengan zat gizi makro maupun mikro. Zat gizi makro terdiri dari: 6
1. Karbohidrat
Karbohidrat adalah sumber energi paling utama di dalam tubuh. Karbohidrat pada umumnya
terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Monosakarida dan disakarida terasa manis
sedangkan polisakarida tida mempunyai rasa (tawar). Sumber utama karbohidrat berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan hanya sedikit saja yang termasuk bahan makanan hewani. 6
Hormon pertumbuhan mempunyai empat pengaruh utama terhadap metabolisme
karbohidrat di dalam sel yaitu mengurangi pemakaian glukosa untuk mendapat energi;
meningkatkan pengendapan glikogen di dalam sel; mengurangi ambilan glukosa oleh sel;
dan meningkatkan sekresi insulin dan penurunan sensitivitas terhadap insulin.
Berkurangnya pemakaian glukosa untuk energi sebagian besar disebabkan oleh meningkatnya
pengangkutan dan penggunaan asam lemak untuk mendapatkan energi yang disebabkan oleh
pengaruh hormon pertumbuhan. Jadi, asam lemak membentuk banyak sekali asetil-KoA yang
sebaliknya memicu timbulnya efek umpan balik yang menghambat pemecahan glikolitik dari
glukosa dan glikogen. Peningkatan endapan glikogen di dalam sel terjadi bila terdapat kelebihan
hormon pertumbuhan sehingga glukosa dan glikogen tidak dapat digunakan sebagai energi
dengan mudah, maka glukosa yang masuk ke dalam sel dengan cepat dipolimerisasi menjadi
glikogen dan selanjutnya diendapkan.3
Peningkatan konsentrasi glukosa darah disebabkan oleh rangsangan hormon
pertumbuhan terhadap sel-sel beta dari pulau-pulau Langerhans untuk mensekresi insulin
tambahan. Selain itu, hormon pertumbuhan mempunyai efek perangsangan langsung pada sel.
Gabungan dari kedua efek ini seringkali sangat merangsang sekresi insulin oleh sel-sel beta

sehingga sel-sel beta tersebut sesungguhnya mati. Bila hal ini terjadi, akan timbul diabetes
melitus. Oleh karena itu, hormon pertumbuhan dikatakan mempunyai efek diabetogenik. 3
Hormon pertumbuhan akan gagal menyebabkan pertumbuhan bila karbohidrat tidak
terdapat di dalam diet. Hal ini menunjukkan bahwa kerja insulin yang adekuat dan
tersedianya karbohidrat

dalam jumlah yang adekuat

diperlukan

agar hormon

pertumbuhan menjadi aktif. Sebagian dari kebutuhan karbohidrat dan insulin ini adalah
untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk metabolisme pertumbuhan. Yang penting
terutama adalah efek insulin dalam meningkatkan transpor dari beberapa asam amino ke dalam
sel dalam cara yang sama seperti insulin meningkatkan transpor glukosa. 3
Hiperglikemia sesudah pemberian hormon pertumbuhan merupakan kombinasi akibat
penurunan pemakaian glukosa dalam jaringan perifer dengan peningkatan produksi glukosa dalam
hati melalui proses glukoneogenesis. Dalam hati, GH akan meningkatkan jumlah glikogen hati,
dan peristiwa ini mungkin terjadi akibat aktivasi proses glukoneogenesis dari asam-asam amino.
Gangguan glikolisis dapat terjadi pada beberapa tahap, dan mobilisasi asam-asam lemak dari
simpanan triasilgliserol dapat pula turut menghambat glikolisis di dalam otot. Pemberian GH
dalam waktu lama dapat mengakibatkan diabetes melitus. 1
2. Lemak
Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat
pelarut tertentu (zat pelarut lemak) seperti petroleum benzene dan ether. Lemak di dalam makanan
yang memegang peranan penting adalah lemak netral atau trigycerida yang molekulnya terdiri
atas satu molekul glycerol (glycerin) dan tiga molekul asam lemak, yang diikatkan pada glycerol
tersebut dengan ikatan ester. Jaringan lemak di dalam tubuh tidak ikut di dalam proses
metabolisme sehari-hari tetapi merupakan simpanan atau cadangan energi yang kelebihan dan
tidak terpakai. Di dalam tubuh, lemak berfungsi sebagai cadangan energi dalam bentuk jaringan
lemak yang ditimbun di tempat-tempat tertentu.6
Hormon pertumbuhan mempunyai efek yang spesifik dalam menyebabkan pelepasan asam
lemak dari jaringan adiposa, sehingga, meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh.
Selain itu, di dalam jaringan di seluruh tubuh, hormon pertumbuhan meningkatkan perubahan
asam lemak menjadi asetil-KoA dan kemudian digunakan untuk energi. Oleh karena itu, di bawah
pengaruh hormon pertumbuhan ini, lebih disukai memakai lemak sebagai energi daripada
karbohidrat dan protein.3
Di bawah pengaruh jumlah hormon pertumbuhan yang berlebihan, pengangkutan lemak dari
jaringan adiposa seringkali menjadi sangat besar sehingga sejumlah besar asam asetoasetat
dibentuk oleh hati dan dilepaskan ke dalam cairan tubuh, dengan demikian menyebabkan ketosis.
Pergerakan lemak yang berlebihan ini dari jaringan adiposa juga seringkali menyebabkan
perlemakan hati.3
3. Protein
Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat hubungannya dengan
proses-proses kehidupan. Semua hayat hidup sel berhubungan dengan zat gizi protein. Di dalam

sel, protein terdapat sebagai protein struktural maupun protein metabolik. Protein struktural
merupakan bagian integral dari struktur sel dan tidak dapat diekstraksi tanpa menyebabkan disintegrasi sel tersebut. Protein metabolik ikut serta dalam reaksi-reaksi biokimiawi dan mengalami
perubahan bahkan mungkin destruksi atau sintesa protein baru. Protein metabolik dapat
diekstraksi tanpa merusak integritas struktur sel itu sendiri. Hormon pertumbuhan mempunyai
fungsi untuk mensintesis protein. GH akan meningkatkan transportasi asam-asam amino ke dalam
sel-sel otot dan juga meningkatkan sintesis protein lewat mekanisme yang terpisah dengan efek
pengangkutan.1,6
Sementara itu, adapun zat-zat mikro yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit yaitu
vitamin dan mineral.6
1. Vitamin
Vitamin adalah suatu zat gizi mikro yang diperlukan tubuh dalam jumlah-jumlah kecil dan
harus didatangkan dari luar, karena tidak dapat disintesa di dalam tubuh. Fungsi vitamin secara
umum berhubungan erat dengan fungsi enzim, terutama vitamin-vitamin kelompok B yang
berperan sebagai koenzim. Sementara vitamin yang berperan dalam pertumbuhan adalah
vitamin A. Defisiensi vitamin A akan menyebabkan terjadinya hambatan pertumbuhan.
Dasar dari hambatan pertumbuhan ini adalah karena hambatan sintesa protein. Gejala ini tampak
terutama pada anak-anak yang sedang ada dalam periode pertumbuhan yang sangat pesat. Sintesis
protein memerluka vitamin A sehingga pada defisiensi vitamin A terjadi hambatan sintesis
protein yang pada gilirannya menghambat pertumbuhan. Pada defisiensi vitamin A,
terdapat penurunan sintesa RNA yang merupkan faktor penting pada proses sintesa
protein.6
2. Mineral
Sekitar 4% dari tubuh manusia terdiri atas mineral, yang dalam analisa bahan makanan
tertinggal sebagai kadar abu, yaitu sisa yang tertinggal bila suatu sampel bahan makanan dibakar
sempurna di dalam suatu tungku. Kadar abu ini menggambarkan banyaknya mineral yang tidak
terbakar menjadi zat yang dapat menguap. Salah satu mineral yang berperan penting dalam
pertumbuhan tulang adalah Ca dan P. Kalsium (Ca) dan Phospor (P) merupakan mineral
golongan makro elemen yang berfungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam
metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur sel dan jaringan. Sebagian besar
kedua unsur ini terdapat sebagai garam Calsium-phospat di dalam jaringan keras tubuh
yaitu tulang dan gigi geligi.6
Defisiensi Hormon Pertumbuhan
Defisiensi hormon pertumbuhan dapat disebabkan oleh defek hipofisis (ketiadaan hormon
pertumbuhan/GH) atau sekunder karena disfungsi hipotalamus (ketiadaan GHRH). Hiposekresi
hormon pertumbuhan (GH) pada anak adalah salah satu penyebab dwarfism (cebol). Gambaran utama
adalah tubuh pendek karena pertumbuhan tulang yang terhambat. Karakteristik yang relatif kurang

tampak adalah otot yang kurang berkembang (berkurangnya sintesis protein otot) dan lemak subkutis
yang berlebihan (mobilisasi lemak yang kurang). 4
Selain itu, pertumbuhan dapat terhambat karena jaringan tidak berespons secara normal
terhadap GH. Salah satu contoh adalah dwarfism Laron, yang ditandai oleh kelainan reseptor GH
yang tidak peka terhadap hormon. Gejala penyakit ini mirip dengan gejala defisiensi GH berat
meskipun kadar GH darah sebenarnya tinggi.4
Pada beberapa kasus, kadar GH adekuat dan responsivitas sel sasaran normal tetapi tidak
ditemukan somatomedin. Terjadinya defisiensi GH pada masa dewasa setelah pertumbuhan selesai
menimbulkan gejela yang relatif sedikit. Orang dewasa dengan defisiensi GH cenderung mengalami
pengurangan massa dan kekuatan otot (protein otot lebih sedikit) serta penurunan densitas tulang
(aktivitas osteoblas berkurang selama remodelin tulang). Selain itu, karena GH penting untuk
mempertahankan massa dan kinerja kerja otot jantung pada masa dewasa maka defisiensi GH pada
orang dewasa dapat menyebabkan peningkatan resiko gagal jantung. 4
Kelebihan Hormon Pertumbuhan
Hipersekresi GH (Growth Hormone) paling sering disebabkan oleh tumor sel penghasil GH di
hipofisis anterior. Gejala bergantung pada usia pasien ketika kelainan sekresi tersebut dimulai. Jika
produksi berlebihan GH tersebut terjadi pada masa anak sebelum lempeng epifisis menutup maka
gambaran utamanya adalah pertambahan tinggi yang pesat tanpa distorsi proporsi tubuh. Karenanya
penyakit ini dinamai gigantisme (GAMBAR HAL 746). Jika tidak diterapi dengan mengangkat tumor
atau dengan obat yang menghambat efek GH, pasien dapat mencapai tinggi delapan kaki atau lebih.
Semua jaringan lunak ikut tumbuh sehingga proporsi tubuh masih normal. Biasanya penderita
gigantisme juga disertai dengan hiperglikemia dan sel-sel beta dalam pulau Langerhans pankreas
cenderung berdegenerasi, sebagian karena sel-sel ini menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi tadi dan
sebagian lagi disebabkan oleh efek perangsangan secara berlebihan yang langsung dari hormon
pertumbuhan terhadap sel-sel pulau Langerhans. Akibatnya, kira-kira 10 persen dari penderita
gigantisme ini menderita gejala diabeter melitus yang lengkap. 3,4
Jika hipersekresi GH terjadi setelah masa remaja ketika lempeng epifisis telah tertutup maka
tubuh tidak lagi dapat bertambah tinggi. Namun, di bawah pengaruh kelebihan GH, tulang menjadi
lebih tebal dan jaringan lunak, khususnya jaringan ikat dan kulit, berproliferasi. Pola pertumbuhan
yang tidak seimbang ini menimbulkan keadaan cacat yang dikenal sebagai akromegali (akro artinya
ekstremitas; megali artinya besar). Penebalan tulang paling nyata di ekstremitas dan wajah. Wajah
yang terus bertambah kasar sehingga hampir menyerupai kera terjadi karena rahang dan tulang pipi
menjadi menonjol akibat penebalan tulang wajah dan kulit. Tangan dan kaki membesar, dan jari
tangan dan kaki sangat menebal. Sering terjadi gangguan saraf tepi karena saraf terjepit oleh jaringan
ikat atau tulang yang tumbuh berlebihan.4

Gambar 18 : Penderita Akromegali.4


Kesimpulan
Pertumbuhan manusia adalah proses perkembangan fisik maupun psikologis manusia.
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan tubuh manusia tersebut, yakni faktor
hormon, gizi, serta genetic. Gizi yang berkaitan dengan pertumbuhan tulang adalah kalsium dan
fosfor serta vitamin D yang membantu menaikkan penyerapan kalsium di usus. Faktor genetik
berkaitan dengan faktor yang dibawa dari keturunan. Faktor genetik tersebut dapat mempengaruhi
sekresi hormon yang mempengaruhi pertumbuhan. Selain itu untuk dapat menunjang sekresi hormone
pertumbuhan yang maximal diperlukan glukosa yang adekuat didalam darah agar dapat menunjang
metabolisme tubuh. Dalam kasus tersebut dikatakan anak tersebut pendek dan kurus karena kelaparan,
hal ini dikarenakan hormone pertumbuhan tidak berfungsi karena glukosa darah rendah dan anak
tersebut tidak mendapat gizi yang seimbang untuk keperluan tumbuh kembang.

Daftar Pustaka
1. Murray RK, Hartono A, Ronardy DH. Biokimia harper. Edisi 27. Jakarta: EGC; 2012.h.95-239,
435-78.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia. Ed 3. Jakarta: EGC; 2003.h.609, 625, 634-7.
3. Guyton AC. Buku ajar fisiologi kedokteran. Ed 11. Jakarta: EGC; 2003.h.1171, 1176, 1179, 1181.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 6. Jakarta: EGC; 2011.h.724, 731, 735-6,
740, 744, 746, 748.
5. Ward JPT, Clarke RW, Linden RWA. At a glance fisiologi. Jakarta: Erlangga; 2007.h.95.
6. Sediaoetama AD. Ilmu gizi. Ed 7. Jakarta: Dian Rakyat; 2008.h.31-2, 53, 105, 107, 113, 167.

Lampiran

MENU MAKANAN
Pagi

Makanan
Roti tawar
margarin
telur
jeruk

Jumlah
(urt)
3 iris
1 sdm
2 butir
2 buah

Ener Karbohid
gi
rat
Protein Lemak
575
120
12
45
5
190
20
6
80
20

890

140

32

35

575
190
80

120
8

12
20
6

25

total kalori

Siang

nasi
ayam
tempe
sayur
bayam
minyak
goreng

2 1/4
gelas
2 potong
2 potong
1
mangkok
1 1/2 sdm

135
1005

133

39

33.25

9.75

total kalori
snack
Siang

apel

1 buah

80

nasi
ikan goreng
sayur asem
minyak
pepaya
susu sapi

1 1/2
gelas
1 potong
1
mangkok
1 1/2
sendok
1 potong
5 sdm

80

25

8
10

15
10
9
104

7
26

26

6.5

oleh makanan
gr
gr
gr

total kalori
jadi total kalori yang dihasilkan
sehari adalah
karbohidrat
397
protein
97
lemak
69

15
30
3.3333
33
1051.3
33

85

350
95

135
40
130
775

12
3

20
5

total kalori

Malam

11
1.2222
22
934.22
22

2881.
167

7
28
3.1111
11
810.61
11

Anda mungkin juga menyukai