Anda di halaman 1dari 8

Naik 100%, 202 Anak Wonogiri Gizi Buruk

A. Pendahuluan
Suatu keadaan di mana seseorang mengalami kekurangan asupan zat gizi dalam
rentang waktu relatif lama sehingga berada dibawah standar rata-rata. Keadaan
tersebut umumnya dikenal dengan istilah gizi buruk.
(Depkes RI, 2005) Ciri-ciri gizi buruk, antara lain:
Sangat kurus
Edema, minimal pada kedua punggung kaki
BB/PB atau BB/TB < -3 SD
LiLA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan)
Dalam artikel terdapat beberapa hal yang menyebabkan terjadi gizi
buruk, diantaranya kemiskinan, kesalahan pola asuh, dan penyakit
kronis. Faktor kemiskinan mendorong para orang tua pergi
merantau untuk mendapatkan penghasilan yang cukup. Keadaan
tersebut menyebabkan kesalahan pola asuh anak. Anak kurang
mendapat pengawasan dalam hal makan. Kurangnya pengawasan
tersebut menurunkan status gizi pada anak. Selain itu, masalah gizi
buruk juga dipicu oleh penyakit kronis, seperti radang paru, TBC,
sakit ginjal, cacingan, kelainan bawaan lahir seperti kelainan
pencernaan, penyakit jantung bawaan, HIV/ AIDS, dll.
B. Solusi
1. cek kesehatan secara rutin *
Pemerintah setempat mencanangkan program pengecekan
kesehatan yang rutin, misal sebulan dua kali. Hal tersebut bisa
dalam hal tenaga kesehatan yang mendatangi rumah-rumah
warga ataupun warga yang datang ke posyandu. Cek kesehatan
rutin dilaksanakan seperti halnya program imunisasi yang
dilaksanakan posyandu setempat.
Cek kesehatan rutin tersebut berguna untuk mengetahui
perkembangan anak dan status gizi anak dari bulan ke bulan.
2. penyuluhan kepada ibu-ibu
Pada umumnya tingkat pendidikan orang tua, khususnya ibuibu yang tinggal di pedesaan, masih tergolong rendah. Mereka
hanya lulusan sekolah dasar, bahkan beberapa ada yang tidak
sekolah dulunya. Pengetahuan mereka tentang gizi anak pun
kurang dan memungkinkan terjadinya gizi buruk. Hal ini dapat

ditanggulangi dengan diadakannya penyuluhan-penyuluhan


tentang gizi. Penyuluhan tersebut meliputi pengetahuan tentang
pentingnya asupan gizi, cara dan pola asuh anak yang baik dan
benar, pentingnya ASI ekslusif hingga umur 6 bulan, dan MP
(Makanan Pendamping ) ASI setelah 6 bulan.
Merujuk pada hasil penelitian Tita Masithah, Soekinnan, dan
Drajat Martianto (2005), perilaku seorang ibu dipengaruhi oleh
karakteristik yang dimilikinya, di antaranya tingkat pendidikan
dan pengetahuan ibu. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan
bahwa lama pendidikan ibu berhubungan signifikan positif
dengan status gizi batita indeks TB/U (r=O,111; P < 0,05). Dalam
jurnalnya disebutkan juga bahwa jarang dilakukannya upaya
penyuluhan tentang bagaimana menyiapkan gizi yang baik bagi
keluarga, terutama bagi anak-anak balita. ( Tita Masithah,
Soekinnan, Drajat Martianto. HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN DAN
KESEHATAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BATITA DI DESA MULYA
HARJA. 2005)

Asupan gizi untuk anak berkaitan dengan tingkat pendidikan


dan pengetahuan orang tua anak tersebut. (Sulistyawati Rahayu,
2006) Rendahnya tingkat pendidikan orang tua menyebabkan
kurangnya kesadaran untuk memberikan makanan yang terbaik
bagi anak. Bisa saja makanan yang seharusnya untuk anak
balita, dalam hal ini PMT (Program Makanan Tambahan) malah
dikonsumsi oleh seluruh anggota keluarga. Akibatnya, sang anak
yang membutuhkan PMT tersebut tidak mendapatkannya.
Padahal anak balita memerlukan makanan bergizi karena sedang
dalam masa kritis tumbuh kembang anak (golden age).
Program penyuluhan akan dilaksanakan di Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, dan Posyandu. Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, dan Posyandu tersebut nantinya tidak hanya untuk
memeriksa saja. Seiring sang ibu sedang mengimunisasikan atau
mengecek status kesehatan anaknya, program penyuluhan
tersebut dilaksanakan. Selain itu, penyuluhan juga dilaksanakan
oleh para kader kesehatan dengan mengunjungi rumah warga.
Dengan demikian,
program penyuluhan kepada ibu perlu
dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai
.. hal tersebut nantinya akan
.Cara memberi asupan gizi yang benar
kepada ibu.

*jurnal SyifaPola asuh ibu . . . . Maya Kecenderungan Masalah


Gizi. . .

..

Pemberian ASI terutama ASI eksklusif sampai usia 6 bulan masih rendah,
serta MP-ASI untuk bayi di atas 6 bulan yang belum baik dalam hal jumlah
dan mutu,waktu pemberian yang tidak tepat, masalah dalam pengolahan
makanan,memberi dampak pada gangguan pertumbuhan dan munculnya
beberapa penyakit infeksi. Hal ini berkaitan dengan kurang baiknya pola
pengasuhan anak,masih rendahnya pengetahuan dan tingkat pendidikan
terutama wanita. (msh copas)
3. mendirikan klinik gizi
(peningkatan kualitas pelayanan, tenaga kesehatan, dan
perawatan anak) *jurnal Alim Hubungan antara Pengetahuan Ibu
. . . . Maya Kecenderungan Masalah Gizi. . . .
(Depkes RI, 2005) Pelatihan tenaga kesehatan menggunakan
modul yang ada dengan materi meliputi:
(1) Pemantauan
pertumbuhan anak seperti menimbang, mengisi dan interpretasi
KMS, mengukur LiLA, konseling dan mengisi SIP). (2)
Pendampingan dalam melaksanakan PHBS, konseling pemberian
makanan, kepatuhan. (3) Melaksanakan atau mengonsumsi
paket pemulihan gizi.
Peranan kader posyandu dalam penanganan anak gizi buruk
secara rawat jalan.
4. Program JPKMM dan PMT bagi masyarakat miskin.
Upaya yang dilakukan untuk masyarakat miskin bukan
dengan cara peningkatan terbukanya lapangan kerja, melainkan
dengan pemberian jaminan kesehatan dan Program Pemberian
Makanan Tambahan (PMT).

Program
pemberian
Jaminan
Pemeliharaan
Kesehatan
Masyarakat Miskin (JPKMM) adalah program pelayanan
kesehatan dari pemerintah bagi keluarga miskin yang bertujuan
untuk mempertahankan serta meningkatkan derajat kesehatan
dan status gizi pada keluarga tersebut. (Depkes RI, 2005).
Program tersebut haruslah tepat sasaran. Selain itu, proses
pengurusan dalam penerimaan kartu JPKMM haruslah cepat dan
tidak terlalu lama.
(Sulistyawati Rahayu, 2006) pelaksanaan program PMT tersebut
memerlukan kerjasama antara pemerintah dengan World Food
Program (WFP) dan pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

program makanan tambahan seperti yang dilakukan dalam studi


berkelanjutan Ira Endah Rohima di Bandung dan Bogor
Secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan ekonomi sebagai dampak dari
berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua sisi, pertama berkurangnya biaya
berkaitan dengan kematian dan kesakitan dan di sisi lain akan meningkatkan
produktivitas. Paling kurang manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai dampak dari
perbaikan status gizi adalah: berkurangnya kematian bayi dan anak balita,
berkurangnya biaya perawatan untuk neonatus, bayi dan balita, produktivitas
meningkat karena berkurangnya anak yang menderita kurang gizi dan adanya
peningkatan kemampuan intelektualitas, berkurangnya biaya karena penyakit kronis
serta meningkatnya manfaat intergenerasi melalui peningkatan kualitas kesehatan.
(msh copas)

Referensi
Nurlila. faktor penyebab gizi buruk pada anak balita di wilayah kerja puskesmas mata kota
Kendari. Kendari: Stikes Mandala Waluya; tahun
CIT !!

Azwar. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang. Institusi&ta

hun s

Anda mungkin juga menyukai