OLEH:
HUSNUL KHOTIMAH
13 410 027
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kita sehingga penulis berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Bau Nyale
Sebagai Tradisi Masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat
Makalah ini berisikan tentang informasi Kearifan lokal masyarakat atau yang
lebih khususnya membahas tentang bau nyale sebagai tradisi masyarakat lombok.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
sistem Sosial yang ada di masyarakat lombok.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1...............................................................................................Latar
Belakang...............................................................................
1.2...............................................................................................Rumusan
Masalah................................................................................
1.3...............................................................................................Tujuan
..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1...............................................................................................Pengertian
Bau Nyale.............................................................................
2.2...............................................................................................Asal Usul
Tradisi Bau Nyale.................................................................
2.3...............................................................................................Tradisi Bau
Nyale....................................................................................
2.4...............................................................................................Peranan
Bau Nyale Bagi Masyarakat.................................................
11
3.2...............................................................................................Saran
..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kearifan lokal merupakan seperangkat pengetahuan yang dikembangkan
oleh suatu kelompok masyarakat setempat (komunitas) yang terhimpun dan
terangkum dari pengalaman panjang manusia menggeluti alam dalam ikatan
hubungan yang saling menguntungkan kedua belah pihak (manusia dan
lingkungan) secara berkelanjutan dan dengan ritme yang harmonis.
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau. Setiap
pulau yang ada ditempati oleh suku yang berbeda. Perbedaan suku yang ada
Indonesia sangat beragam dengan kebudayaan yang beragam pula. Kebudayaan
menjadi sesuatu yang sangat melekat dari setiap suku sehingga menjadi identitas
diri dari suku tersebut, seperti kebudayaan masyarakat pesisir dalam pemanfaatan
sumber daya alam pesisir dan lautan. Suku yang berbeda memiliki kebudayaan
dan tradisi yang berbeda pula dalam pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan
lautan.
Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam pesisir dan lautan pada
hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia atau masyarakat
di sekitar kawasan pesisir agar pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan
secara bijaksana dengan mengindahkan kelestarian lingkungan
(Supriharyono dalam Stanis et al.,:2007, 7). Kearifan lokal atau tradisi masyarakat
pesisir dalam pemanfaatan sumber daya alam pesisir dan lautan salah satunya,
yaitu tradisi Bau Nyale pada masyarakat pesisir suku sasak.
Bau Nyale merupakan tradisi suku sasak yang tinggal di Lombok Selatan
sepanjang pantai selatan pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kata sasak itu
sendiri berasal dari bahasa sanskerta, sahsaka. Sahartinya pergi, saka artinya
asal. Sahsaka artinya pergi meninggalkan tanah asal, dan mengumpul di pulau
Lombok dengan memakai rakit bambu sebagai kendaraan (Damanik: 2008, 3).
Pesta atau upacara Bau Nyale merupakan sebuah peristiwa dan tradisi yang
sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi Suku Sasak, Suku asli
Pulau Lombok. Keberadaan pesta bau nyale ini berkaitan erat dengan
sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah Lombok Tengah bagian selatan.
Dimana dalam makalah ini akan dibahas tentang bau nyale di pulau lombok.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan bau nyale ?
b. Bagaimana asal usul tradisi bau nyale ?
c. Bagaimana tradisi bau nyale ?
d. Apa saja peran bau nyale bagi masyarakat ?
1.3. Tujuan
a. Mengetahui pengertian bau nyale
b. Menegetahui asal usul muncul tradisi bau nyale
c. Mengetahui bagaimana tradisi bau nyale
d. Mengetahui peran bau nyale bagi masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
5
biasanya akan ditaburkan di sawah. Cacing nyale ini pun bisa dijadikan sebagai
lauk, bahkan bisa dijadikan sebagai obat kuat.
2.2. Asal Usul Tradisi Bau Nyale
Pada zaman dahulu di pantai selatan Pulau Lombok terdapat sebuah
kerajaan yang bernama Tonjang Beru. Sekeliling di kerajaan ini dibuat ruangan ruangan yang besar. Ruangan ini digunakan untuk pertemuan raja - raja. Negeri
Tonjang Beru ini diperintah oleh raja yang terkenal akan kearifan dan
kebijaksanaannya Raja itu bernama raja Tonjang Beru dengan permaisurinya
Dewi Seranting.
Baginda mempunyai seorang putri, namanya Putri Mandalika. Ketika sang
putri menginjak usia dewasa, amat elok parasnya. Ia sangat anggun dan cantik
jelita. Matanya laksana bagaikan bintang di timur. Pipinya laksana pauh dilayang.
Rambutnya bagaikan mayang terurai. Di samping anggun dan cantik ia terkenal
ramah dan sopan. Tutur bahasanya lembut. Itulah yang membuat sang putri
menjadi kebanggaan para rakyatnya.
Semua rakyat sangat bangga mempunyai raja yang arif dan bijaksana yang
ingin membantu rakyatnya yang kesusahan. Berkat segala bantuan dari raja rakyat
negeri Tonjang Beru menjadi hidup makmur, aman dan sentosa. Kecantikan dan
keanggunan Putri Mandalika sangat tersohor dari ujung timur sampai ujung barat
pulau Lombok. Kecantikan dan keanggunan sang putri terdengar oleh para
pangeran-pangeran yang membagi habis bumi Sasak (Lombok). Masing - masing
dari kerajaan Johor, Lipur, Pane, Kuripan, Daha, dan kerajaan Beru. Para
pangerannya pada jatuh cintar. Mereka mabuk kepayang melihat kecantikan dan
keanggunan sang putri.
Mereka saling mengadu peruntungan, siapa bisa mempersunting Putri
Mandalika. Apa daya dengan sepenuh perasaan halusnya, Putri Mandalika
menampik. Para pangeran jadi gigit jari. Dua pangeran amat murka menerima
kenyataan itu. Mereka adalah Pangeran Datu Teruna dan Pangeran Maliawang.
Masing - masing dari kerajaan Johor dan kerajaan Lipur. Datu Teruna mengutus
Arya Bawal dan Arya Tebuik untuk melamar, dengan ancaman hancurnya
10
pantai, dan secepat itu pula Nyale berangsur-angsur lenyap dari permukaan laut
bersamaan dengan fajar menyingsing di ufuk timur.
Dalam kegiatan ini terlihat yang paling menonjol adalah fungsi solidaritas
dan kebersamaan dalam kelompok masyarakat yang dapat terus dipertahankan
karena ikut mendukung kelangsungan budaya tradisional. Keajaiban Nyale bagi
suku Sasak Lombok telah menimbulkan dongeng tentang kejadian yang tersebar
hampir keseluruh lapisan masyarakat Lombok dan sekitarnya. Dongeng ini sangat
menarik dengan cerita yang sangat romantis dan berkembang melalui penuturan
orang-orang tua yang kemudian tersusun dalam naskah tentang legenda Nyale.
2.4. Peranan Bau Nyale Bagi Masyarakat
2.4.1. Pendapatan Penduduk Lokal
Kehadiran budaya sebagai salah satu identitas penting masyarakat dalam
mengupayakan masyarakat mandiri melalui pengembangan budaya, dalam arti;
esensi budaya yang ada tidak terlepas dari sebuah nilai ekonomi yang tinggi,
budaya menghadirkan keuntungan yang signifikan bagi masyarakat setempat,
apabila;pertama, budaya yang ada harus dilestarikan sebagai wujud kepedulian
masyarakat akan warisan budaya. Kedua, budaya harus dilihat dari sisi kearifan
lokal yang tinggi, tidak boleh tercampur dengan budaya-budaya lain yang akan
berdampak pada hilangnya nilai sacral budaya. Ketiga, masyarakat setempat
mampu bersaing dan menyuguhkan ke-lokal-an budaya, misalnya; makanan, kain
atau sarung lokal, dan yang lainnya, agar budaya yang ada tidak monoton.
Bau nyale misalnya; atraksi budaya ini menghadirkan daya tarik yang
tinggi, kehadirannya dalam dua kali setahun menjadi momen yang tak bisa
ditinggalkan oleh masyarakat setempat, apalagi nilai jual nyale sangat tinggi.
Masyarakat dari luar datang berbondong-bondong menuju pesisir pantai untuk
memeriahkan, hampir mencapai ribuan disetiap pantai tempat adanya atraksi bau
nyale. Hal ini, mendatangkan keuntungan senidri bagi penduduk setempat
maupun penduduk lain untuk berbisnis, mulai dari menjual kerajinan tangan
sampai pada hal-hal yang dibutuhkan.
11
2.4.2.
Dalam hal ini, pekerja sosial yang memiliki tugas sebagai penolong dan
memiliki jiwa kemanusiaan sebagai identitas. Maka ada peran-peran penting
yang harus dimasuki oleh pekerjaan sosial sebagai tuntutan profesi, antara lain;
a.
Promosi.
12
Penyuluhan.
Dalam hal ini, pekerja sosial tidak hanya bertatap muka dengan masalahmasalah klien secara pribadi maupun kelompok, pekerja sosial juga harus
bisa berpikir kreatif dalam memberikan solusi kepada masyarakat agar
kemiskinan yang menyebabkan berbagai macam dampak sosial tidak terjadi,
salah satunya adalah menjadikan budaya sebagai salah satu wisata budaya.
3.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
a. Bau Nyale merupakan tradisi berburu cacing laut yang hanya keluar di
tepi pantai pada waktu-waktu tertentu saja.
b. Asal usul munculnya tradisi bau nyale yaitu dimana seorang putri
yang menceburkan dirinya kelaut sehingga muncullah cacing laut
yang disebut dengan nyale.
c. Tradisi Bau Nyale diadakan setahun sekali dan dijadwalkan setiap
bulan Febuari-Maret. Beberapa waktu sebelum Nyale keluar hujan
turun deras dimalam hari diselingi kilat dan petir yang menggelegar
disertai dengan tiupan angin yang sangat kencang.
d. Peranan bau nyale bagi masyarakat yaitu tradisi bau nyale sebagai
nilai ekonomi pendapatan penduduk lokal dan pendapatan ekonomi
jangka panjang.
3.2. Saran
Sebaiknya sebelum disusunnya makalah ini penulis melakukan survei untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kearifan lokal tesebut seperti yang kita
ketahui banyak sekali masyarakat yang melupakan budaya/tradisi yang ada
diindonesia.
14
DAFTAR PUSTAKA
Hans,J.Daeng.2012. Manusia,Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan
Antropologis. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) Cetakan IV.
Daminik, N.G. 2008. Lombok No Bau Nyale No Dentou. Kertas Karya. Program
Studi Nahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.
Dean, H.K. 2008. The Use of Polychaetes (Annelida) as Indicator species of
Marine Pollution: a Review.Rev. Biol. Trop Int J. Trop. Biol. ISSN-00347744) 36 (Suppl.4): 11-38.
Fatah, L.A. 2011. Travelicious Lombok. B-First: Yogyakarta.
Stanis, S., Supriharyono, dan N.B. Azis. 2007. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir
dan Laut Melalui Pemberdayaan Kearifan Lokal di Kabupaten Lembata
Propinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Pasir Laut 2 (2) : 67-82.
15