Disusun oleh:
Sri Chitra Arumsari Supit
030.09.241
Dokter Pembimbing:
dr. Budi Wahyono, Sp. S
DAFTAR ISI
4
4
5
13
14
14
15
15
15
35
35
36
37
42
43
46
BAB I
PENDAHULUAN
Glukosa merupakan bahan bakar utama metabolisme untuk otak. Otak hanya menyimpan
glukosa dalam bentuk glikogen dalam jumlah yang sangat sedikit. Fungsi otak yang normal sangat
tergantung asupan glukosa dari sirkulasi. Gangguan asupan glukosa yang berlangsung lebih dari
beberapa menit dapat menimbulkan disfungsi sistem sarag pusat, gangguan kognitif dan koma.
2
Pada individu normal yang sehat, hipoglikemia yang sampai menimbulkan gangguan
kognitif yang bermkna tidak terjadi karena mekanisme hemeostasis glukosa endogen berfungsi
dengan efektif. Secara klinis masalah hipoglikemia timbul karena pada diabetes dan akibat terapi
mekanisme homeostasis endogen tersebut terganggu. Hipoglikemia pada pasien diabetes tipe 1 dan
tipe 2 merupakan faktor penghambat dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal.
Dokter harus memahami benar tentang hal ini dan pasien diabetes beserta keluarganya diberi
informasi tentang masalah hipoglikemia.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: Tn..S
Usia
: 73 tahun
Alamat
Pekerjaan
: ASK AL
Status Menikah
: Menikah
Pendidikan
: SMA
Suku
: Jawa
3
Agama
: Protestan
No. RM
: 140759
Tanggal MRS
: 17 September 2015
2.2 Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan kepada istri pasien pada tanggal 29 September 2015 di Ruang
Sangeang RSAL Dr. Mintohardjo.
2.2.1
Keluhan Utama
Tidak sadar dari pagi hari SMRS
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
Riwayat Pengobatan
Sebelum dirawat ke RSAL pasien sempat dibawa ke RS otak Cawang dan sudah
diberikan loading Nacl 0,9% 500cc dalam 1 jam, lalu dextrose 10% 500CC/6 jam, ome[razole
40mg iv, dan ulsafat syr 15cc. Pasien meminum obat kencing manis dan herbal untuk kencing
manisnya tetapi keluarga tidak mengetahui nama obat dan herbalnya.
2.2.6
2.2.7
wheezing (-/-).
Abdomen
: Supel, bising usus (+), nyeri tekan 4 kuadran (-), hepar dan lien tidak
teraba.
Ekstremitas
2. Status psikis
Cara berpikir
Perasaan hati
Tingkah laku
: Tidak tampak deformitas, tidak tampak ulkus, akral hangat, oedem (-).
: Tidak dapat dinilai
: Tidak dapat dinilai
: Tidak dapat dinilai
5
Ingatan
Kecerdasan
3. Status neurologis
A. Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk
:(-)
Brudzinski I
:(-)
Brudzinski II
:(-/-)
Lasegue
:(-/-)
Kernig
:(-/-)
B. Kepala
Bentuk
Nyeri tekan
Pulsasi
Simetris
: normocephali
:(-)
:(-)
: simetris
C. Leher
Sikap
Pergerakan
D. Afasia motorik
Afasia sensorik
Disartria
:(-)
:(-)
:(-)
E. Nervus Kranialis
N I (N. Olfaktorius)
Subjektif
: Tidak dapat dinilai
Dengan beban
: Tidak dapat dinilai
N II (N. Optikus)
Tajam penglihatan
Lapang pandang
Melihat warna
Funduskopi
N IV (N. Trokhlearis)
Pergerakan mata
: Tidak dapat dinilai
Sikap bulbus
: baik/baik
Melihat kembar
: Tidak dapat dinilai
N V (N. Trigeminus)
Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Refleks kornea
Sensibilitas muka
N VI (N. Abducen)
Pergerakan mata
Sikap bulbus
Melihat kembar
N IX (N. Glossofaringeus)
Perasaan lidah (1/3 belakang) : tidak dilakukan
Sensibilitas faring
: Tidak dapat dinilai
N X (N. Vagus)
Arkus faring
Berbicara
Menelan
Refleks okulokardiak
: simetris
:
: Tidak dapat dinilai
: tidak dilakukan
7
N XI (N. Accesorius)
Mengangkat bahu
: Tidak dapat dinilai
Memalingkan kepala : Tidak dapat dinilai
: simetris
: Tidak dapat dinilai
: Tidak dapat dinilai
: tidak dilakukan
:
Refleks fisiologis
Biseps
Triseps
Radius
Ulna
:(+/+)
:(+/+)
:(+/+)
:(+/+)
Refleks patologis
Hoffman-Tromner
:(-/-)
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Suhu
Diskriminasi 2 titik
Tonus
: normotonus / normotonus
Refleks fisiologis
Patella
Achilles
:(+/+)
:(+/+)
Refleks patologis
Babinsky
Chaddock
Schaefer
Oppenheim
Gordon
Mendei
Bechterew
Rossolimo
:(-/+)
:(-/+)
:(-/-)
:(-/-)
:(-/-)
:(-/-)
:(-/-)
:(-/-)
Klonus
Paha
Kaki
:(-/-)
:(-/-)
Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Suhu
Diskriminasi 2 titik
:(-/-)
:(-/-)
:(-/-)
:(-/-)
I. Alat vegetative
Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Refleks anal
: tidak dilakukan
Refleks kremaster
: tidak dilakukan
Refleks bulbokavernosus : tidak dilakukan
9
J. Patrick
Kontra patrick
:(-/-)
:(-/-)
HEMATOLOGI
HASIL
NILAI
PEMERIKSA
NORMAL
SATUAN
AN
GULA DARAH
GLUKOSA
118
< 200
mg/dL
SEWAKTU
2.4.2
10
Kesan :
-Infark lama diwatershed area periventrikel lateral anterior kiri dan posterior kanan, kapsula eksterna
kiri
- atrofi cerebri
2.5 Resume
Pasien datang ke UGD RSAL dr Mintohardjo pada tanggal 17 September 2015 dengan
keluhan tidak sadar sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit, selama perjalanan ke RS pasien
muntah 1x, tidak menyemprot, berisi makanan tetapi pasien tetap tidak sadarkan diri, demam(-),
kejang(-), keluar darah atau cairan dari telinga atau pun hidung(-),biru atau bekas luka yang baru di
sekitar kepala ,wajah, telinga ataupun leher(-). Kebas dikedua telapak tangan dan bicara pelo sejak
11
1bulan SMRS. Riwayat DM tidak terkontrol, 3hari SMRS pasien berhenti meminum obat DM dan
beralih ke herbal.
Pada pemeriksaan fisik, GCS 10(E4M4V2), pasien tekanan darah 120/80. Pada reflek
cahaya langsung (-/+), refelek cahaya tidak langsung (-/+) , kekuatan ekstremitas bawah kesan
lateralisasi kekiri. Hasil lab tgl 28-09-2015 GDS : 118 dan hasil Ctscan kepala tanggal 17-09-2015
kesan Infark lama diwatershed area periventrikel lateral anterior kiri dan posterior kanan, kapsula
eksterna kiri dan atrofi cerebri
2.6 ASSESMENT
AX1
AX2
: Diagnosa klinis
: Penurunan kesadaran
Diagnosa etiologis
: Ensefalopati Hipoglikemia
Diagnosa topis
Diagnosa patologis
: cephali
: hipoksia
: Diagnosa klinis
Diagnosa etiologis
: SNH
Diagnosa topis
Diagnosa patologis
AX3
AX4
: PJK
2.7 Penatalaksanaan
-
IVFD RL /14tetespermenit
Cefadroxil 2x500mg
Ranitidin 2x150mg
Neulin 2x500mg
Tromboaspilet 1x80mg
Mecobalamin 3x500mg
Piracetam 2x120mg
Mobilisasi duduk
Fisioterapi
2.8 Prognosis
Ad vitam
Ad functionam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad malam
12
Ad sanationam
: Dubia ad bonam
2.9 Follow Up
13
S
O
: 36,30 C
GDS : 40
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(-/-),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
A
: 37,30 C
GDS : 40
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(-/-),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
A
15
-Dexametason 3x1amp
S
O
: 370 C
GDS : 45
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
A
16
-citicolin 2x500mg
-Dexametason 3x1amp
-inj ceftriaxone 1x2gr
-cek GDS/6jam
S
O
: 36,50 C
GDS : 158
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
A
17
S
O
AX5 : Bronkopneumonia
-IVFD D10% 20tpm
- RL 20tpm
-OMZ 2x1
-Ranitidin 2x1amp
-citicolin 2x1
-Dexametason 3x1amp
-inj ceftriaxone 1x2gr
-cek GDS/6jam
-nebulizer (ventolin:bisolvon:NaCl)
21 September 2015 ( perawatan hari ke 5 )
- penurunan kesadaran
KU : TSB
GCS : E3M4V2
TD : 120/80
N : 80x / menit
RR : 20x / menit
S
: 36,60 C
GDS : 93
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
A
18
S
O
: 36,60 C
GDS : 90
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
19
S
O
: 36,90 C
GDS : 112
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
20
S
O
: 36,50 C
GDS : 96
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
21
S
O
: 36,60 C
GDS : 111
22
S
O
23
TD : 120/70
N : 80x / menit
RR : 20x / menit
S
: 36,70 C
GDS : 126
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
A
24
-fisioterapi
-mobilisasi duduk
S
O
: 36,70 C
GDS : 144
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
A
25
S
O
: 36,60 C
GDS : 118
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
A
26
Diagnosa etiologis
: SNH
Diagnosa topis: periventrikel lateral anterior kiri dan
posterior kanan, kapsula eksterna kiri
Diagnosa patologis : infark
S
O
: 36,60 C
GDS : 118
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
R. Fisiologis : +/+ (atas); +/+ (bawah)
R. Patologis : Babinsky (+/+), chaddok (+/+)
TRM : (-)
27
S
O
: 36,60 C
GDS : 104
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Suara nafas vesikuler(+/+), rhonki(+/+),wheezing(-/-)
Abdomen : Supel, bising usus(+),
Ekstremitas : Akral hangat(+), oedem(-) pada keempat ekstremitas
Sensoris : sulit dinilai, Motorik : lateralisasi kekiri
28
S
O
: 36,60 C
GDS :
Mata : CA -/-, SI -/-, Pupil bulat anisokor, d = 2 mm /2mm, RCL -/+ ,
RCTL -/+
Thorax : S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
29
30
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hipoglikemia (Hypoglycemia), merupakan suatu keadaan dimana kadar
glukosa/gula darah rendah atau berada di bawah level normal. Glukosa, yang
merupakan sumber energi penting bagi tubuh utamanya berasal dari makanan dan
karbohidrat. Nasi, kentang, roti, susu, buah-buahan dan permen adalah beberapa
dari sekian banyak makanan yang kaya akan karbohidrat.
Setelah makan, glukosa akan diserap ke dalam aliran darah untuk
selanjutnya dibawa ke sel-sel tubuh. Insulin, hormon yang diproduksi oleh
pankreas, akan membantu sel mengubah glukosa menjadi energi. Jika pada suatu
waktu Anda mengonsumsi glukosa melebihi jumlah yang dibutuhkan tubuh, maka
tubuh akan menyimpan glukosa yang berlebih tersebut di dalam hati dan otot
dalam bentuk yang disebut sebagai glikogen. Tubuh akan menggunakan glikogen
untuk energi ketika dibutuhkan, misalnya di antara waktu makan. Glukosa yang
berlebih juga dapat diubah menjadi lemak dan disimpan di dalam sel lemak.
Lemak juga bisa digunakan untuk energi.
Ketika kadar gula dalam darah mulai turun, hormon lain yang diproduksi
oleh pankreas yaitu glukagon akan memecah glikogen dan melepaskan glukosa ke
dalam aliran darah untuk menormalkan kembali kadar gula dalam darah. Pada
sebagian orang dengan diabetes, respon glukagon terhadap hipoglikemia
terganggu dan hormon-hormon lain seperi epinefrin (juga disebut adrenalin) dapat
meningkatkan kadar glukosa dalam darah. Tapi penderita diabetes yang dirawat
dengan suntikan insulin, anti diabetes yang meningkatkan produksi insulin, kadar
glukosa darah tidak dapat kembali ke level normal dengan cepat.
Hipoglikemia dapat terjadi secara tiba-tiba. Biasanya bersifat ringan, tidak
membahayakan dan bisa ditangani dengan cepat dan mudah hanya dengan makan
31
atau minum makanan yang kaya akan glukosa. Namun jika tidak ditangani,
hipoglikemia bisa memburuk dan menyebabkan penderitanya mengalami perasaan
bingung, canggung, hingga pingsan. Bahkan hipoglikemia berat dapat
menyebabkan kejang, koma dan bahkan kematian.
Pada orang dewasa dan anak-anak diatas usia 10 tahun, hipoglikemia
sebenarnya jarang terjadi kecuali sebagai akibat efek samping dari pengobatan
diabetes. Di luar itu, hipoglikemia juga bisa terjadi karena penggunaan obat lain,
kekurangan hormon atau enzim, atau karena adanya kondisi kesehatan lain seperti
tumor.
3.2 Klasifikasi Hipoglikemia
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala Triad Whipple. Triad Whipple
meliputi:
1. Keluhan adanya kadar glukosa darah plasma yang rendah. Gejala otonom
seperti berkeringat, jantung berdebar-debar, tremor, lapar.
2. Kadar glukosa darah yang rendah (<3 mmol/L). Gejala neuroglikopenik
seperti bingung, mengantuk, sulit berbicara, inkoordinasi, perilaku
berbeda, gangguan visual, parestesi, mual sakit kepala.
3. Hilangnya dengan cepat keluhan sesudah kelainan biokimia dikoreksi.
Hipoglikemia juga dapat dibedakan menjadi:
1. True hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 60
mg/dl
2. Koma hipoglikemi, ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu < 30
mg/dl
3. Reaksi hipoglikemi, yaitu bila kadar glukosa darah sebelumnya naik,
kemudian diberi obat hipoglikemi dan muncul tanda-tanda hipoglikemia
namun kadar glukosa darah normal.
4. Reaktif hipoglikemi, timbul tanda-tanda hipoglikemi 3-5 jam sesudah
makan. Biasanya merupakan tanda prediabetik atau terjadi pada anggota
keluarga yang terkena diabetes melitus.
32
disebabkan oleh insulin, konsentrasi keton di plasma tertekan dan mungkin tidak
mencapai kadar yang cukup di SSP, sehingga tidak dapat dipakai sebagai sumber
energy alternative.1
Pada individu yang mengalami hipoglikemia, respon fisiologi terhadap
glukosa darah tidak hanya membatasi makin parahnya metabolisme glukosa,
tetapi juga menghasilkan berbagai keluhan dan gejala yang khas. Petugas
kesehatan, pasien dan keluarganya belajar mengenai keluhan dan gejala tersebut
sebagai episode hipoglikemia dan dapat segera melakukan tindakan-tindakan
koreksi dengan memberikan glukosa oral atau bentuk karbohidrat refined yang
lain. Kemampuan mengenali gejala awal sangat penting bagi pasien diabetes yang
mendapat terapi insulin yang ingin mencapai dan mempertahankan kadar glukosa
darah normal atau mendekati normal. Terdapat keluhan yang menonjol diantara
pasien maupun pada pasien itu sendiri pada waktu yang berbeda. Walaupun
demikian pada umumnya keluhan biasanya timbul dalam pola tertentu, sesuai
komponen fisiologis dan respon fisiologis yang berbeda.1
Tabel 3. Keluhan dan gejala hipoglikemia akut yang sering dijumpai pada pasien
diabetes.1.3
Otonomik
Berkeringat
Neuroglikopenik
Bingung
Malaise
Mual
Jantung berdebar
Mengantuk
Sakit kepala
Tremor
Sulit berbicara
Lapar
Inkoordinasi
Perilaku yang berbeda
Gangguan visual
33
Parestesi
Pada pasien diabetes yang masih relative baru, keluhan dan gejala yang
terkait dengan system saraf otonomik seperti palpitasi, tremor, atau berkeringat
yang lebih menonjol dan biasanya mendahului keluhan dan gejala disfungsi
serebral yang disebabkan oleh neuroglikopeni, seperti gangguan konsentrasi atau
koma. Sakit kepala dan mual mungkin bukan merupakan keluhan malaise yang
khas. Pada pasien diabetes yang lama intensitas keluhan otonomik cenderung
berkurang atau menghilang. Hal tersebut menunjukkan kegagalan yang progresif
aktivasi system saraf otonomik. 1
34
35
36
Kemungkinan mekanisme
Tidak diketahui
Hipoglikemia
yang
berulang
Alcohol
Episode nocturnal
gangguan
jalur
utama
transmisi
neuron
Penekanan respon otonomi respon
Gangguan kognisi
Tidur menyebabkan gejala awal
simpatoadrenal
Kemampuan abstrak belum cukup
Perubahan perilaku
Gangguan kognisi
Respon otonomik berkurang
Sensitivitas adrenergic berkurang
Usia lanjut
37
3. Bila belum sadar, dilanjutkan infus maltosa 10% atau glukosa 10%
kemudian diulang 25 cc glukosa 40% sampai penderita sadar.
4. Injeksi metil prednisolon 62,5 125 mg intravena dan dapat diulang.
Dapat dikombinasi dengan injeksi fenitoin 3 x 100 mg intravena atau
fenitoin oral 3 x 100 mg sebelum makan.
5. Injeksi efedrin 25 -50 mg (bila tidak ada kontra indikasi) atau injeksi
glukagon 1 mg intramuskular. Kecepatan kerja glukagon sama dengan
pemberian glukosa intravena. Bila penderita sudah sadar dengan
pemberian glukagon, berikan 20 gram glukosa oral dan dilanjutkan dengan
40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung untuk mempertahankan
pemulihan.
6. Bila koma hipoglikemia terjadi pada pasien yang mendapat sulfonilurea
sebaiknya pasien tersebut dirawat di rumah sakit, karena ada risiko jatuh
koma lagi setelah suntikan dekstrosa. Pemberian dekstrosa diteruskan
dengan infus dekstrosa 10% selama 3 hari. Monitor glukosa darah setiap
3-6 jam sekali dan kadarnya dipertahankan 90-180 mg%. Hipoglikemia
karena sulfonilurea ini tidak efektif dengan pemberian glukagon.
39
40
DAFTAR PUSTAKA
1
Sudoyo, A, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta:
Internal Publishing
AmericanDiabetesAssociation.StandardsofMedicalCareinDiabetes
2008.DiabetesCare.2008;31:S12S54.
http://www.drugs.com/cg/non-diabetic-hypoglycemia.html
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3388042/
www.nlm.nih.gov/medlineplus/tutorials/hypoglycemia/db099105.pdf
41
42