PEMBAHASAN
3.1
Definisi
Sindroma nefrotik adalah kumpulan gelaja klinis dari kehilangan protein
akibat kerusakan glomerulus yang difus. Sindrom nefrotik ditandai dengan adanya
edema, proteinuria masif (40 mg/m2LPB/jam), hipoalbuminemia (2,5 mg/dl),
serta hiperkolesterolemia (250 mg/dl).1
3.2
Etiologi
Berdasarkan etiologi sindrom nefrotik dibagi menjadi sindrom nefrotik
14
viii.
(postinfectious)
Glomerulonefritis
3.3
a)
Patofisiologi
Kelainan pokok pada sindrom nefrotik adalah peningkatan permeabilitas
dinding
kapiler
glomerulus
yang
menyebabkan
proteinuria
masif
hipoalbuminemia. Pada biopsi, penipisan yang luas dari prosesus kaki podosit
dan
15
Manifestasi Klinis
1) Proteinuria
Anak dengan sindrom nefrotik mengalami proteinuria masif, yaitu
16
katabolisme pada tubulus proksimal ginjal setelah resorpsi albumin yang telah
difiltrasi. Pada pasien sindrom nefrotik, hipoalbuminemia merupakan manifestasi
dari hilangnya protein dalam urin yang berlebihan dan peningkatan katabolisme
albumin.5
Hilangnya albumin melalui urin merupakan konstributor yang penting
pada kejadian hipoalbuminemia. Meskipun demikian, hal tersebut bukan
merupakan satu-satunya penyebab pada pasien sindrom nefrotik karena laju
sintesis albumin dapat meningkat setidaknya tiga kali lipat dan dengan begitu
dapat mengompensasi hilangnya albumin melalui urin. Peningkatan hilangnya
albumin dalam saluran gastrointestinal juga diperkirakan mempunyai kontribusi
terhadap keadaan hipoalbuminemia, tetapi hipotesis ini hanya mempunyai sedikit
bukti. Oleh karena itu, terjadinya hipoalbuminemia harus ada korelasi yang cukup
antara penurunan laju sintesis albumin di hepar dan peningkatan katabolisme
albumin.
Kontribusi katabolisme albumin ginjal pada hipoalbuminemia pada
sindrom nefrotik masih merupakan hal yang kontroversial. Dalam penelitian
terdahulu dikemukakan bahwa kapasitas transportasi albumin tubulus ginjal telah
mengalami saturasi pada level albumin terfiltrasi yang fisiologis dan dengan
peningkatan protein yang terfiltrasi yang hanya diekskresikan dalam urin, bukan
diserap dan dikatabolisme.
3) Edema
Edema merupakan tanda klinis yang ditemukan pada 95% anak, dimana
terdapat teori penyebab edema pada anak sindrom nefrotik yaitu Underfilled
17
theory dan Overfilled theory. Underfilled theory merupakan teori klasik tentang
pembentukan edema. Teori ini berisi bahwa adanya edema disebabkan oleh
menurunnya tekanan onkotik intravaskuler dan menyebabkan cairan merembes
ke ruang interstisial. Adanya peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus
menyebabkan albumin keluar sehingga terjadi albuminuria dan hipoalbuminemia.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi vital dari albumin adalah sebagai
penentu tekanan onkotik. Maka kondisi hipoalbuminemia ini menyebabkan
tekanan onkotik koloid plasma intravaskular menurun. Sebagai akibatnya, cairan
transudat melewati dinding kapiler dari ruang intravaskular ke ruang interstisial
kemudian timbul edema.6
Kelainan glomerulus
Albuminuria
Hipoalbuminemia
Volume plasma
Edema
Gambar 1. Teori underfilled6
Menurut teori lain yaitu teori overfilled, retensi natrium renal dan air tidak
bergantung pada stimulasi sistemik perifer tetapi pada mekanisme intrarenal
primer. Retensi natrium renal primer mengakibatkan ekspansi volume plasma dan
cairan ekstraseluler. Overfilling cairan ke dalam ruang interstisial menyebabkan
terbentuknya edema. 6
18
Kelainan glomerulus
Volume plasma
Edema
Albuminuria
Hipoalbuminemia
6) Hematuria
Hematuria makroskopis terjadi pada 20% anak sindrom nefrotik kelainan
minimal.1
7) Azotemia
19
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis sindrom nefrotik
20
L
Scr
k
- Kadar komplemen C3
Hasil pemeriksaan pada 90%
Penatalaksanaan
a) Medika Mentosa8
Terapi edema:
Restriksi cairan dianjurkan selama ada edema berat dengan pemberian furosemide
1-3
mg/kgBB/hari
spironolakton
(2-4
(max
mg/kgBB/hari)
mg/kgBB/hari).
Sebelum
dapat
dikombinasi
pemberian
diuretik,
dengan
perlu
21
kedua dengan dosis 40 mg/m2 LPB (2/3 dosis awal) atau 1,5 mg/kgbb/hari, secara
alternating (selang sehari), 1 x sehari setelah makan pagi selama 4-12 minggu.
Bila tidak remisi dalam 4 minggu terapi prednisone full dose selama 6 minggu
dilanjutkan alternate dose selama 6 minggu.
Tabel 3.1 Istilah yang menggambarkan respons terapi steroid pada anak dengan
sindrom nefrotik.
22
Remisi
Kambuh
Kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan, atau < 4 kali dalam periode 12
bulan.
Kambuh sering
Kambuh 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah respons awal atau 4 kali
kambuh pada setiap periode 12 bulan.
Responsif-steroid
Dependen-steroid
Resisten-steroid
Responder lambat
Nonresponder awal
Nonresponder lambat
23
Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema
anasarka. Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu
aktivitas. Metode yang lebih efektif dan fisiologik untuk mengurangi
edema ialah merangsang diuresis dengan pemberian albumin (salt poor
albumin) 0,5-1 mg/kgBB selama 1 jam disusul kemudian oleh furosemid
IV 1-2 mg/kbBB/hari. Pengobatan ini dapat diulang setiap 6 jam kalau
perlu. Diuretik yang biasa dipakai ialah diutetik jangka pendek seperti
furosemid atau asam etakrinat. Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan
obat antihipertensi.
2.
24
Induksi
Prednison dengan dosis 60 mg/m2/hari (2 mg/kg BB/hari) maksimal 80
Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 40 mg/m 2/48 jam, diberikan
selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu,
prednison dihentikan.
Induksi
25
Rumatan
Setelah 3 minggu, prednison dengan dosis 60 mg/m 2/48 jam, diberikan
selang sehari dengan dosis tunggal pagi hari selama 4 minggu. Setelah 4 minggu,
dosis prednison diturunkan menjadi 40 mg/m2/48 jam diberikan selama 1 minggu,
kemudian 30 mg/m2/48 jam selama 1 minggu, kemudian 20 mg/m2/48 jam selama
1 minggu, akhirnya 10 mg/m2/48 jam selama 6 minggu, kemudian prednison
dihentikan.
Pada saat prednison mulai diberikan selang sehari, siklofosfamid oral 2-3
mg/kg/hari diberikan setiap pagi hari selama 8 minggu. Setelah 8 minggu
siklofosfamid dihentikan. Indikasi untuk merujuk ke dokter spesialis nefrologi
anak adalah bila pasien tidak respons terhadap pengobatan awal, relapse frekuen,
terdapat komplikasi, terdapat indikasi kontra steroid atau untuk biopsi ginjal.
b) Non Medika Mentosa8
Dietetik
Pemberian diet tinggi protein dianggap merupakan kontraindikasi karena
akan menambah beban glomerulus untuk mengeluarkan sisa metabolisme protein
(hiperfiltrasi). Bila diberi diet rendah protein akan terjadi Malnutrisi Energi
Protein (MEP) dan menyebabkan hambatan pertumbuhan anak. Jadi cukup
diberikan diit protein normal sesuai dengan RDA (recommended daily
allowances) yaitu 1,5-2 g/kgbb/hari. Diet rendah garam (1-2 g/hari) hanya
diperlukan selama anak menderita edema. Kolesterol dibatasi < 300mg.
26
3.5
Komplikasi
Prognosis
Sindrom nefrotik pada anak usia <2tahun besar kemungkinan bahwa lesi
merupakan sindrom nefrotik kelainan minimal. Onset usia <5 tahun kemungkinan
> 90% mengalami glomerulosklerosis fokal segmental dan glomerulonefritis
membranoproliferatif. Risiko sindrom nefrotik kelainan minimal pada onset usia
>10 tahun menurun hingga 50% dan risiko mengalami lesi glomerulus tipe lain
meningkat.