Anda di halaman 1dari 21

1.1.

4 Pengolahan Data dan Pembahasan


1.1.4.1 Data Hasil Pengujian Kadar Air
Tabel 1.1 : Data Hasil Pengujian Kadar Air
No

Berat Awal Spesimen

Berat Akhir Spesimen

Kadar Air

.
1
2
3

25
25
25
75

23,414
23,790
23,638
70,842

6,34 %
4,84 %
5,44 %
16,62 %

Kadar Air ( ) =

Berat AwalBerat Akhir


x 100
Berat Awal

Kadar Air ( Spesimen 1 )=

2523,414
x 100 =6,34
25

Kadar Air ( Spesimen 2 )=

2523,790
x 100 =4,84
25

Kadar Air ( Spesimen 3 ) =

2523,638
x 100 =5,44
25

Tabel 1.2 : Hasil Perhitungan Kadar Air


No.
1
2
3

Rata-rata

Berat Akhir

% Kadar Air

(Gram)

(Gram)

(X)

25
25
25
75
25

23,414
23,790
23,638
70,842
23,614

6,34
4,84
5,44
16,62
5,54

0,8
-0,7
-0,1
0
0

Kadar Air Ratarata=

X-

Berat Awal

( X X )

0,64
0,49
0,01
1,04
0,347

Jumlah Kadar Air


n

16,62
3

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

5,54

Tabel 1.3 : Hubungan Antara Penguapan Rata-rata Laju Penguapan dengan Waktu
Spesime

Waktu Pemanasan (menit)

n
1
2
3

1
0,23
0,33
0,20

2
1,14
1,14
0,76

3
2,62
2,26
1,73

4
4,05
3,16
2,67

0,76

3,04

6,61

9,88

Rata-

0,25

1,01

2,20

rata

Penguapan Ratarata=

5
4,83
3,76
3,39
11,9

6
5,13
4,20
3,92
13,2

7
5,19
4,48
4,39
14,0

8
5,20
4,66
4,79
14,6

9
5,20
4,76
5,13
15,0

3,29

8
3,99

5
4,41

6
4,68

5
4,88

9
5,03

10
5,21
4,81
5,38
15,4
5,13
3

Jumlah Penguapan
n

0,76
3

0,253

1.1.4.2 Perhitungan dan Hasil Pengujian Kadar Air


-

Kadar Air Rata rata ( x )

( x )=

x 16,62
=
=5,54
n
3

Simpangan Baku ( )

( x x )
1,04
=
=
= 0,52=0,721
n1
2
-

Simpangan Baku Rata rata ( )


0,721
= =
=0,416
n 3

Kesalahan Relatif (KR)

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

0,416
KR= =
=0,075
x 5,54
-

Resiko Kesalahan
= KR x 100%
= 0,075 x 100%
= 7,5 % , maka diambil = 5 %

Derajat Kebebasan
(db) = n - 1 = 3 - 1 = 2

- Interval Penduga Kesalahan


t
-

( 2 ) db=t ( 0,025 ; 2)=4,30265

Range Nilai Kesalahan

; db ) x x + t ( ; db )
(
( 2 ) ( 2 )

x t

5,54 - (4,30265 x 0,416) x 5,54 + (4,30265 x 0,416)


3,750 x 7,329

3,750

5,54

7,329

Grafik uji T digunakan untuk menentukan kesalahan pengambilan data.


Jika nilai T menunjukkan diluar daerah terima, maka terdapat penyimpangan saat
pengambilan data dan begitupun sebaliknya. Dari grafik uji T di atas terlihat
bahwa daerah tolak

3,750 atau

7,329 sedangkan daerah terimanya

adalah 3,750 sampai 7,329 artinya bahwa pada daerah tolak adalah daerah yang

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

memiliki tingkat kesalahan, sedangkan pada daerah terimanya, yaitu 3,750


x

7,329 adalah daerah tingkat kebenaran, maka nilai kadar air

rata - rata

5,54 % masuk pada daerah terima yang berarti hasil pengujian 3 spesimen
tersebut dianggap sama.

1.1.4.3 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan


Rata - rata

6
5

f(x) = - 0.04x^2 + 0.93x


R = 0.99

Penguapan Rata-rata (%) 3


Waktu Pemanasan
2

Polynomial (Waktu Pemanasan)

1
0

10

11

Waktu pemanasan (menit)

Grafik 1.1 : Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan Rata - rata
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara waktu pemanasan dalam
satuan menit terhadap penguapan rata rata dalam satuan persen.
Berdasarkan teori, rumus penguapan rata rata yaitu:
Penguapan Ratarata=

Jumlah Penguapan
n

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

Dimana jumlah penguapan yaitu total dari semua percobaan yang dilakukan pada
tiap menitnya (dalam percobaan kali ini sebanyak 3 kali) dibagi banyaknya
percobaan.
Pada grafik hubungan antara penguapan rata - rata dengan waktu
pemanasan dapat diketahui bahwa pada menit awal, grafik cenderung meningkat
sampai pada titik optimum, kemudian grafik cenderung konstan. Kenaikan nilai
penguapan rata - rata disebabkan oleh semakin tinggi suhu pemanasan dengan
massa air pada pasir cetak yang konstan, maka menyebabkan kalor yang
digunakan untuk menguapkan air semakin besar sampai titik optimum. Setelah
mencapai nilai optimum, grafik cenderung konstan dikarenakan suhu pemanasan
semakin tinggi, sedangkan massa air pada pasir cetak semakin berkurang karena
telah menguap.
1.1.4.4 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan
Rata - rata Data Antar Kelompok & Pembahasan
6
5 Air 6% f(x) = - 0.04x^2 + 0.93x
Kadar
R = 0.99
f(x) = - 0.02x^2 + 0.72x
R = 0.99
4

Polynomial (Kadar Air 6%)

Kadar Air 5% f(x) = - 0.03x^2 + 0.65x


3
R = 0.98

Polynomial (Kadar Air 5%)

Penguapan Rata Rata (%)

f(x) = - 0.04x^2 + 0.61x


2
R = 1
Kadar Air 4%

Polynomial (Kadar Air 4%)

1
0 Air 3%
Kadar
0

Polynomial (Kadar Air 3%)


6
8
10

12

Waktu Pemanasan (menit)

Grafik 1.2 : Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Penguapan Rata - rata
Data Antar Kelompok
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara waktu pemanasan dalam
satuan menit terhadap penguapan rata rata dalam satuan persen antar kelompok.
Berdasarkan teori, rumus penguapan rata rata yaitu:

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

Penguapan Ratarata=

Jumlah Penguapan
n

Dimana jumlah penguapan yaitu total dari semua percobaan yang


dilakukan pada tiap menitnya (dalam percobaan kali ini sebanyak 3 kali) dibagi
banyaknya percobaan.
Dari grafik dapat dilihat bahwa kecenderungan nilai penguapan rata - rata
dari tertinggi ke terendah adalah pasir cetak dengan kadar air 6%, kadar air 5%,
kadar air 4%, dan kadar air 3%. Kecenderungan tersebut dikarenakan dengan
waktu dan temperatur pemanasan yang sama, semakin banyak kadar air maka
semakin banyak kalor penguapan, sehingga mengakibatkan penguapan air rata rata dengan kadar air 6% lebih tinggi dibandingkan 5%, 4%, dan 3%.
1.1.4.5 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Laju
Penguapan
0.9
0.8
f(x) = - 0.02x^2 + 0.23x + 0.13
R = 0.81

0.7
0.6
0.5

Laju Penguapan (%/menit) 0.4


Waktu Pemanasan
0.3

Polynomial (Waktu Pemanasan)

0.2
0.1
0

10 11

Waktu Pemanasan (menit)

Grafik 1.3 : Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Laju Penguapan


Gafik di atas menunjukkan hubungan antara waktu pemanasan dalam
satuan menit terhadap laju penguapan dalam satuan persen per menit.
Laju penguapan adalah kecepatan pada spesimen untuk menguap dalam
interval waktu tertentu dimana pada grafik di atas terlihat apabila waktu
pemanasan semakin tinggi bahwa laju penguapan rata - rata akan semakin tinggi.
Namun pada saat mencapai titik maksimum, laju penguapan rata - rata akan

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

menurun.
Laju Penguapan=

Ratarata Penguapan
Waktu Penguapan

Dari grafik laju penguapan dengan waktu pemanasan dapat kita lihat
bahwa terjadi peningkatan laju penguapan dari menit awal sampai mencapai titik
optimum. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu pemanasan dengan massa air
pada pasir cetak konstan, maka menyebabkan kalor yang digunakan untuk
menguapkan air semakin besar sampai titik optimum. Setelah mencapai optimum,
grafik cenderung menurun dikarenakan nilai laju penguapan merupakan
pembagian antara penguapan rata - rata dibagi dengan waktu pemanasan. Jadi
semakin lama waktu pemanasan makin semakin kecil nilai dari laju penguapan.
1.1.4.6 Grafik Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Laju
Penguapan Data Antar Kelompok & Pembahasan
0.9
0.8
Kadar Air 6%
0.7
0.6
Kadar0.5
Air 5%
Laju Penguapan (% / menit)
0.4

f(x) = - 0.02x^2 + 0.28x


Polynomial (Kadar Air 6%)
R = 0.98
f(x) = - 0.02x^2 + 0.21x
R = 0.99
f(x) = - 0.02x^2 + 0.18x Polynomial (Kadar Air 5%)
f(x)==0.97
- 0.02x^2 + 0.18x
R
R = 0.93

0.3
Kadar Air 4%
0.2

Polynomial (Kadar Air 4%)

0.1
0 3%
Kadar Air
0

Polynomial (Kadar Air 3%)


6
8
10

Waktu penguapan (menit)

Grafik 1.4: Hubungan Antara Waktu Pemanasan Terhadap Laju Pengupan Data
Antar Kelompok
Grafik di atas menunjukkan hubungan antara waktu pemanasan terhadap
laju penguapan antar kelompok.
Dari grafik di atas dapat dilihat terjadi peningkatan laju penguapan dari
menit awal sampai mencapai titik optimum. Hal ini dikarenakan semakin tinggi

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

12

suhu pemanasan dengan massa air pada pasir cetak yang konstan, maka
menyebabkan kalor yang digunakan untuk menguapkan air semakin besar sampai
titik maksimum. Setelah mencapai optimum, grafik cenderung menurun
dikarenakan nilai laju penguapan merupakan pembagian antara penguapan rata rata dibagi dengan waktu pemanasan. Jadi semakin lama waktu pemanasan maka
semakin kecil nilai dari laju penguapan. Menurut dasar teori juga menyebutkan
bahwa semakin besar kadar air maka laju penguapan juga semakin tinggi. Dari
kecenderungan grafik diatas dapat dilihat bahwa yang memiliki laju penguapan
tertinggi adalah pasir dengan kadar air 6% kemudian 5%, 4%, dan yang terendah
adalah 3%. Hal ini sesuai dengan dasar teori dimana semakin tinggi suhu
pemanasan dengan massa air pada pasir cetak konstan, maka menyebabkan kalor
yang digunakan untuk menguapkan air semakin besar sampai titik optimum.
Setelah mencapai optimum, grafik cenderung menurun.
1.1.5 Kesimpulan dan Saran
1.1.5.1 Kesimpulan
1. Semakin tinggi suhu pemanasan dengan massa air yang sama, maka
menyebabkan kalor yang digunakan untuk menguapkan air semakin besar
sampai titik optimum. Setelah mencapai nilai optimum grafik cenderung
konstan dikarenakan suhu pemanasan tinggi, sedangkan massa air pasir cetak
semakin berkurang karena telah menguap.
2. Semakin lama waktu pemanasan, maka laju penguapan semakin tinggi sampai
mencapai optimum, kemudian grafik cenderung turun karena nilai laju
penguapan merupakan pembagian antara penguapan rata - rata dibagi dengan
waktu pemanasan.
1.1.5.2 Saran
1. Sebaiknya laboratorium menyediakan alat untuk mencampur pasir
2. Sebaiknya pasir yang digunakan benar-benar kering.
3. Sebaiknya pasir cetak yang digunakan bukan pasir daur ulang.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

1.2.4 Pengolahan Data dan Pembahasan


1.2.4.1 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Kadar Pengikat
Tabel 1.4 : Data Hasil Pengujian Kadar Pengikat
No

Berat Awal (gram)

Berat Akhir (gram)

Kadar Pengikat

.
1
2
3

100
100
100
300

89,58
87,72
92.13
269,43

4,88
6,74
2,33
13,95

Tabel 1.5 : Data Hasil Pengujian


No.

Berat Awal

Berat Akhir

Kadar Pengikat

( xx )

( xx )2

1
2
3

Rata-rata

100
100
100
300
100

89,58
87,72
92.13
269,43
89.81

4,88
6,74
2,33
13,95
4,65

0,23
2,09
-2,32
0
0

0,052
4,368
5,382
9,802
3,267

Kadar Bentonite ( )=

Berat AwalBerat Akhir


x 100 Kadar Air Rata Rata
Berat Awal

Pengujian Pertama=

10089,58
x 100 5,54 =4,88
100

Pengujian Kedua=

10087,72
x 100 5,54 =6,74
100

Pengujian Ketiga=

10092,13
x 100 5,54 =2,33
100

1.2.4.2 Perhitungan Data Hasil Pengujian Kadar Pengikat


-

Kadar Bentonite Rata - rata ( x )


x =

x 13,95
=
=4,65
n
3

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

Simpangan Baku ( )
=

( x x )
9,802
=
=2,213
n1
2

Simpangan Baku Rata - rata ( )


2,213
= =
=1,277
n 3

Kesalahan Relatif (KR)


1,277
KR= =
=0,27
x 4,65

Resiko Kesalahan
= KR x 100 %
= 0,27 x 100 %
= 27 % , maka diambil = 5 %

Derajat Kebebasan
(db) = n 1 = 3 1 = 2

- Interval Penduga Kesalahan


t
-

( 2 ; db)=t ( 0,025 ; 2)=4,30625

Range Nilai Kesalahan

(( ) )

x t

(( ) )

; db x x + t ; db
2
2

4,65 (4,30625 x 1,277) x 4,65 + (4,30625 x 1,277)


-0,849 x 10,144

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

-0,849

4,65

10,144

Grafik uji T digunakan untuk menentukan kesalahan pengambilan data.


Pada praktikum dengan kadar bentonite rata - rata 4,65 % telah memenuhi dengan
perhitungan interval penduga dengan kisaran -0,849 sampai dengan 10,144
dengan tingkat keyakinan 5 %. Berarti bahwa pada interval 4,65 pada daerah
terima yang artinya tidak ada penyimpangan saat dilakukan pengambilan data dan
nilai data dari ketiga spesimen tersebut dianggap sama.
1.2.4.3 Pembahasan Data Hasil Pengujian Kadar Pengikat
Pada pengujian kadar pengikat telah ditentukan komponen pengikat pasir
cetak 6 % dan kadar air 6 %. Dari grafik uji T diketahui tidak ada penyimpangan
pengambilan data.
1.2.5 Kesimpulan dan Saran
1.2.5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian kadar pengikat diketahui kadar bentonite rata - rata
adalah 4,65 %, sedangkan secara teoritis adalah 6 %. Dari hasil pengujian tersebut
dapat diketahui bahwa kadar bentonit rata-rata lebih rendah dari teoritisnya. Hal
ini dikarenakan pada saat proses menghilangkan bentonit dari dalam pasir,
bentonit tidak terbuang semuanya, sehingga berat akhir pasir lebih besar. Apabila
berat akhir pasir tersebut dimasukkan ke dalam rumus perhitungan kadar bentonit
maka akan menghasilkan kadar bentonit yang lebih kecil dari seharusnya.
1.2.5.2 Saran
1. Sebaiknya laboratorium menyediakan alat untuk mencampur pasir
2. Sebaiknya pasir yang digunakan benar-benar kering.
3. Sebaiknya pasir cetak yang digunakan bukan pasir daur ulang.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

1.3.4 Pengolahan Data dan Pembahasan


1.3.4.1 Data Hasil Pengujian dan Perhitungan Besar Butir Pasir Cetak
Tabel 1.9 : Data Hasil Pengujian
No

Mesh (m)

Berat 1 (gr)

Berat 2 (gr)

Berat 3 (gr)

.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

355
315
280
250
200
180
160
140
Sisa

27,38
9,25
6,70
5,18
4,20
1,30
1,20
0,78
1,16

23,65
8,57
6,47
4,41
3,52
1,28
0,96
0,68
0,82

27,91
9,81
7,24
4,94
4,34
1,30
1,21
0,82
0,78

Tabel 1.10 : Data Perhitungan Spesimen 1


No.

Ukuran Mesh

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah

355
315
280
250
200
180
160
140
Sisa

Us

Wn1

44,95
48,31
53,44
59,66
73,93
83,77
93,60
106,51
391,27

34,15
38,31
47,63
44,83
52,62
59,18
65,73
74,88
300

27,38
9,25
6,70
5,18
4,20
1,30
1,20
0,78
1,16
57,15

( Wn1 x M )
935,02
354,36
319,12
232,21
221,00
76,93
78,87
58,40
348
2623,95

Tabel 1.11 : Harga Us dan M Pada Masing masing Mesh

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

Sumber : Heine (1986:211)


Tabel 1.12 : Distribusi AFS Number

Sumber : Heine (1986:211)


Contoh perhitungan 1:
Mesh 355
-

Ukuran mesh 414 m memiliki Us = 40, M = 30

Ukuran mesh 295 m memiliki Us = 50, M = 40


Interpolasi Us

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

414355 40x
=
355295 x50
59 40x
=
60 x 50
x=44,95

Interpolasi M
5044,95 40x
=
44,9540 x30
x=34,15

( Wn1 x M )=27,38 x 34,15


935,02

Nomor kehalusan pasir skala AFS


AFS =

( Wn x M )
Wn

2623,95
57,15

45,91

Tabel 1.13 : Data Perhitungan Spesimen 2


No.

Ukuran Mesh

1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jumlah

355
315
280
250
200
180
160
140
Sisa

Us

Wn2

44,95
48,31
53,44
59,66
73,93
83,77
93,60
106,51
391,27

34,15
38,31
47,63
44,83
52,62
59,18
65,73
74,88
300

23,65
8,57
6,47
4,41
3,52
1,28
0,96
0,68
0,82
50,36

( Wn2 x M )
807,64
328,31
308,16
197,70
185,22
75,75
63,10
50,91
246
2262,82

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

Contoh perhitungan 2:
2. Mesh 315
- Ukuran mesh 414 m memiliki Us = 40, M = 30
- Ukuran mesh 295 m memiliki Us = 50, M = 40
Interpolasi Us
414315 40x
=
315295 x50
99 40x
=
124 x50
x=48,31

Interpolasi M
5048,31 40x
=
48,3140 x30
x=38,31

( Wn2 x M ) =8,57 x 38,31


328,31

Nomor kehalusan pasir skala AFS


AFS =

( Wn x M )
Wn

2262,82
50,36

44,93

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

Tabel 1.14 : Data Perhitungan Spesimen 3


No.

Ukuran Mesh

1
2
3
4
5
6
7
8
9

355
315
280
250
200
180
160
140
Sisa

Us

44,95
48,31
53,44
59,66
73,93
83,77
93,60
106,51
391,27
Jumlah

Wn3

34,15
38,31
47,63
44,83
52,62
59,18
65,73
74,88
300

27,91
9,81
7,24
4,94
4,34
1,30
1,21
0,82
0,78
58,35

( Wn3 x M )
935,12
375,82
344,84
221,46
228,37
76,93
79,53
61,40
234
2575,48

Contoh perhitungan 3:
3. Mesh 280
-

Ukuran mesh 295 m memiliki Us = 50, M = 40

Ukuran mesh 208 m memiliki Us = 70, M = 50


Interpolasi Us
295280 50x
=
280208 x70
15 50x
=
72 x70
x=53,44

Interpolasi M
7053,44 50x
=
53,4450 x40
16,55 50x
=
53,44 x 40

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

x=47,63

( Wn3 x M ) =7,24 x 47,63


344,84

Nomor kehalusan pasir skala AFS


AFSn=

(Wn x M )
Wn

2575,48
58,35

44,13
Perhitungan statistika skala AFS
Tabel 1.15 : Skala AFS
No
.
1
2
3

Spesimen
1
2
3
Jumlah

AFS

( AFS AFS rat )

( AFS AFS rat )

45,91
44,93
44,13
134,97

0,92
-0,06
-0,86
0

0,846
0,003
0,739
1,588

AFS rat )
AFS Rata - rata (
AFS rat =

AFS
n

134,97
3

44,99

Simpangan Baku ( )

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

( AFS AFS rat )

n1

1,588
2

0,891

Simpangan Baku Rata rata ( )

=
n

0,891
3

0,514

Kesalahan Relatif (KR)


KR=

AFS rat

KR=

0,514
=0,011
44,99

5. Resiko Kesalahan
=KR x 100

0,0141 x 100
1,41

, maka diambil = 5 %

6. Derajat Kebebasan
db = n - 1 = 3 - 1 = 2
7. Interval Penduga Kesalahan
t

( 2 ; db)=t ( 0,025 : 2)=4,3026

8. Range Nilai Kesalahan

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

; db ) x AFS + t ( ; db )
(
( 2 )
( 2 )

AFS rat t

rat

44,99( 4,3026 x 0,514 ) x 44,99+(4,3026 x 0,514)


42,778 x 47,201

42,778

44,99

47,201

Dari perhitungan terlihat bahwa data spesimen masuk ke dalam daerah


terima.

1.3.4.2 Pembahasan Pengujian Besar Butir Pasir Cetak


Pada data nilai AFS pada saat pengujian diperoleh data sebagai berikut:
1. Spesimen 1

(AFS = 45,91)

2. Spesimen 2

(AFS = 44,93)

3. Spesimen 3

(AFS = 44,13)

Data hasil pengujian terhadap spesimen tersebut didapat nilai AFS sesuai
dengan nomor standar kekasaran butir, yaitu antara 40 - 220, sehingga pasir ini
layak digunakan untuk pasir cetak.
1.3.5 Kesimpulan dan Saran
1.3.5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa nilai AFS pasir hasil pengujian
adalah butiran antara 44,13 45,91. AFS ini sudah sesuai dengan standar dan

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

pasir dapat digunakan untuk pasir cetak.


1.3.5.2 Saran
1. Sebaiknya laboratorium menyediakan alat untuk mencampur pasir
2. Sebaiknya pasir yang digunakan benar-benar kering.
3. Sebaiknya pasir cetak yang digunakan bukan pasir daur ulang.

Laboratorium Pengecoran Logam


Jurusan Mesin Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai