Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab
kesakitan dan kematian yang paling sering dan penting pada anak, terutama
pada bayi, karena saluran pernafasannya masih sempit dan daya tahan
tubuhnya masih rendah. Disamping faktor organ pernafasan, keadaan
pernafasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti
suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh.
RDS (Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline
membrane disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru
dimana terjadi gangguan pertukaran gas.Berdasarkan perkiraan 30 % dari
kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang dihasilkannya
(Leifer, 2007).
Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian
rutin antenatal steroid dan postnatal surfaktan, terdapat angka kejadian RDS
2-3%, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidup periode 1986-1987.
Sedangkan jaman modern sekarang ini dari pelayanan NICU turun menjadi
1%. Di Negara berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan tentang
kejadian RDS.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menyusun
laporan tugas akhir Praktik Klinik Kebidanan II (PKK II ) dengan judul
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Ny.Y Dengan
Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruanganan Neonatus RSUD
Prabumulih Tahun 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi
Ny.Y Dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruanganan
Neonatus RSUD Prabumulih Tahun 2015?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengupayakan dan melakukan Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Ny.Y Dengan Respiratory Distress
Syndrome (RDS) Di Ruangan Neonatus RSUD Prabumulih Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data subjektif dan mengkaji data
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Ny.Y
Dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruangan Neonatus
RSUD Prabumulih Tahun 2015.
2. Mahasiswa mampu mengumpulkan data objektif dan mengkaji data
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Ny.Y
Dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruangan Neonatus
RSUD Prabumulih Tahun 2015.
3. Mahasiswa mampu menganalisa untuk menegakkan diagnosa terhadap
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Ny.Y
Dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruangan Neonatus
RSUD Prabumulih Tahun 2015.
4. Mahasiswa mampu melakukan penatalaksanaan terhadap masalah
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Ny.Y
Dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruangan Neonatus
RSUD Prabumulih Tahun 2015.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Dalam membuat laporan akhir PKK II ini, Penulis mengambil kasus
di Ruanganan Neonatus RSUD Prabumulih Tahun 2015 sedangkan waktu
pelaksanaan pengambilan kasus ini dilaksanakan pada tanggal 9 November
2015 pukul 11.00 WIB.

1.5 Manfaat Penulisan


1.5.1 Bagi Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Prabumulih
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran Bagi Rumah Sakit
Umum

Daerah

Prabumulih

untuk

lebih

Asuhan

Kebidanan

Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Dengan Respiratory Distress


Syndrome (RDS) Di Ruangan Neonatus RSUD Prabumulih Tahun 2015.
1.5.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi untuk
peserta didik di masa yang akan datang dan menambah referensi
perpustkaan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.
1.5.3 Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu asuhan kebidanan pada neonatus
yang didapatkan di kelas ke lahan praktik, serta dapat menambah wawasan
dan

pengetahuan

yang

berkaitan

dengan

Asuhan

Kebidanan

Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Ny.Y Dengan Respiratory Distress


Syndrome (RDS) Di Ruangan Neonatus RSUD Prabumulih Tahun 2015.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian RDS

Penilaian keadaan pernafasan dapat dilakukan dengan mengamati


gerakan dada dan atau perut. Neonatus normal biasanya mempunyai pola
pernafasan abdominal. Bila anak sudah dapat berjalan pernafasannya menjadi
thorakoabdominal.
Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih
panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan
bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara
pasif.
Sindrom gangguan pernafasan (respiration distress syndromeRDS)
dalah

istilah

yang

digunakan

untuk

disfungsi

pernafasan

pada

neonatus.Gangguan ini Merupakan penyakit yang berhubungan dengan


keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah
sulfaktan dalam paru. Gangguan ini biasanya dikenal dengan nama hyaline
membrane desease (HMD) atau penyakit membran hialin karena pada
penyaakit ini selalu ditemukan membran hialin yang melapisi alveoli. (Marmi
dan Kukuh Rahardjo, 2012)
Diagnosis dini perlu segera ditegakkan mengingat bahaya hipoksia
akibat dari gangguan ventilasi paru. Diagnosis bisa ditegakkan dari anamnesis
riwayat kehamilan, persalinan, gejala klinis,dan pemeriksaan penunjang.
Sindrom ini paling sering didapatkan ditempat praktik sehari-hari dan sering

Merupakan kegawatan neonatus yang berakibat kematian atau cacat fisik dan
mental dimasa mendatang. Sering kali sindrom ini sebagai suatu fase adaptasi
sistem pernapasan,sehingga akan pulih menjadi normal lagi. (Wafi Nur
Muslihatun, 2010)
Sindrom gawat nafas atau Respiratory Distress Syndrome (RDS) pada
neonatus yang juga disebut sebagai Hyaline Membrane Dosease (HMD),
merupakan suatu penyakit paru-paru akut pada neonatus yang disebabkan
karena kekurangan surfaktan, terutama bayi premature, dimana suatu
membran yang tersusun atas protein dan sel-sel mati melapisi alveoli
(kantung udara tipis dalam paru-paru) sehingga membuat kesulitan untuk
terjadinya pertukaran gas (Anik, 2009).
2.2Etiologi
Etiologi untuk penyakit RDS atau PMH sampai sekarang belum
diketahui dengan pasti (idiopatik). Tetapi dapat diketahui menurut IKA-FKUI
(1985) beberapa faktor predisposisi penyebab sindrom ini dapat terjadi yaitu :
Kelainan faktor pertumbuhan (kematangan paru belum sempurna)
Bayi dengan prematuritas
Ibu yang menderita gangguan perfusi darah uterus selama kehamilan,
misalnya ibu yang menderita diabetes melitus, toksemia gravidarum,
hipotensi, seksio sesar, dan perdarahan antepartum
Pembentukan substansi surfaktan paru yang tidak sempurna
Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan gangguan pernapasan pada bayi
baru lahir adalah :
Atelektasis
Pengembangan paru yang tidak lengkap saat lahir atau sebentar setelah
lahir bisa mengenai satu lobus paru atau yang mengenai satu lobus paru
Pematangan paru yang kurang sempurna pada bayi baru lahir
Pada bayi premature alat-alat tubuhnya belum matur dan terbentuk kurang
sempurna baik anatomic maupun fisiologik
Pembentukkan substansi surfaktan yang tidak sempurna
Surfaktan adalah zat yang memegang peranan

penting

dalam

pengembangan paru dan terdiri dari protein, karbohidrat, dan lemak.

Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini terbentuk pada
kehamilan 22-24 minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke-35
Tidak lancarnya absorbsi cairan paru
Pusat pernapasan di medulla yang belum matur
Sering timbul pernapasan periodic atau apnea. Bentuk pernapasan ini
sering ditemukan pada bayi dengan berat badan < 2000 gram atau masa
gestasi < 36 minggu, jarang timbul dalam 24 jam pertama kelahiran dan
dapat berlangsung sampai kira-kira 6 minggu.
Belum menutup duktus arteriola
Aspirasi mekonium yang masif
Hal ini terjadi apabila cairan amnion yang mengandung cairan mekonium

terinhalasi oleh bayi.


Pneumonia bakteri atau virus
Sepsis
Obstruksi mekanis
Hipotermia
Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relative
lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya lemak cokelat
(brown fat). (Wong, 2004)

2.3 Patofisiologi
Kegawatan pernafasan dapat terjadi pada bayi dengan gangguan
pernafasan yang dapat menimbulkan dampak yang cukup berat bagi bayi
berupa kerusakaa otak atau bahkan kematian. Akibat dari gangguan pada
sistem pernafasan adalah terjadinaya kekurangan oksiggen (hipoksia) pada
tubuh bayi akan beradaptasi terhadap kekurangan oksigen dengan
mengaktifkan metabolism anaerob. Apabila keadaan hipoksia semakin berat
dan lama,metabolism anaerob akan menghasilkan asam laktat(Marmi dan
Kukuh Rahardjo,2012)
Dengn memburukya keadaan asidosis dan penurunan aliran darah
keotak maka akan terjadi kerusakan otak dan organ lain karena hipoksia dan
iskemia. Pada stadium awal terjadi hiperventilasi diikuti stadium apneu
primer. Pada keadaan ini bayi tampak sianosis,tetapi sirkulasi darah relative
masih baik. Curah jantung yang meningkat dan adanya vasokontriksi perifer
ringan menimbulkan peninggkatan tekanan darah dan reflek bradikardi
ringan.Depresi pernafasan pada saat ini dapat diatasi dengaan meningkatkan
6

implus aferen seperti perangsangan pada kulit.Apneu normal berlangsung


sekitar 1-2 menit.
Apnen primer dapat memanjang dan diikuti dengan memburuknya
sistem sirkulasi. Hipoksia miokardium dan asidosis akan memperberat
bradikardi,vasokontraksi dan hipotensi. Keadaan ini dapat terjadi sampai
5menit dan kemudian terjadi apneu sekunder. Selama apneu sekunder denyut
jantung,tekanan darah dan kadar oksigen dalam darah terus menurun.bayi
tidan bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukkan upaya pernafasan
secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali pernafasan buatan dan
pemberian oksigensegera dimulai
2.4 Manifestasi Klnis
Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya
infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA. Syndrom ini
berhubungan dengan kerusakan awal paru-paru yang terjadi di membran
kapiler alveolar. Adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat
masuknya cairan ke dalam Ruanganan interstitial yang dipengaruhi oleh
aktifitas surfaktan, akibatnya terjadi tanda-tanda atelektasis.
Cairan juga masuk dalam alveoli dan mengakibatkan oedema paru
(pembengkakan tungkai atau lengan).Plasma dan sel darah merah keluar
dari kapiler-kapiler yang rusak, oleh karena itu mungkin perdarahan

merupakan manifestasi patologi yang umum.


Pernafasan cepat
Retraksi (tarikan) dada (suprasternal, substernal, interkostal)
Pernafasan terlihat paradoks
Cuping hidung
Apnea dan Murmur
Sianosis pusat (warna kulit dan selaput lendir membiru)
nafasnya pendek

2.5 Komplikasi Penyakit


Komplikasi jangka pendek dapat terjadi :
1. kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara
( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema
intersisiel), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan

gejala klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis


yang menetap.
2. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat
timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter,
dan alat-alat respirasi.
3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
Komplikasi jangka panjang
Dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi
dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju
ke otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi :
1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik
yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36
minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang
digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi,
inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan
menurunnya masa gestasi.
2. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 1070% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia,
komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

2.6 Penunjang / Diagnostik


1.

Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi

2.
3.
4.

diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar.


Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
Data laboratorium
Profil paru,
untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion (untuk
janin yang mempunyai predisposisi RDS) Lecitin/Sphingomielin (L/S)
ratio 2 : 1 atau lebih mengindikasikan maturitas paru Phospatidyglicerol
: meningkat saat usia gestasi 35 minggu Tingkat phosphatydylinosito
8

Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari 60
mmHg, saturasi oksigen 92% 94%, pH 7,31 7,45
Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel
alveolar yang rusak.
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksana secara umum (Sudarti dan Endang Khoirunnisa,2010)
a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling
sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi mengupayakan infus
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

dektrosa 5 %
Pantau selalu tanda vital
Jaga kepatenan jalan nafas
Mengupayakan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)
Jika bayi mengalami apneu
Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan.
Lakukan penilaian lanjut.
Bila terjadi kejang potong kejang.
Segera periksa kadar gula darah.
Pemberian nutrisi adekuat.
Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai
dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas.

Klasifikasi Gangguan Nafas


Frekuensi nafas
(Pernafasan/menit)
60-90
60-90
>90
>90

Merintih

saat

ekspirasi Klasifikasi

Retraksi dinding dada


+
+

Ringan
Sedang
Sedang
Berat

Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai


dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas.
Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:
1. Gangguan nafas ringan (Sudarti dan Endang Khoirunnisa,2010)
Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas
ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut Transient
Tacypnea of the Newborn (TTN).Terutama terjadi setelah bedah sesar.
Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa

pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus.Gangguan napas


ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.
a.
b.

Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.


Bila dalam pengamatan gangguan pernafasan memburuk atau timbul
gejala sepsis lainya, terapi untuk kemungkinan besar sepsis dan tangani

c.

gangguan sedang atau berat seperti tersebut diatas


Mengupayakan ASI bila mampu mengisap. Bila tidak,mengupayakan
ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternaatif pemberian

d.

minuman
Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan
nafas, hentikan pemberian O2 jika frekuensi nafas antara 30-60

e.

kali/menit.
Amati bayi selama 24 jam berikutnya, jika frekuensi nafas menetap
antaran 30-60kali/menit,tidak ada tanda sepsis, dan tidak ada masalah
lain yang memerlukan perawatan,bayi dapat dipulangkan.

2. Gangguan nafas sedang (Sudarti dan Endang Khoirunnisa,2010)


a.
b.
c.

Lanjutkan pemberian O2 dengan kecepatan aliran sedang.


Bayi jangan diberi minum.
Jika ada tanda berikut,ambil sempel darah untuk kultur dan
mengupayakan antibiotic (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi
kemungkinan besar sepsis.
1. Suhu aksiler <35 derajat celcius atau >39 derajat celcius.
2. Air ketuban bercampur mekonium.
3. Riwayat infeksi intrauterine,demam curiga infeksi berat atau ketuban
pecah dini (>18 jam).
d. Bila suhu aksiler 34-36,5 derajat celcius atau 37,5-39 derajat celcius
tangani untuk masalah suhu abnormal,dan nilai ulang setelah 2 jam.
1. Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada
perbaikan, ambil sempel darah,danmengupayakan antibiotic untuk
terapi kemungkinan besar sepsis.
2. Jika suhu abnormal,teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali
abnormal ulangi tahapan diatas.
e. Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis,nilai kembali bayi setelah 2jam.
Apabila bayi tidak menunjukkan perbaikan atau tanda-tanda prburukan
setelah 2 jam,terapi untuk kemungkinan besar sepsis.

10

f. Bila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan ( frekuensi nafar


menurun, tarikan dinding dada berkurang atau suara merintih
berkurang)
1.

Kurangi terapi O2 secaraa bertahap.


Jangan memmengupayakan terapi O2 yang tidak perlu secara terus
menerus.Hentikan pemberian O2 bilamana bayi tidak ada gangguan
nafas dan diudara Ruangananan tanpa pemberian O2 bayi tampak

2.
3.

kemerahan.
Pasang pipa lambung, mengupayakan ASI peras setiap 2jam
Bila pemberian O2 tak diperlukan lagi, bayi mulai dilatih menyusui.
Bila bayi tak bisa menyusui, mengupayakan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum

g. Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotic dihentikan.jika


bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selam 3 hari,
minum baik dan tidak ada alasan bayi tetap tinggal dirumah sakit
dirumah sakit,bayi dapat dipulangkan.
3. Gangguan nafas berat. (Sudarti dan Endang Khoirunnisa,2010)
Semakin kecil bayi kemungkinan terjadi gangguan nafas semakin
sering dan semakin berat. Pada bayi kecil ( berat lahir <2500 gram atau
umur kehamilan <37 minggu) gangguan nafas kering memburuk dala
waktu 36-48 jam pertama dan tidak banyak terjadi perubahan dalam satu
dua hari berikutnya dan kemudian akan membaik pada hari ke 4-7.
a. Tentukan pemberian O2 dengan kecepatan aliran sedang (antara rendah
dan tinggi,lihat terapi oksigen)
b. Tangani sebagai kemungkinan besar sepsis.
c. Bila bayi menunjukkan tanda pemburukan atau terhadap terhadap
sianosis sentral,naikan pemberian O2 pada kecepatan aliran tinggi. Jika
gangguan nafas bayi semakin berat dan sianosis sentral menetap
walaupun diberikan O2 100% bila kemungkinan segera rujuk bayi
kerumah sakit rujukan atau ada fasilitas dan mampu memakai ventilator
mekanik.
d. Jika gangguan nafas masih menetap selama 2 jam, pasanng pipa
lambung untuk mengosongkan cairan lambung dan udara.
e. Nilai kondisi bayi 4 kali sehari apa bila ada tanda perbaikan.
11

f. Jika bayi mulai menunjukkan tanda perbaikan (frekkuensi nafas


1.

menurun,tarikan dinding dada berkurang, warna kulit membaik).


Kurangi pemberian O2
Jangan meneruskan pemberian O2 bila tidak perlu hentikan
pemberian O2 bila bayi diletakkan pada udara Ruangananan tanpa
pemberian O2 tidak mengalami gangguan nafas dan tampak

2.
3.

kemerahan.
Mulailah pemberian ASI peras melalui pipa lambunng.
Bila pemberian O2 tak diperlukan lagi,bayi mulai dilatih dengn
menggunakan salah satu alternafif cara pemberian minum.
Bagan Penanganan Gangguan Pernafasan Bayi Baru Lahir (Abdul
Barisaifudin dkk,2009)

Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe


Skor < 4
Skor 4 6
Skor > 7

gangguan pernafasan ringan


gangguan pernafasan sedang
Ancaman gagal nafas
(pemeriksaan gas darah harus dilakukan)

2.8. Pencegahan RDS


Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah
komplikasi pada bayi resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran
prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan
indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan
kelahiran bayi resiko tinggi.
Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:
Mencegah kelahiran < bulan (premature).
Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi

medis.
Management yang tepat.
Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
Optimalisasi kesehatan ibu hamil.
Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.
Obat-obat tocolysis (-agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus
Contoh : Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk
asma: 5 mg/ml) Untuk relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam
infus 500 ml dekstrose/NaCl diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10 50
12

g/menit dgn monitoring cardial effect. Jika detak jantung ibu > 140/menit
-

kecepatan diturunkan atau obat dihentikan


Steroid (betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian, deksametason

5 mg setiap 12 jam untuk 4 x pemberian)


Cek kematangan paru (lewat cairan amniotic pengukuran rasio
lesitin/spingomielin : > 2 dinyatakan mature lung function)
Peran Bidan Terhadap RDS
Setiap bayi dengan gangguan pernafasan memerlukan penangan secara umum
berupa :

1.
2.

Pemberian oksigen dengan aliran sedang.


Bila frekuensi pernafasan kurang dari 30 kali per menit, harus diobservasi
ketat. Bila kurang dari 20 kali per menit setiap saat resusitasi bayi dengan
menggunakan balon sungkup (Alat Balon-Sungkup Alat kantong-sungkup

3.

terdiri atas sebuah kantong yang terhubungkan dengan sebuah sungkup).


Bila apnu :
Stimulasi bayi untuk bernafas dengan menggosok-gosok punggung
bayi selama 10 detik.
Bila belum mulai bernafas resusitasi bayi dengan menggunakan balon

4.

dan sungkup.
Indikasi penggunaan balon dan sungkup adalah apnu atau megap-megap,
frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit dan sianosis sentral
persisten walaupun diberi aliran oksigen bebas 100%. Periksa kadar

5.

glukosa darah bila kurang dari 45 g/dl, segera terapi sebagai hipoglikemi.
Bila didapatkan tanda-tanda lainya misalnya: kesulitan minum, BBLR,
tada-tanda kejang, sepsis dan lain-lain, usahakan menentukan penyebab
gangguan nafas ini sambil meneruskan pemberian oksigennya.

BAB III
TINJAUAN KASUS

13

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN NEONATAL PADA


BAYI NY. Y DENGAN RESPIRATORY DISTRESS
SYNDROME (RDS) DI RUANGAN NEONATUS
RSUD PRABUMULIH
TAHUN 2015

Nomor Rekam Medik

: 09.68.38

Tanggal / jam masuk

: 06-11-2015/12.36WIB

Tanggal pengkajian

: 09-11-2015

Waktu pengkajian

: 12.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Bayi
Nama bayi

: By Ny .Y

Umur

: 5 hari

Tanggal lahir / pukul

: 5-11-2015

Jenis Kelamin

: Perempuan

2. Identitas Orang Tua


Nama Ibu

: Ny. Y

Nama Suami : Tn. D

Umur

: 28 tahun

Umur

:26 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMP

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Petani

Suku/Bangsa

: Indonesia

Suku/Bangsa : Indonesia

Alamat

: Ds. 3 Sumber

Alamat

Rahayu

: Ds. 3 Sumber

Rahayu

3. Keluhan utama
Bayi masuk ke Ruangan Neonatus kiriman IGD pada tanggal 6
November 2015 pukul 12.36 WIB, bayi keadaan umum lemah, merintih,

14

nafas irreguler, pernapasan 67x/m dan ibu lahir SC di Rumah Sakit


Pertamina dengan RDS.
4.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang
1. Riwayat Kehamilan
-

Anak ke
Usia Kehamilan
ImunisasiTT
Penyakit yang diderita selama kehamilan

: 2 (dua)
: aterm
: 2 kali
: tidak ada

2. Riwayat Persalinan.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Jenis Persalinan
: SC
Penolong Persalinan : Dokter
APGAR Score
: 5/6
PB
: 48 cm
BB
: 2600 gram
Komplikasi Persalinan: tidak ada

3. Riwayat Nifas
Tidak ada
5. Pola Nutrisi
Jenis Nutrisi : PASI
Frekuensi

: Setiap 1 jam sekali.

Jumlah

: 5 cc

6. Eliminasi
BAB

BAK

Frekuansi

: 1x

Frekuensi

: 1x

Warna

: kuning

Warna

: kuning jernih

Konsistensi : lembek

Peyulit

: tidak ada

B. DATA OBJEKTIF
15

1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum

: Lemah

Kesadaran

: menangis merintih

Tanda-tanda Vital

Pernapasan : 67 x/menit
Nadi
: 94 x/menit
Suhu
: 36,20C

2. Pemeriksaan Antropometri
Lingkar kepala :31 cm
Lingkar Dada

: 29 cm

Lingkar Perut

: 30 cm

3. Pemeriksaan kebidanan
Kepala

: bersih, tidak ada caput succedenum, tidak ada kelainan

Muka

: tidak pucat, tidak sianosis

Mata

: simetris, conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik,


tidak perdarahan

Telinga

: bersih, tidak ada kelainan.

Hidung

: bersih, tidak ada kelainan

Mulut

: bibir tidak pucat, tidak ada kelainan

Leher

: simetris. Tidak ada kelainan

Dada

: simetris, tidak ada kelainan

Abdomen

: simetris, tidak ada bising usus, tidak ada kelainan

Tali pusat

: tidak ada perdarahan, tidak ada kelainan

Kulit

: tidak kebiruan, tidak ada kelainan.

Punggung

: simetris, tidak ada kelainan.

Ekstremitas atas

: simetris, jari tangan lengkap, tidak oedema, tidak


ada kelainan

Ekstremitas bawah

: simetris jari kaki lengkap, tidak oedema, tidak ada

Kelainan
Genetalia

: labia mayor telah menutupi labia minora

Anus

: berlubang

16

3. Refleks primitif
- Refleks moro

: masih lemah

- Refleks sucking

: masih lemah

- Refleks rooting

: masih lemah

- Refleks grasping

: masih lemah

C. ASSESMENT
Diagnosa

: bayi berusia 5 hari dengan RDS

Masalah

: pola nafas tidak efektif

Kebutuhan

: kebutuhan pola nafas yang efektif

Diagnosa Potensial : Bronkopneumonia


D. PENATALAKSANAAN
1.
2.
3.
4.

membersihkan jalan nafas


Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi dan dilakukan resusitasi.
Pemberian oksigen
Mengupayakan suhu lingkungan yang optimal untuk menjaga suhu tubuh

5.

bayi agar tetap hangat.


Dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital (Keadaan Umum: Lemah,
Kesadaran: menangis merintih, Pernapasan: 67 x/menit, Nadi : 94 x/menit,

6.
7.

Suhu : 36,20C ).
Diberikan diet PASI 5 cc melalui NGT setiap 1 jam sekali.
Melakukan kolaborasi dengan Dokter SpA:
- Melakukan Intervensi lanjut pada cairan D10% dengan gtt 6 x/menit
-

untuk menambah tambahan nutrisi pada bayi


Memberikan antibiotik (Ampicilin 3x90 mg dan ceftazidine 2x75 mg
untuk mencegah terjadinya infeksi

17

BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal
Pada Bayi Ny.Y Dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruangan
Neonatus

RSUD Prabumulih Tahun 2015 menggunakan asuhan kebidanan

dengan SOAP yang terdiri dari: mengumpulkan Data Subjektif, Objektif,


Assesment (Analisa) dan Penatalaksanaan.
1. Data Subjektif
PengkajianBy. Ny. Y pada tanggal 9 November 2015 jam 12.00
WIB, menangis merintih,nafas irreguler,pernapasan 67x/m.

18

Bayi masuk ke Ruangan Neonatus kiriman IGD pada tanggal 6


November 2015 pukul 12.36 WIB, bayi keadaan umum lemah, merintih, nafas
irreguler, dan ibu lahir SC di Rumah Sakit Pertamina dengan RDS.
2. Data Objektif
Pada pemeriksaan umum didapat tanda-tanda vital sign yaitu keadaan
umum lemah, kesadaran menangis merintih, Pernapasan: 67 x/menit, Nadi: 94
x/menit, Suhu: 36,20C.
Pada Pemeriksaan Refleks primitif yaitu Refleks moro: masih lemah,
Refleks sucking: masih lemah, Refleks rooting: masih lemah, Refleks grasping:
masih lemah.
3. Assesment
Diagnosa yang ditetapkan pada By Ny Y berusia 5 hari dengan RDS.
4. Penatalaksanaan
Mengupayakan suhu lingkungan untuk menjaga suhu tubuh bayi
agar tetap hangat, memberikan diet PASI, melakukan pemantauan keadaan
umum, TTV, BAB dan BAK pada bayi, melakukan pemberian cairan D10%,
dan obat dengan kolaborasi dengan dokter SpA.
Dari langkah-langkah asuhan yang diberikan dengan menggunakan
SOAP pada Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi Ny.Y
Dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruangan Neonatus RSUD
Prabumulih Tahun 2015tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

19

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Pada Bayi
Ny.Y Dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS) Di Ruang Neonatus
RSUD Prabumulih Tahun 2015

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :
1.

Dari Pengkajian data subjektif pada By NyY dengan RDS, diperoleh


data subjektif yaitu Bayi menangis merintih, nafas irreguler,pernapasan
67x/m.

20

2.

Dari data objektif didapat NyY dalam keadaan umum lemah,


kesadaran menangis merintih, Pernapasan: 67x/menit, Nadi : 97x/menit,

3.
4.

Suhu: 36,20C.
Diagnosis pada kasus adalah By Ny Y berusia 5 hari dengan RDS.
Pelaksanaan tindakan melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Neonatal Pada Bayi Ny.Y Dengan Respiratory Distress Syndrome
(RDS) disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan sesuai dengan
aturan yang dilakukan secara menyeluruh.
Jadi, tidak terdapat kesenjangan antara teori yang ada dan hasil pengkajian
yang dilakukan.

5.2 Saran
a. Bagi Rumah Sakit Daerah Umum Prabumulih
Diharapkan pihak Rumah Sakit terkait agar dapat meningkatkan
kualitas

pelayanan

kesehatan

yang

telah

dilakukan

dalam

memmengupayakan tatalaksana yang efektif dan efisien pada bayi pasien.


b. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Kemenkes Palembang
Diharapkan institusi pendidikan Poltekkes Kemenkes Palembang
dapat mengembangkan pengabdian masyarakat dengan penyuluhan
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan dan risiko yang dapat terjadi pada masa kehamilan,
persalinan dan nifas sehingga terjadi komplikasi dalam pada bayi seperti
RDS tidak terjadi.
c. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat memahami tentang Respiratory Distress
Syndrome (RDS) dan penatalaksanaannyaagar dapat menerapkan konsep
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal Dengan Respiratory
Distress Syndrome (RDS).

21

DAFTAR PUSTAKA
Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak
Prasekolah. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan
Anak Balita. Nuha Medika: Yogyakarta.
http://akbidwh.blogspot.co.id/2013/03/respiratory-distress-syndrome-rds.html
http://puputsilumut.blogspot.co.id/2014/03/rds-respiratory-distresssyndrome_6.html
https://www.academia.edu/7517900/Sindroma_Kesukaran_Pernafaan_pada_Neon
atus_RDS

22

Catatan Perkembangan pada By Ny. Y dengan Respiratory Distress


Syndrome (RDS)di Ruangan Neonatus
RSUD Prabumulih
Tahun 2015

No

Hari,

Masalah

Catatan Perkembangan ( SOAP)

1.

Tanggal/Jam
Senin,

Pola

S:

09-11-

napas

O: Keadaan Umum

: Lemah

2015/12.00

tidak

Kesadaran

: menangis merintih, pola napas irreguler

WIB

efektif

Tanda-tanda Vital

Pernapasan
Nadi

: 67 x/menit
: 94 x/menit
23

: 36,20C

Suhu

A : By Ny Y berusia 5 hari dengan RDS


P:
1. Membersihkan jalan nafas
2. Memposisikan kepala bayi

sedikit

ekstensi

dan

dilakukan resusitasi.
3. Pemberian oksigen 1 liter menggunakan binasal.
4. Mengupayakan suhu lingkungan yang optimal untuk
menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
5. Dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital (Keadaan
Umum:

Lemah,

Kesadaran:

menangis

merintih,

Pernapasan: 67 x/menit, Nadi : 94 x/menit, Suhu : 36,2


0

C ).
6. Diberikan diet PASI 5 cc melalui NGT setiap 1 jam
sekali.
7. Melakukan kolaborasi dengan Dokter SpA:
- Melakukan Intervensi lanjut pada cairan D10%
dengan gtt 6 x/menit untuk menambah tambahan
-

nutrisi pada bayi


Memberikan antibiotik (Ampicilin 3x90 mg dan
ceftazidine 2x75 mg untuk mencegah terjadinya
infeksi

9 November

Pola

S:

2015/ 18.00

napas

O: Keadaan Umum

: Sedang

WIB

tidak

Kesadaran

: Menangis Kuat, Refleks hisap (+)

Tanda-tanda Vital

efektif.

1. Pernapasan
2. Nadi
3. Suhu

: 64x/menit
: 148x/menit
: 36,4 0C

A : By Ny Y berusia 5 hari dengan RDS


P:
1. Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi
2. Mengupayakan suhu lingkungan yang optimal untuk
menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat.
24

3. Dilakukan

pemeriksaan

Keadaan

Umum:

sedang,

Menangis Kuat, nafas reguler spontan, Refleks hisap (+)


4. Melakukan pemeriksaan TTV (Pernapasan: 64x/menit,
Nadi : 148 x/menit, Suhu : 36,4 0C)
5. Diberikan diet PASI 20 cc melalui Oral setiap 1 jam sekali.
6. Melakukan kolaborasi dengan Dokter SpA:
- Melakukan Intervensi lanjut pada cairan D10%
dengan gtt 6 x/menit untuk menambah tambahan
-

nutrisi pada bayi


Memberikan antibiotik (Ampicilin 3x90 mg dan
ceftazidine 2x75 mg untuk mencegah terjadinya
infeksi

Selasa, 10

Masalah

S:

November

teratasi

O: Keadaan Umum

: Sedang

2015/05.00WI

sebagian

Kesadaran

: Menangis kuat,refleks hisap (+)

Tanda-tanda Vital

Pernapasan
Nadi
Suhu

: 57 x/menit
: 144 x/menit
: 36,30C

A : By Ny Y berusia 7 hari dengan RDS.


P:
1. Mengupayakan suhu lingkungan yang optimal pada suhu
35 37oC yaitu dengan meletakkan bayi pada inkubator
Untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat
2. Dilakukan pemeriksaan pada bayi yaitu Keadaan Umum :
Sedang, Kesadaran: menangis kuat, Pernapasan:68 x/menit,
Nadi : 92 x/menit, Suhu : 36,30C.
3. Diberikan diet PASI 20 cc melalui Oral setiap 1 jam sekali.
4. Memandikan bayi, perawatan tali pusat.
5. Melakukan pemantauan Keadaan Umum, TTV, BAB dan
BAK pada bayi.
6. Kolaborasi dengan Dokter SpA
4.

10 November

Masalah

S:

2015/13.30

teratasi

O: Keadaan Umum

WIB

seebagia

Kesadaran

: Sedang
: Menangis kuat, refleks hisap (+)
25

Tanda-tanda Vital
-

Pernapasan
Nadi
Suhu

:
: 50 x/menit
: 145x/menit
: 35,70C

A : By Ny Y berusia 7 hari dengan RDS.


P:
1. Mengupayakan suhu lingkungan yang optimal pada suhu
35 37oC yaitu dengan meletakkan bayi pada inkubator
Untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat
2. Dilakukan pemeriksaan pada bayi yaitu Keadaan Umum :
Sedang
3. Kesadaran : menangis kuat, Pernapasan:50 x/menit, Nadi :
145 x/menit, Suhu : 35,70C.
4. Diberikan diet PASI 20 cc melalui Oral setiap 1 jam sekali.
5. Melakukan pemantauan Keadaan Umum, TTV, BAB dan
BAK pada bayi
6. Kolaborasi dengan Dokter SpA
5.

10 November

Masalah

S:

2015/18.00

teratasi

O: Keadaan Umum

WIB

sebagian

Kesadaran

: Sedang
: Menangis kuat,refleks hisap (+),

mobilasasi (+)
Tanda-tanda Vital
-

Pernapasan
Nadi
Suhu

:
: 48 x/menit
: 145x/menit
: 36,30C

A : By Ny Y berusia 7 hari dengan RDS.


P:
7. Mengupayakan suhu lingkungan yang optimal pada suhu
35 37oC yaitu dengan meletakkan bayi pada inkubator
Untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat
8. Dilakukan pemeriksaan pada bayi yaitu Keadaan Umum :
Sedang, Kesadaran: menangis kuat, Pernapasan:45 x/menit,
Nadi : 145 x/menit, Suhu : 36,30C.
9. Diberikan diet PASI 20 cc melalui Oral setiap 1 jam sekali.

26

10. Melakukan pemantauan Keadaan Umum, TTV, BAB dan


BAK pada bayi
11. Menginjeksi ceftazine 75mg IV, Amino 4mg IV, ampicilin
90 mg IV (kolaborasi dengan Dokter SpA)
6.

11 November

Masalah

S:

2015/05.30

teratasi

O: Keadaan Umum

WIB

Kesadaran
Tanda-tanda Vital
-

Pernapasan
Nadi
Suhu

: Baik
: Menangis kuat, refleks hisap (+)
:
: 50 x/menit
: 150x/menit
: 36,70C

A :Masalah teratasi
P:
1. Dilakukan pemeriksaan pada bayi yaitu keadaan umum baik,
kesadaran menangis kuat, pernapasan 50 x/menit, Nadi 150
x/menit, suhu 36,7oc. Bayi diperbolehkan pulang atas
intruksi dokter SpA.
2. memberikan konseling kepada ibu tentang asi eksklusif.
Pemberian asi dianjurkan sampai bayi berusia 6 bulan.
3. memberikan konseling tentang perawatan payudara.
Mebersihkan payudara setiap kali akan menyusui.
4. memberikan konseling perawatan bayi dan perawatan tali
pusat. Perawatan tali pusat dengan menggunakan kassa
steril dan jangan memberikan apa pun pada tali pusat.

27

Anda mungkin juga menyukai