Anda di halaman 1dari 13

Alat Ukur Air Tanah

Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Gypsum Block
Tegangan : 0,1 s.d. 15 Bars
Layar
: 3,5; LCD Digital
Ukuran : 2,75 x 4,75 x 1,75
Berat
: 205 Gram
Battery : 1-9 Volt
Specifications:

dan

Gambar 4.1 Gambar KS-D1 dan Gypsum Block (Delmhorst, 2007)


Gambar 4.2 Foto Gypsum Block,
Instalasi kabel di dalam Gypsum
Block
alat KS-D1

62

C.Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan dapat dilakukan dengan beberapa tahapan. Pada
tahap awal menentukan nilai kadar air tanah dengan gypsum block, Uji strain
gauge untuk mengetahui besarnya tekanan kembang vertikal maupun horisontal, Uji
load cell untuk mengetahui tekanan kembang vertikal total. Adapun tahapanya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Uji gypsum block untuk menentukan kadar air tanah.
Untuk memperoleh nilai kadar air tanah dengan alat bantu gypsum block,
sehingga perlu diadakan uji gypsum block pendahuluan. Uji pendahuluan dapat
dilakukan dua alternatif yaitu alternatif pertama gypsum block dimasukan ke dalam
silinder lempung dalam ukuran kecil sedangkan alternatif kedua gypsum block
dimasukan pada mold besar pada uji pemadatan.
Alternatif I : gypsum block dimasukan ke dalam silinder lempung dalam
ukuran kecil.
Dalam uji ini perlu dilakukan pentahapan, yaitu tahap untuk mengetahui jumlah
air/berat air dalam gypsum block dan tahap berikutnya adalah menentukan kadar
air dalam tanah. Adapun pelaksanaan uji pada alternatif I dapat dijelaskan berikut ini.
a. Uji gypsum block untuk mengetahui berat air dalam gypsum block. Uji ini
dilakukan dengan dua cara yaitu gypsum block beri air sampai jenuh kemudian
dibiarkan hingga kering,

dan cara kedua gypsum block diberi air mulai kondisi

kering hingga jenuh air. Adapun cara pelaksanaannya sebagai berikut:


Gypsum block diberi air mulai kondisi jenuh hingga kering.
(1) menghitung berat dan volume instalasi yang ada dalam gypsum block,
dengan cara gypsum block dipecah sehingga instalasi didalam dapat
terlihat dan diuji berat dan volumenya dengan bantuan air raksa,
(2) gypsum block dan kabel dikeringkan dalam oven, ditimbang seluruh
komponen yang ada,
(3) ditimbang kabel untuk panjang 10 cm (digunakan untuk standar),

62

(4) ukur panjang kabel gypsum block, sehingga berat gypsum block saja dapat
diketahui,
(5) gypsum block dimasukkan dalam air beberapa menit, ukur dengan alat KSD1 (bila KS-D1 menunjukan angka > 80 berarti gypsum block sudah
jenuh),
(6) gypsum block dibiarkan 1 jam, timbang semua komponen yang ada dan
ukur gypsum block melalui kabel dengan KS-D1, sehingga diperoleh data
berat gypsum block + kabel dalam kondisi basah dan nilai KS-D1.
(7) gypsum block tetap diangin-anginkan, setiap 2 jam ditimbang gypsum block
+ kabel dalam kondisi basah dan ukur nilai KS-D1nya.
(8) ulangi langkah (7) ini hingga nilai KS-D1 mendekati nol (0),
(9) analisis data sesuai butir (8) sehingga didapat nilai KS-D1, Kadar air gypsum
(10)

block, dan berat air dalam gypsum block,


buat grafik hubungan antara KS-D1 dan berat air dalam gypsum block,
sehubungan grafik berupa parabola maka grafik dapat dibagi menjadi
dua yaitu grafik untuk KS-D1 < 60 (didasarkan pada kondisi nilai KS-D1 <
60 berupa grafik linier) dan grafik dengan nilai KS-D1 > 60 (didasarkan

(11)

pada kondisi nilai KS-D1 > 60 berupa grafik exponensial),


Grafik pada butir (10) dapat digunakan untuk menentukan berat air dalam

(12)

gypsum block bila diketahui nilai KS-D1.


Data dari butir (11) digunakan sebagai masukan pada analisis model
berikutnya yaitu gypsum block dimasuk ke dalam silinder tanah.

Gypsum block dalam kondisi kering hingga jenuh.


(1) gypsum block dan kabel dikeringkan dalam oven, ditimbang seluruh
komponen yang ada,
(2) ukur panjang kabel gypsum block, sehingga berat gypsum block saja dapat
diketahui,
(3) gypsum block kering diukur dengan alat KS-D1 (nilai KS-D1 mulai dari angka
> 0 namun jauh dibawah angka 80),

63

(4) gypsum block kering disemprot dengan air dibiarkan beberapa menit agar air
dapat berinteraksi dengan kabel, ukur dengan alat KS-D1 dan ditimbang
gypsum block dengan semua komponen yang ada, sehingga diperoleh
data berat gypsum block + kabel dalam kondisi basah dan nilai KS-D1.
(5) setelah langkah (4) dilakukan, semprot gypsum block kemudian dibiarkan
beberapa menit ditimbang gypsum block + kabel dalam kondisi basah
dan ukur nilai KS-D1nya,
(6) ulangi langkah (5) ini hingga nilai KS-D1 80
(7) analisis data sesuai butir (6) sehingga didapat nilai KS-D1, Kadar air gypsum
block, dan berat air dalam gypsum block,
(8) buat grafik hubungan antara KS-D1 dan berat air dalam gypsum block,
berhubung grafik yang diperoleh berupa parabola maka grafik dapat
dibagi menjadi dua yaitu grafik untuk KS-D1 < 60 (didasarkan pada
kondisi nilai KS-D1 < 60 berupa grafik linier) dan grafik dengan nilai
KSD1 > 60 (didasarkan pada kondisi nilai KS-D1 > 60 berupa grafik
exponensial),
(9) Grafik pada butir (8) dapat digunakan untuk menentukan berat air dalam
(10)

gypsum block, bila diketahui nilai KS-D1.


Data dari butir (9) digunakan sebagai masukan pada analisis model
berikutnya yaitu gypsum block dimasuk ke dalam silinder tanah.

b. Uji gypsum block untuk mengetahui kadar air tanah.


Uji ini dilakukan dengan cara gypsum block dimasukan dalam silinder tanah.
Gypsum block dan silinder tanah menjadi satu kesatuan kemudian diuji dengan dua
cara. Metoda pertama silinder tanah diuji dari kondisi jenuh air hingga kering,
dengan cara silinder tanah direndam dalam hingga jenuh. Tolok ukur silinder tanah
sudah mencapai nilai jenuh bila gypsum block diukur dengan alat KS-D1
menunjukan nilai > 80. Metoda kedua silinder tanah diuji dari kondisi kering

64

(keringkan udara) kemudian disemprot dengan air hingga jenuh air. Tolok ukur
silinder tanah sudah mencapai nilai jenuh bila gypsum block diukur dengan alat
KS-D1 menunjukan nilai > 80. Adapun cara pelaksanaannya sebagai berikut:
Gypsum block dimasukan dalam silinder tanah dengan perlakuan silinder
tanah diberi air mulai kondisi jenuh hingga kering.
(1)
Tanah dihaluskan dan harus lolos saringan no 4, diuji kadar airnya.
(2)

Tambahkan air hingga mencapai OMC,


cetakan silinder terbuat dari pralon, diisi tanah dengan kadar air OMC
setinggi 0,3 dari tinggi silinder, dipadatkan dengan penumbuk standar

(3)

sebanyak 7x, demikian seterusnya sehingga silinder terisi penuh,


silinder tanah ditimbang dan diukur volumenya (volume silinder diukur

(4)

diameter, tinggi dan cek hitungan volume dengan air raksa),


silinder dilubangi sesuai ukuran gypsum block dan diletakan pada posisi

(5)

tengah-tengah silinder,
sebelum gypsum block dimasukan, perlu membuat bubur lempung dan
tuangkan pada lubang. Gypsum block dimasukan ke dalam air hingga
jenuh kemudian masukan kedalam lubang yang sudah terisi bubur

(6)

lempung. Tutup kembali dengan lempung dan dipadatkan,


silinder lempung yang sudah terisi gypsum block dibungkus kertas
kemudian dilapisi plastik dan diikat dengan karet, masukan ke dalam air

(7)

selama 24 jam,
setelah jenuh, angkat silender lempung dan buka penutup plastik dan
kertas. Silinder di angin-anginkan agar tidak mudah rusak namun harus
dikontrol dengan nilai gypsum block melalui alat KS-D1. Dalam kondisi
jenuh, nilai KS-D1 > 80. Bila silinder agak mengeras dan nilai KS-D1
masih > 80 maka pengujian segera dimulai dengan cara menimbang

65

silinder dan mencatat nilai KS-D1. Proses penimbangan silinder dan


pencatatan nilai KS-D1 dilakukan terus hingga nilai KS-D1 mencapai nol.
Gypsum block dimasukan dalam silinder tanah dengan perlakuan silinder
tanah diberi air dari kondisi kering hingga jenuh.
(1)
Tanah dihaluskan dan harus lolos saringan no 4, diuji kadar airnya.
(2)

Tambahkan air hingga mencapai OMC,


cetakan silinder terbuat dari pralon, diisi tanah dengan kadar air OMC
setinggi 0,3 dari tinggi silinder, dipadatkan dengan penumbuk standar

(3)

sebanyak 7x, demikian seterusnya sehingga silinder terisi penuh,


silinder tanah ditimbang dan diukur volumenya (volume silinder diukur

(4)

diameter, tinggi dan cek hitungan volume dengan air raksa),


silinder dilubangi sesuai ukuran gypsum block dan diletakan pada posisi

(5)

tengah-tengah silinder,
sebelum gypsum block dimasukan, perlu membuat powder lempung
dan tuangkan pada lubang. Gypsum block dimasukan kedalam lubang
yang sudah ditaburi powder lempung. Tutup kembali dengan lempung

(6)

dan dipadatkan,
silinder lempung yang sudah terisi gypsum block disemprot dengan air,
biarkan sekitar satu jam agar air dapat meresap ke dalam lempung dan
berinteraksi dengan gypsum block. Interaksi antara air dari lempung
dengan gypsum block dapat diketahui dari meningkatnya nilai KS-D1.
Bila nilai KS-D1 mulai ada penambahan, pengujian dapat dimulai dengan
menimbang silinder dan menguji nilai KS-D1. Bila nilai KS-D1 mulai
menurun, dilakukan penyemprotan kembali dn biarkan selama satu jam
baru dilakukan pengujian lagi. Uji ini dilakukan sampai dengan KS-D1

mencapai nilai > 80 (jenuh).


Alternatif II : gypsum block dimasukan pada mold besar pada uji pemadatan.

66

Dalam uji ini lebih sederhana dan dapat mencerminkan kadar air sesungguhnya
dengan nilai KS-D1, namun mempunyai kelemahan dengan banyak lubang untuk
pengambilan sampel tanah dalam rangka uji kadar air. Uji ini hanya dilakukan mulai
kondisi jenuh sampai kering.
(1)
Tanah dihaluskan dan harus lolos saringan no 4, diuji kadar airnya.
(2)

Tambahkan air hingga mencapai OMC,


cetakan silinder besar pada uji pemadatan diukur volumenya, diisi
dengan tanah lempung sesuai butir (1) kemudian dipadatkan dengan
penumbuk pemadatan standar. Jumlah lapisan yang dipadatkan 3 lapis
dengan masing-masing lapis ditumbuk sebanyak 80 kali hingga 100 kali
agar diperoleh variasi kepadatan kering. Untuk mendapatkan variasi

(3)

kepadatan kering tanah dibuat 10 percobaan silinder,


silinder dilubangi dengan diameter sesuai diameter gypsum block, letak
gypsum block ditengah tengah silinder. Buat bubur lempung kemudian
dimasukan ke dalam lubang silinder, gypsum block yang sudah
dimasukan kedalam air agar jenuh kemudian dimasukan ke dalam lubang

(4)

silinder dan ditutup kembali dengan lempung.


Silinder dan gypsum block dimasukan kedalam air agar jenuh. Untuk
mengetahui tingkat kejenuhan tanah dalam silinder perlu dikontrol
dengan nilai KS-D1. Bila tanah sudah jenuh, nilai KS-D1 > 80 dan silinder

(5)

dapat diangkat dari air dan diangin-anginkan,


setelah silinder diangin-anginkan dan nilai KS-D1 mulai menurun,
pengambilan sampel tanah untuk uji kadar air segera dilakukan,
Pengambilan sampel dilakukan mulai dari luar (tepi luar silinder)
mengelilingi silinder kemudian baru masuk ke dalam dan akhirnya
mendekati gypsum block. Hasil uji ini dibuat grafik.

67

2. Uji strain gauge untuk menentukan tekanan kembang vertikal dan


horisontal.
Strain gauge dipasang pada pipa pralon PVC AW sesuai Gambar 4.4. Tekanan
kembang vertikal maupun horisontal yang timbul dari tanah lempung ekspansif
menimbulkan defleksi pada pipa. Defleksi ini terekam oleh strainmeter (strain
indicator) sehingga dapat diketahui tekanan kembang vertikal maupun horisontal.
3. Uji Proving ring untuk mengetahui tekanan kembang vertikal total.
Proving ring dipasang dibagian atas tiang dengan harapan bila terjadi akumulasi
tekanan kembang vertikal maka tiang akan menekan proving ring. Tekanan
kembang vertikal total akan terbaca pada dial proving ring sehingga perkembangan
tekanan kembang vertikal total dapat selalu diketahui. Proving ring ini merupakan
alat kontrol tekanan kembang vertikal yang dihasilkan oleh starin gauge pada
masing-masing lokasi.
4. Uji model tiang
Setelah uji pendahuluan yaitu uji gypsum block, dan mencermati uji strain gauge
maupun uji load cell kemudian dilakukan uji tiang maka perlu adanya persiapan yang
matang antara lain :
a. Persiapan tanah lempung,

lempung dihaluskan kemudian disaring dengan

saringan no. 4. Tanah yang lolos saringan no 4, dikumpulkan dalam karung siap
dipadatkan,
b. pasir digunakan untuk membuat kondisi stabil (zone stabil). Pasir dimasukan
dalam bak uji setinggi 20 cm. Pada setiap sudut dipasang pipa pralon diameter
1,25 inch (bagian bawah sepanjang 20 cm dilubangi dan diberi selimut ijuk)
untuk mengontrol ketinggian air pada zone stabil,
c. geotextile non-woven digunakan agar penyebaran air kedalam lempung cepat
merata. Geotextile ini dipasang sekeliling lempung, ruang diantara geotextile
dengan dinding bak uji diisi pasir, sehingga pasir terdapat pada bagian bawah

68

setebal 20 cm dan disekitar dinding bak dengan ketebalan 10 cm dan tinggi 100
cm,
d. persiapan tanah lempung dilakukan dengan cara mengukur terlebih dahulu
kadar air lempung, kemudian tambahkan air secukupnya sehingga didapat kadar
air optimum. Percobaan pemadatan awal perlu dilakukan agar dalam
pelaksanaan dapat diketahui model pemadatan tepat, yang terdiri atas jenis alat
pemadat, jumlah pukulan, tinggi jatuh sehingga sesuai dengan kepadatan yang
diharapkan,
e. pelaksanaan pemasangan tiang dan timbunan tanah, pada awalnya tiang yang
sudah dipasang strain gauge diletakan pada posisi tengah-tengah bak uji. Pasir
dituangkan pada dasar bak setinggi 20 cm, geotextile yang sudah dirakit seperti
kantong dimasukan ke dalam bak dengan melubangi bagian tengah untuk
memasukan tiang. Timbun tanah lempung kedalam kantong geotextile setebal
15 cm kemudian dipadatkan sesuai rencana. Bersamaan dengan penimbunan
dan pemadatan lempung, ruang kosong antara dinding bak dan geotextile diberi
pasir setebal 15 cm sehingga ada keseimbangan kondisi antara di dalam dan di
f.

luar geotextle.
Bila lempung sudah dipadatkan dengan kepadatan kering sesuai rencana,
lempung padat dilubangi untuk meletakan gypsum block yang terletak 10 cm dari
tiang dan pada posisi ini terdapat/dipasang pula strain gauge. Gypsum block dan
strain gauge dipasang pada posisi yang sama dengan harapan ada korelasi
antara tekanan kembang vertikal dan horisontal dengan kadar air tanah.
Timbunan lempung dilakukan berlapis setebal 15 cm kemudian dipadatkan,
demikian

pula

timbunan

pasir

disekitar

dinding

juga

dilakukan,

serta

pemasangan gypsum block disekitar strain gauge hingga pada posisi teratas,

69

g. pemberian air dilakukan dari atas, dari samping melalui pasir dengan harapan
dapat cepat menyebar kearah horisontal namun jumlah air pada zone stabil tetap
dibatasi hingga setinggi 20 cm,
h. strain gauge, load cell, dan gypsum block direkam perkembangannya.
Pergerakan tekanan kembang vertikal dan horisontal dapat diketahui melalui
strainmeter, kadar air tiap-tiap kedalaman dapat diketahui dengan alat KS-D1,
i.

demikian juga tekanan kembang vertikal total dapat diketahui dari loadmeter,
hasil penelitian ini berupa profil tekanan kembang vertikal dan horisontal mulai
dari zone stabil hingga permukaan tanah. Variabel yang mempengaruhi tekanan

kembang vertikal dan horisontal adalah kadar air, kedalaman.


5. Validasi hasil uji tiang dengan uji tiang baja 4 cm.
Untuk memberikan informasi hasil penelitian vaid atau tidak, diperlukan validasi
data. Adapun validasi yang digunakan adalah membuat model mini loading test,
dengan maksud untuk memperoleh tegangan gesek satuan dan diharapkan nilainya
akan mendekati atau sama dengan tekanan kembang vertikal pada tiap-tiap titik
pengamatan yang direkam oleh strain gauge. Adapun pelaksanaan uji mini loading
test adalah
a. Pipa baja diameter 4 cm panjang 20 cm, pada ujung atas dipasang dudukan
beban dan pengarah beban. Pada bagian bawah dudukan beban dipasangan lengan
baja untuk dudukan dial penunujuk penurunan tiang.
b. Tanah lempung ekspansif dikeringkan dan ditumbuh hingga lolos saringan no. 4
c. Hitung kadar air tanah yang lolos saringan no. 4
d. Kepadatan kering tanah diharapkan d lapangan sebesar 1,2 gr/cm3. Kadar air
tanah divariasikan dengan d lapangan sebesar 1,2 gr/cm3.
e. Tanah lolos saringan no. 4 diberi tambahan air sehingga diperoleh variasi kadar
air kemudian diperam 24 jam.
f. Mold CBR besar dan tiang baja dirakit, yaitu dengan cara tiang diletakan di
tengah-tengah kemudian tanah yang sudah diperam 24 jam di tuangkan pada mold

70

dan dipadatkan. Dalam pemadatan diharapkan diperoleh d lapangan sebesar 1,2


gr/cm3.
g. Setelah proses pemadatan selesai, tiang dan mold diletakan pada papan kayu
tebal yang sudah didesain apabila terjadi penurunan tidak akan terganggu.Beban
sebesar 10 kg diletakan diatas duduk beban dan dial penurunan diamati.
Penambahan beban dilakukan bila dalam 1 jam terjadi penurunan 0,25 mm.
Penambahan beban terus dilakukan dengan satuan beban berbeda-beda, pada saat
akan runtuk pemberian beban taip 1 kg sehingga saat runtuh dapat diketahui secara
pasti dan hasil uji ini diperoleh hubungan antara beban, penurunan dan waktu.

71

D. Bagan Alir Penelitian


Dalam penelitian ini perlu dibuat alur kegiatan seperti terlihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 : Urutan langkah kegiatan hingga pekerjaan akhir penelitian.

74

E. Analisis hasil
Dalam uji pile heaving pada tanah ekspansif ini menggunakan ukuran besar dalam
bak uji sehingga tidak banyak variabel yang dapat dihasilkan. Tanah sebagai bahan
uji utama mempunyai satu variabel

yang mencakup kepadatan kering, indeks

plastisitas, gradasi, unsur kimia tanah, mineralogi. Sedangkan variabel lainnya yang
dapat lihat adalah kadar air tanah, kedalaman, tekanan kembang vertikal, tekanan
kembang horisontal sehingga dapat dibuat profil atau diagram tekanan kembang
vertikal terhadap kedalaman mulai dari zone stabil sampai dengan permukaan tanah
maupun profil atau diagram tekanan kembang horisontal terhadap kedalaman mulai
dari zone stabil sampai dengan permukaan tanah.

75

Anda mungkin juga menyukai