Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :
1. Gypsum Block
Tegangan : 0,1 s.d. 15 Bars
Layar
: 3,5; LCD Digital
Ukuran : 2,75 x 4,75 x 1,75
Berat
: 205 Gram
Battery : 1-9 Volt
Specifications:
dan
62
C.Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan dapat dilakukan dengan beberapa tahapan. Pada
tahap awal menentukan nilai kadar air tanah dengan gypsum block, Uji strain
gauge untuk mengetahui besarnya tekanan kembang vertikal maupun horisontal, Uji
load cell untuk mengetahui tekanan kembang vertikal total. Adapun tahapanya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1. Uji gypsum block untuk menentukan kadar air tanah.
Untuk memperoleh nilai kadar air tanah dengan alat bantu gypsum block,
sehingga perlu diadakan uji gypsum block pendahuluan. Uji pendahuluan dapat
dilakukan dua alternatif yaitu alternatif pertama gypsum block dimasukan ke dalam
silinder lempung dalam ukuran kecil sedangkan alternatif kedua gypsum block
dimasukan pada mold besar pada uji pemadatan.
Alternatif I : gypsum block dimasukan ke dalam silinder lempung dalam
ukuran kecil.
Dalam uji ini perlu dilakukan pentahapan, yaitu tahap untuk mengetahui jumlah
air/berat air dalam gypsum block dan tahap berikutnya adalah menentukan kadar
air dalam tanah. Adapun pelaksanaan uji pada alternatif I dapat dijelaskan berikut ini.
a. Uji gypsum block untuk mengetahui berat air dalam gypsum block. Uji ini
dilakukan dengan dua cara yaitu gypsum block beri air sampai jenuh kemudian
dibiarkan hingga kering,
62
(4) ukur panjang kabel gypsum block, sehingga berat gypsum block saja dapat
diketahui,
(5) gypsum block dimasukkan dalam air beberapa menit, ukur dengan alat KSD1 (bila KS-D1 menunjukan angka > 80 berarti gypsum block sudah
jenuh),
(6) gypsum block dibiarkan 1 jam, timbang semua komponen yang ada dan
ukur gypsum block melalui kabel dengan KS-D1, sehingga diperoleh data
berat gypsum block + kabel dalam kondisi basah dan nilai KS-D1.
(7) gypsum block tetap diangin-anginkan, setiap 2 jam ditimbang gypsum block
+ kabel dalam kondisi basah dan ukur nilai KS-D1nya.
(8) ulangi langkah (7) ini hingga nilai KS-D1 mendekati nol (0),
(9) analisis data sesuai butir (8) sehingga didapat nilai KS-D1, Kadar air gypsum
(10)
(11)
(12)
63
(4) gypsum block kering disemprot dengan air dibiarkan beberapa menit agar air
dapat berinteraksi dengan kabel, ukur dengan alat KS-D1 dan ditimbang
gypsum block dengan semua komponen yang ada, sehingga diperoleh
data berat gypsum block + kabel dalam kondisi basah dan nilai KS-D1.
(5) setelah langkah (4) dilakukan, semprot gypsum block kemudian dibiarkan
beberapa menit ditimbang gypsum block + kabel dalam kondisi basah
dan ukur nilai KS-D1nya,
(6) ulangi langkah (5) ini hingga nilai KS-D1 80
(7) analisis data sesuai butir (6) sehingga didapat nilai KS-D1, Kadar air gypsum
block, dan berat air dalam gypsum block,
(8) buat grafik hubungan antara KS-D1 dan berat air dalam gypsum block,
berhubung grafik yang diperoleh berupa parabola maka grafik dapat
dibagi menjadi dua yaitu grafik untuk KS-D1 < 60 (didasarkan pada
kondisi nilai KS-D1 < 60 berupa grafik linier) dan grafik dengan nilai
KSD1 > 60 (didasarkan pada kondisi nilai KS-D1 > 60 berupa grafik
exponensial),
(9) Grafik pada butir (8) dapat digunakan untuk menentukan berat air dalam
(10)
64
(keringkan udara) kemudian disemprot dengan air hingga jenuh air. Tolok ukur
silinder tanah sudah mencapai nilai jenuh bila gypsum block diukur dengan alat
KS-D1 menunjukan nilai > 80. Adapun cara pelaksanaannya sebagai berikut:
Gypsum block dimasukan dalam silinder tanah dengan perlakuan silinder
tanah diberi air mulai kondisi jenuh hingga kering.
(1)
Tanah dihaluskan dan harus lolos saringan no 4, diuji kadar airnya.
(2)
(3)
(4)
(5)
tengah-tengah silinder,
sebelum gypsum block dimasukan, perlu membuat bubur lempung dan
tuangkan pada lubang. Gypsum block dimasukan ke dalam air hingga
jenuh kemudian masukan kedalam lubang yang sudah terisi bubur
(6)
(7)
selama 24 jam,
setelah jenuh, angkat silender lempung dan buka penutup plastik dan
kertas. Silinder di angin-anginkan agar tidak mudah rusak namun harus
dikontrol dengan nilai gypsum block melalui alat KS-D1. Dalam kondisi
jenuh, nilai KS-D1 > 80. Bila silinder agak mengeras dan nilai KS-D1
masih > 80 maka pengujian segera dimulai dengan cara menimbang
65
(3)
(4)
(5)
tengah-tengah silinder,
sebelum gypsum block dimasukan, perlu membuat powder lempung
dan tuangkan pada lubang. Gypsum block dimasukan kedalam lubang
yang sudah ditaburi powder lempung. Tutup kembali dengan lempung
(6)
dan dipadatkan,
silinder lempung yang sudah terisi gypsum block disemprot dengan air,
biarkan sekitar satu jam agar air dapat meresap ke dalam lempung dan
berinteraksi dengan gypsum block. Interaksi antara air dari lempung
dengan gypsum block dapat diketahui dari meningkatnya nilai KS-D1.
Bila nilai KS-D1 mulai ada penambahan, pengujian dapat dimulai dengan
menimbang silinder dan menguji nilai KS-D1. Bila nilai KS-D1 mulai
menurun, dilakukan penyemprotan kembali dn biarkan selama satu jam
baru dilakukan pengujian lagi. Uji ini dilakukan sampai dengan KS-D1
66
Dalam uji ini lebih sederhana dan dapat mencerminkan kadar air sesungguhnya
dengan nilai KS-D1, namun mempunyai kelemahan dengan banyak lubang untuk
pengambilan sampel tanah dalam rangka uji kadar air. Uji ini hanya dilakukan mulai
kondisi jenuh sampai kering.
(1)
Tanah dihaluskan dan harus lolos saringan no 4, diuji kadar airnya.
(2)
(3)
(4)
(5)
67
saringan no. 4. Tanah yang lolos saringan no 4, dikumpulkan dalam karung siap
dipadatkan,
b. pasir digunakan untuk membuat kondisi stabil (zone stabil). Pasir dimasukan
dalam bak uji setinggi 20 cm. Pada setiap sudut dipasang pipa pralon diameter
1,25 inch (bagian bawah sepanjang 20 cm dilubangi dan diberi selimut ijuk)
untuk mengontrol ketinggian air pada zone stabil,
c. geotextile non-woven digunakan agar penyebaran air kedalam lempung cepat
merata. Geotextile ini dipasang sekeliling lempung, ruang diantara geotextile
dengan dinding bak uji diisi pasir, sehingga pasir terdapat pada bagian bawah
68
setebal 20 cm dan disekitar dinding bak dengan ketebalan 10 cm dan tinggi 100
cm,
d. persiapan tanah lempung dilakukan dengan cara mengukur terlebih dahulu
kadar air lempung, kemudian tambahkan air secukupnya sehingga didapat kadar
air optimum. Percobaan pemadatan awal perlu dilakukan agar dalam
pelaksanaan dapat diketahui model pemadatan tepat, yang terdiri atas jenis alat
pemadat, jumlah pukulan, tinggi jatuh sehingga sesuai dengan kepadatan yang
diharapkan,
e. pelaksanaan pemasangan tiang dan timbunan tanah, pada awalnya tiang yang
sudah dipasang strain gauge diletakan pada posisi tengah-tengah bak uji. Pasir
dituangkan pada dasar bak setinggi 20 cm, geotextile yang sudah dirakit seperti
kantong dimasukan ke dalam bak dengan melubangi bagian tengah untuk
memasukan tiang. Timbun tanah lempung kedalam kantong geotextile setebal
15 cm kemudian dipadatkan sesuai rencana. Bersamaan dengan penimbunan
dan pemadatan lempung, ruang kosong antara dinding bak dan geotextile diberi
pasir setebal 15 cm sehingga ada keseimbangan kondisi antara di dalam dan di
f.
luar geotextle.
Bila lempung sudah dipadatkan dengan kepadatan kering sesuai rencana,
lempung padat dilubangi untuk meletakan gypsum block yang terletak 10 cm dari
tiang dan pada posisi ini terdapat/dipasang pula strain gauge. Gypsum block dan
strain gauge dipasang pada posisi yang sama dengan harapan ada korelasi
antara tekanan kembang vertikal dan horisontal dengan kadar air tanah.
Timbunan lempung dilakukan berlapis setebal 15 cm kemudian dipadatkan,
demikian
pula
timbunan
pasir
disekitar
dinding
juga
dilakukan,
serta
pemasangan gypsum block disekitar strain gauge hingga pada posisi teratas,
69
g. pemberian air dilakukan dari atas, dari samping melalui pasir dengan harapan
dapat cepat menyebar kearah horisontal namun jumlah air pada zone stabil tetap
dibatasi hingga setinggi 20 cm,
h. strain gauge, load cell, dan gypsum block direkam perkembangannya.
Pergerakan tekanan kembang vertikal dan horisontal dapat diketahui melalui
strainmeter, kadar air tiap-tiap kedalaman dapat diketahui dengan alat KS-D1,
i.
demikian juga tekanan kembang vertikal total dapat diketahui dari loadmeter,
hasil penelitian ini berupa profil tekanan kembang vertikal dan horisontal mulai
dari zone stabil hingga permukaan tanah. Variabel yang mempengaruhi tekanan
70
71
74
E. Analisis hasil
Dalam uji pile heaving pada tanah ekspansif ini menggunakan ukuran besar dalam
bak uji sehingga tidak banyak variabel yang dapat dihasilkan. Tanah sebagai bahan
uji utama mempunyai satu variabel
plastisitas, gradasi, unsur kimia tanah, mineralogi. Sedangkan variabel lainnya yang
dapat lihat adalah kadar air tanah, kedalaman, tekanan kembang vertikal, tekanan
kembang horisontal sehingga dapat dibuat profil atau diagram tekanan kembang
vertikal terhadap kedalaman mulai dari zone stabil sampai dengan permukaan tanah
maupun profil atau diagram tekanan kembang horisontal terhadap kedalaman mulai
dari zone stabil sampai dengan permukaan tanah.
75