Anda di halaman 1dari 7

KODE ETIK PSIKOLOGI

INDONESIA
Kode etik sangat diperlukan tidak hanya
untuk melindungi klien, tetapi juga
sebagai tuntunan atau batasan bagi
psikolog dalam menjelaskan tugasnya
secara profesional.
Dalam kode etik psikologi Indonesia
seorang psikolog berkewajiban :
1. Mengutamakan dasar-dasar
profesional.
2. Memberikan jasa atau pratik kepada
semua pihak yang membutuhkan.

3. Melindungi klien atau pemakai jasa dari akibat yang


merugikan sebagai ddampak jasa/pratik yang
diterimanya.
4. Mengutamakan ketidak berpihakan dalam kepentingan
pemakai jasa atau klien dan pihak-pihak yang terkait
dalam pemberian pelayanan tersebut.
5. Dalam hal pemakai jasa atau klien yang menghadapi
kemungkinan akan terkena dampak negatif yang tidak
dapat dihindari akibat pemberian jasa/pratik psikologi
yang dilakukan oleh Ilmuwan psikologi dan psikolog
maka pemakai jasa atau klien tersebuut harus
diberitau.

SIAPA YANG MELAKUKAN DIAGNOSIS


PSIKOLOGI
Dalam kode etik psikologi Indonesia (
http://www.himpsi.org/ORGANISASI/Kodeetik.ht
m
) tertulis bahwa :
Psikolog adalah Sarjana psikologi yang telah
mengikuti pendidikan tinggi psikologi strata 1
(S1) dengan kurikulum lama (sistem paket
murni) Perguruan tinggi negri (PTN)
Atau Kurikulum Nasional (SK Mendikbud no,
1&/D/O/1993) yang meliputi pendidikan
program akademik (sarjana psikologi) dan
program pendidikan profesi (Psikolog)

Atau Kurikulum lama Perguruan Tinggi swasta (PTS)


yang sudah mengikuti ujian sarjana psikologi
Atau pendidikan tinggi psikologi di luar negeri yang
sudah mendapat akreditasi dan disetarakan dengan
psikolog Indonesia oleh Direktorat Pendidikan Tinggi
(Dikti) Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas RI).

Sarjana Psikologi dengan kriteria tersebut dinyatakan


berhak dan berwenang untuk melakukan Pratik psikologi
diwilayah hukum Negara republik Indonesia.
Sarjana Psikologi menurut kriteria ini juga dikenal dan
disebut sebagai
Psikolog.

Untuk melakukan pratik psikologi


maka Sarjana Psikologi yang
tergolong kriteria ini DIWAJIBKAN
MEMILIKI IZIN PRATIK PSIKOLOGI
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

SIAPA YANG BERTANGGUNG JAWAB


MENGAMANKAN ALAT TES
Pembeli alat tes harus memiliki persyaratan umumnya adalah
individu dengan gelasr Master dalam psikologi atau setara.
Mahasiswa pascasarjana boleh juga membeli untuk keperluan
pratikum bila mendapat surat ijin dari dosen yang bersangkutan.
Tujuan membatasi distribusi alat tes :
1.Keamanan materi Tes
2.Pencegahan penyalah gunaan.
3.Mencegah tidak sahihnya penggunaan tes itu di masa depan.
Tanggung jawab kerahasiaan terhadap data tes: bersifat
multidimensi. Konselor sejarang berusaha untuk melibatkan klien
sebagai partsipasi aktif dalam penaksiran hasil tes. Oleh karena itu
hasil tes sebaiknya disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami,
bebas dari istilah teknis dan berorientasi pada sasaran pengetesan.
Guna mencegah penyalahgunaan dan misinterpretasi temuantemuan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai