Skripsi Bab I, II, III, IV, V
Skripsi Bab I, II, III, IV, V
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pembangunan yang semakin maju berdampak pada
majunya industri asetilin atau yang disebut dengan las karbit. Kondisi lingkungan
kerja industri las berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap pekerja
terutama pada organ mata, seperti sinar yang ditimbulkan pada proses pengelasan
dan trauma yang bisa melukai organ mata (Suratman, 2001).
Banyak pekerja las selama ini hanya memperoleh pelayanan kesehatan
secara umum, namun belum dikaitkan dengan pekerjaannya. Pada umumnya
fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak dinikmati oleh
tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar (jumlah pekerja lebih dari
500 orang). Pada industri berskala kecil dan menengah, fasilitas pelayanan
kesehatan kerja masih bersifat parsial dan mungkin tidak sama sekali. Upaya
kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan diri sendiri, maupun masyarakat sekelilingnya, agar diperoleh
produktifitas kerja yang optimal (Sonawan dan Suratman, 2000).
Saat mengelas banyak terdapat sinar ultraviolet, sinar tersebut berpengaruh
terhadap kelelahan pada mata, penglihatan kabur, fotofobia, konjungtiva kemotik,
kekeruhan pada lensa, katarak dan mata terasa sakit yang dirasakan pekerja.
Kejadian trauma pada pekerja las juga sering terjadi seperti trauma mekanik yang
bisa melukai palpebra, sistem lakrimalis, laserasi konjungtiva, erosi kornea,
trauma kimia dan trauma fisik seperti luka bakar dan luka akibat radiasi (Ilyas,
2004).
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobular selain terdapatnya refleks
memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari dunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata
dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau memberikan
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan. Pada mata dapat terjadi trauma
dalam bentuk berikut : trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma kimia,
trauma radiasi. Trauma dapat mengenai jaringan mata seperti kelopak,
konjungtiva, kornea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita. Trauma tumpul
pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras,
dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan keras (kencang) ataupun
lambat. Sedangkan trauma tembus pada mata dapat terjadi karena benda tajam
mengenai mata secara kencang atau lambat yang dapat mengenai organ mata dari
yang terdepan sampai yang terdalam (Ilyas, 2004).
dalam memakai Alat Pelindung Mata mengakibatkan mata pekerja las terpapar
secara langsung oleh benda asing dan sinar tampak, sinar infra merah serta sinar
ultraviolet. Akibat dari pemajanan secara langsung oleh benda asing dan sinarsinar yang bersifat radiasi tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada mata dan
cidera pada bagian tubuh lainnya.
menghindari
kemungkinan
mata
bahan las dengan menggunakan alat pelindung mata yang mampu melindungi
mata dari benda asing (Budiono, 2003).
Menghindari kejadian tersebut diharuskan menggunakan pelindung mata
khusus, jenis pelindung mata yang digunakan sebagai alat pelindung diri oleh
pekerja las karbit adalah kacamata las (gogel). Kaca mata las (gogel) sangat
penting digunakan pada saat mengelas, untuk mencegah terjadinya trauma
inframerah. Gogel tersebut harus mampu menurunkan kekuatan pancaran sinar
tampak dan harus dapat melindungi mata dari pancaran sinar ultra violet dan
inframerah sehingga pekerja bisa bekerja dengan aman dan nyaman (Budiono,
2003).
Menurut Sumamur (1996), penyebab kecelakaan kerja secara umum
adalah karena adanya kondisi yang tidak aman dan tindakan yang tidak aman dari
pekerja. Khusus mengenai tindakan tidak aman ini sangat erat kaitannya dengan
faktor manusia atau terjadi karena kesalahan manusia. Menurut penelitian yang
dilakukan yang dilakukan oleh Patrick Sherry, 80-90% penyebab kecelakaan
kerja berkaitan dengan human error atau faktor prilaku pekerja. Pekerja
cenderung untuk berperilaku dengan mengabaikan keselamatan walaupun itu
sangat berguna untuk kepentingannya sendiri seperti dalam melaksanakan
ringan
dan
30%
responden
mengalami
konjungtivis.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui hubungan pengetahuan pekerja las dengan pemakaian alat
pelindung mata.
2. Mengetahui hubungan sikap pekerja las dengan pemakaian alat pelindung
mata.
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui bagaimana pengetahuan dan sikap pekerja las terhadap
pemakaian alat pelindung mata pada bengkel las di Kecamatan Syiah Kuala
Banda Aceh.
2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu
kedokteran serta memberi manfaat terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan
bagi peneliti-peneliti lainnya yang akan meneliti masalah yang berkaitan
dengan penyakit yang diakibatkan karena pekerjaannya dimasa yang akan
datang.
1.5 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada hubungan pengetahuan pekerja las dengan pemakaian alat pelindung
mata pada bengkel las di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
2. Ada hubungan sikap pekerja las dengan pemakaian alat pelindung mata pada
bengkel las di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
harus dapat melindungi mata dari pancaran sinar ultra violet dan inframerah.
Bahan dari kacamata las (gogel) dapat terbuat dari plastik yang transparan dengan
lensa yang dilapisi kobalt untuk melindungi bahaya radiasi gelombang
elektromagnetik non ionisasi dan kesilauan atau lensa yang terbuat dari kaca yang
dilapisi timah hitam untuk melindungi dari radiasi gelombang elektromagnetik
dan mengion (Budiono, 2003). Dalam negara-negara tertentu sudah dilaksanakan
persyaratan pelindung mata terhadap kemampuannya menahan sinar ultra violet
dan inframerah. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih gogel
adalah 1) harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak, 2)
harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak, 3) harus
mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata, 4) harus tahan lama dan
mempunyai sifat yang tidak mudah berubah, 5) harus memberikan rasa nyaman
kepada pemakai.
3. Alat pelindung wajah
Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari bahaya cidera dari percikan api
atau bahan berbahaya lainnya pada saat bekerja seperti pada pengelasan.
4. Alat pelindung tangan dan jari
Menurut bentuknya sarung tangan dapat dibedakan menjadi : sarung tangan biasa
(Gloves), grontles : sarung tangan yang dilapisi plat logam. Mitts : sarung tangan
yang keempat jarinya terbungkus menjadi satu.
5. Alat pelindung kaki
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan
benda-benda berat, percikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan yang
panas dan melindungi dari benda tajam.
6. Alat pelindung pernapasan
Alat pelindung pernapasan masker diperlukan ditempat kerja dimana udara
didalamnya tercemar. Pencemaran udara berkisar dari pencemaran yang tidak
berbahaya sampai kepada pencemaran yang sangat berbahaya. Bahan pencemar
udara biasanya dalam bentuk debu, uap, gas, asap, atau kabut. Untuk menentukan
alat pelindung diri pernapasan maka lebih dahulu harus ditentukan jenis dan kasar
bahan pencemar yang ada serta dievaluasi tingkat bahayanya.
7. Alat pelindung telinga
Alat ini bekerja sebagai alat penutup telinga dan melindungi telinga dalam dari
kebisingan. Ada dua macam alat pelindung telinga yaitu : sumbat telinga (ear
plug) mempunyai daya atenuasi suara sebesar 25-30 dB. Tutup telingan (ear muff)
mempunyai daya atenuasi suara sebesar 10-15 dB lebih besar dari ear plug.
8. Alat pelindung tubuh
Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh yaitu
mulai dari dada sampai lutut dan overalls yang menutupi seluruh badan. Pakaian
pelindung digunakan untuk melindungi pemakainya dari percikan api, larutan
bahan-bahan kimia korosif dan oli, cuaca kerja yang panas, dingin dan lembab.
2.1.4 Tujuan dan Manfaat Pemakaian APD pada Pekerja Las
Pemakaian APD bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan merupakan
salah satu upaya mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
oleh bahaya potensial pada suatu perusahaan yang tidak dapat dihilangkan dan
dikendalikan (Sumamur, 1996).
Keuntungan penggunaan APD dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu
perusahaan, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah (Sumamur, 1996) :
1. Perusahaan.
a. Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat terjamin baik jumlah
maupun mutunya.
b. Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehatan para tenaga
kerja.
c. Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme tenaga kerja sehingga
dapat tercapai produktivitas yang tinggi dengan efisien yang optimal.
2. Tenaga kerja.
a. Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
b. Memberikan perbaikan kesejateraan pada tenaga kerja sebagai akibat
adanya keuntungan perusahaan.
3. Masyarakat dan pemerintah.
a. Meningkatkan hasil produksi dan menguntungkan perekonomian Negara
dan jaminan yang memuaskan bagi masyarakat.
pengelasan dengan
menggunakan nyala api yang didapat dari pembakaran gas asetilin dan oksigen
(zat asam).
10
Dalam botol oksigen yang terbuat dari baja dimampatkan gas oksigen dengan
tekanan gas sampai 151 bar. Di atas botol dipasang sebuah keran. Pada keran ini
terdapat sumbat pengaman. Bila tekanan gas di dalam botol naik karena pengaruh
panas, maka sumbat akan pecah dan gas kelebihan akan keluar. Gas oksigen yang
dapat diisikan pada botol tersebut sebanyak 74,5 m2 dengan kadar gas oksigen
murni 99,5%. Kadar oksigen pada nyala api las asetilin sangat berperan sebagai
bahan penunjang untuk penghematan, kecepatan, dan efisiensi kerja pada waktu
pengelasan.
4. Regulator
Regulator berfungsi mengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap
besarnya. Pada regulator terdapat manometer yaitu manometer tekanan isi dan
manometer tekanan kerja. Tekanan isi adalah tekanan gas yang berada dalam
botol. Sedangkan yang dimaksud dengan tekanan kerja adalah tekanan yang
dibutuhkan pada waktu melakukan pekerjaan las.
5. Pembakar (Torch)
Fungsi pembakar pada las asetilin adalah untuk mencampur oksigen dan gas
asetilin yang jumlah isinya hampir sama. Nyala api terjadi pada ujung pembakar.
Pembakar dapat dipasang dengan berbagai ukuran ujung pembakar, untuk
memperoleh nyala api yang sesuai dengan tebal benda kerja yang akan dilas atau
dipotong. Pembakar berhubungan dengan dua buah selang untuk gas
oksigen.Ruang pencampur dan keran berfungsi mengatur banyaknya oksigen dan
asitilin yang digunakan.
6. Pembakar Pemotong (Cutting Torch)
Pembakar untuk pemotong bentuknya serupa dengan pembakar untuk mengelas
biasa, perbedaannya adalah pada pembakar pemotong terdapat pipa ketiga untuk
saluran gas oksigen, selain itu ujung pembakarnya berbeda dengan ujung
pembakar untuk mengelas.Setiap pembakar pemotong mempunyai alat pemegang
pipa penghubung dan kepala pemotong.
7. Selang Las
Selang las berfungsi untuk menyalurkan gas dari botol gas atau generator ke
pembakar.Selang ini harus tahan tekanan tinggi tetapi lemas atau tidak
kaku.Selang las oksigen biasanya berwarna hitam atau hijau. Pada ujung-ujung
selang oksigen ini terdapat mur penguat ulir kanan. Selang gas asetilin biasanya
berwarna merah yang pada ujung-ujungnya terdapat pula mur pengatur dengan
ulir kiri. Fungsi mur pengatur pada kedua ujung selang tersebut adalah untuk
11
mengikat regulator dan mengikat pada pembakar. Untuk menjaga kekeliruan saat
pengikatan dengan regulator dan pembakar, maka baut dan mur pengikat
dibedakan satu sama lain, begitu juga bentuk nipelnya dibuat berbeda.
2.2.3 Proses Pengelasan Las Karbit
Las karbit disebut juga las asetilin. Las karbit sebagaimana juga las yang
lain berfungsi sebagai alat untuk menyambung, memotong, atau mengerjakan
logam dengan panas dengan cara mencairkan logam tersebut. Panas untuk
mencairkan logam diperoleh dari pembakaran gas karbit/asetilin. Agar gas
karbitmudah terbakar maka diberi oksigen melalui selang ke pembakar
(Boentarto,1997).
Las Gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam
(pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas aseteline=C 2H2) sebagai bahan
bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar gas dengan O 2
sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam
induk dan logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen,
propana atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan
adalah gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksiasetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak
dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur elektrode
terbungkus (Sonawan dan Suratman, 2004).
2.3 Pengaruh Sinar Radiasi Terhadap Mata
Selama proses pengelasan akan timbul sinar-sinar yang bersifat radiasi
yang dapat membahayakan pekerja las. Menurut Alatas, (2003), energi radiasi
UV-B dengan panjang gelombang 280-315 nm sebagian besar diserap kornea dan
dapat pula mencapai lensa. Sinar-sinar tersebut meliputi sinar tampak, sinar ultra
violet, dan sinar inframerah. Radiasi adalah transmisi energi melalui emisi berkas
cahaya atau gelombang, (Canadian Centre for Accupational Health & Safety,
2008). Energi radiasi bisa terletak di rentang sinar tampak, tetapi dapat pula lebih
besar atau lebih kecil dibandingkan sinar tampak. Radiasi energi tinggi (termasuk
radiasi ultra violet) disebut radiasi ionisasi karena memiliki kapasitas melepaskan
elektron dari atom atau molekul yang menyebabkan terjadinya ionisasi. Radiasi
12
energi rendah disebut radiasi non ionisasi karena tidak dapat melepaskan elektron
dari atom atau molekul (Corwin, 2000).
1. Efek radiasi pengion
Radiasi pengion dapat menyebabkan kematian sel baik secara langsung
dengan merusak membran sel dan menyebakan pembengkakan intrasel sehingga
terjadi lisis sel, atau secara tidak langsung dengan merusak ikatan antara
pasangan-pasangan basa molekul DNA.Rusaknya ikatan tersebut menyebakan
kesalahan-kesalahan pada replikasi atau transkripsi DNA.Kesalahan-kesalahan
tersebut sebagian dapat diperbaiki; apabila tidak, maka kerusakan yang terjadi
dapat menyebabkan kematian sel atau timbulnya kanker akibat hilangnya kontrol
genetik atas pembelahan sel molekul (Corwin, 2000).
2. Efek radiasi nonionisasi
Radiasi nonionisasi mencakup radiasi gelombang
mikro
dan
13
14
15
tugas yang
diberikan.
16
Notoatmodjo (2003)
- Pendidikan
- Pengetahuan
- Sikap
Crowin (2000)
- Efek Radiasi
Pengion
- Efek Radiasi
Nonionisasi
Pemakaian Alat
Pelindung Mata
Vaughan (2010)
- Abrasi dan laserasi
palpebrae
- Benda asing
dipermukaan mata
dan abrasi kornea
- Trauma tembus dan
kontusio bola mata
- Benda asing
intraokular
- Trauma tembus pada
orbita
17
Variabel Dependen
Pengetahuan
Pemakaian
pelindung mata
Sikap
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
18
BAB III
METODE PENELITIAN
19
10 responden yaitu pekerja las pada Bengkel Las Adi di Peunayong Banda Aceh.
Selanjutnya dilakukan uji validitas dan uji reliabelitas sebagai berikut:
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006). Untuk mengetahui validitas
kuesioner dilakukan dengan membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung.
Nilai kritis terhadap 10 responden dengan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai
kritis tabel yaitu 0. Nilai korelasi dari pertanyaan pada kuesioner dinyatakan
valid bila nilai r hasil >. Dari hasil pengujian validitas didapatkan nilai r hitung
untuk 21 pertanyaan > (terlihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation).
Berdasarkan hasil tersebut, maka pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat
20
dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
pengumpulan itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
terhadap masalah yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2005). Nilai reliabilitas dihitung dengan menggunakan Uji
Cronbachs Alpha yaitu membandingkan nilai r hitung dengan r tabel dari
Cronbachs Alpha. Bila hasilnya sama dengan atau lebih besar dari 0,70 maka
instrumen itu dinyatakan reliabel. Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas
kuesioner didapatkan bahwa nilai r hitung untuk 21 pertanyaan > 0,70, maka
pertanyaan dalam kuesioner dinyatakan reliabel.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.5.1. Variabel Penggunaan Pelindungan mata Definisi operasionalnya adalah
penggunaan alat pelindung mata pada saat kegiatan mengelas dengan
menggunakan alat ukur kuisioner yang dilakukan secara observasi yang
akan didapat hasil menggunakan dan tidak menggunakan dengan skala ukur
ordinal.
3.5.2. Variabel Pengetahuan Definisi operasionalnya adalah hasil tahu yang
diperoleh responden baik melalui pendidikan formal atau informal dan juga
melalui media terhadap pemakaian alat pelindung mata pada saat mengelas,
dengan menggunakan alat ukur kuisioner yang dilakukan secara wawancara
yang akan didapat hasil baik dan kurang dengan skala ukur ordinal.
3.5.3. Variabel Sikap Definisi operasionalnya adalah Reaksi atau kesediaan
pekerja terhadap pemakaian alat pelindung mata pada saat mengelas dengan
menggunakan alat ukur kuisioner yang dilakukan secara wawancara yang
akan didapat hasil baik dan kurang dengan skala ukur ordinal.
3.6 Metode Pengukuran Variabel
1. Data penggunaan alat pelindung mata
Data penggunaan alat pelindung mata diperoleh dari hasil observasi
menggunakan
kuisioner,
dikatakan
menggunakan
jika
pekerja
las
21
22
d. Tabulating
Data yang telah diperbaiki dan diberi kode dimasukkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, tujuannya untuk mempermudah menganalisis data.
3.8 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi dari masing-masing variabel
dengan menghitung persentase dari setiap variabel dengan menggunakan rumus
(Notoatmodjo, 2005):
P=
Keterangan:
P
: Persentase
2. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap pekerja las terhadap pemakaian alat pelindung mata.
Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square pada 95% dan 0,05 dengan
kriteria hubungan ditetapkan berdasarkan p value (probabilitas) dengan kriteria,
sebagai berikut:
1.
Jika p value > 0,05 maka tidak ada hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
2.
Jika p value 0,05 maka ada hubungan yang signifikan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
BAB IV
23
No
Nama Bengkel
1
Tiara Las
Alamat
Jl. T. Nyak Arif Lamnyong.
CV. Rahmat
Tunggai Las
Lamgugop
24
50
87,7
> 30
Total
7
57
12,3
100
6
4
8
5
6
10.5
7.0
14.0
8.8
10.5
25
Adapun hasil penelitian didapat nilai mean 5,4, median 9 dan modus 2 dari
pengetahuan responden terhadap pemakaian alat pelindung mata disajikan pada
tabel 4.4.
Tabel 4.4
%
7.0
43.9
19.3
10.5
8.8
31.6
0.0
26
Persentase
Setuju
n
35
%
61.4
Tidak Setuju
22
38.6
57
100
Sikap
Total
Jawaban Responden
SS % S % TS % STS %
12 21.1 25 43.9 20 35.1 0 0.0
12 21.1 31 54.4 14 24.6 0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1.8
27
SS
: Sangat Setuju
TS
: Tidak Setuju
: Setuju
STS
Responden
dengan
Penggunaan Alat
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah
Total
n
26
31
57
%
100
100
p value
RP
(95%-CI)
0.018
1,74
1,22-11,54
Dari tabel 4.8 dapat kita ketahui bahwa dari 26 responden dengan
pengetahuan baik paling banyak yang menggunakan alat pelindung mata pada
pekerjaan bengkel yaitu 73,1% dan dari 31 responden yang pengetahuan kurang
paling banyak yang tidak menggunakan alat pelindung mata pada pekerjaan
bengkel yaitu 58,1%. Berdasarkan hasil uji chi square diketahui p value sebesar
0,018 (p value > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara pengetahuan responden dengan penggunaan alat pelindung mata pada
pekerja las di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Tahun 2012.
Pada penelitian ini ratio prevalence (RP) yaitu 1,74 (95% CI: 1,22-11,54)
artinya adalah responden yang mepunyai pengetahuan baik berkemungkinan
besar menggunakan alat pelindung mata pada pekerjaan bengkel las dengan
peluang 2 kali.
28
Sikap
Setuju
Tidak
Setuju
Jumlah
Total
n
35
22
%
100
100
p value
RP
(95%-CI)
0.003
2,4
1,68-17,06
32
25
57
Dari tabel 4.7 dapat kita ketahui bahwa dari 35 responden dengan sikap
setuju paling banyak yang menggunakan alat pelindung mata pada pekerjaan
bengkel las yaitu 71,4% dan dari 22 responden dengan sikap tidak setuju paling
banyak yang tidak menggunakan alat pelingdung mata pada pekerjaan bengkel las
yaitu 68,2%. Berdasarkan hasil uji chi square diketahui p value sebesar 0,003
(p value > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
sikap responden dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerja las di
Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh Tahun 2012.
Pada penelitian ini ratio prevalence (RP) yaitu 2,4 (95% CI: 1,68-17,06)
artinya
adalah
responden
yang
bersikap
setuju berkemungkinan
besar
menggunakan alat pelindung mata pada pekerjaan bengkel las dengan peluang
2 kali.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengetahuan
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pengetahuan pekerja bengkel las tentang
alat pelindung mata di Kecamatan Syiah Kuala lebih banyak berpengetahuan
kurang sebesar 54,4% sedangkan yang berpengetahuan baik hanya 45,6%. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anwaruddin (2008)
yang menyatakan bahwa pengetahuan pekerja bengkel las terhadap penggunaan
29
wawancara.
Jadi
pendapat
ini
dapat
disimpulkan
bahwa
30
31
4.2.2. Sikap
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa Sikap pekerja bengkel las tentang alat
pelindung mata di Kecamatan Syiah Kuala lebih banyak bersikap setuju sebesar
61,4% sedangkan yang bersitap tidak setuju sebesar 38,6%. Hasil penelitian ini
sangat sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ermayanti (2007) menyebutkan
bahwa sikap pekerja las ketok terhadap alat pelindung diri setuju, dalam hal ini
menyebutkan bahwa sikap yang baik akan menujukkan pemakaian alat pelindung
mata cenderung digunakan.
Berdasarkan hasil analisa data untuk seluruh pertanyaan (Tabel 4.7), ratarata responden menjawab pertanyaan dengan jawaban (S) yang dapat diartikan
setuju yaitu 26,3%-54,4% pada setiap item pertanyaan.
Dari hasil diatas peneliti berasumsi bahwa semakin setuju sikap responden
maka akan semakin menggunakan alat pelindung mata pada pekerjaan bengkel
las, dan sebaliknya semakin tidak setuju sikap responden maka semakin tidak
digunakan alat pelindung mata pada pekerjaan bengkel las, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Noval tahun 2002 tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan penggunaan alat pelindung mata pada pekerjaan bengkel las
teralis di CV. Cahaya Teralis Blang Pidie Kabupaten ABDYA dengan p value
0,021 yang disimpulkan terdapat hubungan antara sikap pekerja dengan
penggunaan alat pelindung mata pada pekerjaan bengkel las teralis di CV. Cahaya
Teralis Kabupaten ABDYA tahun 2002.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden setuju dengan
penggunaan alat pelindung mata, dengan menggunakan alat pelindung mata maka
akan menurunkan risiko terjadinya penyakit akibat kerja. Hal ini dikarenakan
menurut mereka jika menggunakan alat pelindung mata maka mata tidak terasa
pedih dan tidak silau sehingga mereka dapat berkerja dengan nyaman. Akan tetapi
terdapat pula responden yang tidak setuju dengan penggunaan alat pelindung mata
ini, hal ini dikerenakan faktor pengetahuan yang kurang dan faktor malas dalam
memakai alat pelindung mata. Untuk menghilangkan kebiasaan ini hendaknya
pihak perusahaan memberikan pelatihan untuk menambah wawasan pekerja dan
memberikan sanksi atau teguran kepada pekerja yang tidak menggunakan alat
pelindung mata.
32
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1.
2.
Tahun 2012.
Ada hubungan antara sikap yang positif terhadap pemakaian alat
pelindung mata pada pekerja las di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh
Tahun 2012.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan maka peneliti menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
33
1.
2.
tidak menggunakan alat pelindung mata pada saat melakukan pekerjaan las.
Diharapkan kepada pimpinan bengkel agar menerapkan
penggunaan alat pelindung mata bagi pekerja demi menghindari bahaya
3.
membiasakan