Umum
Kondisi kehidupan ekonomi masyarakat yang semakin meningkat
menyebabkan masyarakat mulai meninggalkan angkutan umum dan beralih ke
kendaraan pribadi. Dimana kepemilikan kenderaan pribadi belakangan ini menjadi
gaya di masyarakat. Kepemilikan kenderaan yang meningkat tidak diimbangi
dengan penambahan jaringan jalan. Ini tentu saja akan membebani jaringan jalan
yang ada apalagi banyak ruas jalan yang digunakan sebagai sarana selain lalu lintas
seperti parkir, berjualan dan lain-lain. Untuk mengimbangi atau mungkin menekan
laju kepemilikan dan penggunaan kenderaan pribadi sebaiknya dilakukan perbaikan
angkutan umum. Perbaikan dapat berupa peningkatan kemampuan angkut yang
besar, kecepatan yang tinggi, keamanan dan kenyamanan perjalanan yang
memadai. Karena angkutan umum sifatnya bukan saja mengejar keuntungan
semata maka sebaiknya dilakukan biaya perjalanan yang dibayarkan oleh
penumpang merupakan harga atau biaya transportasi yang terjangkau khususnya
untuk penumpang golongan ekonomi menengah ke bawah (Syawaluddin, 2007).
Karena pengguna angkutan pribadi cenderung meningkat dengan berbagai
alasan maka perlu dilakukan usaha untuk memperbaiki sistem transportasi secara
menyeluruh. Tetapi karena keterbatasan dana maka dilakukan skala prioritas
dengan segala konsekuensi yang mengikutinya. Kecenderungan kinerja angkutan
umum dapat menurun akibat peningkatan jumlah kenderaan pribadi di jalan raya
yang mengakibatkan kecepatan rata-rata akan terus menurun. Ini mengakibatkan
jumlah orang yang diangkut per arah per jam akan berkurang. Penggunaan jalan
perlu kembali dipertimbangkan mengingat kemampuan daya angkut yang besar.
Kecepatan rata-rata yang cukup tinggi dan tingkat kenyamanan yang baik
(syawaluddin, 2007)
Kebutuhan transportasi di perkotaan mempunyai hubungan langsung
dengan kebutuhan untuk beraktifitas, dan merupakan kebutuhan turunan dari
kebutuhan beraktifitas tersebut. Kebutuhan beraktifitas seperti : bekerja, berbelanja,
kegiatan sosial, rekreasi dan sebagainya merupakan bagian dari suatu kumpulan
aktifitas-aktifitas, yang disebut juga activity demand set (Kanafani,1993 dikutip
Tamin 2000). Kumpulan aktifitas tersebut berisi semua kegiatan /aktifitas yang
merupakan suatu kebutuhan bagi individu atau keluarga dan tergantung kepada
karakteristik sosioekonomi pelakunya. Misalnya, kumpulan aktifitas kebutuhan
sebuah keluarga akan tergantung kepada jumlah anggota keluarga yang
dikombinasikan dengan pendapatan, jumlah yang bekerja dan sebagainya.
Biasanya, tidak semua aktifitas yang terdapat di dalam kumpulan kebutuhan
tersebut dapat dipenuhi oleh individu /keluarga. Jumlah kegiatan /aktifitas yang
dapat dilakukan tergantung kepada ketersediaan sarana untuk melakukan hal
tersebut. Seandainya ditentukan dengan berdasarkan pola tata guna lahan dan
karakteristik sistem transportasi. Termasuk dalam kumpulan aktifitas sediaan
(activity supply set) adalah semua kegiatan yang bisa dilakukan oleh masingmasing pelaku perjalanan potensial dengan biaya transportasi (transportation cost)
yang berbeda. Hal ini terbatas sebagai sebuah konsep teori, yang dibuat dengan
memasukkan semua kegiatan tersebut secara masuk akal kedalam kemampuan
pelaku perjalanan sehingga bisa memasuki proses pemilihan.
Pertemuan antara kumpulan aktifitas kebutuhan dan sediaan melahirkan
sebuah suasan dimana sebuah pilihan dapat diambil oleh pelaku perjalanan. Pilihan
tersebut menyangkut aktifitas yang mana yang akan dilakukan dan ujung-ujungnya
adalah perjalanan yang mana yang akan dilakukan. Proses pemilihan ini lah yang
mendasari analisia kebutuhan transportasi dan merupakan pertimbangan umum
dalam penelitian.
Karena itu, dalam analisis kebutuhan biasanya diperhitungkan hubungan
perjalanan dengan sosioekonomi atau perjalanan dengan atribut sistem transportasi
secara langsung. Harus diakui bahwa dengan cara ini, terkandung secara implisit
hubungan yang lebih fundamental antara kebutuhan beraktifitas dan sediaan.
Pemilihan moda mungkin merupakan model terpenting dalam perencanaan
transportasi. Hal ini disebabkan karena kunci dari angkutan umum dalam berbagai
kebijakan transportasi. Tidak seorang pun dapat menyangkul bahwa moda
angkutan umum menggunakan ruang jalan jauh lebih efisien dari pada moda
angkutan pribadi (Ofyar Z Tamin, 1997).
maupun
choice
travellers.
Bagi
captive
travellers
perjalanan
dan
kendaraan
dapat
berhenti.
(menaikkan/menurunkan
Ditinjau dari trayek dan pelayanannya, angkutan umum dibedakan menjadi enam
(Vuchic, 1981dikutip Sari Lesmana) yaitu:
a. Angkutan Kota, yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor umum, yang
melayani trayek dalam kota, yang terdiri dari:
1) Bus kota
Yang dimaksud dengan bus kota adalah mobil bus yang dilengkapi
dengan 24 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya,
baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan barang.
2) Angkutan umum kota (angkot)
Angkot adalah mobil non bus yang dilengkapi dengan 9-15 tempat
duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudinya, baik dengan
maupun tanpa perlengkapan pengangkutan barang. Tarif yang berlaku
adalah kesepakatan antara penumpang dan pengemudi.
3) Taksi
4) Bemo
b. Angkutan perkotaan yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor umum
yang pelayanannya melampaui batas kota yang bersifat ulang alik
(komuter).
c. Angkutan antar kota. yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor umum
yang melayani trayek antar kota dalam satu propinsi atau antar propinsi.
d. Angkutan Pariwisata, yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor umum
yang dipergunakan khusus mengangkut wisatawan ke dan dari suatu
daerah tujuan atau objek wisata.
e. Angkutan sewaan (cater), yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor
umum yang dipergunakan oleh masyarakat dengan cara sewa dengan
perjanjian.
f. Angkutan barang, yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor umum yang
melayani kegiatan pengangkutan barang.
1) Tarif kilometer.
Struktur tarif ini, sangat bergantung dengan jarak yang ditempuh, yakni
penetapan besamya tarif dilakukan pengalian ongkos tetap perjam dengan
panjang perjalanan yang ditempuh oleh setiap penumpangnya.
2) Tarif bertahap
Struktur tarif ini dihitung berdasarkan jarak yang ditempuh oleh
penumpang. Tahapan adalah suatu penggal dari rate yang jaraknya antara
suatu atau lebih tempat perhentian sebagai dasar perhitungan tarif. Waktu
itu jaringan perangkutan dibagi dalam penggal-penggal rate yang secara
kasar mempunyai panjang yang sama.
3) Tarif zona
Struktur tarif ini merupakan bentuk penyederhanaan dari tarif bertahap.
Maka daerah pelayanan perangkutan dibagi kedalam zona-zona. Pusat
kota biasanya sebagai zona terdalam dengan dikelilingi oleh zona terluar
yang tersusun seperti sebuah sabuk.
Tujuan
Waktu Keberangkatan
Keterangan
Medan
Binjai
09.50 10.42
Sri Lelewangsa
Binjai
Medan
11.00 11.52
Sri Lelewangsa
Medan
Binjai
12.15 13.07
Sri Bilah
Binjai
Medan
13.30 14.22
Sri Bilah
Medan
Binjai
14.40 15.32
Sri Lelewangsa
Binjai
Medan
15.50 16.42
Sri Lelewangsa
Kelebihan Angkot
1) Intensitas keberangkatan sering
Angkot tidak mempunyai jadwal keberangkatan yang tetap, karena
keberangkatan angkot biasanya ditentukan oleh jumlah penumpang
2) Mobilitas tinggi.
Angkot mempunyai mobilitas tinggi sehingga dapat bergerak kapan
saja.
3) Door to Door
Maksudnya angkot mengantar penumpang hingga sampai tempat
tujuan (dari rumah kerumah).
Kekurangan Angkot
1) Angkot dapat menaikkan dan menurunkan penumpang disepanjang
rutenya sehingga mengakibatkan waktu perjalanan yang dapat
berubah-ubah.
2) Kondisi tempat duduk kurang begitu nyaman di tambah tidak adanya
fasilitas seperti AC.
Kelebihan Bus.
1) Intensitas keberangkatan yang sering
Bus juga tidak mempunyai jadwal keberangkatan yang tetap sama
seperti angkot, karena keberangkatan bus ditentukan oleh jumlah
penumpang yang ada. Jika jumlah penumpang telah memenuhi
kapasitas muatan bus maka bus bisa langsung berangkat.
2) Mobilitasnya tinggi
Bus mempunyai mobilitas yang tinggi sama seperti angkot sehingga
dapat bergerak kapan saja.
3) Door to Door
Bus mengantar penumpang hingga sampai tempat tujuan (dari
rumah kerumah).
4) Dilengkapi fasilitas seperti AC.
Kekurangan Bus
1)
Lebih aman
Lebih Murah
Biaya yang dikeluarkan pengguna Kereta Api lebih murah hanya
Rp.3000/penumpang.jika dibandingkan dengan Bus Damri yang
mana tarifnya mencapai Rp.5000/penumpang.
3) Lebih nyaman.
Kekurangan Kereta Api
1) Intensitas keberangkatan rendah
Keberangkatan untuk kereta api hanya 6 kali sehari, sedangkan
Moda lain seperti angkot dan bus lebih dari 6 kali sehari.
2) Antrian saat membeli tiket
Antrian yang begitu panjang didepan loket saat akan membeli tiket
menjadi salah satu kekurangan dari Kreta api
3) Berhenti di stasiun, sehingga untuk mencapai tujuan terakhir
penumpang harus melanjutkan perjalanan dengan menggunakan
moda lain.
Melakukan
Tidak Melakukan
Perjalanan
Perjalanan
Berjalan kaki
Berkendaraan
Angkutan Umum
Bermotor
Tidak Bermotor
Mobil Pribadi
Bermotor
(Becak/Ojek Sepeda)
Jalan Raya
Bus Mikrolet
Taksi
Sepeda Motor
Mobil
Becak mesin
ada moda kendaraan pribadi, ada mikrolet, ada taksi,ada taxi, ada sepeda motor,
ada berjalan kaki, ada bus umum, atau kereta api cepat.
Khususnya pada penelitian ini perilaku pemilihan moda angkutan umum
penumpang yang akan diamati lebih dari 2 pilihan yaitu antara moda angkutan
umum kota, Bus dan kereta api, maka model ini termasuk dalam Model Logit Multi
Nominal (MLM).
Menurut Tamin,2000, pemilihan moda sangat sulit dimodelkan,walaupun
hanya dua buah moda yang akan digunakan (pribadi atau umum). Hal tersebut
disebabkan
karena
banyak
faktor
yang
sulit
dikuantifikasi
misalnya
Pendekatan agregat
Pendekatan disagregat
Disagregat deterministik
Disagregat stokastik
Model logit
biner
Model
probit
AHP
a. memadukan
intuisi
pemikiran,
perasaan
dan
penginderaan
dalam
a. AHP memberikan satu model yang mudah dimengerti, luwes untuk macammacam persoalan yang tidak berstruktur
b. AHP mencerminkan cara berpikir alami untuk memilah-milah elemenelemen dari satu sistem ke dalam berbagai tingkat berlainan dan
mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.
c. AHP memberikan suatu skala pengukuran dan memberikan metode untuk
menetapkan prioritas.
d. AHP memberikan penilaian terhadap konsistensi logis dari pertimbanganpertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.
e. AHP menuntun kepada suatu pandangan menyeluruh terhadap alternatifalternatif yang muncul untuk persoalan yang dihadapi.
f. AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor
sistem dan memungkinkan memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan.
g. AHP memberikan satu sarana untuk penilaian yang tidak dipaksakan tetapi
merupakan penilaian yang sesuai pandangannya masing-masing.
Tujuan
Sub Tujuan
Sub Tujuan
Kriteria
Kriteria
Sub Kriteria
Sub Kriteria
Sub Kriteria
a1
a1
a2
a3
a4
a5
a6
a7
a2
a3
a4
a5
a6
a7
1
1
1
1
1
1
Definisi Verbal
Penjelasan
Sama pentingnya
Sedikit lebih
penting
Lebih penting
Sangat penting
2,4,6,8
Resiprokal
Mutlak lebih
penting
penilaian diatas
3.
Penentuan prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan
Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara
Hubungan kardinal
Hubungan ordinal
Nilai RI
1,2
0,00
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
1,41
1,45
10
1,49
11
1,51
12
1,48
13
1,56
14
1,57
15
1,59
A= :
:
1 / a (1, n)
a (1,2)
1
:
:
1 / a (2, n)
...
...
...
...
...
a (1, n)
a (2, n)
............................. ........ ........... (2)
:
A= :
:
wn / w1
w1 / w2
...
w2 / w2
:
:
wn / w2
...
...
...
...
w2 / 1n
...................................... .....................(3)
:
wn / wn
w1 / 1n
Tahap 2 :
Untuk mengetahui bagaimana cara memberikan toleransi terhadap deviasi,
perhatikan baris ke-i pada matriks A. nilai tiap elemen dari baris tersebut adalah :
a (i, 1), a (i, 2), .a (i , j), a (i , n).......................................................................(4)
Pada kondisi ideal nilai-nilai tersebut sama dengan perbandingan antara :
w1/w2, wi/w2, . wi/wj, . wi/wn...................................................................(5)
Jika dikalikan elemen pertama pada baris tersebut w1, elemen kedua dengan w2
dan seterusnya, maka akan diperoleh elemen baris yang identik, yaitu :
wi, wi, , wi.......................................................................................................(6)
dimana, pada kasus umum yang bersifat judgemental akan diperoleh elemen baris
yang nilai-nilainya terletak disekitar wi. Dengan demikian cukup beralasan jika
dikemukakan bahwa nilai wi merupakan rata-rata dari nilai-nilai tersebut, sehingga
1 n
a(i, j )wj, ...................................................(i, j = 1, 2, , n)...................(7)
n j =1
wi =
atau ;
A w = n w....................................................................................................(9)
Dalam teori matriks, persamaan tersebut menunjukkan bahwa w adalah
vektor eigen dari A dengan nilai eigen n. dengan demikian vektor eigen
merepresentasikan bobot atau prioritas dari elemen yang bersangkutan. Jika ditulis
secara lengkap, persamaan tersebut mempunyai bentuk sebagai berikut
a1
a2
an
a1
w1/w1 w1/w2
w1/in
a2
w2/w1 w2/w2
w2/1n
an
wn/w1 wn/w2
wn/wn
w1
w1
w2
w2
: = n :
:
:
wn
wn
Tahap 3 :
Estimasi yang baik dari a (i, j) akan menghasilkan nilai ideal wi/wj. Tetapi
jika a (i, j) menyimpang maka persamaan (I) akan tetap dapat dipenuhi jika nilai n
juga berubah. Jika L1, L2, . Ln adalah nilai-nilai eigen dari matriks a dan jika a
n
Li = n
j =1
Oleh sebab itu setelah persamaan (2) terpenuhi maka semua nilai eigen akan
sama dengan nol kecuali satu yang bernilai n. Dalam matriks resiprokal yang
konsisten, n adalah nilai eigen maksimum dari A. Adanya sedikit perubahan pada a
(i,j) masih menjamin nilai eigen terbesar. max mendekati n dan nilai eigen
lainnya mendekati nol. Dengan demikian maka bobot dari C1, C2, C3, , Cn,
dapat diperoleh dengan cara menentukan vektor eigen w yang memenuhi
persamaan :
A w = ( max) w.......................................................................................... (10)
Tahap 4 :
Dalam matriks perbandingan berpasangan, semua nilai dari elemennya
diperoleh secara judgemental, kecuali elemen diagonal dan resiprokalnya. Dalam
masalah pengambilan keputusan sangatlah perlu mengetahui seberapa jauh
konsistensi kita dalam memberikan judgement. Haruslah dihindari suatu keputusan
yang dihasilkan oleh judgmenet yang terlalu bias atau random. Di lain pihak
konsisten yang sangat sempurna sangat sulit diperoleh.
Konsistensi dapat dijelaskan dari prinsip transitif preferensi. Prinsip transitif
tersebut sulit dijumpai pada proses judgemental, sehingga perlu ditentukan sampai
beberapa jauh penyimpangan yang terjadi dapat diterima.
Penyimpangan terjadi karena adanya pembobotan yang tidak konsisten
sehingga bobot a (i, j) menyimpang dari bobot ideal. Besarnya penyimpangan ini
dapat dilihat dari besarnya penyimpangan nilai eigen maksimum, yang diperoleh
dari persamaan di atas dari nilai eigen ideal n. besarnya penyimpangan dinyatakan
dengan Indeks konsistensi (C1) sebagai berikut :
C1 =
( max) n
............................................................................................(11)
n 1
Jika judgement numerik diberikan secara random dari skala 1/9, 1/8. 1/7,
, 1, ., 7, 8, 9 untuk membentuk matriks dengan sembarang ordo, maka akan
diperoleh konsisten rata-rata seperti pada tabel 2.2.
Ratio konsistensi (CR) didefinisikan sebagai perbandingan antara Indeks
Konsistensi (CI) dengan Indeks Random (RI).hasil pengambilan keputusan yang
dapat dipertanggungjawabkan adalah yang mempunyai rasio Konsistensi lebih
kecil atau sama dengan 10%.
Tahap 5 :
Pengujian diatas dilakukan untuk matriks perbandingan yang didapatkan
dari partisipan. Pengujian harus dilakukan untuk hirarki. Prinsipnya adalah dengan
mengalikan semua nilai indeks konsistensi (CI) dengan bobot suatu kriteria yang
menjadi acuan pada suatu matriks perbandingan berpasangan, dan kemudian
menjumlahkannya. Jumlah tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai yang
didapat dengan cara sama tetapi untuk suatu matriks random. Hasil akhirnya berupa
suatu parameter yang disebut dengan rasio konsistensi hirarki (consistency ratio of
hierarchy, CRH) dengan formula sebagai berikut :
CR =
CIH
.......................................................................................................(12)
RIH
dengan :
CIH
RIH
Ditinjau dari segi perjalanan ke kampus, alternatif jalan kaki dari pondokan
merupakan alternatif yang terbaik dan yang paling diminati oleh responden
yaitu sebesar 33,2%.
Peningkatan keamanan akan lebih meningkatkan pemakaian mobil pribadi,
yaitu untuk perubahan 10% sebesar 0,11%, sedangkan angkutan kampus
mengalami penurunan sebesar 0,94%.
Peningkatan kenyamanan pada angkutan kampus seperti penambahan
fasilitas musik/televisi akan meningkatkan probabilitas pemilihan moda
tersebut. Sehingga dapat mengurangi probabilitas pemilihan mobil pribadi,
yaitu untuk setiap peningkatan faktor kenyamanan sebesar 10% akan
mengurangi pemilihan moda mobil pribadi sebesar 1,72%. Sedangkan
angkutan kampus mengalami kenaikan sebesar 0,22%.
Peningkatan biaya sebesar 10% dapat mengurangi pemilihan moda mobil
pribadi sebesar 1,60%. Kebijakan yang dapat diambil sehubungan dengan
peningkatan faktor di atas adalah dengan menaikkan tarif parkir untuk
mobil pribadi.
Peningkatan bobot waktu akan semakin meningkatkan pemilihan moda
mobil pribadi sebesar 0,12%. Sedangkan angkutan kampus mengalami
penurunan sebesar 1,03%, hal ini menunjukkan bahwa moda tersebut
dianggap kurang baik dari segi waktu sehingga kebijakan yang dapat
diambil
untuk
mengantisipasi
adalah
disiplin
terhadap
waktu