Anda di halaman 1dari 26

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Baku
Air baku adalah air bersih yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah tangga
dan industri. Disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan,
cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum (Ditjen Cipta Karya).
2.1.1. Sumber Air
Sebagian besar (71%) dari permukaan bumi tertutup oleh air. Sekalipun air
jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersikulasi akibat pengaruh
cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Dari siklus hidrologis ini
dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat pula diperkirakan kualitas dan
kuantitasnya secara sepintas. Sumber-sumber air tersebut adalah (i) air permukaan yang
merupakan air sungai dan danau. (ii) air tanah yang tergantung kedalamannya bisa
disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. (iii) air angkasa, yaitu air yang berasal dari
atmosfir, seperti hujan dan salju (Situmorang, 2007).
Membicarakan sumber air, tidak akan terlepas dari pembahasan siklus hidrologi,
yang menggambarkan perjalanan air di alam. Sumber-sumber utama adalah :
2.1.1.1. Air Hujan
Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat dari air hujan adalah
sebagai berikut :
1. Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral
2. Umumnya bersifat lebih bersih

3. Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti NH 3,
CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air
hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam.
2.1.1.2. Air Permukaan
Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber penyediaan air bersih
adalah :
1. Air waduk (berasal dari air hujan dan air sungai)
2. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
3. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau mata air)
2.1.1.3. Air Tanah
Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air
melewati lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air tanah bebas dari polutan, karena berada
di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan air tanah dapat tercemar
oleh zat-zat seperti Fe, Mn dan kesadahan yang terbawa oleh aliran permukaan tanah.
Pemeliharaan sumber air tergantung dari :
1. Kualitas air baku
2. Volume air yang tersedia
3. Kontinuitas sumber
4. Elevasi muka air sumber terhadap konsumen
5. Ketersediaan keuangan
2.1.2.

Sifat Air
Air merupakan pelarut yang baik, air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa

kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit.

Sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini
memungkinkan unsur hara dan memungkinkan bahan-bahan toksik masuk ke dalam
jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali (Effendi, 2003).
Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tegangan antara molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan
secara baik. Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya sistim
kapiler yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang yang
kecil) (Effendi, 2003).
2.1.2.1. Parameter fisik air
Karakteristik fisika air meliputi: kekeruhan, suhu, warna, zat padat terlarut, bau dan
rasa. Penyebab terjadinya kekeruhan dapat berupa bahan organik maupun anorganik,
seperti lumpur dan limbah industri. Suhu air mempengaruhi jumlah oksigen terlarut. Makin
tinggi suhu air, jumlah oksigen terlarut makin rendah. Warna air dapat dipengaruhi oleh
adanya organisme, bahan berwarna yang tersuspensi dan senyawa-senyawa organik. Bau
dan rasa dapat disebabkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga, juga oleh
adanya gas H2S hasil peruraian senyawa organik yang berlangsung secara anaerobik
(Hanum, F., 2002).
2.1.2.2. Parameter Biologi
Setiap perubahan kualitas air akan mengubah ekosistem yang ada. Oleh
karenanya penelitian pencemaran dengan parameter biologis biasanya dilakukan dengan
melakukan identifikasi spesies yang ada dan melihat apakah ada perubahan terhadap
spesies yang tidak natif bagi lingkungan tersebut (Juli, 2011: 102).

Menurut Soetarto (2008), semua organisme selalu membutuhkan air untuk


kelangsungan hidupnya. Hal ini disebabkan semua reaksi biologis yang berlangsung di
dalam tubuh makhluk hidup berlangsung dalam medium air. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa tidak mungkin ada kehidupan tanpa adanya air. Air memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Tetapi seringkali terjadi pengotoran dan pencemaran
air dengan kotoran-kotoran dan sampah (dalam Edi dan Juwita, 2008).
Air permukaan biasanya mengandung berbagai macam organisme hidup, sedangkan air
tanah biasanya lebih bersih, karena proses penyaringan oleh akifer. jenis-jenis organisme
hidup yang mungkin terdapat dalam air meliputi makroskopik, mikroskopik, dan bakteri
(Suripin, 2002: 151).
Spesies organisme makroskopik dapat dibedakan dengan mata telanjang,
sedangkan organisme mikroskopik memerlukan alat bantu mikroskop untuk membedakan
spesiesnya. Bakteri adalah organisme hidup yang sangat kecil dimana spesiesnya tidak
dapat diidentifikasi sekalipun dengan alat bantu mikroskop. Bakteri yang dapat
menimbulkan penyakit disebut bakteri pathogen. Escherichia coli (colon bacili atau
coliform) adalah bakteri non pathogen yang hidup dalam usus binatang berdarah panas
(Suripin, 2002: 151).
2.1.2.3. Parameter Kimia
Karakteristik kimia air meliputi: pH, DO (dissolved oxygent), BOD (biological
oxygent demand), COD (chemical oxygent demand), kesadahan dan senyawa kimia
beracun. Nilai pH air dapat mempengaruhi rasa dan sifat korosi. Beberapa senyawa
beracun lebih toksik dalam bentuk molekul daripada dalam bentuk ion, yang bentuk
tersebut dipengaruhi oleh pH. Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan
keseimbangan antara asam dan basa dalam air merupakan penguapan kosentrasi ion
hydrogen dalam lautan.

10

Nasdrom dkk (2000) menyatakan bahwa pH atau derajat keasaman digunakan


untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebebasan yang dimiliki oleh suatu bahan
lautan. Yang dimaksudkan keasaman disini adalah kosentrasi ion hydrogen (H+) dalam
pelarut air. Nilai pH berkisar dari 0 hingga 14. Suatu larutan dikatakann netral apabila
memiliki nilai pH = 7. Nilai pH > 7 menunjukan larutan memiliki sifat basah, sedangkan nilai
pH < 7 menunjukan keasaman. Selanjutnya menambahkan bahwa nama pH berasal dari
potential of hydrogen. Secara matematis, pH didefinisikan dengan pH = - log (H+)
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernafasan, proses metabolisme atau peertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energy untuk pertumbuhan dan pembiakan (Anonim, 2007). Selanjutnya menyatakan
bahwa difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor, seperti kekeruhan air,
suhu, parameter fisik kimia, pergerakan masa air dan udara seperti arus, gelombang dan
pasang surut.

No
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 2.1 Standar Kualitas Air di Perairan Umum, PP No.20 tahun 1990
Kadar Maksimum
Parameter
Satuan
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D
Fisika
Bau
Jumlah zat padat terlarut
Mg/L
1000
1000
1000
1000
Skala NTU
Kekeruhan
5
Rasa
Skala TCU
Warna
15
Suhu
C
Suhu udara
Umhos/c
Daya hantar listrik
2250
m

Kimia Anorganik
1
Air aksa
2
Aluminium
Lanjutan Tabel 2.1
No
3

Parameter
Arsen

Mg/It
Mg/It
Satuan
Mg/It

0.001
0.2

0.001
-

0.002

0.005

Golongan A
0.005

Kadar Maksimum
Golongan B Golongan C Golongan D
0.05
1
1

11

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Barium
Besi
Florida
Kadmium
Kesadahan CaCO3
Klorida
Kromium Valensi 6
Mangan
Natrium
Nitrat sebagai N
Nitrat sebagai N
Perak
pH
Selenium
Seng
Sianida
Sulfat
Sulfida sebagao H2S
Tembaga
Timbal
Oksigen terlarut (DO)
Nikel
SAR (Sodium Absortion Ratio)
Kimia Organik
1
Aldirin
2
Benzona
3
Benzo (a) Pyrene
4
Chlordane (total isomer)
5
Chlordane
6
2,4 D
7
DDT
8
Detergent
9
1,2 Dichloroethane
10 1,1 Dichloroethane
11 Heptachlor epoxide
Lanjutan Tabel 2.1
No
12
13
14
15
16
17

Parameter
Hexachlorobenzene
Lindane
Metoxychlor
Pentachlorophenol
Pestisida total
2,4,6 trichlorophenol

Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Satuan
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It

1
0.3
0.5
0.005
500
250
0.005
0.1
200
10
1.0
0.05
6.5 - 8.5
0.01
5
0.1
400
0.05
1.0
0.05
-

1
5
1.5
0.01
600
0.05
0.5
10
1
59
0.01
5
0.1
400
0.1
1
0.01
>=6

1.5
0.01
0.003
0.05

0.01
1
2
60

0.06
69
0.05
0.02
0.02
0.002
0.02
0.03
>3

59
0.05
2

0.1
1
0.5
1.5 2.5

0.0007
0.01
0.00001
0.0003
0.03
0.10
0.03
0.5
0.01
0.0003
0.003
Golongan A
0.00001
0.004
0.03
0.01
0.1
0.01

0.017

0.003
0.042

0.002

0.018
Kadar Maksimum
Golongan B Golongan C Golongan D
0.056
0.035

12

18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1
2
1
2

Zat Organik (KMnO4)


Endirin
Fenol
Karbon Koloform Ekstrak
Minyak dan lemak
Organofosfat dan carbanat

PCD
Senyawa aktif biru metilen

Toxaphene
BHC
Mikrobiologik
Koliform tinja
Total koliform
Radioaktivitas
Gross Alpha Activity
Gross Beta Activity

Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It

10
-

0.001
0.002
0.05
Nihil
0.1
Nihil
0.5
0.005

1
0.1
0.2
0.21

Jm/100ml 0
Jm/100ml 3

2000
10000

Bq/L
Bq/L

0,1
1,0

0,1
1,0

0.004
0.001

0,1
1,0

0,1
1,0

Sumber : Syarat Kualitas Air Bersih Peraturan Menteri Kesehatan R.I No :


416/MENKES/PER/IX/1990
Golongan A : air untuk air minum tanpa pengolahan terlebih dahulu
Golongan B : air yang dipakai sebagai bahan baku air minum melalui suatu pengolahan
Golongan C : air untuk perikanan dan perternakan
Golongan D : air untuk pertanian dan usaha perkotaan, industry dan PLTA

2.2. Sungai
Sungai adalah perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya. Alur sungai
adalah suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang
berasal dari air hujan.
Menurut Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di
Sungai, Sungai adalah wadah atau penampung dan penyalur alamiah dari aliran air

13

dengan segala yang terbawa dari DPS (Daerah Pengaliran Sungai) ke tempat yang lebih
rendah dan berakhir di laut. Dalam pengertian/definisi yang lain, sungai merupakan
jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai dengan muara yang dibatasi kanan
kirinya serta sepanjang pengaliran oleh daerah sempadan. Sungai dapat di bagi menjadi :
1. Sungai utama (Main river), adalah sungai yang daerah pengalirannya panjang dan
volume airnya yang paling besar.
2. Anak Sungai (Tributay), adalah cabang-cabang dari sungai utama.
3. Cabang sungai (enffluent), merupakan cabang-cabang yang terbentuk pada daerah
sebelum berakhirnya aliran pada sebuah danau atau laut.
2.3. Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai dimana (DAS) merupakan daerah dimana semua airnya
mengalir ke dalam sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas
topografi, yang berarti tidak ditetapkan berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air
tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian. Nama
sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang bersangkutan dan dibatasi oleh titik
kontrol yang umumnya merupakan stasiun hidrometri. Dalam praktek, penetapan batas
DAS ini sangat diperlukan untuk menetapkan batas-batas DAS yang akan dianalisis (Sri
Harto, 1993)
DAS dapat dipandang sebagai bagian dari permukaan bumi tempat air hujan
menjadi aliran permukaan dan mengumpul kesungai menjadi aliran sungai menuju ke
suatu titik disebelah hilir (down stream point) sebagai titik pengeluaran (catchment outlet).
Setiap DAS bermuara ke laut merupakan gabungan dari beberapa DAS sedang (sub DAS)
dan sub DAS adalah gabungan dari sub DAS kecil-kecil (Soewarno, 2000).

14

Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun yang
ditinjau atau muara sungai sampai ujung hulunya. Sungai utama adalah sungai terbesar
pada daerah tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara sungai.
Pengukuran panjang sungai dan panjang DAS adalah penting dalam analisis aliran
limpasan dan debit aliran sungai. Panjang DAS adalah panjang maksimum sepanjang
sungai utama dari stasiun yang ditinjau (atau muara) ke titik terjauh dari batas DAS.
Panjang pusat berat adalah panjang sungai yang diukur sepanjang sungai dari stasiun
yang ditinjau sampai titik terdekat dengan titik berat daerah aliran sungai. Pusat berat DAS
adalah pusat berat titik perpotongan dari dua atau lebih garis lurus yang membagi DAS
menjadi dua DAS yang kira-kira sama besar. (Bambang Triadmojo, 2008)
2.4. Hidrologi
Dalam proses pengaliragaman hujan menjadi aliran ada beberapa sifat hujan yang
penting untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I), lama waktu hujan (d),
frekwensi (f) dan luas daerah pengaruh hujan (A). Komponen hujan dengan sifat-sifatnya
ini dapat dianalisis berupa hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah
tangkapan (catchement area) yang kecil sampai yang besar. Analisis hubungan dua
parameter hujan yang penting berupa intensitas dan durasi dapat dihubungkan secara
statistic dengan frekuensi kejadian (Soemarto, 1987)
Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa luar biasa
(ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Analisis frekuensi adalah salah satu
analisa data hidrologi dengan menggunakan statistika yang bertujuan untuk memprediksi
suatu besaran hujan atau debit dengan masa ulang tertentu. Frekuensi hujan adalah
besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala

15

ulang (retrun period), diartikan sebagai waktu dimana hujan atau debit dengan suatu
besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Dalam
hal ini tidak berarti bahwa selama jangka waktu ulang tersebut (misalnya T tahun) hanya
sekali kejadian yang menyamai atau melampaui, tetapi merupakan perkiraan bahwa hujan
ataupun debit tersebut akan disamai atau dilampaui (K) kali dalam jangka panjang (L)
tahun, dimana K/L kira-kira sama dengan 1/L (Sri Harto, 1993).

2.5. Analisis Frekuensi


Dalam analisis frekuensi, hasil yang diperoleh tergantung pada kualitas dan panjang
data.Makin pendek data yang tersedia, makin besar penyimpangan yang terjadi. Dalam
ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi yang umumnya digunakan dalam bidang
hidrologi. Metode yang digunakan untuk melakukan analisa distribusi/sebaran data curah
hujan harian terhadap nilai rata-rata tahunannya dalam periode ulang tertentu adalah
menggunakan :
1) Distribusi Gumbel Tipe I
2) Distribusi Log-Normal Dua Parameter
3) Distribusi Log-Person Tipe III
Dalam statistik dikenal beberapa parameter yang berkaitan dengan analisis data
yang meliputi rata-rata, deviasi standar, koefisien variasi, dan koefisien skewnes
(kecondongan atau kemencengan).
1. Nilai rata-rata (Mean)

16

i =1

( 2.1 )
2. Deviasi standar (standar Deviation)
S=

( X X )2
i=1

. ( 2.2 )

N 1

3. Koefisien variasi
S
Cv = X .. ( 2.3 )
4. Koefisien kemencengan (coefficient of skewness)
n

Cs =

(xx )3 . N
i=1

( N 1 )( N 2 ) . s3

.... ( 2.4 )

5. Koefisien ketajaman (coefficient of kurtos)


n

Ck =

(X X )4 . N 2
i=1

( N 1 )( N 2 ) ( N 3 ) . s 4

... ( 2.5 )

Keterangan :
X = nilai rata-rata hitungan
S = deviasi standar
Cv= koefisien variasi
Ck= koefisien ketajaman
Cs= koefisien kemencengan
X = data dari sampel
N = jumlah pengamatan
Penentuan jenis distribusi probabilitas yang sesuai dengan data dilakukan dengan
mencocokan parameter data tersebut dengan syarat masing-masing jenis distribusi seperti
pada table 2.2
Tabel 2.2 Parameter statistic untuk menentukan jenis distribusi
No

Distribusi

Gumbel

Normal

Persyaratan
Cs = 1.14
Ck = 5.4
Cs = 0

17

Ck = 3
Cs = Cv3 + 3Cv
Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3

Log Normal

Log Pearson III

Selain dari nilai diatas

Sumber : Bambang Triadmojo, (2008)


2.4.1. Distribusi Gumbel
Perhitungan hujan rencana berdasarkan distribusi probabilitas gumbel dilakukan
dengan rumus-rumus berikut :

X = X + S x K . ( 2.6 )
Keterangan rumus :
X = hujan rencana atau debit dengan periode ulang T
X = nilai rata-rata dari data hujan (X)
S = standar deviasi dari data hujan (X)
Yt Yn
K = factor Frekuensi Gumbel : K =
Sn
Yt = reduced variate = - Ln Ln

.. ( 2.7 )

T 1
T

= nilai Ytreduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu
Sn = nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n)
Yn = nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n)
2.4.2. Distribusi Log Normal Dua Parameter
Perhitungan hujan rencana berdasarkan distribusi probabilitas Log Normal, jika
data yang dipergunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-rumus berikut :

Log X = log X + K + S Log X


Keterangan rumus :
Log X = nilai logaritma data X yang diharapkan terjadi pada peluang atau periode ulang
log X

tertentu
= nilai rata-rata logaritma data X hasil pengamatan

S Log X = deviasi standar logaritma nilai X hasil pengamatan


K
= karakteristik dari distribusi log normal. Nilai K dapat diperoleh dari tabel yang
merupakan fungsi peluang kumulatif dan periode ulang.
2.4.3. Distribusi Log-Pearson Type III

18

Perhitungan hujan rencana berdasarkan distribusi probabilitas Log Pearson Type


III, jika data yang dipergunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-rumus
berikut :
Log X =

log X

+ K + S Log X .. ( 2.8 )

Keterangan rumus :
Log X = nilai logaritma data X yang diharapkan terjadi pada peluang atau periode ulang
tertentu

log X

= nilai rata-rata logaritma data X hasil pengamatan

S Log X = deviasi standar logaritma nilai X hasil pengamatan


K
= karakteristik dari distribusi log normal. Nilai K dapat diperoleh dari tabel yang
merupakan fungsi peluang kumulatif dan periode ulang.
2.5. Uji Kesesuaian Distribusi
Untuk menentukan kecocokan distribusi frekuensi dari sampel data terhadap fungsi
distribusi peluang yang diperkirakan dapat menggambarkan atau mewakili distribusi
frekuensi tersebut diperlukan pengujian parameter. Dalam pengujian kesesuaian distribusi
dilakukan dengan uji Chi-kuadrat da uji Smirnof-kolmogorof.
2.5.1. Uji Chi-Kuadrat
Uji chi-kuadrat dimaksudkan untuk menguji kecocokan antara data pengukuran dan
hipotesis. Uji ini penting untuk menentukan apakah distribusi frekuensi hasil pengukuran
berbeda secara nyata dengan frekuensi yang diharapkan menurut hipotesis, dirumuskan
sebagai berikut :
G

(OiEi)2
X =
Ei
i=1
2
h

. ( 2.9 )

Dimana :
Xh2 = Parameter chi-kuadrat
G = jumlah sub kelompok

19

Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub kelompok i


Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok i
Parameter Xh2 merupakan variabel cetak. Peluang untuk mencapai nilai X h2 sama atau
lebih besar dari nilai Chi-kuadrat sebenarnya (X 2) dapat dilihat pada nilai kritis untuk uji
distribusi Chi kuadrat.
Prosedur uji chi-kuadrat adalah sebagai berikut :
1) Urutkan data pengambilan pengamatan (dari besar ke kecil atau sebaliknya)
2) Kelompokan data pengambilan menjadi G sub-grup yang masing-masing
3)
4)
5)
6)
7)

beranggotakan minimal 4 data pengamatan


Jumlah data pengamatan besar Oi tiap-tiap sub-grup
Jumlahkan data dari pematan distribusi yang digunakan sebesar E i
Pada tiap-tiap grup dihitung nilai (O i - Ei) dan (Oi Ei)2 / Ei
Jumlah seluruh G sub-grup nilai ( O i Ei )/Ei untuk menentukan nilai chi kuadrat hitung
Tentukan derajat kebebasan dk = G R I (nilai R = 2 untuk distribusi normal dan

bionormal)
Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut :
1. Apabila peluang lebih dari 5% maka persamaan distribusi yang digunakan dapat
diterima
2. Apabila peluang kurang dari 1% maka persamaan distribusi yang digunakan tidak
dapat diterima
3. Apabila peluang berada di antara 1-5%, maka tidak mungkin mengambil keputusan,
misalnya perlu data tambah.
2.5.2. Uji Smirnof-Kolmogorov
Uji kecocokan sminor-kolmogorof sering disebut non parametric, karena
pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.
Prosedur uji smirnov-kolmogorov adalah sebagai berikut :
1) Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang dari
masing-masing data tersebut.
X1 = P(X1)
X2 = P(X2)

20

X3 = P(X3) , dan seterusnya


2) Urutkan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data
(persamaan distribusinya)
X1 = P(X1)
X2 = P(X2)
X3 = P(X3) , dan seterusnya
3) Dari kedua nilai peluang tersebut, tentukan selisi terbesarnya antar peluang
pengamatan dengan peluang teoritis D = maksimum (P(X n) P (Xn)
4) Berdasarkan tabel nilai kritis (smirnov-kolmogorov) tentukan harga Do dari tabel
berikut :
Tabel 2.3 : Nilai Kritis Do untuk uji Smirnov-Kolmogorov
N

0.2
0.45
0.32
0.27
0.23
0.21
0.19
0.18
0.17
0.16
0.15
1.07
n>50
N0.5
Sumber : Soewarno (1995)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50

(Derajat kepercayaan)
0.1
0.05
0.51
0.65
0.37
0.41
0.3
0.34
0.26
0.29
0.24
0.27
0.22
0.24
0.2
0.23
0.19
0.21
0.18
0.2
0.17
0.19
1.22
1.36
0.5
N
N0.5

0.01
0.76
0.49
0.4
0.36
0.32
0.29
0.27
0.25
0.24
0.23
1.63
N0.5

2.6. Debit Andalan


Debit andalan adalah besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan air
dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Dalam perencanaan proyek-proyek
penyediaan air terlebih dahulu harus dicari andalannya (dependable discharge), yang
tujuannya adalah untuk menentukan debir perencanaan yang diharapkan selalu tersedia di
sungai (Soemarto, 1987).
Debit tersebut digunakan sebagai patokan ketersediaan debit yang masuk ke sungai
dan waduk pada saat pengoperasiannya. Untuk menghitung debit andalan tersebut,

21

dihitung peluang 80%, dari debit inflow sumber air pada pencatatan debit pada periode
tertentu.

2.7. Metode F.J.MOCK


Debit inflow adalah debit air yang masuk ke danau berasal dari hujan yang
dipengaruhi oleh factor klimatologi dan kondisi daerah tangkapan. Untuk diperhitungkan
debit inflow ini, digunakan metode F.J.Mock. perhitungan dengan cara FJ.Mock ini
menggunakan data curah hujan di lokasi daerah tangkapan air, evapotranspirasi,
kelembaban tanah dan tampungan air tanah untuk menghasilkan debit empiris yang di
susun berdasarkan urutan.
Perhitungan ketersediaan air (dependable flow) dengan metode neraca air di
kembangkan oleh Dr.F.J.Mock. Data yang diperlukan dalam perhiungan metode neraca air
F.J.Mock antara lain adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

hujan bulanan rata-rata (mm)


jumlah hari hujan bulanan rata-rata (hari)
evapotranspirasi potensial bulanan (mm)
limpasan permukaan / run off (m3/dtk/km2)
tampungan air tanah / groundwater stroge (mm)
aliran dasar / base flow (m3/dtk/km2)

neraca air metode F.J.Mock dirumuskan sebagai berikut :


Q = (Dro + Br ) . F ( 2.10 )
Dro = Ws I .. ( 2.11 )
Bf = i Vn ( 2.12 )
Ws = R Et .. ( 2.13 )
Dimana :
Q = debit andalan (m3/detik)
Dro = direct run off (m3/dtk/km2)

22

Ws = water surplus (mm)


I

= Infiltrasi (mm)

Vn =Stroge volume (mm)


R = Curah hujan (mm)
Et = Evapotranspirasi (mm)
F = Cathment area (Km2)
2.8. Analisis Kebutuhan Air
Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan
masyarakat tersebut, sehingga pemakaian air seringkali dipakai sebagai salah satu tolak
ukur tinggi rendahnya kemajuan suatu masyarakat.
2.8.1. Macam Kebutuhan Air Baku
Menurut Terence (1991) kebutuhan air baku dalam suatu kota diklasifikasikan
antara lain :
2.8.1.1. Kebutuhan Domestik
Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kegiatan
sehari-hari atau rumah tangga seperti untuk minum, memasak, kesehatan individu (mandi,
cucidan sebagainya), menyiram tanaman, halaman, pengangkutan air buangan (buangan
dapur dan toilet).
2.8.1.2. Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku yang digunakan untuk
beberapa kegiatan seperti :
1) Kebutuhan institusional,
2) Kebutuhan komersial dan industri,

23

3) Kebutuhan fasilitas umum, adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan tempat-tempat
ibadah, rekreasi, terminal.
2.8.2. Standar Kebutuhan Air
Standar kebutuhan air ada 2 (dua) macam yaitu :
2.8.2.1. Standar Kebutuhan Air Domestik
Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat
tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti : memasak, minum,
mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang dipakai adalah liter/orang/hari.
Besarnya kebutuhan air untuk keperluan domestik dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.4. Kriteria Perencanaan Air Bersih
No
1

4
5
6
7
8

Uraian
Konsumsi Unit
Sambungan
Rumah (SR)
L/o/h
Konsumsi Unit
Hidran Umum
(HU) L/o/h
Konsumsi Unit
Non
Domestik (%) *)
Kehilangan Air
(%)
Faktor
MaximumDay
Faktor
PeakHour
Jumlah Jiwa per
SR
Jumlah jiwa per
HU

Katagori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (Jiwa)


>1.000.000 500.000 - 100.000 - 20.000 - <20.000
1.000.000 500.000
100.000
Metro
Besar
Sedang
Kecil
Desa
190

170

150

130

30

30

30

30

30

30

20-30

20-30

20-30

20-30

20-10

20-30

20-30

20-30

20-30

20

1,1

1,1

1,1

1,1

1,1

1,5

1,5

1,5

1,5

1,5

10

100

100

100

100-200

200

24

Lanjutan Tabel 2.4


No
9

10
11

12

Uraian
Sisa Tekan di
Jaringan
Distribusi (mka)
Jam Operasi
Volume
Reservoir (%)
(Max Demand)
SR : HU

Katagori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk (Jiwa)


500.000 - 100.000 - 20.000 >1.000.000
<20.000
1.000.000 500.000
100.000
Metro
Besar
Sedang
Kecil
Desa
10

10

10

10

10

24

24

24

24

24

20

20

20

20

20

50:50 s/d
80:20

50:50 s/d
80:20

80:20

70:30

70:30

90

90

90

70

13

Cakupan
90
Pelayanan
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 1997

2.8.2.2. Standar Kebutuhan Air Non Domestik


Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih di luar keperluan
rumah tangga. Kebutuhan air non domestik antara lain :
1. Penggunaan komersil dan industri
Yaitu penggunaan air oleh badan-badan komersil dan industri.
2. Penggunaan umum
Yaitu penggunaan air untuk bangunan-bangunan pemerintah, rumah sakit, sekolahsekolah dan tempat-tempat ibadah.
Kebutuhan air non domestik untuk kota dapat dibagi dalam beberapa kategori
antara lain :
1) Kota kategori I (Metro)
2) Kota kategori II (Kota besar)
3) Kota kategori III (Kota sedang)
4) Kota kategori IV (Kota kecil)

25

5) Kota kategori V (Desa)


Kebutuhan air bersih non domestik untuk kategori I sampai dengan V dan
beberapa sektor lain dapat dilihat pada tabel 2.4 sampai tabel 2.6 berikut :
Tabel 2.5. Kebutuhan Air Non Domestik Kota Kategori I, II, III dan IV
N
Sektor
o
1 Sekolah
2 Rumah sakit
3 Puskesmas
4 Masjid
5 Kantor
6 Pasar
7 Hotel
8 Rumah makan
9 Kompleks militer
10 Kawasan industri
11 Kawasan pariwisata
Sumber : Ditjen Cipta Karya, 2000

Besaran
10
200
2000
3000
10
12000
150
100
60
0,2-0,8
0,1-0,3

Satuan
Liter/murid/hari
Liter/bed/hari
Liter/hari
Liter/hari
Liter/pegawai/hari
Liter/hektar/hari
Liter/bed/hari
Liter/tempat duduk/hari
Liter/orang/hari
Liter/detik/hari
Liter/detik/hari

Tabel 2.6. Kebutuhan Air Bersih Kategori V


N
Sektor
o
1. Sekolah
2. Rumah sakit
3. Puskesmas
4. Hotel/losmen
5. Komersial/industri
Sumber : Ditjen Cipta Karya, 2000

Besaran
5
200
1200
90
10

Satuan
Liter/murid/hari
Liter/bed/hari
Liter/hari
Liter/hari
Liter/hari

Tabel 2.7. Kebutuhan Air Bersih Domestik Kategori Lain


N
Sektor
o
1. Lapangan terbang
2. Pelabuhan
3. Stasiun KA-Terminal bus
4. Kawasan industri
Sumber : Ditjen Cipta Karya, 2000

Besaran
10
50
1200
0,75

Satuan
Liter/det
Liter/det
Liter/det
Liter/det/ha

26

2.8.2.3. Fluktuasi Konsumsi Air


Menurut Fair et al. (1966) dan Al-Layla et al. (1977) konsumsi air akan berubah
sesuai dengan perubahan musim dan aktivitas masyarakat. Pada hari tertentu di setiap
minggu, bulan atau tahun akan terdapat pemakai air yang lebih besar dari pada kebutuhan
rata-rata perhari. Pemakaian air tersebut disebut pemakaian hari maksimum. Demikian
pula pada jam-jam tertentu di dalam satu hari, pemakaian air akan meningkat lebih besar
dari pada kebutuhan air rata-rata perhari (pemakaian jam puncak).
Ada 4 (empat) macam pengertian tentang fluktuasi pemakaian air ini :
1. Pemakaian sehari rata-rata :
Adalah pemakaian rata-rata dalam sehari atau pemakaian setahun dibagi 365 hari.
2. Pemakaian sehari terbanyak (maximum day demand) :
Adalah pemakaian terbanyak pada suatu hari dalam satu tahun.
3. Pemakaian sejam rata-rata :
Adalah pemakaian rata-rata dalam satu jam, pemakaian satu hari dibagi 24 jam.
4. Pemakaian sejam terbanyak (maximum hourly demand) :
Adalah pemakaian sejam terbesar pada suatu jam dalam satu hari.

Gambar 2.1. Variasi Konsumsi Air Sepanjang Hari.


Sumber : Terence, (1991)

27

Untuk mengetahui kebutuhan hari maksimum dan kebutuhan jam puncak


adalahdengan mengalikan nilai faktor hari maksimum dan nilai faktor jam puncak
dengankebutuhan air rata-rata perhari. Nilai faktor hari maksimum umumnya adalah 1,05
sampai 1,15, sedangkan faktor jam puncak umumnya adalah 1,0 sampai 3,0 (Fair et al.,
1966; Al- Layla et al., 1977).
2.8.3. Perhitungan Kebutuhan Air Baku
Dalam perhitungan, kebutuhan air didasarkan pada kebutuhan air rata-rata.
Kebutuhan air rata-rata dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu kebutuhan air rata-rata
harian dan kebutuhan harian maksimum.
Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah
diproyeksikan 5-10 tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai setelah
ditambah 30 % sebagai faktor kehilangan air (kebocoran). Kebutuhan total ini dipakai
untuk mengecek apakah sumber air yang dipilih dapat memenuhi kebutuhan air baku yang
direncanakan.
Kebutuhan air rata-rata Harian (Qrh) adalah banyaknya air yang dibutuhkan
selama satu hari
Qrh = P * q ........................................................................................................... ( 2.14 )
Dimana :
P = Jumlah penduduk (jiwa)
q = Kebutuhan air penduduk (ltr/detik)
Kebutuhan Air Harian Maksimum (Qhm) adalah banyaknya air yang dibutuhkan
terbesar pada satu hari
Qhm = Fhm * Qrh............................................................................................... ( 2.15 )

28

Dimana :
Fhm = Faktor kebutuhan harian maksimum (1,05 -1,15)
Qrh = Kebutuhan air rata-rata
Qhm = Kebutuhan air harian maksimum
Analisis kebutuhan air dapat dilakukan dengan memperhitungkan jumlah
penduduk dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan air domestik (berdasarkan jumlah penduduk)
dapat diproyeksikan dengan beberapa metode, adapun metode yang digunakan antara
lain:
2.8.3.1. Metode Arithmatic
Pn = Po + n.q .......................... ( 2.16 )
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk n tahun
Po = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
N = jumlah tahun
q = Pertumbuhan rata-rata tiap tahun
2.8.3.2. Metode Geometric
Perhitungan-perhitungan perkiraan jumlah dengan metode geometric ini
didasarkan pada presentase pertumbuhan penduduk rata-rata tiap tahun dengan rumus :
Pn = Po (1 + r)n ......................... ( 2.17 )
Po
Pt
r = - 1 ....................... ( 2.18 )

Dimana :
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun
Po = Jumlah penduduk akhir tahun data
r = Presentase rata-rata kenaikan penduduk per tahun
t = Jumlah penduduk pada awal tahun data
2.8.3.3. Metode Least Square
Salah satu metode peramalan dengan garis regresi sederhana adalah dengan
menggunakan Metode Least Square.
Persamaan yang digunakan adalah :
Y = a . n + b ............................ ( 2.19 )
Dimana :

29

Y = Jumlah penduduk yang akan dihitung.


N = Jangka waktu tahunan (selisih tahun rencana dengan tahun dasar yang memiliki nilai
x = 0).
a,b = Koefisien yang konstan.
adapun persamaan a dan b adalah :
n XY X Y
2
a=
.................... (
n
X 2( X )

2.20 )
b=

Y X 2 X XY
2
n X 2( X )

.....................(

2.21 )
2.8.3.4. Koefisien Korelasi
Untuk menentukan rumus yang akan dipakai dalam perhitungan jumlah penduduk
dari beberapa metode, maka perlu dibuat koefisien korelasinya. Koefisien korelasi
digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variable. Angka korelasi yang
paling besar (lebih positif) atau yang paling kecil (lebih negatif) akan menetapkan mana
dari keduanya yang akan digunakan. Nilai dari koefisien korelasi terletak antara -1 dan
+1. Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien korelasi adalah sebagai
berikut:
n XY X Y
r=

1 /2

[ (n X ( X ) )(n Y ( Y ) )]
2

...........(

2.22 )
Dimana :
Y = Jumlah penduduk yang akan dihitung
X = Jangka waktu tahun ( selisih tahun dengan tahun dasar)

30

2.9. Penilitian Terdahulu


Tabel 2.8 Penilitian Sebelumnya
No
1

Nama
Muh. Ali
Akbar Latif /
Jurusan
Teknik Sipil
Fakultas
Teknik
Universitas
Hasanuddin
Makasar

Judul
Studi
Kuantitas dan
Kualitas air
sungai Tallo

Tujuan
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui
kuantitas dan
kualitas Sungai
Tallo apakah
airnya layak
dikonsumsi
sebagai air besih
atau tidak, serta
apakah
ketersediaan air
sungai masih
memenuhi
kebutuhan
masyarakat akan
debit air yang
teralirkan.

Metode
1. Studi
Pendahuluan,
berupa
pengumpulan
literatur
mengenai baku
mutu air, debit
sungai , iklim,
tofografi, letak
geografis,curah
hujan
dan sumber lain
yang berkaitan
dengan
penelitian.
2. Pengumpulan
data. Berikut
data yang
diperlukan
berupa:
-Data curah
hujan
-Pengukuran
-Pengambilan
sampel dan
pengawetan
sampel

Leliyanti
Manyila /
jurisan Sipil
Fak. Teknik
Unkhair
Ternate

Analisa
potensi
ketersediaan
air tanah

Mengukur dan
menguji,
kapasitas dan
kualitas air tanah
di kota ternate

Studi literatur
dimana analisa
data yang
digunakan
berdasarkan
data-data
sekunder untuk
menentukan
jumlah potensi

Kesimpulan
Debit(Q) aliran
yang melintasi
sungai
33,8 m3/det
dimana
diperoleh
dengan
metode
Perhitungan
Current Meter.
sebagai air baku
untuk diolah
sebagai
air minum dan
keperluan rumah
tangga. Dalam
pemanfaatannya
sebagai air
minum harus
melalui
pengolahan
dalam hal
dikelolah oleh
PDAM untuk
menghasilkan air
yang
layak untuk
dikonsumsi.
Iklim pada
daerah kecil
sperti pulau
Ternate sangat
berperan penting
dalam
pembentukan air
tanah.

31

Muchlis
Masud /
jurusan sipil
Fak. Teknik
Unkhair
Ternate

Analisis
kebutuhan air
bersih kota
sofifi

Untuk
menganalisa
tingkat kebutuhan
air bersih kota
sofifi

air tanah di kota


Ternate
Metode
deskriptif yang
bertujuan untuk
memberikan
gambaran yang
jelas mengenai
kondisi
prasarana air
bersih dan
daerah
pelayanannya.

Kebutuhan air
untuk
masyarakat kota
sofifi khususnya
kecamatan Oba
Utara sampai
pada tahun 2015
masih
mencukupi
karena hasil
analisis total
kenutuhan air
pada tahun 2015

Anda mungkin juga menyukai