BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Baku
Air baku adalah air bersih yang dipakai untuk keperluan air minum, rumah tangga
dan industri. Disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan,
cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum (Ditjen Cipta Karya).
2.1.1. Sumber Air
Sebagian besar (71%) dari permukaan bumi tertutup oleh air. Sekalipun air
jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersikulasi akibat pengaruh
cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Dari siklus hidrologis ini
dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat pula diperkirakan kualitas dan
kuantitasnya secara sepintas. Sumber-sumber air tersebut adalah (i) air permukaan yang
merupakan air sungai dan danau. (ii) air tanah yang tergantung kedalamannya bisa
disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. (iii) air angkasa, yaitu air yang berasal dari
atmosfir, seperti hujan dan salju (Situmorang, 2007).
Membicarakan sumber air, tidak akan terlepas dari pembahasan siklus hidrologi,
yang menggambarkan perjalanan air di alam. Sumber-sumber utama adalah :
2.1.1.1. Air Hujan
Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat dari air hujan adalah
sebagai berikut :
1. Bersifat lunak karena tidak mengandung larutan garam dan zat-zat mineral
2. Umumnya bersifat lebih bersih
3. Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat yang terdapat di udara seperti NH 3,
CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air
hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam.
2.1.1.2. Air Permukaan
Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber penyediaan air bersih
adalah :
1. Air waduk (berasal dari air hujan dan air sungai)
2. Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
3. Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau mata air)
2.1.1.3. Air Tanah
Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada waktu air
melewati lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air tanah bebas dari polutan, karena berada
di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan air tanah dapat tercemar
oleh zat-zat seperti Fe, Mn dan kesadahan yang terbawa oleh aliran permukaan tanah.
Pemeliharaan sumber air tergantung dari :
1. Kualitas air baku
2. Volume air yang tersedia
3. Kontinuitas sumber
4. Elevasi muka air sumber terhadap konsumen
5. Ketersediaan keuangan
2.1.2.
Sifat Air
Air merupakan pelarut yang baik, air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa
kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit.
Sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini
memungkinkan unsur hara dan memungkinkan bahan-bahan toksik masuk ke dalam
jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali (Effendi, 2003).
Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tegangan antara molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan
secara baik. Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya sistim
kapiler yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang yang
kecil) (Effendi, 2003).
2.1.2.1. Parameter fisik air
Karakteristik fisika air meliputi: kekeruhan, suhu, warna, zat padat terlarut, bau dan
rasa. Penyebab terjadinya kekeruhan dapat berupa bahan organik maupun anorganik,
seperti lumpur dan limbah industri. Suhu air mempengaruhi jumlah oksigen terlarut. Makin
tinggi suhu air, jumlah oksigen terlarut makin rendah. Warna air dapat dipengaruhi oleh
adanya organisme, bahan berwarna yang tersuspensi dan senyawa-senyawa organik. Bau
dan rasa dapat disebabkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga, juga oleh
adanya gas H2S hasil peruraian senyawa organik yang berlangsung secara anaerobik
(Hanum, F., 2002).
2.1.2.2. Parameter Biologi
Setiap perubahan kualitas air akan mengubah ekosistem yang ada. Oleh
karenanya penelitian pencemaran dengan parameter biologis biasanya dilakukan dengan
melakukan identifikasi spesies yang ada dan melihat apakah ada perubahan terhadap
spesies yang tidak natif bagi lingkungan tersebut (Juli, 2011: 102).
10
No
1
2
3
4
5
6
7
Tabel 2.1 Standar Kualitas Air di Perairan Umum, PP No.20 tahun 1990
Kadar Maksimum
Parameter
Satuan
Golongan A Golongan B Golongan C Golongan D
Fisika
Bau
Jumlah zat padat terlarut
Mg/L
1000
1000
1000
1000
Skala NTU
Kekeruhan
5
Rasa
Skala TCU
Warna
15
Suhu
C
Suhu udara
Umhos/c
Daya hantar listrik
2250
m
Kimia Anorganik
1
Air aksa
2
Aluminium
Lanjutan Tabel 2.1
No
3
Parameter
Arsen
Mg/It
Mg/It
Satuan
Mg/It
0.001
0.2
0.001
-
0.002
0.005
Golongan A
0.005
Kadar Maksimum
Golongan B Golongan C Golongan D
0.05
1
1
11
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Barium
Besi
Florida
Kadmium
Kesadahan CaCO3
Klorida
Kromium Valensi 6
Mangan
Natrium
Nitrat sebagai N
Nitrat sebagai N
Perak
pH
Selenium
Seng
Sianida
Sulfat
Sulfida sebagao H2S
Tembaga
Timbal
Oksigen terlarut (DO)
Nikel
SAR (Sodium Absortion Ratio)
Kimia Organik
1
Aldirin
2
Benzona
3
Benzo (a) Pyrene
4
Chlordane (total isomer)
5
Chlordane
6
2,4 D
7
DDT
8
Detergent
9
1,2 Dichloroethane
10 1,1 Dichloroethane
11 Heptachlor epoxide
Lanjutan Tabel 2.1
No
12
13
14
15
16
17
Parameter
Hexachlorobenzene
Lindane
Metoxychlor
Pentachlorophenol
Pestisida total
2,4,6 trichlorophenol
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Satuan
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
1
0.3
0.5
0.005
500
250
0.005
0.1
200
10
1.0
0.05
6.5 - 8.5
0.01
5
0.1
400
0.05
1.0
0.05
-
1
5
1.5
0.01
600
0.05
0.5
10
1
59
0.01
5
0.1
400
0.1
1
0.01
>=6
1.5
0.01
0.003
0.05
0.01
1
2
60
0.06
69
0.05
0.02
0.02
0.002
0.02
0.03
>3
59
0.05
2
0.1
1
0.5
1.5 2.5
0.0007
0.01
0.00001
0.0003
0.03
0.10
0.03
0.5
0.01
0.0003
0.003
Golongan A
0.00001
0.004
0.03
0.01
0.1
0.01
0.017
0.003
0.042
0.002
0.018
Kadar Maksimum
Golongan B Golongan C Golongan D
0.056
0.035
12
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
1
2
1
2
PCD
Senyawa aktif biru metilen
Toxaphene
BHC
Mikrobiologik
Koliform tinja
Total koliform
Radioaktivitas
Gross Alpha Activity
Gross Beta Activity
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
Mg/It
10
-
0.001
0.002
0.05
Nihil
0.1
Nihil
0.5
0.005
1
0.1
0.2
0.21
Jm/100ml 0
Jm/100ml 3
2000
10000
Bq/L
Bq/L
0,1
1,0
0,1
1,0
0.004
0.001
0,1
1,0
0,1
1,0
2.2. Sungai
Sungai adalah perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya. Alur sungai
adalah suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang
berasal dari air hujan.
Menurut Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di
Sungai, Sungai adalah wadah atau penampung dan penyalur alamiah dari aliran air
13
dengan segala yang terbawa dari DPS (Daerah Pengaliran Sungai) ke tempat yang lebih
rendah dan berakhir di laut. Dalam pengertian/definisi yang lain, sungai merupakan
jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai dengan muara yang dibatasi kanan
kirinya serta sepanjang pengaliran oleh daerah sempadan. Sungai dapat di bagi menjadi :
1. Sungai utama (Main river), adalah sungai yang daerah pengalirannya panjang dan
volume airnya yang paling besar.
2. Anak Sungai (Tributay), adalah cabang-cabang dari sungai utama.
3. Cabang sungai (enffluent), merupakan cabang-cabang yang terbentuk pada daerah
sebelum berakhirnya aliran pada sebuah danau atau laut.
2.3. Daerah Aliran Sungai
Daerah aliran sungai dimana (DAS) merupakan daerah dimana semua airnya
mengalir ke dalam sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas
topografi, yang berarti tidak ditetapkan berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air
tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian. Nama
sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang bersangkutan dan dibatasi oleh titik
kontrol yang umumnya merupakan stasiun hidrometri. Dalam praktek, penetapan batas
DAS ini sangat diperlukan untuk menetapkan batas-batas DAS yang akan dianalisis (Sri
Harto, 1993)
DAS dapat dipandang sebagai bagian dari permukaan bumi tempat air hujan
menjadi aliran permukaan dan mengumpul kesungai menjadi aliran sungai menuju ke
suatu titik disebelah hilir (down stream point) sebagai titik pengeluaran (catchment outlet).
Setiap DAS bermuara ke laut merupakan gabungan dari beberapa DAS sedang (sub DAS)
dan sub DAS adalah gabungan dari sub DAS kecil-kecil (Soewarno, 2000).
14
Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari stasiun yang
ditinjau atau muara sungai sampai ujung hulunya. Sungai utama adalah sungai terbesar
pada daerah tangkapan dan yang membawa aliran menuju muara sungai.
Pengukuran panjang sungai dan panjang DAS adalah penting dalam analisis aliran
limpasan dan debit aliran sungai. Panjang DAS adalah panjang maksimum sepanjang
sungai utama dari stasiun yang ditinjau (atau muara) ke titik terjauh dari batas DAS.
Panjang pusat berat adalah panjang sungai yang diukur sepanjang sungai dari stasiun
yang ditinjau sampai titik terdekat dengan titik berat daerah aliran sungai. Pusat berat DAS
adalah pusat berat titik perpotongan dari dua atau lebih garis lurus yang membagi DAS
menjadi dua DAS yang kira-kira sama besar. (Bambang Triadmojo, 2008)
2.4. Hidrologi
Dalam proses pengaliragaman hujan menjadi aliran ada beberapa sifat hujan yang
penting untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I), lama waktu hujan (d),
frekwensi (f) dan luas daerah pengaruh hujan (A). Komponen hujan dengan sifat-sifatnya
ini dapat dianalisis berupa hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah
tangkapan (catchement area) yang kecil sampai yang besar. Analisis hubungan dua
parameter hujan yang penting berupa intensitas dan durasi dapat dihubungkan secara
statistic dengan frekuensi kejadian (Soemarto, 1987)
Sistem hidrologi kadang-kadang dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa luar biasa
(ekstrim), seperti hujan lebat, banjir dan kekeringan. Analisis frekuensi adalah salah satu
analisa data hidrologi dengan menggunakan statistika yang bertujuan untuk memprediksi
suatu besaran hujan atau debit dengan masa ulang tertentu. Frekuensi hujan adalah
besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala
15
ulang (retrun period), diartikan sebagai waktu dimana hujan atau debit dengan suatu
besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tersebut. Dalam
hal ini tidak berarti bahwa selama jangka waktu ulang tersebut (misalnya T tahun) hanya
sekali kejadian yang menyamai atau melampaui, tetapi merupakan perkiraan bahwa hujan
ataupun debit tersebut akan disamai atau dilampaui (K) kali dalam jangka panjang (L)
tahun, dimana K/L kira-kira sama dengan 1/L (Sri Harto, 1993).
16
i =1
( 2.1 )
2. Deviasi standar (standar Deviation)
S=
( X X )2
i=1
. ( 2.2 )
N 1
3. Koefisien variasi
S
Cv = X .. ( 2.3 )
4. Koefisien kemencengan (coefficient of skewness)
n
Cs =
(xx )3 . N
i=1
( N 1 )( N 2 ) . s3
.... ( 2.4 )
Ck =
(X X )4 . N 2
i=1
( N 1 )( N 2 ) ( N 3 ) . s 4
... ( 2.5 )
Keterangan :
X = nilai rata-rata hitungan
S = deviasi standar
Cv= koefisien variasi
Ck= koefisien ketajaman
Cs= koefisien kemencengan
X = data dari sampel
N = jumlah pengamatan
Penentuan jenis distribusi probabilitas yang sesuai dengan data dilakukan dengan
mencocokan parameter data tersebut dengan syarat masing-masing jenis distribusi seperti
pada table 2.2
Tabel 2.2 Parameter statistic untuk menentukan jenis distribusi
No
Distribusi
Gumbel
Normal
Persyaratan
Cs = 1.14
Ck = 5.4
Cs = 0
17
Ck = 3
Cs = Cv3 + 3Cv
Ck = Cv8 + 6Cv6 + 15Cv4 + 16Cv2 + 3
Log Normal
X = X + S x K . ( 2.6 )
Keterangan rumus :
X = hujan rencana atau debit dengan periode ulang T
X = nilai rata-rata dari data hujan (X)
S = standar deviasi dari data hujan (X)
Yt Yn
K = factor Frekuensi Gumbel : K =
Sn
Yt = reduced variate = - Ln Ln
.. ( 2.7 )
T 1
T
= nilai Ytreduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu
Sn = nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n)
Yn = nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n)
2.4.2. Distribusi Log Normal Dua Parameter
Perhitungan hujan rencana berdasarkan distribusi probabilitas Log Normal, jika
data yang dipergunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan rumus-rumus berikut :
tertentu
= nilai rata-rata logaritma data X hasil pengamatan
18
log X
+ K + S Log X .. ( 2.8 )
Keterangan rumus :
Log X = nilai logaritma data X yang diharapkan terjadi pada peluang atau periode ulang
tertentu
log X
(OiEi)2
X =
Ei
i=1
2
h
. ( 2.9 )
Dimana :
Xh2 = Parameter chi-kuadrat
G = jumlah sub kelompok
19
bionormal)
Interpretasi hasil uji adalah sebagai berikut :
1. Apabila peluang lebih dari 5% maka persamaan distribusi yang digunakan dapat
diterima
2. Apabila peluang kurang dari 1% maka persamaan distribusi yang digunakan tidak
dapat diterima
3. Apabila peluang berada di antara 1-5%, maka tidak mungkin mengambil keputusan,
misalnya perlu data tambah.
2.5.2. Uji Smirnof-Kolmogorov
Uji kecocokan sminor-kolmogorof sering disebut non parametric, karena
pengujiannya tidak menggunakan fungsi distribusi tertentu.
Prosedur uji smirnov-kolmogorov adalah sebagai berikut :
1) Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang dari
masing-masing data tersebut.
X1 = P(X1)
X2 = P(X2)
20
0.2
0.45
0.32
0.27
0.23
0.21
0.19
0.18
0.17
0.16
0.15
1.07
n>50
N0.5
Sumber : Soewarno (1995)
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
(Derajat kepercayaan)
0.1
0.05
0.51
0.65
0.37
0.41
0.3
0.34
0.26
0.29
0.24
0.27
0.22
0.24
0.2
0.23
0.19
0.21
0.18
0.2
0.17
0.19
1.22
1.36
0.5
N
N0.5
0.01
0.76
0.49
0.4
0.36
0.32
0.29
0.27
0.25
0.24
0.23
1.63
N0.5
21
dihitung peluang 80%, dari debit inflow sumber air pada pencatatan debit pada periode
tertentu.
22
= Infiltrasi (mm)
23
3) Kebutuhan fasilitas umum, adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan tempat-tempat
ibadah, rekreasi, terminal.
2.8.2. Standar Kebutuhan Air
Standar kebutuhan air ada 2 (dua) macam yaitu :
2.8.2.1. Standar Kebutuhan Air Domestik
Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air yang digunakan pada tempat
tempat hunian pribadi untuk memenuhi keperluan sehari-hari seperti : memasak, minum,
mencuci dan keperluan rumah tangga lainnya. Satuan yang dipakai adalah liter/orang/hari.
Besarnya kebutuhan air untuk keperluan domestik dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.4. Kriteria Perencanaan Air Bersih
No
1
4
5
6
7
8
Uraian
Konsumsi Unit
Sambungan
Rumah (SR)
L/o/h
Konsumsi Unit
Hidran Umum
(HU) L/o/h
Konsumsi Unit
Non
Domestik (%) *)
Kehilangan Air
(%)
Faktor
MaximumDay
Faktor
PeakHour
Jumlah Jiwa per
SR
Jumlah jiwa per
HU
170
150
130
30
30
30
30
30
30
20-30
20-30
20-30
20-30
20-10
20-30
20-30
20-30
20-30
20
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,5
1,5
1,5
1,5
1,5
10
100
100
100
100-200
200
24
10
11
12
Uraian
Sisa Tekan di
Jaringan
Distribusi (mka)
Jam Operasi
Volume
Reservoir (%)
(Max Demand)
SR : HU
10
10
10
10
24
24
24
24
24
20
20
20
20
20
50:50 s/d
80:20
50:50 s/d
80:20
80:20
70:30
70:30
90
90
90
70
13
Cakupan
90
Pelayanan
Sumber : Dirjen Cipta Karya, 1997
25
Besaran
10
200
2000
3000
10
12000
150
100
60
0,2-0,8
0,1-0,3
Satuan
Liter/murid/hari
Liter/bed/hari
Liter/hari
Liter/hari
Liter/pegawai/hari
Liter/hektar/hari
Liter/bed/hari
Liter/tempat duduk/hari
Liter/orang/hari
Liter/detik/hari
Liter/detik/hari
Besaran
5
200
1200
90
10
Satuan
Liter/murid/hari
Liter/bed/hari
Liter/hari
Liter/hari
Liter/hari
Besaran
10
50
1200
0,75
Satuan
Liter/det
Liter/det
Liter/det
Liter/det/ha
26
27
28
Dimana :
Fhm = Faktor kebutuhan harian maksimum (1,05 -1,15)
Qrh = Kebutuhan air rata-rata
Qhm = Kebutuhan air harian maksimum
Analisis kebutuhan air dapat dilakukan dengan memperhitungkan jumlah
penduduk dan kebutuhan lainnya. Kebutuhan air domestik (berdasarkan jumlah penduduk)
dapat diproyeksikan dengan beberapa metode, adapun metode yang digunakan antara
lain:
2.8.3.1. Metode Arithmatic
Pn = Po + n.q .......................... ( 2.16 )
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk n tahun
Po = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
N = jumlah tahun
q = Pertumbuhan rata-rata tiap tahun
2.8.3.2. Metode Geometric
Perhitungan-perhitungan perkiraan jumlah dengan metode geometric ini
didasarkan pada presentase pertumbuhan penduduk rata-rata tiap tahun dengan rumus :
Pn = Po (1 + r)n ......................... ( 2.17 )
Po
Pt
r = - 1 ....................... ( 2.18 )
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk setelah n tahun
Po = Jumlah penduduk akhir tahun data
r = Presentase rata-rata kenaikan penduduk per tahun
t = Jumlah penduduk pada awal tahun data
2.8.3.3. Metode Least Square
Salah satu metode peramalan dengan garis regresi sederhana adalah dengan
menggunakan Metode Least Square.
Persamaan yang digunakan adalah :
Y = a . n + b ............................ ( 2.19 )
Dimana :
29
2.20 )
b=
Y X 2 X XY
2
n X 2( X )
.....................(
2.21 )
2.8.3.4. Koefisien Korelasi
Untuk menentukan rumus yang akan dipakai dalam perhitungan jumlah penduduk
dari beberapa metode, maka perlu dibuat koefisien korelasinya. Koefisien korelasi
digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua variable. Angka korelasi yang
paling besar (lebih positif) atau yang paling kecil (lebih negatif) akan menetapkan mana
dari keduanya yang akan digunakan. Nilai dari koefisien korelasi terletak antara -1 dan
+1. Adapun rumus yang digunakan dalam menghitung koefisien korelasi adalah sebagai
berikut:
n XY X Y
r=
1 /2
[ (n X ( X ) )(n Y ( Y ) )]
2
...........(
2.22 )
Dimana :
Y = Jumlah penduduk yang akan dihitung
X = Jangka waktu tahun ( selisih tahun dengan tahun dasar)
30
Nama
Muh. Ali
Akbar Latif /
Jurusan
Teknik Sipil
Fakultas
Teknik
Universitas
Hasanuddin
Makasar
Judul
Studi
Kuantitas dan
Kualitas air
sungai Tallo
Tujuan
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui
kuantitas dan
kualitas Sungai
Tallo apakah
airnya layak
dikonsumsi
sebagai air besih
atau tidak, serta
apakah
ketersediaan air
sungai masih
memenuhi
kebutuhan
masyarakat akan
debit air yang
teralirkan.
Metode
1. Studi
Pendahuluan,
berupa
pengumpulan
literatur
mengenai baku
mutu air, debit
sungai , iklim,
tofografi, letak
geografis,curah
hujan
dan sumber lain
yang berkaitan
dengan
penelitian.
2. Pengumpulan
data. Berikut
data yang
diperlukan
berupa:
-Data curah
hujan
-Pengukuran
-Pengambilan
sampel dan
pengawetan
sampel
Leliyanti
Manyila /
jurisan Sipil
Fak. Teknik
Unkhair
Ternate
Analisa
potensi
ketersediaan
air tanah
Mengukur dan
menguji,
kapasitas dan
kualitas air tanah
di kota ternate
Studi literatur
dimana analisa
data yang
digunakan
berdasarkan
data-data
sekunder untuk
menentukan
jumlah potensi
Kesimpulan
Debit(Q) aliran
yang melintasi
sungai
33,8 m3/det
dimana
diperoleh
dengan
metode
Perhitungan
Current Meter.
sebagai air baku
untuk diolah
sebagai
air minum dan
keperluan rumah
tangga. Dalam
pemanfaatannya
sebagai air
minum harus
melalui
pengolahan
dalam hal
dikelolah oleh
PDAM untuk
menghasilkan air
yang
layak untuk
dikonsumsi.
Iklim pada
daerah kecil
sperti pulau
Ternate sangat
berperan penting
dalam
pembentukan air
tanah.
31
Muchlis
Masud /
jurusan sipil
Fak. Teknik
Unkhair
Ternate
Analisis
kebutuhan air
bersih kota
sofifi
Untuk
menganalisa
tingkat kebutuhan
air bersih kota
sofifi
Kebutuhan air
untuk
masyarakat kota
sofifi khususnya
kecamatan Oba
Utara sampai
pada tahun 2015
masih
mencukupi
karena hasil
analisis total
kenutuhan air
pada tahun 2015