Anda di halaman 1dari 2

Jessica N.

Jaori |XA

Legenda Batu Keramat Yapen,


Papua
BAGI Sobat Djadoel yang sering makan Steak pasti sudah tak asing
lagi dengan yang namanya Hotplate,tempat penyajian makanan ini
biasanya terbuat dari batu dan membuat makanan diatasnya akan tetap
panas. Sebelum makanan disajikan di atasnya, hotplate terlebih dahulu
akan dipanaskan di atas kompor atau di dalam oven karena
memang hotplate tak punya energi panas sendiri.
Tapi gimana jadinya jika ada sebuah batu yang mempunyai energi
panas sendiri dan kita bisa langsung masak di atasnya tanpa perlu api?
Wah pasti mengasyikan, seperti yang biasa dilakukan oleh masyarakat
Wawuti revue, Papua. Katanya di tempat ini ada sebuah batu yang bisa
menghasilkan panas dan sangat dikeramatkan oleh masyarakat setempat.
Konon zaman dulu kala di sebuah daerah di Papua, tepatnya di
Wawuti Revui Kepulauan Yapen, ada sebuah gunung yang bernama
Gunung Karombi Rama. Di gunung ini tinggallah seorang dewa bernama
Iriwonawai yang memiliki sebuah tifa, sejenis gendang yang diberi nama
Sokirei atau Soworoi. Jika tifa ini berbunyi, seluruh warga dusun yang
tinggal di sekitar gunung biasanya langsung berkumpul di rumah Dewa
Iriwonawai. Mereka berkumpul hanya ingin melihat tifa tersebut yang
konon katanya hanya bisa dilihat oleh para orang tua yang memiliki
kekuatan gaib. Dewa Iriwonawai juga ternyata punya sebuah dusun yang
disebut Aroempi yang hampir seluruh wilayahnya ditumbuhi dengan
tanaman sagu.
Penduduk Dusun Kamboi yang juga tinggal di sekitar Gunung
Karombi memang menjadikan sagu sebagai makanan pokok sehari-hari.
Mereka juga sering mengambil sagu dari dusun milik Iriwonawai. Sampai
suatu hari sang dewa marah karena tanaman sagunya berkurang dan
membuat penduduk dusun Kamboi sangat ketakutan. Saking takutnya
mereka langsung pergi meninggalkan dusun itu dan pindah ke daerah
pantai untuk mendirikan dusun baru yang bernama Randuayaivi. Dusun
Kamboi pun jadi sangat sepi dan hanya ditinggali oleh sang dewa dan
sepasang suami istri bernama Irimiami dan Isoray.
Suatu hari di pagi yang cerah, Isoray tengah duduk di atas batu
sambil berjemur. Lama-kelamaan batu yang didudukinya seperti
mengeluarkan gumpalan awan yang panas dan ia pun langsung berdiri
karena tak kuat menahan panas di bokongnya. Ia langsung memberi tahu
suaminya, Irimiami, dan menyuruhnya mencoba duduk di atas batu itu.

Jessica N. Jaori |XA

Ternyata apa yang dirasakan Irimiami sama dengan yang dirasakan


Isoray. Entah ide dari mana, Irimiami langsung membawa daging rusa dan
meletakannya di atas batu itu. Tak lama kemudian tercuim wangi yang
sedap dan anehnya daging itu juga ikut matang. Apalagi setelah mereka
memakannya, mereka begitu terkejut karena daging rusa tersebut terasa
lebih lezat. Sejak saat itu Irimiami dan Isoray selalu meletakkan makanan
di atas batu itu supaya lebih enak dimakan.
Suatu hari, Irimiami dan Isoray menggosok-gosok buluh bambu di
batu itu. Tak lama kemudian buluh bambu itu putus dan mengeluarkan
percikan api. Irimiami dan Isoray heran. Kemudian, mereka mulai
mengadakan percobaan lainnya di atas batu itu. Esoknya mereka
meletakkan rumput dan daun kering di atas batu tersebut, tak lama
kemudian rumput dan daun itu mengeluarkan gumpalan awan seperti
yang Isoray lihat pertama kali. Kemudian mereka menamakan batu
tersebut dengan batu keramat.
Suatu hari Irimiami dan Isoray meletakkan rumput dan dedaunan
lagi di atas batu keramat, tapi kali ini lebih banyak dari sebelumnya. Tak
disangka, dari batu itu keluar gumpalan awan yang sangat banyak dan
membuat daerah sekitar gunung menjadi gelap tertutup awan hitam.
Gendang sang dewa pun berbunyi dan otomatis masyarakat yang sudah
pindah langsung berkumpul ingin menyaksikan gendang Soworoi. Mereka
mengira awan hitam itu dibuat oleh Dewa Iriwonawai. Namun setelah
mereka sampai di Dusun Kamboi, mereka sangat terkejut karena awan
hitam itu dibuat oleh Irimiami dan Isoray.
Pasangan suami istri itu sangat senang melihat banyak orang
datang. Mereka berdua langsung menceritakan semua hal ajaib tentang
batu itu dengan antusias. Irimiami juga mengajak penduduk lainnya untuk
memuja batu itu dengan mengadakan pesta makan-makan. Warga lainnya
langsung setuju dan membawa berbagai macam daging dan memasaknya
di atas batu keramat. Mereka berpesta sepanjang malam sambil menarinari mengelilingi batu itu. Keesokan harinya awan hitam di atas dusun itu
menghilang dan berganti menjadi langit yang sangat cerah.
Sejak saat itulah batu itu dikeramatkan oleh penduduk sekitar. Dan
katanya setiap tahun, masyarakat setempat selalu mengadakan upacara
pemujaan terhadap batu keramat itu

Anda mungkin juga menyukai