Papua BAGI Sobat Djadoel yang sering makan Steak pasti sudah tak asing lagi dengan yang namanya Hotplate,tempat penyajian makanan ini biasanya terbuat dari batu dan membuat makanan diatasnya akan tetap panas. Sebelum makanan disajikan di atasnya, hotplate terlebih dahulu akan dipanaskan di atas kompor atau di dalam oven karena memang hotplate tak punya energi panas sendiri. Tapi gimana jadinya jika ada sebuah batu yang mempunyai energi panas sendiri dan kita bisa langsung masak di atasnya tanpa perlu api? Wah pasti mengasyikan, seperti yang biasa dilakukan oleh masyarakat Wawuti revue, Papua. Katanya di tempat ini ada sebuah batu yang bisa menghasilkan panas dan sangat dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Konon zaman dulu kala di sebuah daerah di Papua, tepatnya di Wawuti Revui Kepulauan Yapen, ada sebuah gunung yang bernama Gunung Karombi Rama. Di gunung ini tinggallah seorang dewa bernama Iriwonawai yang memiliki sebuah tifa, sejenis gendang yang diberi nama Sokirei atau Soworoi. Jika tifa ini berbunyi, seluruh warga dusun yang tinggal di sekitar gunung biasanya langsung berkumpul di rumah Dewa Iriwonawai. Mereka berkumpul hanya ingin melihat tifa tersebut yang konon katanya hanya bisa dilihat oleh para orang tua yang memiliki kekuatan gaib. Dewa Iriwonawai juga ternyata punya sebuah dusun yang disebut Aroempi yang hampir seluruh wilayahnya ditumbuhi dengan tanaman sagu. Penduduk Dusun Kamboi yang juga tinggal di sekitar Gunung Karombi memang menjadikan sagu sebagai makanan pokok sehari-hari. Mereka juga sering mengambil sagu dari dusun milik Iriwonawai. Sampai suatu hari sang dewa marah karena tanaman sagunya berkurang dan membuat penduduk dusun Kamboi sangat ketakutan. Saking takutnya mereka langsung pergi meninggalkan dusun itu dan pindah ke daerah pantai untuk mendirikan dusun baru yang bernama Randuayaivi. Dusun Kamboi pun jadi sangat sepi dan hanya ditinggali oleh sang dewa dan sepasang suami istri bernama Irimiami dan Isoray. Suatu hari di pagi yang cerah, Isoray tengah duduk di atas batu sambil berjemur. Lama-kelamaan batu yang didudukinya seperti mengeluarkan gumpalan awan yang panas dan ia pun langsung berdiri karena tak kuat menahan panas di bokongnya. Ia langsung memberi tahu suaminya, Irimiami, dan menyuruhnya mencoba duduk di atas batu itu.
Jessica N. Jaori |XA
Ternyata apa yang dirasakan Irimiami sama dengan yang dirasakan
Isoray. Entah ide dari mana, Irimiami langsung membawa daging rusa dan meletakannya di atas batu itu. Tak lama kemudian tercuim wangi yang sedap dan anehnya daging itu juga ikut matang. Apalagi setelah mereka memakannya, mereka begitu terkejut karena daging rusa tersebut terasa lebih lezat. Sejak saat itu Irimiami dan Isoray selalu meletakkan makanan di atas batu itu supaya lebih enak dimakan. Suatu hari, Irimiami dan Isoray menggosok-gosok buluh bambu di batu itu. Tak lama kemudian buluh bambu itu putus dan mengeluarkan percikan api. Irimiami dan Isoray heran. Kemudian, mereka mulai mengadakan percobaan lainnya di atas batu itu. Esoknya mereka meletakkan rumput dan daun kering di atas batu tersebut, tak lama kemudian rumput dan daun itu mengeluarkan gumpalan awan seperti yang Isoray lihat pertama kali. Kemudian mereka menamakan batu tersebut dengan batu keramat. Suatu hari Irimiami dan Isoray meletakkan rumput dan dedaunan lagi di atas batu keramat, tapi kali ini lebih banyak dari sebelumnya. Tak disangka, dari batu itu keluar gumpalan awan yang sangat banyak dan membuat daerah sekitar gunung menjadi gelap tertutup awan hitam. Gendang sang dewa pun berbunyi dan otomatis masyarakat yang sudah pindah langsung berkumpul ingin menyaksikan gendang Soworoi. Mereka mengira awan hitam itu dibuat oleh Dewa Iriwonawai. Namun setelah mereka sampai di Dusun Kamboi, mereka sangat terkejut karena awan hitam itu dibuat oleh Irimiami dan Isoray. Pasangan suami istri itu sangat senang melihat banyak orang datang. Mereka berdua langsung menceritakan semua hal ajaib tentang batu itu dengan antusias. Irimiami juga mengajak penduduk lainnya untuk memuja batu itu dengan mengadakan pesta makan-makan. Warga lainnya langsung setuju dan membawa berbagai macam daging dan memasaknya di atas batu keramat. Mereka berpesta sepanjang malam sambil menarinari mengelilingi batu itu. Keesokan harinya awan hitam di atas dusun itu menghilang dan berganti menjadi langit yang sangat cerah. Sejak saat itulah batu itu dikeramatkan oleh penduduk sekitar. Dan katanya setiap tahun, masyarakat setempat selalu mengadakan upacara pemujaan terhadap batu keramat itu