Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PANCASILA

NAMA : DESTIARTI EKO SULISTYA NINGRUM


NPM

: 10700225

BAB VI
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN MULTIKULTURAL

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang masyarakatnya bersifat multi


kultur dan multi etnik dan telah dirumuskan oleh para pendiri
negara dengan lambang negara yang bertuliskan bhineka tunggal
ika yang artinya bersatu dalam perbedaan. Menurut Prof. Heather
Sutherland menyakan bahwa masyarakat mulkultur memiliki potensi
positif dalam bentuk asimilasi dan integritas sosial,namun rawan
terjadinya konflik sosial. Munculnya berbagai konflik sosial karena
bangsa Indonesia berada dalam kondisi transisi demokratis sedang
menghadapi masa-masa yang kritis. Hal ini disebabkan lunturnya
rasa nasionalime dan paradigma nilai nilai Pancasila pun juga telah
mulai luntur dalam kehidupan berbangsa.Persoalannya sekarang
bangsa Indonesia justru kehilangan jati diri karena bangsa Indonesia
cenderung meninggalkan nilai-nilai Pancasila dan mengadopsi nilainilai lain yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Hal itu
menyebabkan perubahan sikap,cara pandang materialis,perilaku
kearah sikap pragmatis,kemerosotan moral dan semakin maraknya
KKN.
Munculnya berbagai konflik, baik konflik sosial dan politik maka
sudah sewajarnya untuk merubah paradigma berpikir dari cara pola
pikir paradigma diagnolistik diganti dengan paradigma alternatif
yang mengakui dan menerima adanya perbedaan. Pola pikir
diagnolistik harus dirubah karena tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila yang menjunjung tinggi nilai demokratis dan semangat
musyawarah dalam mengambil keputusan. Kontruksi diri pun
menjadi hal yang penting untuk meningkatkan rasa nasionalisme
bangsa dan kembali menerapkan nilai-nilai Pancasila di kehidupan
sehari hari untuk menanggulangi berbagai konflik sosial dan politik
yang belakangan ini sering terjadi.

BAB VII
PANCASILA DALAM DEMOKRASI INDONESIA
PASCA AMANDEMEN UNDANG-UNDANG 1945

Perjalanan demokrasi Indonesia diwarnai oleh berbagai perubahan


sejalan dengan kondisi politik, diawali berdirinya Negara Kesatuan RI
pada tahun 1945 dengan dasar kedaulatan rakyat berasaskan
kekeluargaan dan gotong royong dicapai kesepakatan untuk
menerima dan mensahkan UUD 1945 sehari setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Perjalanan demokrasi diklasifikasikan
tahapan demokrasi antara lain berdasarkan Pancasila (1945-1949),
demokrasi liberal (1950-1958), demokrasi terpimpin (1959-1965),
demokrasi Pancasila (1966-1998), demokrasi liberal (1999-2004).
Amandemen UUD 1945 yang dilakukan Majelis Permusyawaratan
Rakyat berturut-turut sampai 4 kali. Jelas menunjukkan arah
perubahan dari demokrasi Pancasila yang berasaskan kekeluargaan
dan gotong royong menuju demokrasi liberal yang berbasis
individualisme.
Amandemen UUD 1945 yang dilaksanakan oleh MPR periode 19992004 sejalan dengan peluang yang diberikan oleh para pendiri
republik yang tertuang dalam pasal 37 UUD 1945. Penerapan
demokrasi pada masa orde baru berlindung dibalik Pancasila dan
UUD 1945 yang dalam prakteknya menjadi pemerintahan otoriter
membayangi kehidupan politisi dan ketika reformasi bergulir, MPR
tidak saja berkehendak mengubah UUD 1945 sesuai tuntutan
zaman, tetapi juga mengubah sistem pemerintahan yang otoriter
menjadi
sistem
pemerintahan
demokratis
tanpa
mempertimbangkan falsafah Pancasila yang mendasarinya.
Amandemen UUD 1945 menunjukkan perubahan yang total dan
drastis yang cenderung mengadopsi sistem pemerintahan
demokratis liberal seperti yang dianut Amerika Serikat.
Pembentukan Komisi Konstitusi oleh MPR itu sendiri menunjukkan
perlunya pengkajian terhadap amandemen UUD 1945 artinya MPR
ternyata menyadari bahwa arah amandemen UUD 1945 telah

terlampau jauh meninggalkan karakteristik kehidupan demokrasi


yang bersumber pada Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai