Anda di halaman 1dari 14

Nama Peserta : dr.

Dian Rizki Rahayu


Nama Wahana : Puskesmas Kecamatan Jatinegara
Topik : Varicella
Tanggal (kasus) : 04 Januari 2016
Nama Pasien : By. M
No. RM : 1503006301
Tanggal Presentasi :
Pendamping : dr. Adianty Kartika
Tempat Presentasi : Puskesmas Kecamatan Jatinegara
Obyek Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi : By. M, 4 bulan perempuan beruntus- beruntus berisi cairan jernih sejak 3
hari SMRS
Tujuan : Mengobati dan mencegah infeksi sekunder dari varicella

Bahan Bahasan

Tinjauan

Riset

Kasus

Audit

Cara Membahas

Pustaka
Diskusi

Presentasi dan

Email

Pos

diskusi
Data Pasien
Nama : By.M
Nomor Registrasi : 1503006301
Nama Klinik
Poli Umum Puskesmas Kecamatan Jatinegara
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin dengan keluhan beruntus-beruntus berisi
cairan berwarna jernih sampai putih di seluruh badan yang terasa gatal sejak 7 hari SMRS.
Kelainan kulit berupa bercak kemerahan disertai bruntus-bruntus yang gatal di daerah
dada, yang kemudian lama kelamaan bertambah banyak dan menyebar ke seluruh tubuh.
Selain itu, kelainan kulitnya berubah menjadi bruntus-bruntus yang berisi cairan berwarna
jernih sampai putih. Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan pasien. Pasien juga
memiliki keluarga yang mempunyai keluhan serupa.
Awalnya keluhan didahului dengan adanya demam yang tidak terlalu tinggi sekitar 2
hari sebelum keluhan bruntus dan gatal muncul.
Pasien diketahui tidak memiliki kelainan kulit yang pertama kali timbul di telapak
tangan dan kaki. Pasien diketahui tidak memiliki kelainan kulit berupa lepuhan kulit yang
berisi nanah dan berkeropeng. Pasien juga diketahui mandi 2x sehari dan mengganti
bajunya setiap kali selesai mandi. Pasien diketahui tidak memiliki riwayat timbulnya
bruntus-bruntus setelah mengoleskan bahan kosmetik atau memakai bahan logam. Pasien
diketahui tidak memiliki riwayat mengkonsumsi jamu atau antibiotik sebelum timbulnya
keluhan. Pasien diketahui tidak memiliki riwayat tergigit serangga sebelum timbulnya

keluhan.
Pasien belum melakukan pengobatan untuk keluhan yang dialaminya. Pasien tidak
memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu.
2. Riwayat Penyakit Dahulu:
Os mengakui Asma sejak Os masih SD. Riwayat Maag , Riwayat darah tinggi, kencing
manis, penyakit ginjal, stroke, batuk lama disangkal.
3. Riwayat Keluarga : Terdapat riwayat keluarga dengan keluhan yang sama
4. Riwayat Pekerjaan : Os bekerja sebagai pelajar
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum

: pasien terlihat sakit ringan

Kesadaran

: kompos mentis

Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah
Respirasi
Nadi
Suhu

Kepala

: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: konjungtiva tidak anemik, sklera tidak ikterik, conjunctival

injection (-)
KGB

: terdapat pembesaran KGB di submandibular dextra dan axilla

dextra dengan diameter 1cm, konsistensi kenyal, mobile, dan nyeri tekan (-).
Thorax

: tidak dilakukan

Abdomen

: tidak dilakukan

Eksteremitas

: tidak ada kelainan

Kulit

: lihat status dermatologikus

Status Dermatologikus

Distribusi
: Generalisata
Lokasi : Seluruh tubuh
Karakteistik Lesi :
Multipel, diskret, berbentuk bulat dan oval seperti tetesan embun (tear drops),
berukuran 0.3 x 0.4 x 0.2 cm sampai dengan 0.5 x 0.8 x 0.3 cm dan 0,1 x 0,2 cm
sampai dengan 0,3 x 0,3 cm, berbatas tegas, sebagian menimbul dari kulit
disekitarnya dan sebagian tidak, lesi berisi cairan jernih sampai kuning berada diatas
2

permukaan yang eritema, kering.

Efloresensi

: Vesikel, pustula, dan krusta yang dikelilingi makula eritema.

Daftar Pustaka:
1.

Behrman, Kliegman, Jenson, Nelson, Textbook of Pediatrics 16th Ed, 2000.

2.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak - FK UNPAD, Pedoman Dianosis dan Terapi Ilmu
kesehatan Anak , Edisi kedua, Halaman 211-212, Bandung, 2000

3.

Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.

4.

Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNPAD/RSHS. Standar Pelayanan


Medik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin FK UNPAD/RS dr. Hasan Sadikin. 2005.

5.
Cook G, Zumla A. Mansons Tropical Disease. Edisi ke-21. London: Saunders. 2003.
Hasil Pembelajaran
1. Mengetahui Etiologi Varicella
2. Mengetahui Manifestasi Klinis Varicella
3. Mengetahui Patofisiologi Varicella
4. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Varicella
5. Mengetahui Pencegahan dan Penatalaksanaan Varicella
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio :
1. Subjektif : Os datang dengan keluhan sesak berbunyi 'ngik' sejak 1 hari SMRS dan
dirasakan lebih berat 2 jam SMRS. Os merasa sesak pertama kali sejak masih SD, dan
terus berulang sampai saat ini. Sesak dirasa memberat dan terus berulang terus satu
tahun terakhir ini. Os mengatakan terakhir kambuh kira-kira 3 bulan SMRS. Sesak
timbul 3 kali seminggu dan tidak lebih dari 1 kali sehari. OS merasa sesak malam hari 3
kali dalam sebulan. Os tidak minum obat rutin dan os tidak kontrol rutin. Os merasa
sesak ketika ada debu, udara dingin, dan jika os sedang kecapean. Os mengatakan
sebelum muncul keluhan ini os membersikan rumah tanpa menggunakan masker.
Demam (-), Pilek (-), Batuk (-), Os menyangkal adanya nyeri dada. Os tidur
menggunakan satu bantal. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Riwayat hipertensi, DM,
batuk lama dan merokok disangkal. Ibu Os juga memiliki riwayat Asma. Os memiliki
hewan peliharaan burung.
1. Objektif: Kompos mentis, tekanan darah 120/90 mmHg, Nadi 94 kali/ menit, RR 28
kali /menit, kedua lapang paru terdapat wheezing.
3

2. ASSESMENT:
Varisela (chicken pox) dengan infeksi sekunder
Anamnesis:
-

Gejala prodormal: demam, mialgia, atralgia, malaise, gatal.


Eksantem mulai pada kulit kepala berambut atau badan berupa makula eritem yang
berkembang cepat menjadi vesikel.
Lesi menyebar secara sentrifugal dari sentral ke seluruh bagian tubuh.
Pada kasus ini, diagnosa varicella ditegakan karena dari anamnesa yang dilakukan,

sesuai dengan teori yang ada, yaitu pasien mengeluhkan adanya bruntus berisi cairan dengan
dasar kemerahan yang terasa gatal. Sesuai dengan karakteristik pasien dengn varicella,
bruntus ini muncul diawali dari daerah dada yang lama kelamaan menyebar hingga ke wajah,
perut, punggung dan kedua ekstremitas. Sebelum keluhan ini muncul, pasien pun mengalami
beberapa gejala prodromal sesuai dengan teori yang ada, yaitu adanya demam,
myalgia,arthalgia, dan malaise
Pemeriksaan fisik:
Pada seluruh tubuh tampak vesikel dikelilingi halo macula eritem, pustul, umbilikasi dan
menjadi krusta.
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada seluruh bagian tubuh pasien,
ditemukan vesikel dengan penyebaran generalisata (hampir mengenai seluruh bagian tubuh
namun masih terdapat kulit yang sehat). Beberapa vesikel masih tampak utuh, namun
beberapa lagi tampak terkelupas, cairan keluar dan basah. Beberapa bagian tampak cairan
vesikel yang kerluar dan telah mengering membentuk crusta
3. PROGNOSIS

Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
Quo ad Sanationam

: ad bonam
: dubia ad bonam
: ad bonam

4. PLAN
Umum :

Menerangkan tentang penyakit dan pengobatannya.

Menjelaskan bahwa penyakit ini bisa menular lewat droplet dan kontak dengan
bruntus nya langsung sehingga pasien sebaiknya dijauhkan daro orang-orang
sekitarnya hingga sembuh.

Menganjurkan penderita untuk menjaga beruntus beruntus yang masih utuh agar
4

tidak pecah dan menghindari penggarukkan.

Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang untuk memperkuat imunitas tubuh.

Khusus :

Topikal
- Bedak salicyl 2% untuk menghindari pecahnya vesikel
- Gentamycin cream
Sistemik
- Acyclovir : 4x200 mg selama 5 hari
- Amoxycillin: 3x250 mg selama 5 hari

Jakarta,
Peserta

Januari 2016

Pendamping

dr. Dian Rizki Rahayu

dr. Adianty Kartika

VARICELLA

Varicella Zoster Virus (Vzv)

Termasuk ke dalam herpes virus family


Family : herpesviridae
Subfamily : alphaherpesviridae

Gambar Varicella-Zoster Virus (VZV)

Jenis lain yang pathogen terhadap manusia :


HSV 1 (Herpes Simplex Virus type 1)
HSV 2
CMV (Cytomegalovirus)
Epstein Barr Virus (EBV)
Human Herpesvirus 6 (HH6)
HHV 7
HHV 8 menyebabkan : Roseola & Kopois Sarcoma

Morphology
Semua jenis hampir sama.
Bentuk spherical, dengan diameter 150-200 nm.
Mempunyai envelope (selubung) dari lipd dan glycoprotein (gB, gC, gE, gH, gI,
gK, gL) di dalamnya terdapat capsid icosahedral.
Di dalam capsid terdapat DNA bentuk : single, linear doublestranded
(dsDNA), panjang 125.000 nt.
Icosahedral merupakan nucleocapsid dari 162 capsomer yang tersusun.
Protein yang mengelilingi capsid berperan dalam mengawali reproduksi virus
pada sel yang terinfeksi.
Letak protein : pada exterior viirion.
Virus ini susceptible terhadap disinfektan terutama sodium hypoclorite.

Definisi Varicella (Chickenpox)

Infeksi akut primer disebabkan oleh virus varisela-zoster. Menyerang kulit dan
mukosa, klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di
bagian sentral tubuh, dengan karakteristiknya cutaneous vesicular rash.

Epidemiologi
Varisela merupakan penyakit yang berdistribusi luas di seluruh dunia. Di Eropa dan
Amerika Utara kasus terjadi 90% pada anak dengan usia < 10 tahun dan sebesar 5% pada
individu >15 tahun dan untuk daerah tropis lebih sering menyerang remaja. Varisela sangat
menular dan memiliki attact rate 87% pada orang yang serumah dengan penderita. Transmisi
penyakit ini secara aerogen ( kontak langsung dengan lesi dan dengan rute pernafasan atau
cairan vesicular) dengan replikasi virus terjadi di nasofaring dan konjungtiva.
Masa penularannya 7hari dihitung dari timbulnya gejala kulit (biasanya 1-2 hari
sebelum muncul rash sampai 6 hari berikutnya), dapat memanjang pada keadaan
imunodefisiensi.

Etiologi

Varicella disebabkan oleh virus, yakni Varicella-Zoster-Virus (VZV)

Virus ini mampu mengkode thymidine kinase, yang rentan terhadap obat antiviral

VZV ini dapat menginfeksi sel epidermal, sel neuron, sel T, dan fibroblas.

Gambar Varicella Zoster Virus


Patogenesis
VZV , masuk via inhalasi atau kontak langsung

terjadi infeksi awal di mukosa saluran napas

virus bereplikasi di paru-paru

lalu virus akan ke nodus limfatikus

virus ke sirkulasi pembuluh darah (Primary Viremia)

Selanjutnya akan bereplikasi pada sel-sel di RES (reticulo endothelial system) seperti liver
dan spleen

Virus akan ke aliran darah (Secondary Viremia)

Virus menyebar ke seluruh tubuh

Demam

Kulit

Membran Mukosa

Neuron

Manifestasi Klinis

Periode inkubasi : sekitar 14 hari (10-20 hari)

Gejala prodromal :
anak-anak (jarang)
dewasa : demam, sakit kepala, mialgia

Gejala dan Tanda :


demam
papule vesicle in erythematous base pustule krusta

Gambar Lesi Pada Varisela


lesi kulit diatas dapat menyebar ke seluruh tubuh akan tetapi paling banyak pada
daerah trunk, dan pada daerah ekstrimitas akan lebih tersebar.
Selain itu lesi dapat muncul di membran mukosa, seperti pada mulut, konjungtiva
dan vagina.
Infeksi primer varisela ini akan lebih berat jika terjadi pada dewasa dibanding
anak-anak.
Pada dewasa bisa terjadi Intestitial pneumonia sekitar 20-30% yang bersifat fatal.
Pasien akan bersifat menular (infectious) pada 1-2 hari sebelum eksantem
(kemerahan) muncul dan 4-5 hari setelah exanthema hingga vesikel mengering.
Jika wanita hamil mendapatkan varisela dalam waktu 21 hari sebelum ia
melahirkan, maka 25 % dari neonatus yang dilahirkan akan memperliharkan
gejala varisela kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari, biasanya
9

varisela ringan sebab antibodi ibu yang sempat dihantarkan transplasental dalam
bentuk IGg spesifik masih ada dalam tubuh neonatus sehingga jarang
mengakibatkan kematian. Bila seorang wanita hamil mendapatkan varisela pada
4-5 hari sebelum ia melahirkan, maka neonatusnya akan memperliharkan gejala
verisela kongenital pada umur 5-19 hari. Disini perjalanan varisela sering berat
dan menyebabkan kematian pada 25-30 % karena mereka mendapatkan virus
dalam jumlah yang banyak tanpa sempat mendapatkan antibodi yang dikirimkan
transplasental. Wanita hamil dengan varisela pneumonia dapat menderita hipoksia
dan gagal nafas yang dapat berakibat fatal bagi ibu maupun fetus. Seorang anak
yang ibunya mendapat varisella selama masa kehamilan, atau bayi yang terkena
varisela selama bulan awal kelahirannya mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk menderita herpes zoster dibawah 2 tahun.

Perjalanan Penyakit
-

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 12-24 hari dengan rata-rata 15-18 hari.
Gejala prodromal (jarang pada anak-anak) biasanya pada dewasa: demam yang

tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala.


Gejala awal adalah timbulnya erupsi kulit makula, kemudian papul eritematosa
dan dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel jernih yang berbentuk
oval, tetesan embun (tear drops) pada dasar eritema, berubah menjadi pustule

opaque, kemudian dapat menjadi krusta.


Sementara proses perubahan berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru

sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.


Lesi tidak menimbulkan scar, tapi lesi yang besar dan yang menjadi infeksi

sekunder dapat sembuh dengan karakteristik bulat dan scar yang melekuk.
Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara
sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata
(konjungtiva), mulut (bucal mucosa), mukosa intestinal, paru-paru dan saluran

napas bagian atas.


Jika terdapat infeksi sekunder, maka terdapat pembesaran kelenjar getah bening

regional.
Biasa disertai dengan rasa gatal.
Terdapat fase viremia antara hari ke 4 dan 6 yang menuju hati, spleen, paru dan

organ lain.
Secondary viremia terjadi pada hari ke 11-20, menyebabkan infeksi pada
epidermis dan munculnya lesi kulit.
10

Lebih parah pada bayi <2 minggu, dewasa dan pada pasien immunosuppressed.
Pada pasien immunosuppressed (post-transplantation, terapi kostikosteroid,
HIV/AIDS), varisela dapat menyebabkan penyakit klinis yang serius dengan

extensive cutaneous dan manifestasi sistemik.


Varisela dapat diikuti beberapa tahun kemudian dengan Herpes zoster biasanya
pada pasien yang imunosupresi.

Patologi

Lesi papular : epitel akan naik, akibat adanya sel-sel epitel yang membengkak, edema
dan adanya kongesti vaskular

Pada dermis superfisial akan terlihat pembengkakan pada sel endotel kapiler dan pada
nuclei nya terdapat inklusi intranuklei.

Gambar Intranuclei inclusion

Pada epidermis di lapisan germinal terdapat ballooning degeneration dengan terlihat


hilangnya jembatan interselular (intercellular bridges) acantholysis-

Selanjutnya papule akan menjadi vesikel, dimana terdapat degenerasi epitel yang
lebih banyak dengan adanya adanya influks cairan edema, sehingga lapisan korneum
naik.

Cairan di vesikel mengandung fibrin, sel epitel yang degenerasi atau yang mengalami
ballooning, dan sel-sel lain.

Lalu vesikel akan menjadi pustule ketika PMN dan makrofag invasi ke bagian dermis
sehingga cairan di vesikel menjadi keruh.

Menjadi krusta ketika cairan di absorpsi sehingga lesi menjadi datar.

Pemeriksaan penunjang:
11

1.

Tzanck smear
Tzanck test disebut juga tzanck smear atau chickenpox skin test atau hepers skin test.
Tzacnk smear ini adalah suatu test dengan cara men scraping dasar dari ulcer untuk
melihat tzanck cell (multinucleated cell) atau pemeriksaaan sitologi pada bula yang
intact untuk melihat acantholytic cells. Tzanck cell ini biasanya pada:

Herpes Zoster

Herpes simplex

Varicella

Pemhigus vulgaris

Cytomegalovirus

Tzanck smear ini mengambil bahan dari kerokan dasar vesikel dan akan didapatkan sel datia
berinti banyak. Tzanck smear ini mahal, membutuhkan waktu yang lama, dan merupakan
suatu prosedur yang invasive. Indikasi diakukannya tzanck smear ini adalah untuk
mendeteksi proses inflamasi/proses infeksi kulit, khususnya infeksi hepes.

Prosedur Apusan Tzanck


Dibutuhkan 2 atau lebih objek glass yang bersih fixative (95% ethyl alcohol), skin
scraping, spatula, lembaran formulir cytology.
a. Slide/glass object yang telah disediakan diberi label nama, tanggal lahir, asal
specimen dengan menggunakan pensil, letakan ke dalam container yang berisi
larutan ethanol 95%
b. Ambil specimen, scraping di daerah dasar bula, jika lesi kulit itu vesikel,
hancurkan dan scrap semua dasar vesikel.
c. Pindahkan salah satu slide dari larutan fixative, dan fiksasi.lakukan secara
cepat dan smear dilakukan pada satu glass object.
d. Celupkan kembali slide pada larutan fixative, ulangi proses ini pada slides
yang kedua.Jika ingin memperoleh hasil diagnostic yang baik.
e. Setelah pengkoleksian specimen, tinggalkan slides pada larutan alcohol 95%
selama 10 menit dan tunggu hingga kering.
f. Menyerahkan specimen dan mengisi lembaran formulir ke laboratorium
cytopathology.
2. Direct Fluorescent Assay (DFA)
12

Preparat diambl dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah berbentuk krusta

pemeriksaan menjadi kurang sensitif


- Hasil pemeriksaan cepat
- Membutuhkan mikroskop fluorescence
- Test ini dapat menemukan antigen virus zoster
- Pemeriksaan ini dapat membedakan VZV dengan herpes simpleks virus
3. Polumerase Chain Reaction (PCR)
- Sangat cepat dan sensitif
- Dapat digunakan berbagai spesiemen baik dsar vesikel, krusta mapupun CSF
- Sensitivitas 97-100%
- Dapat menemukan nucleic acid virus varicella zoster
4. Biopsi Kulit
- Tampak vesikel intraepidermal dengan gedenerasi sel epidermal dan acantholisis.
Pada dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate
Diagnosis Banding

Variola
Lebih berat, memberi gambaran monomorf dan penyebarannya dimulai dari bagian
akral tubuh (telapak tangan dan telapak kaki)

Herpes zoster diseminata

Herpes simpleks diseminata

Penatalaksanaan

Umum: untuk mencegah penularan kepada teman atau rekan kerja sebaiknya penderita tidak

masuk sekolah atau tidak kerja selama lima hari.


Khusus:
Topikal: lotion antipruritus, salep antibiotik (gentamycin), bedak salisil (asam salisilat 2%).
Sistemik: antihistamin, antipiretik bila ada demam, antivirus yang dapat digunakan:
Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari (dewasa)
Asiklovir 4 5 x 200 mg (max 800 mg/hari) untuk anak-anak
Valasiklovir 3 x 1 g/hari (dewasa) selama 7 hari
Famsiklovir 3 x 200 mg / hari selama 7 hari (dewasa).

Pemberian varicella-zooster immuno globulin (VZIG) diberikan kurang dari 96 jam setelah
terpapar, yaitu pada :
13

o
o
o

Wanita dengan kehamilan


Anak dengan gangguan sistem pertahanan tubuh
Bayi baru lahir dengan ibu tertular varicella dalam 5 hari sebelum melahirkan atau 48

jam setelah melahirkan


Bayi prematur usia 28 minggu atau lebih muda dengan orangtua tanpa riwayat cacar air
sebelumnya.

Asiklovir
Asiklovir [9-(2-hidroksietoksimetilguanin)] merupakan obat sintetik jenis analog
nukleosida purin. Sifat antivirus asiklovir terbatas pada kelompok virus herpes.
Pencegahan
1. Imunisasi Aktif
-

Vaksinasi dengan virus varicella dengan kekebalan yang didapat dapat bertahan
hingga 10 tahun

Pemberian secara subkutan

Efektif diatas 1 tahun dan direkomendasikan diberikan pada usia 12 hingga 8 tahun

2. Imunisasi Pasif
-

Menggunakan VZIG

Dapat diberikan kepada :


a. Anak usia diabawah 15 tahun yang belum pernah menderitavaricella atau zoster
b. Bayi baru lahir dimana ibunya menderita varicella dalam kurun waktu lima hari
sebelujm atau 48 jam setelah melahirkan
c. Bayi prematur dan bayi usia dibawah 14 hari yang ibunya belum pernah menderita
varicella atau herpes zoster
d. Anak-anak yang menderit leukimia dan lymphoma yang belum pernah menderita
varicella

Dosis 125 U / 10 kg BB, dosis minimum 125 U dan dosis maksimal 625 U

Diberikan IM tidak IV

Perlindungan hanya bersifat sementara

14

Anda mungkin juga menyukai