Skenario 2 Medikolegal
Skenario 2 Medikolegal
Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru berhenti
selama 10 menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan diagnosis sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama waktu tertentu. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah precordial dan
larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah terdengar.
Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain
disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga disebabkan
depresi pusat sirkulasi darah yang tidak adekwat, denyut nadi yang menghilang merupakan
indikasi bahwa pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging
dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun korban sudah diturunkan dari
tiang gantungan.
b. Kulit yang pucat
Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga
darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang
lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat. Akan tetapi ini bukan
merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian dihubungkan dengan
spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya
karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi
pucat.
c. Relaksasi otot
Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan mengalami
relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi
primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada menjadi
kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah. Relaksasi dari
otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak lebih muda dari
umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan iris dan sfincter
ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila menemukan anus yang mengalami dilatasi
harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat hubungan seksual perani/anus corong.
d. Perubahan pada mata
Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan
kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif. Hilangnya reflek cahaya pada
kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata.
Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari posisi
kelopak mata. Walaupun sering ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini
terjadi oleh karena kekakuan otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam kornea
ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk
membasahinya.
Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami kekeringan
dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi coklat
2
kehitaman. Area yang berubah warna ini berbentuk trianguler dengan basis pada perifer
kornea dan puncaknya di epikantus. Area ini disebuttaches noires de la sclerotiques.
Iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah kematian somatik, tetapi
reflek cahaya segera hilang bersamaan dengan iskemik pada batang otak. Pupil biasanya pada
posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus pupilaris walaupun
ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses rigor mortis. Diameter pupil sering
dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau intoksikasi obat seperti
keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukan kontraksi.
Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini mudah
menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah mati
dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2 mm atau
berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai sifat tidak
tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai 3 mm.
2. Tanda kematian pasti:
a. Penurunan suhu mayat (Algor Mortis)
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Proses
pemindahan panas ini berlangsung secara : Konduksi, Radiasi, dan evaporasi. Kecepatan
penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri.
Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat. Menurut Sympson
(Inggris), menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami
penurunan temperatur 2,50 F setiap jam pada enam jam pertama dan 1,6-2,0 F pada enam jam
berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya.
Maka itu penurunan suhu mayat dipengaruhi oleh faktor sbb:
o
Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungan
o
Suhu tubuh mayat saat mati
o
Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
o
Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
o
Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu
tubuh mayat
o
Aktivitas sebelum meninggal
o
Sebab kematian
o
Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
o
Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaaan tubuh yang
terpapar
Cara melakukan penilaian algor mortis:
o
o
o
o
o
Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal
(Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post
Mortem Interval) berikut.
Formula untuk suhu dalam Celcius
PMI = 37C Suhu Rektal C + 3
Formula untuk suhu dalam Fahrenheit
PMI = 98,6F Suhu Rektal F
(1,5)
Lebam mayat menyerupai luka memar, maka harus dibedakan. Perbedaannya adalah:
Sifat
Letak
Lebam mayat
Memar
Kutikula
Tidak rusak
Lokasi
Terdapat pada daerah yang luas, terutama Terdapat di sekitar bisa tampak di
luka pada bagian tubuh yang letaknya mana di mana saja pada bagian tubuh
rendah.
dan tidak meluas
Gambaran
Pinggiran
Jelas
Tidak jelas
Warnyanya sama
Memar yang
lama
warnanya
bervariasi. Memar yang baru
berwarna lebih tegas daripada warna
lebam mayat disekitarnya
Warna
.
Dampak
setelah
penekanan
Akan hilang walaupun hanya diberi Warnanya berubah sedikit saja jika
penekanan yang ringan. Maksimal 8 jam
lebam mayat tidak hilang dalam penekanan diberi penekanan.
Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar
pada suhu yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus listrik tegangan
tinggi. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan koagulasi protein otot sehingga
otot menjadi
kaku. Pada kasus terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur
tertentu yang disebut
dengan sikap pugilistik, yaitu suatu posisi di mana
semua sendi berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal. Sikap yang demikian
disebut juga sikap defensif.
Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :
Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku
karena panas.
Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika dipaksa
diregangkan.
Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut akan melanjut terus
sampai terjadinya pembusukan.
Kekakuan karena dingin (cold stiffening). Jika mayat terpapar suhu yang sangat
dingin, maka akan terjadi pembekuan jaringan lemak dan otot. Jika mayat
dipindahkan ke tempat yang suhunya lebih tinggi maka kekakuan tersebut akan
hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi dan cepat juga hilang.
Spasme kadaver (Cadaveric spasm). Otot yang berkontraksi sewaktu masih hidup
akan lebih cepat mengalami kekakuan setelah meninggal. Pada kekakuan ini tidak
ada tahap pertama yaitu tahapan relaksasi. Keadaan ini biasanya terjadi jika sebelum
meninggal
korban melakukan aktivitas berlebihan. Bentuk kekakuan akan
menunjukkan saat saat terakhir kehidupan korban. Fenomena ini sangat jarang
ditemukan.
Sifat
Kaku Mayat
Spasme Kadaver
Mulai timbul
Faktor
Kematian mendadak,aktivitas
berlebih, ketakutan, terlalu
lelah, perasaan tegang, dll.
Otot yang
terkena
predisposisi
Kaku otot
Kepentingan
dari segi
Suhu mayat
Dingin
Hangat
Kematian sel
Ada
Tidak ada
Rangsangan
listrik
Medikolegal
o
o
o
o
o
o
o
Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk
hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24
jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5
hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat
dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga
tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya
Proses-proses spesifik pada jenazah karena kondisi khusus:
o Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi
dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah
menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
o Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan
berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan
terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim
bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas.
Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan.
Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.
1. Informed consent
2. Anamnesa Pasien :
a. Umum :
Umur, tempat/tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid
Penyakit kelamin/penyakit kandungan/penyakit lain
Apa pernah bersetubuh
Kapan persetubuhan terakhir
Apakah memakai kondom
9
b. Khusus:
3.
Memeriksa pakaian
Robekan
Kancing putus
Bercak darah
Air mani
Lumpur
Rapi atau tidak
4.
Umum
-Penampilan
-Keadaan emosional
-Tanda bekas hilang kesadaran
-Tanda needle mark
-Tanda kekerasan
-Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, TB,
BB, TD, keadaan jantung, paru, abdomen
-Adakah trace evidence pada tubuh korban
Khusus
*Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani mongering
gunting
*Bercak air mani kerok/swab
*Vulva tanda kekerasan
*Introitus vagina
*Selaput daratentukan orifisiumperawan= 2,5cm ; persetubuhan=
9cm
*Frenulum labiorum pudenda
*Vagina dan cervix
5.
Pemeriksaan Laboratorium
10
Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Dapat
mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia). Mengandung spermatozoa, sel-sel
epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung
spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam. Karena kekhasan kandungan zat ini, zat ini dapat
digunakan untuk menentukan apakah suatu cairan atau bercak adalah sperma atua bukan.
Bahan yang diambil dari tubuh korban:
Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan dengan bantuan
spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior vagina dan permukaan mulut
rahim.
Penentuan ada/ tidaknya spermatozoa
Tanpa pewarnaan
Dengan pewarnaan
Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut
pada nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green
Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan.
Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci
dengan air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin
Yellowish 1% selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air
Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau)
Reaksi Berberio
Reakssi florence
Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih
Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh
Taktil
Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji
Pewarnaan baecchi
Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian
kolom, korona serta frenulum
Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan spesimen
menghadap ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan agar uap
iodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel epitel vagina
dengan sitoplasma berwarna cokelat karena mengandung banyak glikogen.
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan
adanya kromatin seks (barr body).
12
Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia,
baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum adalah laporan tertulis (termasuk kesimpulan mengenai sebab-sebab
perlukaan/kematian) yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatan, mengenai apa
yang dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuannya, atas permintaan tertulis dari pihak berwajib
untuk kepentingan peradilan.
Dasar hukum Visum et Repertum adalah sebagai berikut:
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana,ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu
sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP :
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu
penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana
umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh karena
visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan
jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta visum et
repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHAP).
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
(2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaiknya dan yang sebenarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya
Sanksi hukum bila siapa saja yang menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanksi
pidana :
13
14
o Derajat 1 Luka yang tergolong luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian penganiayaan
ringan (Psl.352)
o Derajat 2 Luka yg tergolong luka yg menimbulkan penyakit atau halangan utk
menjalankan pekerjaan atau pencaharian penganiayaan (Psl.351 [1]).
o Derajat 3 Luka yang tergolong luka berat penganiayaan berat (Psl.351 [2]).
o Luka yang menyebabkan mati Penganiayaan yang mati (ps. 351(3) KUHP),
pembunuhan (338 jo 340 KUHP)
Yang termasuk luka berat menurut pasal 90 KUHP:
o Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali
atau yang menimbulkan bahaya maut.
o Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian.
o Kehilangan salah satu panca indera.
o Mendapat cacat berat.
o Menderita sakit lumpuh.
o Terganggu daya pikirnya selama 4 minggu lebih.
o Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Berikut ini adalah contoh format Visum et Repertum yang sudah diisi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKO LEGAL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KEDIRI
-----------------------------------------------------------------------------------------------VISUM ET REPERTUM
( JENAZAH )
Th.2008
No. KF. 05. 333.
PRO JUSTITIA.
Berhubung dengan surat Saudara.-----------------------------------------------------------------------Nama : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088.--------------------------------Alamat : Kepolisian Sektor Kota Kediri,Jl.Raya Made No.50 Kediri 64219.---------------------Jabatan : An. Kepala.Kepolisian Sektor kota Kediri.-------------------------------------------------Tertanggal : 2 Agustus 2008, -No.Pol:224/01/10/2008.----------------------------------------------Yang kami terima pada tanggal ; 2 Agustus 2008, maka kami, Dr. Hj. Andati Tyagita SpF.
Dokter Spesialis Forensik, Dokter pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik dan
Mediko Legal RSUD Kediri, telah melakukan pemeriksaan luar pada tanggal: 2 Agustus
2008, pukul: 16.00 WIB dan pemeriksaan dalam pada tanggal: 2 Agustus 2008, pukul: 16.30
WIB di rumah sakit tersebut di atas, atas jenazah yang menurut surat Saudara
17
tersebut,---------------------------------------------------------------------------------------Bernama: Supadno, -Jenis kelamin: Laki-laki, -Umur: 50 Tahun.----------------------------------Alamat : Jalan Adityawarman 50 Kediri,---------------------------------------------------------------Bangsa : Indonesia ---------------------------------------------------------------------------------------Dengan dugaan meninggal karena : Pembunuhan. ---------------------------------------------------Korban ditemukan/ meninggal : di Ruang tamu rumahnya dalam keadaan mengeluarkan busa
dari dalam mulutnya---------------------------------------------------------------------------------------- Pada tanggal : 2 Agustus 2008, - Pukul : 07.00 WIB.----------------------------------------------Korban dibawa ke kamar jenazah RSU. Dr.Soedomo Kediri,----------------------------------------Oleh : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088 , Dengan kendaraan
No.Pol.: AG 1234 UA -------------------------------------------------------------------------------------Pada tanggal: 2 Agustus 2008,----------------------------Pukul : 11-30-----------------------------HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------------------------------------------------PEMERIKSAAN
LUAR
:---------------------------------------------------------------------------------
1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus
enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna kulit
sawo
matang.
----------------------------------------------------------------------------------2. Lebam mayat dan kaku mayat negatif. -----------------------------------------------------3. Korban berlabel dan tidak bersegel, keadaan gizi baik. --------------------------------------4. Pakaian sarung, celana dalam putih dan memakai kaos singlet. --------------------------5. Kepala / leher : baik rambut hitam lurus.----------------------------------------------------- di samping bibir masih terdapat sedikit busa putih------------------------------------------ kedua pupil mata melebar -------------------------------------------------------------------- bibir atas dan bawah membiru --------------------------------------------------------------- mulut berisi busa warna putih. ---------------------------------------------------------------- di bawah leher ada bekas cengkeraman kuku------------------------------------------------6. Dada : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.---------------------------7. Perut : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.---------------------------8. Punggung : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.---------------------9. Alat kelamin luar : --------------- ---------------------------------------------------------- dari lubang alat kelamin keluar cairan putih-------------------------------------------------10. Anggota gerak atas : --tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam-------11. Anggota gerak bawah : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam----PEMERIKSAAN
DALAM
:---------------------------------------------------------------------
1. Kepala / leher : ----------------------------------------------------------------------------- saluran kerongkongan tampak merah dan berlendir. --------------------------------------2.
Dada
:
--------------------------------------------------------------------------------------- paru dan jantung tidak ditemukan kelainan. ------------------------------------------------- perut : jaringan hati, limpa, kelenjar ludah perut, kandung empedu, usus dan ginjal, kandung
seni, ditemukan kelainan, ----------------------------------------------------------------PEMERIKSAAN
TAMBAHAN
:----------------------------------------------------------------
18
:-------------------------------------------------------------------------------
1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus
enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna kulit
sawo matang, rambut lurus hitam, panjang kurang lebih lima centimeter.
------------------------------------------------------------------------------------------------------2. Pemeriksaan Luar : --------------------------------------------------------------------------------tidak ditemukan luka memar, luka lubang, luka robek di sekitar mulut, serta mulut
berbusa--------------------3. Pemeriksaan Dalam: ------------------------------------------------------------------------------tidak ditemukan memar di bawah kulit kepala, memar di bawah kulit leher dan memar di
bawah kulit dada serta ditemukan cairan warna merah di rongga dada.
-----------------------------------------4. Pada alat kelamin ditemukan keluar cairan warna putih dari lubang kelamin. -----------5. Jadi korban meninggal dunia oleh karena keracunan. ---------------------------------------Demikian Visum Et Repertum ini kami buat dengan mengingat sumpah waktu menerima
jabatan.
Tanda tangan,
19
DAFTAR PUSTAKA
DiMaio, Vincent & Dominick. 2001. Forensic Pathology second edition. Florida: CRC press
Idries, Abdul M. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan.
Jakarta: sagung seto
Budiyanto A, widiatmaka W, Sudiono S, Mun'im TWA, Sidhi, Hertian S et al. Ilmu Kedokteran
forensik. Jakarta, Indonesia : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997.
Budiyanto A, widiatmaka W, Sudiono S, Mun'im TWA, Sidhi, Hertian S et al. Teknik Autopsi
Forensik. Jakarta, Indonesia : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2000.
20