Anda di halaman 1dari 20

Skenario 2

Nama: Yusrina Alvi Fauzziah


NPM: 1102009309
Penemu Mayat Menghilang

I. Memahami dan Menjelaskan Tentang Perubahan Perubahan Setelah Mati


Ilmu kedokteran Forensik yang mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah
kematian serta faktor yang mempengaruhi disebut Tanatologi. Tanatologi ini berguna dalam :
Menentukan apakah korban sudah mati atau belum
Menentukan lama korban telah mati, dan
Menentukan apakah korban tersebut mati wajar atau tidak.
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda
kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul
dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan
peredaran darah berhenti, pernapasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang,
kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pascamati yang jelas
yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.
Dahulu kematian ditandai dengan tidak berfungsinya lagi jantung. Konsep baru sekarang ini
mengenai kematian mencakup berhentinya fungsi pernafasan, jantung dan otak. Dimana saat
kematian ditentukan berdasarkan saat otak berhenti berfungsi. Pada saat itulah jika diperiksa
dengan elektro-ensefalo-grafi (EEG) diperoleh garis yang datar.
Tanda yang segera dikenali setelah kematian;
Berhentinya sirkulasi darah
Berhentinya pernafasan
Tanda-tanda kematian setelah beberapa saat kemudian:

Perubahan pada mata


Perubahan pada kulit
Perubahan temperatur tubuh
Lebam mayat
Kaku mayat

Tanda-tanda kematian setelah selang waktu yang lama:


Proses pembusukan
Saponifikasi atau adiposera
Mumifikasi
Tanda kematian dibagi menjadi dua:
1. Tanda kematian tidak pasti:
a. Berhentinya sistim pernafasan dan sistim sirkulasi.
1

Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung dan paru berhenti
selama 10 menit, namun dalam prakteknya seringkali terjadi kesalahan diagnosis sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengamati selama waktu tertentu. Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah precordial dan
larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah terdengar.
Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas terhenti, selain
disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang berbeda-beda dapat juga disebabkan
depresi pusat sirkulasi darah yang tidak adekwat, denyut nadi yang menghilang merupakan
indikasi bahwa pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging
dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun korban sudah diturunkan dari
tiang gantungan.
b. Kulit yang pucat
Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi darah sehingga
darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit muka akan mengalir ke bagian yang
lebih rendah sehingga warna kulit muka tampak menjadi lebih pucat. Akan tetapi ini bukan
merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-kadang kematian dihubungkan dengan
spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat tertentu (misalnya
karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan bertahan lama dan tidak cepat menjadi
pucat.
c. Relaksasi otot
Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot polos akan mengalami
relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus. Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi
primer. Akibatnya rahang turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada menjadi
kolap dan bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah. Relaksasi dari
otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati tampak lebih muda dari
umur sebenarnya, sedangkan relaksasi pada otot polos akan mengakibatkan iris dan sfincter
ani akan mengalami dilatasi. Oleh karena itu bila menemukan anus yang mengalami dilatasi
harus hati-hati menyimpulkan sebagai akibat hubungan seksual perani/anus corong.
d. Perubahan pada mata
Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya yang menyebabkan
kornea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang negatif. Hilangnya reflek cahaya pada
kornea ini disebabkan karena kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata.
Kekeruhan pada kornea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari posisi
kelopak mata. Walaupun sering ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini
terjadi oleh karena kekakuan otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam kornea
ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air untuk
membasahinya.
Bila kelopak mata tetap terbuka sclera yang ada disekitar kornea akan mengalami kekeringan
dan berubah menjadi kuning dalam beberapa jam yang kemudian berubah menjadi coklat
2

kehitaman. Area yang berubah warna ini berbentuk trianguler dengan basis pada perifer
kornea dan puncaknya di epikantus. Area ini disebuttaches noires de la sclerotiques.
Iris masih bereaksi dengan stimulasi kimia sampai 4 jam sesudah kematian somatik, tetapi
reflek cahaya segera hilang bersamaan dengan iskemik pada batang otak. Pupil biasanya pada
posisi mid midriasis yang disebabkan oleh karena relaksasi dari muskulus pupilaris walaupun
ada sebagian ahli yang menganggap ini sebagai proses rigor mortis. Diameter pupil sering
dihubungkan dengan sebab kematian seperti lesi di otak atau intoksikasi obat seperti
keracunan morphin dimana sewaktu hidup pupil menunjukan kontraksi.
Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler yang turun ini mudah
menyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil kehilangan bentuk sirkuler setelah mati
dan ukurannya pun menjadi tidak sama ,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2 mm atau
berdilatasi sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai sifat tidak
tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan sampai 3 mm.
2. Tanda kematian pasti:
a. Penurunan suhu mayat (Algor Mortis)
Suhu tubuh pada orang yang sudah meninggal perlahan-lahan akan sama dengan suhu
lingkungannya karena mayat tersebut akan melepaskan panas dan suhunya menurun. Proses
pemindahan panas ini berlangsung secara : Konduksi, Radiasi, dan evaporasi. Kecepatan
penurunan suhu pada mayat bergantung kepada suhu lingkungan dan suhu mayat tu sendiri.
Pada iklim yang dingin maka penurunan suhu mayat berlangsung cepat. Menurut Sympson
(Inggris), menyatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami
penurunan temperatur 2,50 F setiap jam pada enam jam pertama dan 1,6-2,0 F pada enam jam
berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya.
Maka itu penurunan suhu mayat dipengaruhi oleh faktor sbb:
o
Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungan
o
Suhu tubuh mayat saat mati
o
Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
o
Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
o
Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu
tubuh mayat
o
Aktivitas sebelum meninggal
o
Sebab kematian
o
Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayat
o
Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaaan tubuh yang
terpapar
Cara melakukan penilaian algor mortis:
o
o
o
o
o

Tempat pengukuran suhu memegang peranan penting


Dahi dingin setelah 4 jam post mortem
Badan dingin setelah 12 jam post mortem
Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam post mortem
Bila mayat mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran
dan keadaan airnya

Perkiraan saat kematian dapat dihitung dari pengukuran suhu jenazah perrektal
(Rectal Temperature/RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus PMI (Post
Mortem Interval) berikut.
Formula untuk suhu dalam Celcius
PMI = 37C Suhu Rektal C + 3
Formula untuk suhu dalam Fahrenheit
PMI = 98,6F Suhu Rektal F
(1,5)

b. Lebam mayat (Livor Mortis)


Lebam mayat terjadi akibat terkumpulnya darah pada jaringan kulit dan subkutan disertai
pelebaran pembuluh kapiler pada bagian tubuh yang letaknya rendah atau bagian tubuh yang
tergantung. Keadaan ini memberi gambaran berupa warna ungu kemerahan.
Setelah seseorang meninggal, mayatnya menjadi suatu benda mati sehingga darah akan
berkumpul sesuai dengan hukum gravitasi. Lebam mayat pada awalnya berupa bercak yang
biasanya muncul seperti lebam keunguan yang terlihat kurang dari 1 jam setelah kematian.
Lebam ini akan semakin jelas dalam beberapa jam berikutnya. Fenomena ini biasanya
menjadi lengkap dalam 6-12 jam dan dikatakan menetap (lebam tidak hilang pada penekanan
dengan jari dan tidak akan hilang bila mayat dipindahkan).
Pembekuan darah terjadi dalam waktu 6-10 jam setelah kematian. Lebam mayat ini bisa
berubah baik ukuran maupun letaknya tergantung dari perubahan posisi mayat. Karena itu
penting sekali untuk memastikan bahwa mayat belum disentuh oleh orang lain. Posisi mayat
ini juga penting untuk menentukan apakah kematian disebabkan karena pembunuhan atau
bunuh diri.
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan untuk memperkirakan penyebab kematian
:
o Merah kebiruan merupakan warna normal lebam
o Merah terang menandakan keracunan CO(cherry red), keracunan CN (bright scarlet)
atau suhu dingin (bright pink)
o Merah gelap menunjukkan asfiksia
o Perunggu pucat bergaris-garis menandakan kematian akibat abortus septic
o Coklat (chocolate brown) menandakan keracunan potassium chlorate nitrate
Kepentingan medikolegal dari lebam mayat
Merupakan tanda dari kematian
Bisa membantu menentukan posisi dari mayat dan penyebab kematian
Jika mayat terletak pada posisi punggung dibawah, maka lebam mayat pertama sekali
terlihat pada bagian leher dan bahu, baru kemudian menyebar ke punggung.
o
Pada mayat dengan posisi tergantung, lebam mayat tampak pada bagian tungkai dan
lengan.
o
Pada beberapa kasus, warna dari lebam mayat ini bisa lain daripada normal.
o
Dapat juga digunakan memperkirakan saat kematian.
o
o
o

Lebam mayat menyerupai luka memar, maka harus dibedakan. Perbedaannya adalah:
Sifat

Letak

Lebam mayat

Memar

Epidermal, karena pelebaran pembuluh Ruptur pembuluh darah yang


darah
letaknya bisa superfisial atau lebih
dalam
yang tampak sampai ke permukaan kulit

Kutikula

Tidak rusak

Kulit ari rusak

Lokasi

Terdapat pada daerah yang luas, terutama Terdapat di sekitar bisa tampak di
luka pada bagian tubuh yang letaknya mana di mana saja pada bagian tubuh
rendah.
dan tidak meluas

Gambaran

Pada lebam mayat tidak ada evalasi dari Biasanya membengkak


kulit

Pinggiran

Jelas

Tidak jelas

Warnyanya sama

Memar yang
lama
warnanya
bervariasi. Memar yang baru
berwarna lebih tegas daripada warna
lebam mayat disekitarnya

Warna
.

Darah ke jaringan sekitar, susah


dibersihkan jaringan sekitar, susah
Pada
pembuluh, dan mudah dibersihkan. dibersihkan jika hanya dengan air
pemotongan
mengalir.
Jaringan
subkutan
Jaringan subkutan tampak pucat.
berwarna merah kehitaman.
Pada pemotongan, darah tampak dalam

Dampak
setelah
penekanan

Akan hilang walaupun hanya diberi Warnanya berubah sedikit saja jika
penekanan yang ringan. Maksimal 8 jam
lebam mayat tidak hilang dalam penekanan diberi penekanan.

c. Kaku mayat (Rigor Mortis)


Rigor mortis atau kaku jenazah terjadi akibat hilangnya ATP. ATP digunakan untuk
memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi otot. Namun karena pada saat
kematian terjadi penurunan cadangan ATP maka ikatan antara aktin dan myosin akan
menetap (menggumpal) dan terjadilah kekakuan jenazah. Rigor mortis akan mulai muncul 2
jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem.
Kemudian setelah itu akan berangsur-angsur menghilang sesuai dengan kemunculannya.
Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal (24 jam postmortem) kaku jenazah sudah tidak ada
lagi.
Perubahan otot yang terjadi setelah kematian bisa dibagi dalam 3 tahap :
o Periode relaksasi primer (flaksiditas primer)
Hal ini terjadi segera setelah kematian. Biasanya berlangsung selama 2-3 jam. Seluruh otot
tubuh mengalami relaksasi,dan bisa digerakkan ke segala arah. Iritabilitas otot masih ada
tetapi tonus otot menghilang. Pada kasus di mana mayat letaknya berbaring rahang bawah
akan jatuh dan kelopak mata juga akan turun dan lemas.
o Kaku mayat (rigor mortis)
Kaku mayat akan terjadi setelah tahap relaksasi primer. Keadaan ini berlangsung setelah
terjadinya kematian tingkat sel, dimana aktivitas listrik otot tidak ada lagi. Otot menjadi
kaku. Fenomena kaku mayat ini pertama sekali terjadi pada otot-otot mata, bagian
belakang leher, rahang bawah, wajah, bagian depan leher, dada, abdomen bagian atas dan
terakhir pada otot tungkai. Akibat kaku mayat ini seluruh mayat menjadi kaku, otot
memendek dan persendian pada mayat akan terlihat dalam posisi sedikit fleksi. Keadaan
ini berlangsung selama 24 - 48 jam pada musim dingin dan 18 - 36 jam pada musim panas.
o Periode relaksasi sekunder
Otot menjadi relaks (lemas) dan mudah digerakkan. Hal ini terjadi karena pemecahan
protein, dan tidak mengalami reaksi secara fisik maupun kimia. Proses pembusukan juga
mulai terjadi. Pada beberapa kasus, kaku mayat sangat cepat berlangsung sehingga sulit
membedakan antara relaksasi primer dengan relaksasi sekunder.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kaku Mayat
o Keadaan Lingkungan. Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat
terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan
lembab. Pada kasus di mana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan
cepat terjadi dan berlangsung lebih lama.
o Usia. Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung
tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru
tampat pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur)
o Cara kematian. Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat
cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak, kaku mayat
lambat terjadi dan berlangsung lebih lama.
o Kondisi otot. Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus
di mana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum
meninggal keadaan otot sudah lemah.

Diagnosis Banding Kaku Mayat


o

Kekakuan karena panas (heat stiffening). Keadaan ini terjadi jika mayat terpapar
pada suhu yang lebih tinggi dari 750 C, atau jika mayat terkena arus listrik tegangan
tinggi. Kedua keadaan diatas akan menyebabkan koagulasi protein otot sehingga
otot menjadi
kaku. Pada kasus terbakar, keadaan mayat menunjukkan postur
tertentu yang disebut
dengan sikap pugilistik, yaitu suatu posisi di mana
semua sendi berada dalam keadaan fleksi dan tangan terkepal. Sikap yang demikian
disebut juga sikap defensif.
Perbedaan antara kaku mayat dengan kaku karena panas adalah :

Adanya tanda kekakuan bekas terbakar pada permukaan mayat pada kaku
karena panas.
Pada kasus kekakuan karena panas, otot akan mengalami laserasi jika dipaksa
diregangkan.
Pada kaku karena panas, kekakuan tersebut akan berlanjut akan melanjut terus
sampai terjadinya pembusukan.

Kekakuan karena dingin (cold stiffening). Jika mayat terpapar suhu yang sangat
dingin, maka akan terjadi pembekuan jaringan lemak dan otot. Jika mayat
dipindahkan ke tempat yang suhunya lebih tinggi maka kekakuan tersebut akan
hilang. Kaku karena dingin cepat terjadi dan cepat juga hilang.

Spasme kadaver (Cadaveric spasm). Otot yang berkontraksi sewaktu masih hidup
akan lebih cepat mengalami kekakuan setelah meninggal. Pada kekakuan ini tidak
ada tahap pertama yaitu tahapan relaksasi. Keadaan ini biasanya terjadi jika sebelum
meninggal
korban melakukan aktivitas berlebihan. Bentuk kekakuan akan
menunjukkan saat saat terakhir kehidupan korban. Fenomena ini sangat jarang
ditemukan.

Perbedaan antara Kaku Mayat dengan Spasme Kadaver

Sifat

Kaku Mayat

Spasme Kadaver

Mulai timbul

1-2 jam setelah meninggal

Segera setelah meninggal

Faktor

Kematian mendadak,aktivitas
berlebih, ketakutan, terlalu
lelah, perasaan tegang, dll.

Otot yang

Semua otot, termasuk otot

Biasanya terbatas pada satu

terkena

volunter dan involunter

kelompok otot volunter

predisposisi

Kaku otot

Tidak jelas, dapat dilawan


dengan sedikit tenaga.

Kepentingan
dari segi

Sangat jelas, perlu tenaga yang


kuat
untuk
melawan
kekakuannya.

Untuk perkiraan saat kematian

Menunjukkan cara kematian


yaitu bunuh diri,pembunuhan
atau kecelakaan

Suhu mayat

Dingin

Hangat

Kematian sel

Ada

Tidak ada

Rangsangan
listrik

Tidak ada respon otot

Ada respon otot

Medikolegal

Kepentingan Kaku Mayat dari segi medikolegal :


o Pada kasus bunuh diri, mungkin alat yang digunakan untuk tujuan bunuh diri
masih berada dalam genggaman.
o Pada kasus kematian karena tenggelam, mungkin pada tangan korban bisa
terdapat daun atau
rumput.
o Pada kasus pembunuhan, pada gemgaman korban mungkin bisa diperoleh
sesuatu yang memberi petunjuk untuk mencari pembunuhnya.
d. Proses pembusukan (Dekomposisi)
Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja
bakteri. Mulai muncul 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah
sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas seperti
HCN, H2S dan lain-lain. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses
pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata
membengkak dan lidah terjulur. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu
lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah
penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat.
Tanda-tanda pembusukan:
Warna kehijauan pada dinding perut daerah caecum, yang disebabkan reaksi
hemoglobin dengan H2S menjadi sulfmethemolobin
o
Wajah dan bibir membengkak
o

o
o
o
o
o
o
o

Scrotum dan vulva membengkak


Abdomen membengkak, akibat adanya gas pembusukan dalam usus sehingga
mengakibatkan keluarnya fese dari anus dan isi lambung dari mulut dan lubang
hidung
Vena-vena superfisialis pada kulit berwarna kehijauan disebut Marbling
Pembentukan gas-gas pembusukan di bawah lapisan epidermis sehingga
timbul bulla
Akibat tekanan gas-gas pembusukkan, gas dalam paru terdesak, sehingga
darah keluar dari mulut dan hidung
Bola mata menonjol keluar akibat gas pembusukkan dalam orbita
Kuku dan rambut dapat terlepas, serta dinding perut dapat pecah

Jika pembusukan terus berlangsung, maka bau busuk yang timbul akan menarik lalat untuk
hinggap pada mayat. Lalat menempatkan telurnya pada mayat, di mana dalam waktu 8-24
jam telur akan menetas menghasilkan larva-yang sering disebut belatung. Dalam waktu 4-5
hari, belatung ini lalu menjadi pupa, dimana setelah 4-5 hari kemudian akan menjadi lalat
dewasa. Pada tahap ini bagian dari tulang tengkorak mulai tampak. Rektum dan uterus juga
tampak dan uterus gravid juga bisa mengeluarkan isinya
Proses-proses spesifik pada jenazah karena kondisi khusus:
o Mummifikasi
Mummifikasi terjadi pada suhu panas dan kering sehingga tubuh akan terdehidrasi
dengan cepat. Mummifikasi terjadi pada 12-14 minggu. Jaringan akan berubah
menjadi keras, kering, warna coklat gelap, berkeriput dan tidak membusuk.
o Adipocere
Adipocere adalah proses terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak dan
berminyak yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh postmortem. Lemak akan
terhidrolisis menjadi asam lemak bebas karena kerja lipase endogen dan enzim
bakteri.
Faktor yang mempermudah terbentuknya adipocere adalah kelembaban dan suhu panas.
Pembentukan adipocere membutuhkan waktu beberapa minggu sampai beberap bulan.
Adipocere relatif resisten terhadap pembusukan.

III. Memahami dan Menjelaskan Investigasi Kasus Perkosaan


1. Kronologis Pemeriksaan Kasus Kejahatan Seksual:

1. Informed consent
2. Anamnesa Pasien :
a. Umum :
Umur, tempat/tanggal lahir, status perkawinan, siklus haid
Penyakit kelamin/penyakit kandungan/penyakit lain
Apa pernah bersetubuh
Kapan persetubuhan terakhir
Apakah memakai kondom
9

b. Khusus:

Waktu kejadian, tanggal, jam, tempat kejadian


Apakah korban melawan
Apakah korban pingsan
Apa ada penetrasi dan ejakulasi
Apa setelah kejadian korban mencuci, mandi, atau ganti pakaian

3.

Memeriksa pakaian

Robekan
Kancing putus
Bercak darah
Air mani
Lumpur
Rapi atau tidak

4.

Memeriksa tubuh korban

Umum
-Penampilan
-Keadaan emosional
-Tanda bekas hilang kesadaran
-Tanda needle mark
-Tanda kekerasan
-Tanda perkembangan alat kelamin sekunder, pupil, reflex cahaya, TB,
BB, TD, keadaan jantung, paru, abdomen
-Adakah trace evidence pada tubuh korban
Khusus
*Rambut kemaluan yang saling melekat karena air mani mongering
gunting
*Bercak air mani kerok/swab
*Vulva tanda kekerasan
*Introitus vagina
*Selaput daratentukan orifisiumperawan= 2,5cm ; persetubuhan=
9cm
*Frenulum labiorum pudenda
*Vagina dan cervix
5.

Pemeriksaan Laboratorium

Tes Penyaring cairan mani Tes fosfatase asam, visual/taktil, UV


Tes Penentu cairan mani Berberio, Florence, Puranen
Tes Penentu spermatozoa Sediaan langsung, Malascheet Green, Baechii
Tes toksikologi (urin,darah)
Tes kehamilan
Tes kuman Gonorrhea

2. Pemeriksaan laboratoriun pada kasus kejahatan seksual


Pemeriksaan cairan mani

10

Semen merupakan cairan agak kental, berwarna putih kekuningan, keruh dan berbau khas. Dapat
mengandung/ tidak mengandung spermatozoa (pada azospermia). Mengandung spermatozoa, sel-sel
epitel, dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung
spermin dan beberapa enzim seperti fosfatase asam. Karena kekhasan kandungan zat ini, zat ini dapat
digunakan untuk menentukan apakah suatu cairan atau bercak adalah sperma atua bukan.
Bahan yang diambil dari tubuh korban:
Cairan mani dalam vagina untuk membuktikan adanya persetubuhan. Swab dilakukan dengan bantuan
spekulum. Dengan cotton but dilakukan swab pada forniks posterior vagina dan permukaan mulut
rahim.
Penentuan ada/ tidaknya spermatozoa
Tanpa pewarnaan

Untuk melihat apakah ada spermatozoa yang masih bergerak


Umumnya, dalam 2-3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa
yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang sampai 3-4 jam.
Cara pemeriksaan: satu tetes lendir vagina diletakan pada kaca obyek, dilihat dengan
pembesaran 500 x serta kondensor diturunkan. Perhatikan gerakan sperma.

Spermatozoa dapat ditemukan 3-6 hari pasca persetubuhan

Dengan pewarnaan

Dibuat sediaan apus dan difiksasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut
pada nyala api. Pulas dengan HE, methy lene blue atau malachite green
Malachite green adalalh cara yang mudah dan baik digunakan.
Warnai dengan larutan malachite green 1% selama 10-15 menit, lalu cuci
dengan air mengalir dan setelah itu lakukakn counterstain dengan Eosin
Yellowish 1% selama 1 menit, terakir cuci lagi dengan air
Terlihat gambaran sperma: kepala (merah), leher( merah muda), ekor (hijau)

Penentuan cairan mani (kimiawi)


Reaksi fosfatase asam

Mendeteksi adanya enzim Fosfatase asam dalam bercak/ cairan


Merupakan reaksi penyaring ada/ tidaknya mani, sehingga kharus
dikonfirmasi ulang lagi dengan menggunakan tes penentu
Cara pemeriksaan : Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring ang
telah terlebih dahulu dibasahi dengan akuades selama beberapa menit.
Kemudian kertas saring diangkat dan disemprotkan dengan reagens.
(+) timbul warna ungu dalam waktu 30 detik
+ palsu dapat ditemukan pada feses, air teh, kontraseptik, sari buah dan
tumbuh-tumbuhan.

Reaksi Berberio

Dasar reaksi: menentukan adanya spermin dalam semen


Merupakan reaksi penentu ada/ tidaknya mani
11

Reagen yang digunakan larutan asam pikrat jenuh


(+) kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan berbentuk jarum dengan ujung
tumpul, kadang-kadang terdapat garis refraksi yang terletak longitudinal

Reakssi florence

Dasar reaksi adalah untuk menentukan ada/ tidaknya kholin.


Cara pemeriksaan: Ekstrak diletakan pada kaca obyek, biarkan mengering, tutup
dengan kaca penutup. Reagen dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.
(+) kristal kholin-periodida berwarna cokelat, berbentuk jarum dengan ujung sering
terbelah.
+ palsu ekstrak jaringan berbagai organ (putih telur, ekstrak seranggga) akan
memberikan warna serupa.

Pemeriksa bercak mani pada pakaian


Visual
Bercak manu berbatas tegas, dan lebih gelap dari sekitarnya, bercak yang sudah agak tua berwarna
agak kekuning-kuningan. Pada bahan tekstil yang tidak menyerap, bercak yang segar akan
menunjukkan permukaan mengkilap dan translusen, kemudian akan mengering.

Dengan bantuan sinar Ultraviolet bercak semen akan menunjukkan warna putih
Dengan bantuan lampu wood: dapat ditemukan bercak putih pada kulit/ tubuh
Taktil
Bercak mani terasa memberi kesan kaku seperti kanji

Pewarnaan baecchi

Untuk mengetahui adanya spermatozoa pada bercak kain


Dengan jarum diambil 1-2 helai benang, leyakkan pada gelas obyek dan diuraikan
sampai serabut-serabut saling terpisah. Tutup dengan gelas tutup dan balsem kanada,
periksa dengan mikroskop pembesaran 400 kali. Serabut pakaian tidak mengambil
warna, spermatozoa dengan kepala berwarna merah dan ekor merah muda terlihat
banyak menempel pada selaput benang.

Pemeriksaan pria tersangka


Cara lugol

Kaca obyek ditempelkan dan ditekankan pada glans penis, terutama pada bagian
kolom, korona serta frenulum
Kemudian letakkan dengan spesimen menghadap ke bawah dengan spesimen
menghadap ke bawah dia atas tempat yang berisi larutan lugol dengan tujuan agar uap
iodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasik + menunjukan sel-sel epitel vagina
dengan sitoplasma berwarna cokelat karena mengandung banyak glikogen.
Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan
adanya kromatin seks (barr body).

II. Memahami dan Menjelaskan Tentang Visum Et Repertum (VER)

12

Visum et repertum disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas
permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia,
baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia, berdasarkan
keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Visum et repertum adalah laporan tertulis (termasuk kesimpulan mengenai sebab-sebab
perlukaan/kematian) yang dibuat oleh dokter berdasarkan sumpah jabatan, mengenai apa
yang dilihat/diperiksa berdasarkan keilmuannya, atas permintaan tertulis dari pihak berwajib
untuk kepentingan peradilan.
Dasar hukum Visum et Repertum adalah sebagai berikut:
Pasal 133 KUHAP menyebutkan:
1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana,ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu
sebagaimana bunyi pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP :
Penyidik yang dimaksud di sini adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu
penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik ini adalah penyidik tunggal bagi pidana
umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh karena
visum et repertum adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan
jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta visum et
repertum, karena mereka hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang
menjadi dasar hukumnya masing-masing (Pasal 7(2) KUHAP).
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan
(2) Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaiknya dan yang sebenarnya menurut
pengetahuan dalam bidang keahliannya
Sanksi hukum bila siapa saja yang menolak permintaan penyidik, dapat dikenakan sanksi
pidana :
13

Pasal 216 KUHP :


Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut
undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak
pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
mengga-galkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
Pasal 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan
mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah
Pasal 224 KUHP :
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus dipenuhinya,
diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan bulan.
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184
KUHP:
Alat bukti yang sah adalah :
(a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk, (e) Keterangan terdakwa
Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia, dimana VeR menguraikan segala sesuatu tentang hasil
pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat
dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau
pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian
kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu
kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat
diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat
menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa
manusia. Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di sidang
pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti
yang tercantum dalam KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau
penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa
atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180
KUHAP.
Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk mengungkapkan
perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang
akan didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan
pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu
Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit tentang tata laksana
pengadaan visum et repertum.

14

Macam-macam visum et repertum:


o Visum et Repertum korban hidup :
Visum et repertum.
Visum et Repertum sementara.
Visum et Repertum lanjutan.
o Visum et Repertum mayat (Harus dibuat berdasarkan hasil autopsi lengkap)
o Visum et Repertum pemeriksaan TKP.
o Visum et Repertum penggalian mayat.
o Visum et Repertum mengenai umur.
o Visum et Repertum Psikiatrik.
o Visum et Repertum mengenai BB
Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o

Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa


Bernomor dan bertanggal
Mencantumkan kata Pro Justitia di bagian atas kiri (kiri atau tengah)
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan
pemeriksaan
Tidak menggunakan istilah asing
Ditandatangani dan diberi nama jelas
Berstempel instansi pemeriksa tersebut
Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan
Hanya diberikan kepada penyidik peminta visum et repertum. Apabila ada lebih dari
satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik POM, dan keduanya
berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat diberi visum et repertum
masing-masing asli
Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan
disimpan sebaiknya hingga 20 tahun

Bagian-bagian visum et repertum:


1. PRO JUSTISIA.
Kata ini dicantumkan disudut kiri atas, dan dengan demikian visum et repertum tidak
perlu bermaterai, sesuai dengan pasal 136 KUHAP.
2. PENDAHULUAN.
Bagian ini memuat antara lain :
o
o
o
o
o
o

Identitas pemohon visum et repertum.


Identitas dokter yang memeriksa /membuat visum et repertum.
Tempat dilakukannya pemeriksaan (misalnya rumah sakit X Surabaya).
Tanggal dan jam dilakukannya
Identitas korban.
Keterangan dari penyidik mengenai cara kematian, luka, dimana korban
dirawat, waktu korban meninggal.
15

o Keteranganmengenai orang yang menyerahkan / mengantar korban pada


dokter dan waktu saat korban diterima dirumah sakit.
3. PEMBERITAAN.
o Identitas korban menurut pemeriksaan dokter, (umur, jenis kel,TB/BB), serta
keadaan umum.
o Hasil pemeriksaan berupa kelainan yang ditemukan pada korban.
o Tindakan-tindakan / operasi yang telah dilakukan.
o Hasil pemeriksaan tambahan
o Syarat-syarat :
- Memakai bahasa Indonesia yg mudah dimengerti orang awam.
- Angka harus ditulis dengan huruf, (4cm ditulis empat sentimeter).
- Tidak dibenarkan menulis diagnosa luka, (luka bacok, luka tembak
dll).
- Luka harus dilukiskan dengan kata-kata
- Memuat hasil pemeriksaan yang objektif (sesuai apa yang dilihat dan
ditemukan).
4. KESIMPULAN.
o Bagian ini berupa pendapat pribadi dari dokter yang memeriksa, mengenai
hasil pemeriksaan sesuai dgn pengetahuan yang sebaik-baiknya.
o Seseorang melakukan pengamatan dengan kelima panca indera (pengelihatan,
pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan).
o Sifatnya subjektif.
5. PENUTUP.
o Memuat kata Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan mengingat
sumpah pada waktu menerima jabatan.
o Diakhiri dengan tanda tangan, nama lengkap/NIP dokter.
Contoh visum et repertum terlampir
Penyidik dibenarkan mencabut SPVR (Instr. Kapolri No.Pol:INS/E/20/IX/75):
Bila ada keluarga korban/mayat keberatan jika diadakan visum et repertum bedah mayat,
maka adalah kewajiban dari petugas Polri cq. Pemeriksa untuk secara persuasif memberikan
penjelasan perlu dan pentingnya autopsi untuk kepentingan penyidik, kalau perlu
ditegakkannya pasal 222 KUHP.
Pada dasarnya penarikan/pencabutan kembali visum et repertum tidak dapat dibenarkan. Bila
terpaksa visum et repertum yang sudah diminta harus diadakan pencabutan/penarikan
kembali, maka hal tersebut hanya dapat diberikan oleh Komandan Kesatuan paling rendah
setingkat Komres dan untuk kota besar hanya oleh Dantabes.
Pada kesimpulan visum et repertum untuk orang/korban hidup, yaitu pada visum et repertum
lanjutan, harus dilengkapi dengan kualifikasi luka. Kualifikasi luka akan memudahkan hakim
untuk menjatuhkan pidana.
Kualifikasi luka (KUHP) terdiri dari :
16

o Derajat 1 Luka yang tergolong luka yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian penganiayaan
ringan (Psl.352)
o Derajat 2 Luka yg tergolong luka yg menimbulkan penyakit atau halangan utk
menjalankan pekerjaan atau pencaharian penganiayaan (Psl.351 [1]).
o Derajat 3 Luka yang tergolong luka berat penganiayaan berat (Psl.351 [2]).
o Luka yang menyebabkan mati Penganiayaan yang mati (ps. 351(3) KUHP),
pembunuhan (338 jo 340 KUHP)
Yang termasuk luka berat menurut pasal 90 KUHP:
o Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali
atau yang menimbulkan bahaya maut.
o Tidak mampu secara terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian.
o Kehilangan salah satu panca indera.
o Mendapat cacat berat.
o Menderita sakit lumpuh.
o Terganggu daya pikirnya selama 4 minggu lebih.
o Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Berikut ini adalah contoh format Visum et Repertum yang sudah diisi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKO LEGAL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KEDIRI
-----------------------------------------------------------------------------------------------VISUM ET REPERTUM
( JENAZAH )
Th.2008
No. KF. 05. 333.
PRO JUSTITIA.
Berhubung dengan surat Saudara.-----------------------------------------------------------------------Nama : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088.--------------------------------Alamat : Kepolisian Sektor Kota Kediri,Jl.Raya Made No.50 Kediri 64219.---------------------Jabatan : An. Kepala.Kepolisian Sektor kota Kediri.-------------------------------------------------Tertanggal : 2 Agustus 2008, -No.Pol:224/01/10/2008.----------------------------------------------Yang kami terima pada tanggal ; 2 Agustus 2008, maka kami, Dr. Hj. Andati Tyagita SpF.
Dokter Spesialis Forensik, Dokter pemerintah pada Instalasi Kedokteran Forensik dan
Mediko Legal RSUD Kediri, telah melakukan pemeriksaan luar pada tanggal: 2 Agustus
2008, pukul: 16.00 WIB dan pemeriksaan dalam pada tanggal: 2 Agustus 2008, pukul: 16.30
WIB di rumah sakit tersebut di atas, atas jenazah yang menurut surat Saudara
17

tersebut,---------------------------------------------------------------------------------------Bernama: Supadno, -Jenis kelamin: Laki-laki, -Umur: 50 Tahun.----------------------------------Alamat : Jalan Adityawarman 50 Kediri,---------------------------------------------------------------Bangsa : Indonesia ---------------------------------------------------------------------------------------Dengan dugaan meninggal karena : Pembunuhan. ---------------------------------------------------Korban ditemukan/ meninggal : di Ruang tamu rumahnya dalam keadaan mengeluarkan busa
dari dalam mulutnya---------------------------------------------------------------------------------------- Pada tanggal : 2 Agustus 2008, - Pukul : 07.00 WIB.----------------------------------------------Korban dibawa ke kamar jenazah RSU. Dr.Soedomo Kediri,----------------------------------------Oleh : AGUK NUGROHO, -Pangkat : AIPTU. Nrp. 030610088 , Dengan kendaraan
No.Pol.: AG 1234 UA -------------------------------------------------------------------------------------Pada tanggal: 2 Agustus 2008,----------------------------Pukul : 11-30-----------------------------HASIL PEMERIKSAAN--------------------------------------------------------------------------------PEMERIKSAAN
LUAR

:---------------------------------------------------------------------------------

1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus
enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna kulit
sawo
matang.
----------------------------------------------------------------------------------2. Lebam mayat dan kaku mayat negatif. -----------------------------------------------------3. Korban berlabel dan tidak bersegel, keadaan gizi baik. --------------------------------------4. Pakaian sarung, celana dalam putih dan memakai kaos singlet. --------------------------5. Kepala / leher : baik rambut hitam lurus.----------------------------------------------------- di samping bibir masih terdapat sedikit busa putih------------------------------------------ kedua pupil mata melebar -------------------------------------------------------------------- bibir atas dan bawah membiru --------------------------------------------------------------- mulut berisi busa warna putih. ---------------------------------------------------------------- di bawah leher ada bekas cengkeraman kuku------------------------------------------------6. Dada : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.---------------------------7. Perut : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.---------------------------8. Punggung : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam.---------------------9. Alat kelamin luar : --------------- ---------------------------------------------------------- dari lubang alat kelamin keluar cairan putih-------------------------------------------------10. Anggota gerak atas : --tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam-------11. Anggota gerak bawah : -tidak ditemukan tanda kekerasan tumpul maupun tajam----PEMERIKSAAN

DALAM

:---------------------------------------------------------------------

1. Kepala / leher : ----------------------------------------------------------------------------- saluran kerongkongan tampak merah dan berlendir. --------------------------------------2.
Dada
:
--------------------------------------------------------------------------------------- paru dan jantung tidak ditemukan kelainan. ------------------------------------------------- perut : jaringan hati, limpa, kelenjar ludah perut, kandung empedu, usus dan ginjal, kandung
seni, ditemukan kelainan, ----------------------------------------------------------------PEMERIKSAAN

TAMBAHAN

:----------------------------------------------------------------

18

Ditemukan racun pada hati, usus, limpa, jantung korban--------------------------------------KESIMPULAN

:-------------------------------------------------------------------------------

1. Korban seorang Laki-laki, Usia Lima puluh tahun , Tinggi badan kurang lebih seratus
enam puluh lima centimeter, Berat badan lima puluh kilogram, keadaan gizi baik, warna kulit
sawo matang, rambut lurus hitam, panjang kurang lebih lima centimeter.
------------------------------------------------------------------------------------------------------2. Pemeriksaan Luar : --------------------------------------------------------------------------------tidak ditemukan luka memar, luka lubang, luka robek di sekitar mulut, serta mulut
berbusa--------------------3. Pemeriksaan Dalam: ------------------------------------------------------------------------------tidak ditemukan memar di bawah kulit kepala, memar di bawah kulit leher dan memar di
bawah kulit dada serta ditemukan cairan warna merah di rongga dada.
-----------------------------------------4. Pada alat kelamin ditemukan keluar cairan warna putih dari lubang kelamin. -----------5. Jadi korban meninggal dunia oleh karena keracunan. ---------------------------------------Demikian Visum Et Repertum ini kami buat dengan mengingat sumpah waktu menerima
jabatan.
Tanda tangan,

19

DAFTAR PUSTAKA
DiMaio, Vincent & Dominick. 2001. Forensic Pathology second edition. Florida: CRC press
Idries, Abdul M. 2008. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan.
Jakarta: sagung seto
Budiyanto A, widiatmaka W, Sudiono S, Mun'im TWA, Sidhi, Hertian S et al. Ilmu Kedokteran
forensik. Jakarta, Indonesia : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997.
Budiyanto A, widiatmaka W, Sudiono S, Mun'im TWA, Sidhi, Hertian S et al. Teknik Autopsi
Forensik. Jakarta, Indonesia : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2000.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/VetR.pdf
www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/TANATOLOGI.pdf
ocw.usu.ac.id/course/download/1110000120.../gis156_slide_tanatologi.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai