Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT,

PROFITABILITAS, DAN LEVERAGE TERHADAP PERATAAN LABA


(Studi Empiris pada Perusahaan Pertambangan yang Tercatat di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2011-2014)
SKRIPSI

Oleh:
NURAINI
NPM. C1C012041

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2015

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1LATAR BELAKANG...............................................................................1
1.2RUMUSAN MASALAH........................................................................11
1.3TUJUAN PENELITIAN.........................................................................12
1.4MANFAAT PENELITIAN......................................................................13
1.5RUANG LINGKUP PENELITIAN........................................................13
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS.........................15
2.1 LANDASAN TEORI............................................................................15
2. 1.1Teori keagenan (Agency Theory)..................................................15
2. 1.2Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)................16
2. 1.3Manajemen laba...........................................................................16
2. 1.4Income Smoothing (Perataan laba)...............................................19
2. 1.5Tata Kelola Perusahaan (Corporate governance)........................22
2. 1.6Kualitas Audit...............................................................................24
2. 1.7Profitabilitas.................................................................................26
2. 1.8Leverage.......................................................................................27
2

2.2 PENELITIAN TERDAHULU DAN PERUMUSAN HIPOTESIS......27


2. 2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................27
2. 2.2 Perumusan Hipotesis................................................................31
2.2.2.1 Pengaruh corporate governance terhadap perataan laba
31
2.2.2.2 Kualitas audit..............................................................33
2.2.2.3 Pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba...........34
2.2.2.4 Pengaruh leverage terhadap perataan laba..................35
2.3 KERANGKA PENELITIAN...............................................................36
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................38
3.1 JENIS PENELITIAN..........................................................................38
3.2 DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL.........................................38
3.2.1

Variabel Dependen............................................................38

3.2.2

Variabel Independen..........................................................40

3.3 METODE PENGAMBILAN SAMPEL............................................45


3.4

METODE PENGUMPULAN DATA...............................................46

3.5

METODE ANALISIS DATA...........................................................46

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................52

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan


kepada pihak-pihak diluar perusahaan. Kewajiban perusahaan mengungkapkan
laporan keuangan diatur dalam UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 66 Ayat 1-4. Laporan
keuangan mengandung informasi yang dibutuhkan oleh pengguna, baik itu
pengguna internal maupun pengguna eksternal.
Penyusunan pelaporan keuangan dilakukan dan dikelola oleh manajer (agent)
didalam perusahaan. Sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan
informasi yang dijadikan sebagai sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik (principal), sehingga laporan keuangan menjadi suatu item yang menjadi
pusat perhatian bagi para investor dalam pengambilan keputusan.
Hal utama yang sering menjadi fokus dari pemilik perusahaan (principal)
dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba, karena laba
mengandung informasi yang potensial. Seperti yang dikutip dari Nasser dan
Herlina (2003) dalam Juniarti yang menyatakan bahwa informasi laba pada
umumnya

merupakan

perhatian

utama

dalam

menaksir

kinerja

atau

pertanggungjawaban manajemen. Selain itu informasi laba juga membantu


pemilik perusahaan atau pihak lainnya dalam menaksir earnings power
perusahaan di masa yang akan datang. Manfaat dari informasi laba yang lain yaitu
untuk menilai perubahan potensi sumber daya ekonomis yang mungkin dapat
dikendalikan di masa depan, menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada,

dan untuk perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam


memanfaatkan tambahan sumber daya.
Sesuai dengan konsep teori keagenan disebutkan bahwa agent memiliki
informasi yang lebih banyak dibandingkan principal sehingga menimbulkan
adanya asimetri informasi. Adanya asimetri informasi tersebut mendorong agent
memanfaatkan informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa
informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik
kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika
informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini
menimbulkan suatu hal yang dinamakan konflik kepentingan (konflik keagenan)
dimana terdapat tujuan yang berbeda antara agent dan principal. Padahal menurut
Jensen dan Meckling (1976) disebutkan bahwa tugas utama manajer(agen) adalah
mensejahterakan pemiliknya(principal). Dengan adanya asimetri informasi dan
konflik kepentingan tersebut, memacu agent untuk mencari celah-celah dalam
metode akuntansi yang ada dan memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut
dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah
satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai manajemen laba.
(Widyaningdyah, 2001).
Manajemen laba merupakan suatu rekayasa pelaporan keuangan yang
dilakukan oleh manajer perusahaan dimana manajer dapat menaikkan atau
menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentingannya. Menurut Scott (2000)
manajemen laba adalah pilihan bagi manajer dalam kebijakan akuntansi untuk

mencapai beberapa tujuan tertentu. Dilanjutkan oleh Scott (2000) bahwasannya


manajemen laba dilakukan dengan pola sebagai berikut:
1. Taking a bath
Pola manajemen laba yang melaporkan laba pada periode berjalan
dengan nilai yang sangat rendah atau sangat tinggi. Namun hal ini kurang
baik untuk dilakukan karena akan menimbulkan fluktuasi laba yang
tinggi. Fluktuasi laba yang tinggi akan berdampak pada meningkatnya
resiko dan menurunnya tingkat kepercayaan oleh investor.
2. Income minimization
Pola manajemen ini seperti taking a bath tapi tidak se-ekstrim pola
taking a bath. Menjadikan laba di periode berjalan lebih rendah dari pada
laba sesungguhnya.
3. Income maximization
Pola manajemen laba ini berkebalikan dengan income minimization.
Melaporkan laba lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.
4. Perataan Laba (Income smoothing)
Pola manajemen laba yang paling menarik yaitu dengan cara
melaporkan tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi yang normal
pada periode-periode tertentu. Tindakan para manajer perusahaan yang
melakukan pemanipulasian laporan keuangan dengan menaikkan
(menurunkan) laba perusahaan dinilai merugikan para pengguna laporan
keuangan. Praktik manajemen laba dapat membuat para investor
mengambil keputusan investasi yang salah.

Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya, kita dapat melihat bahwa


perataan laba merupakan salah satu pola manajemen laba yang dilakukan
manajemen perusahaan untuk memperkecil fluktuasi laba pada tingkat yang
dianggap normal bagi perusahaan selama beberapa periode. Tujuan perataan laba
adalah untuk memperbaiki citra perusahaan dimata pihak eksternal, meratakan
siklus bisnis melalui proses psikologis serta menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki risiko yang rendah (Juniarti dan Carolina, 2005).
Juniarti dan Carolina (2005) menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan
tindakan perataan laba adalah untuk mencapai keuntungan pajak, memberikan
kesan baik terhadap kinerja manajemen kepada pemilik dan kreditur, mengurangi
risiko sehingga harga sekuritas yang tinggi akan menarik perhatian pasar, untuk
menghasilkan laba yang stabil, serta untuk menjaga posisi manajemen dalam
perusahaan. Meskipun demikian, tindakan perataan laba ini menyebabkan
pengungkapan informasi mengenai laba menjadi menyesatkan dan mengakibatkan
terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan terutama investor yang akan memperoleh informasi yang tidak
akurat mengenai laba.
Perilaku manipulasi laba yang dilakukan oleh pihak manajemen karena adanya
konflik keagenan dan asimetri informasi tersebut dapat diminimumkan oleh suatu
mekanisme

monitoring

yang

bertujuan

untuk

menyelaraskan

berbagai

kepentingan tersebut (Ujiyantho dan Pramuka (2007), dalam Rahmawati 2013).


Mekanisme monitoring tersebut adalah mekanisme Corporate governance.
Good corporate governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem
ekonomi pasar. Ia berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan

yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara. Penerapan


GCG mendorong terciptanya persaingan yang sehat dan iklim usaha yang
kondusif. Oleh karena itu diterapkannya GCG oleh perusahaan-perusahaan sangat
penting

untuk

menunjang

pertumbuhan

dan

stabilitas

ekonomi

yang

berkesinambungan (KNKG 2006). Selain itu, Corporate governance juga


merupakan suatu konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan
melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas
manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan.
Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan
yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan (Rahmawati, 2013).
Di dalam suatu perusahaan, good corporate governance dapat dilihat dari
keberadaan Direktur Independen, Komisaris Independen, Komite Audit dan
Sekretaris Perusahaan (Corporate Secretary). Jadi dengan adanya Corporate
governance maka diharapkan kinerja manajer di dalam perusahaan dapat
terkontrol dengan baik sehingga manajemen laba dapat dikurangi.
Selain corporate governance, hal lain yang dianggap mempengaruhi perataan
laba adalah kualitas audit. Pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan oleh
auditor memiliki kualitas yang berbeda-beda (Wiryadi dan Sebrina, 2013).
Kualitas audit tersebut sangat menentukan kredibilitas suatu laporan keuangan
(Herawaty, 2010). Pada umumnya, masyarakat beranggapan bahwa perusahaan
yang diaudit oleh auditor dari KAP besar seperti KAP yang masuk dalam kategori
big four dianggap memiliki kualitas audit yang lebih baik daripada perusahaan
yang diaudit oleh perusahaan non big four. Hal tersebut telah dibuktikan oleh
penelitian DeAngelo (1981) yang menganalisis kualitas audit dan ukuran audit.

Hasil temuannya menunjukkan bahwa laporan keuangan yang diaudit oleh auditor
size besar lebih berkualitas dibandingkan dengan laporan keuangan yang diaudit
oleh auditor size lebih kecil. Kecakapan profesional auditor size besar lebih
memiliki kemampuan teknikal untuk menemukan pelanggaran dalam sistem
akuntansi kliennya dibandingkan dengan auditor size kecil (Wiryadi dan Sebrina,
2013).
Profitabilitas dan leverage juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perataan laba yang banyak diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hubungan
antara profitabilitas dengan perataan laba adalah karena manajer menganggap
bahwa laba merupakan item yang menjadi sorotan utama para pemilik perusahaan.
Herawaty (2010) menyebutkan bahwa profitabilitas merupakan suatu indikator
kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh
laba yang dihasilkan perusahaan. Fluktuasi profitabilitas yang rendah atau
menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan
tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema
kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.
Financial leverage menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya membayar utang dengan aktiva yang ada (Kustono
2009). Menurut Sartono, 2001 dalam Igan Budiasih (2006) financial leverage
menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasinya.
Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar pula risiko yang dihadapi
investor sehingga investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi.
Akibat kondisi tersebut perusahaan cenderung untuk melakukan praktik perataan
laba.

Penelitian ini bukanlah penelitian yang pertama kali membahas tentang faktorfaktor yang mempengaruhi perataan laba. Sebelumnya penelitian tentang faktorfaktor yang mempengaruhi perataan laba telah banyak dilakukan, diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh Gayatri dan Wirakusuma (2011). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, bonus plan dan dividend payout ratio
berpengaruh positif pada peluang terjadinya praktik perataan laba, sedangkan
reputasi auditor berpengaruh negatif pada peluang terjadinya praktik perataan
laba.
Selain itu Swastika (2013) meneliti pada perusahaan manufaktur yang
bergerak di industri makanan dan minuman yang tercatat di BEI tahun 2005-2007.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan negatif terhadap manajemen laba. sedangkan Corporate governance
yang dilihat dari proporsi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Sementara itu kualitas audit berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba perusahaan.
Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba perusahaan
yang lainnya juga telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti lain sebelumnya,
seperti penelitian yang dilakukan oleh Widyningdyah (2001), Juniarti (2005),
Prabayanti (2010), Herawaty (2010), dan lain-lain. Sedangkan penelitian di luar
negeri juga sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu seperti
penelitian yang dilakukan oleh Ashari pada tahun 1994, Beasley (1996), Mande et
al (2000), Xie (2001), Rahman (2006), April Klein (2006), dan lain-lain. Ashari
meneliti pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek Singapura sedangkan

Rahman (2006) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba yang


dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia.
Untuk penelitian di Indonesia sendiri, dengan menggunakan variabel yang
sama (yaitu Corporate governance, kualitas audit, profitabilitas, dan leverage)
masih memberikan hasil yang berbeda-beda. Perbedaan hasil tersebut dapat terjadi
karena perbedaan penggunaan proksi dari setiap variabel yang digunakan dan
perbedaan sampel yang diteliti. Hal tersebut memberi ketertarikan tersendiri bagi
penulis untuk menguji kembali variabel-variabel yang mempengaruhi perataan
laba namun dengan menggunakan variabel yang diukur dengan proksi yang
berbeda dan menggunakan sampel yang berbeda pula. Dalam penelitian ini
peneliti tertarik untuk menguji variabel yang mempengaruhi perataan laba pada
perusahaan pertambangan. Dari sumber data yang dimiliki oleh peneliti, penelitian
sebelumnya yang menggunakan perusahaan pertambangan adalah penelitian yang
dilakukan oleh Dewi Lupitasari dan Marsono (2012) yang meneliti pada
perusahaan pertambangan di Indonesia tahun 2010-2011. Dalam penelitiannya
Lupitasari dan Marsono menggunakan variabel diversifikasi perusahaan. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa diversifikasi perusahaan (baik diversifikasi
operasional maupun diversifikasi geografis) berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba.
Dalam penelitian ini variabel corporate governance akan diproksikan dengan
proporsi dewan komisaris independen dan jumlah rapat yang dilakukan oleh
komite audit. Kualitas audit akan di proksikan dengan keberadaan KAP,
profitabilitas akan diproksikan dengan rasio Return On Asset (ROA), dan
leverage akan diproksikan dengan menggunakan Debt to Total Asset Ratio

(DAR). Penelitian ini akan menguji pengaruh kelima variabel tersebut terhadap
manajemen laba yang mana dalam penelitian ini peneliti hanya akan fokus pada
perataan laba. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah bahwa penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan, yang mana
masih sedikitnya peneletian serupa yang meneliti pada perusahaan pertambangan.
Alasan penelitian ini dilakukan pada perusahaan pertambangan adalah karena
perusahaan pertambangan memiliki kharakteristik unik tersendiri yang menarik
untuk diteliti; seperti:
Padat modal
Dalam industri pertambangan sangat memerlukan modal yang besar.
Misalnya dalam satu perusahaan tambang, memerlukan beberapa alat
berat, alat transportasi, gaji karyawan, tenaga ahli, dan dapat kita
hitung sendiri berapa modal yang harus dikeluarkan untuk membuka
satu industri pertambangan. Hal ini terkait keputusan investasi pada
asset tetap yang besar di tahap awal (eksplorasi). Modal-modal
tersebut banyak didanai dari pihak luar. Oleh karena itu perusahaan
pertambangan cenderung memiliki rasio leverage yang tinggi.

Padat risiko
Risiko tersebut telah ada pada tahapan awal pertambangan, yaitu pada
saat eksplorasi. Jika dalam eksplorasi tersebut tidak menemukan bahan
galian yang memiliki keuntungan untuk ditambang, maka pemilik
industri (dalam konteks ini bisa saja termassuk para investor yang
berinvestasi) tersebut harus menerima kerugian awal besar. Risiko
lainnya juga dapat muncul ketika industri pertambangan tersebut telah

memasuki tahap penambangan, misalnya apabila bahan tambang tidak

sesuai dengan yang diprediksikan/diestimasi.


Cenderung merusak lingkungan
Hal ini terkait dengan adanya peran Good Corporate governance
(GCG) yang baik di dalam perusahaan. Dengan adanya GCG akan
memastikan bahwa perusahaan beroperasi sesuai dengan prosedur agar
mencapai

kesinambungan

diperlukan

oleh

antara

perusahaan

kekuatan

untuk

kewenangan

menjamin

yang

kelangsungan

eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholder (Surya dan

Yustivandana, 2008).
Cadangan tidak dapat ditentukan dan terbatas
Dengan karakteristik ini, maka kelangsungan perusahaan tidak
dapat diprediksi dengan tepat sehingga butuh kejelian tersendiri bagi
manajer investasi maupun investor dalam menilai suatu perusahaan
pertambangan. Hal itu berpengaruh pada keputusan investasi oleh

investor.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian ini mengambil
judul Pengaruh Corporate governance, Kualitas Audit, Profitabilitas, Dan
Leverage Terhadap Perataan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan pertambangan
yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014).
1.2

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan

latar

belakang

yang

telah

diuraikan,

maka

dapat

diidentifikasikan rumusan masalah sebagai berikut:


1. Apakah corporate governance yang dilihat dari proporsi dewan komisaris
independen berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan

10

pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 20112014?


2. Apakah corporate governance yang dilihat dari jumlah rapat komite audit
berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan pertambangan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2014?
3. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap perataan laba pada
perusahaan pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2011-2014?
4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan
pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 20112014?
5. Apakah leverage berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan
pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 20112014?
1.3

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang terdapat pada rumusan masalah di atas, maka


penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris mengenai:
1. Pengaruh corporate governance yang dilihat dari proporsi dewan
komisaris terhadap perataan laba pada perusahaan pertambangan yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2014.
2. Pengaruh corporate governance yang dilihat dari jumlah rapat komite
audit terhadap perataan laba pada perusahaan pertambangan yang tercatat
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2014.
3. Pengaruh kualitas audit terhadap perataan laba pada perusahaan
pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun
2011-2014.

11

4. Pengaruh

profitabilitas

terhadap

perataan

laba

pada

perusahaan

pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun


2011-2014.
5. Pengaruh leverage terhadap perataan laba pada perusahaan pertambangan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2011-2014.
1.4

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah:


1. Manfaat Teoritis
Bagi para akademisi, penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba oleh manajemen. Selain
itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan kajian referensi
dalam mengembangkan penelitian selanjutnya tentang manajemen laba,
terutama tentang perataan laba.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pihak manajemen perusahaan, penelitian ini dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam melakukan perataan laba agar laba
yang dilaporkan tidak memiliki tingkat materialitas yang tinggi
dalam

pengambilan

keputusan

oleh

investor

yang

dapat

menyesatkan investor.
b. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam melihat laporan keuangan
perusahaan, dimana terdapat item-item khusus yang rentan
terhadap tindakan perataan laba oleh manajemen sehingga investor
diharapkan lebih cermat dalam menilai informasi laba yang
dilaporkan oleh pihak manajemen perusahaan.

12

1.5

RUANG LINGKUP PENELITIAN


Agar penelitian ini terarah, maka peneliti membatasi penelitian ini hanya

menguji variabel Corporate governance, kualitas audit, profitabilitas, dan


leverage, sebagai variabel independen dan variabel perataan laba sebagai
variabel dependen. Kemudian penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2011-2014.

13

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1

LANDASAN TEORI

Sub bab landasan teori ini akan menjelaskan teori-teori yang melandasi
penelitian ini, yaitu teori keagenan (agency theory) dan teori akuntansi positif
(Positive Accounting Theory) serta penjelasan dan definisi dari literatur yang
mendukung penelitian ini. Di dalam sub bab ini juga akan dijelaskan penjelasanpenjelasan

mengenai masing-masing variabel, yaitu perataan laba, corporate

governance, kualitas audit, profitabilitas, dan leverage.

2. 1.1

Teori keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan adalah kontrak antara principal (investor) dengan agent


(manajer) yang memiliki asumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan, dimana antara agent dan principal ingin memaksimumkan utility
masing-masing dengan informasi yang dimilikinya (Prabayanti, 2010).
Namun di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak
dibandingkan principal sehingga menimbulkan adanya asimetri informasi.
Adanya asimetri informasi tersebut mendorong agent memanfaatkan
informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang
tidak diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang
terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan
informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi
tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Hal ini memacu agent

14

untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan


sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya.
2. 1.2

Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)


Teori akuntansi positif berusaha memaparkan pengaruh faktor-

faktor ekonomi terhadap perilaku manajemen untuk memilih salah satu


metode akuntansi. Dalam teori positif, ada dalil bahwa manajer, investor,
dan aparat pengatur atau politisi adalah rasional dan bahwa mereka
berusaha

untuk

memaksimalkan

utility

mereka

yang

langsung

berhubungan dengan kompensasi mereka (Belkaoui, 2007)


2. 1.3

Manajemen laba
Manajemen laba merupakan suatu rekayasa pelaporan keuangan yang
dilakukan oleh manajer perusahaan dimana manajer dapat menaikkan
atau

menurunkan laba akuntansi sesuai dengan kepentingannya.

Menurut Scott (2000) manajemen laba adalah pilihan bagi manajer


dalam kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.
Tujuan dilakukannya earnings management adalah untuk memberikan
fleksibilitas kepada manajemen perusahaan untuk melindungi diri dan
perusahaannya dalam menghadapi keadaan yang tidak diinginkan
seperti kerugian bagi pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak dengan
perusahaan. Meskipun demikian,

manajemen laba berbeda dengan

kecurangan karena manajemen laba tidak melanggar standar pelaporan

15

keuangan. Manajer hanya memanfaatkan wewenangnya dalam memilih


metode akuntansi yang diijinkan oleh standar.
Menurut Watts dan Zimmerman dalam Narsa et, al. (2003) terdapat
tiga hipotesis yang mendorong timbulnya fenomena manajemen laba.
Ketiga hipotesis tersebut adalah :
a. Hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis)
Rencana bonus seringkali dikaitkan dengan kesempatan bagi
manajer untuk menikmati bagian keuntungan tertentu bilamana
perusahaan mampu menghasilkan suatu tingkat keuntungan tertentu
yang telah ditargetkan (disepakati). Target tersebut biasanya
dinyatakan dalam satuan angka, misalnya, keuntungan bersih
perusahaan dalam suatu periode akuntansi tertentu, atau tingkat
pengembalian terhadap nilai buku asset perusahaan, atau pencapaian
harga saham tertentu di pasar modal (bursa).
Hipotesis rencana bonus (bonus

plan

hypothesis)

menyatakan bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus


lebih cenderung memilih prosedur akuntansi yang memindah laba
untuk periode mendatang menjadi laba periode sekarang, Watts dan
Zimmerman dalam Narsa et, al. (2003). Karena alasan-alasan
tertentu, manajer memiliki inisiatif untuk memanipulasi atau
mengatur

laba

yang

dilaporkan

dengan

menggunakan

kewenangannya melalui pemilihan metode akuntansi yang dapat


mempengaruhibesar kecilnya laba.
b. Hipotesis biaya politis
Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin besar laba yang
diperoleh perusahaan, maka semakin besar tuntutan masyarakat

16

terhadap perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar diharapkan


akan memberikan perhatian yang lebih terhadap lingkungan
sekitarnya

dan

terhadap

pemenuhan

atas

peraturan

yang

diberlakukan oleh regulator.


c. Hipotesis kontrak hutang
Hipotesis ini menyebutkan bahwa pada perusahaan yang
memiliki rasio debt to equity besar cenderung menggunakan
metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun
laba. Hal itu ditujukan untuk memberikan rasa percaya bagi para
kreditor

akan

kemampuan

perusahaan

untuk

melunasi

kewajibannya.
Menurut Scott (2003) manajemen laba dilakukan dengan
pola sebagai berikut :
5. Taking a bath
Pola manajemen laba yang melaporkan laba pada periode berjalan
dengan nilai yang sangat rendah atau sangat tinggi.
6. Income minimization
Pola manajemen ini seperti taking a bath tapi tidak se-ekstrim pola
taking a bath. Menjadikan laba di periode berjalan lebih rendah dari pada
laba sesungguhnya.
7. Income maximization
Pola manajemen laba ini berkebalikan dengan income minimization.
Melaporkan laba lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.
8. Income smoothing

17

Pola manajemen laba yang paling menarik yaitu dengan cara


melaporkan tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi yang normal
pada periode-periode tertentu. Tindakan para manajer perusahaan yang
melakukan pemanipulasian laporan keuangan dengan menaikkan
(menurunkan) laba perusahaan dinilai merugikan para pengguna laporan
keuangan. Praktik manajemen laba dapat membuat para investor
mengambil keputusan investasi yang salah.

2. 1.4

Income Smoothing (Perataan laba)


Perataan laba merupakan salah satu jenis manajemen laba. Perataan
laba dapat dipandang sebagai upaya yang secara sengaja dimaksudkan
untuk menormalkan laba dalam rangka mencapai trend atau tingkat laba
tertentu (Belkaoui, 1993). Perataan laba atau income smoothing juga
dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk
mengurangi fluktuasi yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang
diinginkan baik secara artificial melalui metode akuntansi maupun
secara real melalui transaksi (Koch, dalam Hery, 2009).
Dari dua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perataan laba
merupakan usaha manajemen untuk mengurangi f1uktuasi laba antara
suatu periode dengan periode sebelumnya maupun periode setelahnya.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kenaikan atau penurunan laba yang
terlalu tajam antar periode yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang
buruk bagi investor karena mrnunjunjukkan resiko yang tinggi dan
menandakan kinerja manajemen yang kurang baik.

18

Selain itu, perataan laba juga mencakup tidak melaporkan laba saat
ini pada periode buruk. Sasaran untuk melakukan perataan laba menurut
Foster (1986) dalam Nani (2006) dengan mengklasifikasikan unsurunsur laporan keuangan yaitu:
1. Unsur penjualan
- Saat pembuatan faktur
Sebagai contoh, penjualan yang sebenarnya untuk periode yang
akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan
-

dilaporkan sebagai penjualan periode ini.


Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif
Downgrading (penurunan)
Sebagai contoh, dengan cara mengklasifikasikan produk
yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan
selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih

rendah dari harga yang sebenarnya.


2. Unsur biaya
a. Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk sebuah pembelian
atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan
selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda
kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.
b. Mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai biaya.
Misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun
depan sebagai biaya advertensi tahun ini.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menjelaskan alasan-alasan yang
mendorong manajer untuk melakukan tindakan perataan laba. Menurut Heyworth
(1953) dalam Sri Widodo (2011), bahwa perataan laba dengan tujuan untuk
memperbaiki hubungan dengan kreditur, investor dan karyawan serta meratakan
siklus bisnis melalui proses psikologis yaitu:
1. Mengurangi total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.

19

2. Meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan karena laba


yang stabil akan mendukung kebijakan pembayaran dividen yang
stabil.
3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena
pelaporan laba yang meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan kenaikan gaji atau upah.

2. 1.5

Tata Kelola Perusahaan (Corporate governance)

Menurut Forum For Corporate governance In Indonesia (FCGI), Corporate


governance adalah seperangkat aturan yang mendefinisikan hubungan antara
pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan dan stakeholder
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan tanggung jawab
mereka, atau sistem dimana perusahaan diarahkan dan dikendalikan. Tata kelola
perusahaan mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder)
yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama yang
termasuk dalam tata kelola perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan
dewan direksi. Sedangkan pemangku kepentingan lainnya termasuk karyawan,
pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta
masyarakat.
Menurut Komite Cadbury (1992), corporate governance merupakan suatu
sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar
mencapai kesinambungan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh
perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban
kepada stakeholder (Surya dan Yustivandana, 2008). Jabatan Direktur Independen,

20

Komisaris Independen, Komite Audit dan Sekretaris Perusahaan (Corporate


Secretary) merupakan refleksi dari penerapan good corporate governace, untuk
mendapatkan tata kelola perusahaan yang baik dan mampu memberikan
pertanggungjawaban kepada para stakeholders terutama kepada para pemegang
saham.
a. Komisaris Independen
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris

lainnya dan

pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubugan bisnis atau


hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan
perusahaan (Prabowo, 2014). Dalam rangka memberdayakan fungsi
pengawasan Dewan Komisaris, keberadaan Komisaris Independen
sangat diperlukan. Secara langsung keberadaan Komisaris Independen
menjadi penting, karena di dalam praktek pelaporan keuangan sering
ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang
mengabaikan kepentingan pemegang saham publik (pemegang saham
minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di
Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan
usahanya.
b. Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-29/PM/2004
tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit,
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam
rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsinya. Komite audit

21

memiliki tugas terpisah dalam membantu dewan komisaris terutama


yang

berhubungan

dengan

kebijakan

akuntansi

perusahaan,

pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan (FCGI, 2008).


Dalam melakukan pengawasan internal dan menjalankan sistem
pelaporan keuangan agar terlaksana dengan baik, komite audit dapat
melakukannya melalui pertemuan-pertemuan/rapat rutin. Dalam
Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep-29/PM/2004

djelaskan

bahwa komite audit mengadakan rapat sekurang-kurangnya sama


dengan ketentuan minimal rapat Dewan Komisaris yang ditetapkan
dalam Anggaran Dasar. Selain disesuaikan dengan ketentuan minimal
rapat dewan komisaris, frekuensi dan isi pertemuan tergantung pada
tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada komite audit. Jumlah
pertemuan dapat ditentukan berdasarkan ukuran perusahaan dan
besarnya tugas yang diberikan kepada komite audit (Pamudji dan
Trihartati, 2008). Dalam rapatnya, komite audit dapat meninjau akurasi
pelaporan keuangan atau mendiskusikan isu-isu signifikan yang telah
dikomunikasikan dengan pihak manajemen (Prabowo, 2014). Oleh
karena itu komite audit merupakan salah satu item pengawasan yang
dibentuk dalam suatu perusahaan. Sebagai item pengawasan, dengan
adanya komite audit diharapkan dapat meminimalisasi tindakan
manipulasi laba yang mungkin dilakukan oleh pihak manajemen untuk
tujuan-tujuan tertentu.

22

2. 1.6

Kualitas Audit

Pada saat sekarang konsep kualitas merupakan suatu kata yang dipakai secara
universal dan telah menjadi penentu dalam keberhasilan suatu bisnis. Audit
merupakan sebuah proses sistematik dengan memastikan bahwa informasi yang
tersaji pada laporan keuangan mengenai aktivitas operasional perusahaan tersebut
benar-benar objektif, handal dan dapat dipercaya. Kesimpulan proses tersebut
disajikan dalam bentuk laporan audit yang dikomunikasikan kepada pihakpihak
berkepentingan. Goldman dan Barlev (1974) dalam Meutia (2004) menyatakan
bahwa laporan auditor mengandung kepentingan tiga pihak yaitu: (1) manajer
perusahaan yang diaudit; (2) pemegang saham perusahaan; dan (3) pihak ketiga
atau pihak luar seperti calon investor, kreditor dan supplier. Pada masing-masing
pihak, laporan audit sangat berperan penting terutama dalam pengambilan
keputusan. Oleh sebab itu kualitas audit seorang auditor sangat berperan penting
karena sebagai bentuk penilaian terhadap hasil keprofesionalan seorang auditor
dalam mendeteksi, menganalisis, dan melaporkan hasil penemuan audit terhadap
laporan keuangan klien.
Zhou dan Elder (2004), menemukan

bahwa perusahaan-perusahaan yang

diaudit oleh KAP yang masuk dalam big 4 memiliki kecenderungan tidak
melakukan manajemen laba, dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang
diaudit oleh KAP non big 4. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas audit
merupakan penghalang bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba.
Kantor akuntan publik di Indonesia yang termasuk dalam big 4 adalah :
1. KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan yang berafiliasi dengan
PricewaterhouseCoopers atau sering disingkat PWC.

23

2. KAP Osman Bing Satrio yang berafiliasi dengan Deloitte Tohce


Tomatsu Limited, atau sering disingkat dengan Deloitte.
3. KAP Purwantono, Suherman & Surja yang berafiliasi dengan Ernst &
Young (EY).
4. KAP Sidharta dan Widjaja yang berafiliasi dengan KPMG
Auditor
bereputasi

yang masuk dalam keempat KAP tersebut dianggap


baik

karena

memiliki

jumlah

klien

terbanyak

yang

mengindikasikan tingginya kepercayaan emiten terhadap jasa audit


keempat KAP tersebut. Oleh karena itu perusahaan yang diaudit oleh KAP
yang termasuk dalam Big 4 dikatakan memiliki kualitas audit yang baik
pula.

2. 1.7

Profitabilitas

Profitabilitas adalah suatu rasio yang digunakan untuk melihat


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Profitabilitas diukur
dengan skala rasio. Rasio profitabilitas perusahaan adalah rasio yang diukur
berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva
perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau
tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan.
Zuhroh (1996) berpendapat bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap
perataan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Ashari et. al (1994) menemukan
bukti bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba.

24

2. 1.8

Leverage
Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang

digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukkan risiko yang


dihadapi perusahaan. Semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan
maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba di masa depan juga akan
makin meningkat. Foster (1986:65) mengungkapkan bahwa terdapat
hubungan antara rasio leverage dengan return perusahaan. Artinya hutang
dapat digunakan untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa
diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan. Jensen
and Meckling (1976) berargumen tentang moral hazard untuk
menjelaskan agency cost of debt, bahwa level hutang tinggi akan
menyebabkan perusahaan untuk memilih pada proyek-proyek investasi
berisiko secara berlebihan. Masalah kerugian juga dapat memberikan
kontribusi atas kebijakan pendanaan melalui hutang.

2.2

PENELITIAN

TERDAHULU

DAN

PERUMUSAN

HIPOTESIS
2. 2.1

Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang pengaruh diversifikasi operasional, corporate

governance, profitabilitas, dan leverage terhadap perataan laba telah


banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, namun masih menunjukkan
hasil yang berbeda-beda. Penelitian-penelitian tersebut ditunjukkan pada
tabel dibawah ini:

25

No

Peneliti

Judul

Metode Penelitian
Persamaan
Perbedaan

(Tahun)

Penelitian

Hikmah Isada

1.
Pengaruh Good 2. Terdapat

Rahmawati

Corporate

dewan

(2013)

governance

independen

variabel
komisaris

(GCG) Terhadap

komite

Manajemen

independen.

Laba

variab

kepemilikan

dan
audit

Terdapat

manajerial
Metode
analis

data menggunak
regresi

Pada

bergan

(multiple

Perusahaan
Perbankan

regression).
Penelitian
dilakukan

pa

perusahaan
perbankan

yan

terdaftar
2

Dwi

Lusi

Corporate

1. Terdapat

variabel -

Penelitian dilakuk

Tyasing

governance,Firm Size,

corporate

pada

Swastika

and

governance

manufaktur

(2013)

Management: Evidence

bergerak di indus

in

makanan

minuman

yan

Earning

Indonesia

Stock

Exchange

perusaha

yan

tercatat di BEI tahu


-

2005-2007.
Terdapat
variab

ukuran perusahaan
26

Metode analisis da
regresi

bergan

(multiple
3

Dian

Agustia

(2013)

Pengaruh Faktor Good 1. Terdapat

variabel -

Corporate governance,

good

Free Cash Flow, dan

governance

Leverage

Leverage.

Terhadap

corporate

regression).
Penelitian dilakuk
pada

dan

perusaha

tekstil yang terdaft

di BEI tahun 2007

Manajemen Laba
-

2011.
Terdapat

free cash flow.


Metode analisis da

variab

regresi

bergan

(multiple
4

Ida

Ayu

Faktor-Faktor

Gayatri

dan

Yang

logistik

Mempengaruhi

teknik analisis data.

Made

Gede

Wirakusuma

Perataan

(2011)

Perusahaan

1. menggunakan regresi sebagai

regression).
Penelitian dilakuk
pada

perusaha

manufaktur

Laba

terdaftar
-

yan
di

tahun 2007- 2011.


Terdapat
variab

Manufaktur

ukuran perusahaa
Yang

Terdaftar
bonus

plan

Di Bursa Efek
dividend

payo

Indonesia
5

Arri

Wiryadi

Pengaruh

Asimetri 1. terdapat

27

variabel -

ratio.
Penelitian dilakuk

dan

Nurzi

Sebrina (2013)

Informasi,

Kualitas

Audit,

Struktur

Dan

kualitas audit

pada

perusaha

manufaktur

yan

Kepemilikan Terhadap

terdaftar

Manajemen Laba

tahun 2007 -2010.


Metode analisis da

regresi

di

bergan

(multiple
regression).

Dewi

Diversifikasi

1. Sama-sama

Lupitasari dan

Perusahaan Dan

meneliti

Marsono

Manajemen

perusahaan

diversifikasi

(2012)

Laba

pertambangan

operasional

pada

Menggunakan
variabel

diversifikasi
geografis

28

2. 2.2

Perumusan Hipotesis

2.2.2.1

Pengaruh corporate governance terhadap perataan laba


Corporate governance dalam penelitiaan ini akan diukur
dengan melihat proporsi dewan komisaris independen dan jumlah
rapat komite audit.
a. Dewan komisaris independen dengan perataan laba
Dewan komisaris independen adalah anggota dewan
komisaris

yang

tidak

memiliki

hubungan

keuangan,

kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga


dengan anggota dewan komisaris lainnya, direksi dan/ atau
pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.
Dewan komisaris yang independen secara umum mempunyai
pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen, sehingga
mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam menyajikan
laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer (Chtourou et
al.,2001) atau dengan kata lain, semakin kompeten dewan
komisaris

maka

semakin

mengurangi

kemungkinan

kecurangan dalam pelaporan keuangan.


Penelitian mengenai komisaris independen telah banyak
dilakukan diantara penelitian terdahulu untuk membuktikan
keterkaitan komisaris independen dengan praktik perataan
laba. Nasution (2007) menemukan bahwa persentase dewan
komisaris independen berpengaruh negatif terhadap jenis
manajemen laba.

29

H1

Proporsi

Dewan

Komisaris

Independen

Berpengaruh Negatif Terhadap Perataan Laba


b. Jumlah rapat komite audit dengan perataan laba
Sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam-LK No. Kep29/PM/2004 mengenai Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5
perihal Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite
Audit, komite audit adalah suatu komite yang dibentuk untuk
membantu kinerja dewan komisaris dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Berdasarkan surat keputusan tersebut dijelaskan
bahwa komite audit wajib mengadakan rapat komite sekurangkurangnya sama dengan ketentuan minimal rapat dewan
komisaris yang ditetapkan dalam anggaran dasar. Rapat
tersebut dilakukan untuk membantu dewan komisaris dalam:
- menelaah atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan
perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan
-

informasi keuangan lainnya.


Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal dan
peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan

dengan kegiatan perusahaan.


Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh

auditor internal
Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi

perusahaan dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.


Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada komisaris
atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten atau
perusahaan publik; dan

30

Menjaga

kerahasiaan

dokumen,

data

dan

informasi

perusahaan.
Oleh karena itu rapat komite audit sangatlah penting
dilakukan. Semakin banyak rapat yang dilakukan maka
semakin baik karena semakin banyak hal yang akan dibahas
dan

diperbaiki

dalam

menjalankan

pengawasan

atas

manajemen. Hal tersebut diharapkan akan dapat mengurangi


adanya tindakan perataan laba oleh pihak manajemen.
H2 = jumlah rapat Komite Audit Berpengaruh Negatif
Terhadap Perataan Laba.
2.2.2.2

Kualitas audit
Fungsi auditor independen (KAP) sebagai pihak yang
diberi kewenangan untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan
untuk menemukan kesalahan-kesalahan atau kekurangcocokan
dengan prinsip akuntansi. KAP yang berkualitas dinilai lebih
memiliki integritas

dan kemampuan yang baik dalam audit.

Dengan adanya sumber daya yang lebih berkualitas, maka KAP


Big Four dinilai bisa memberikan opini yang tepat yang didasarkan
pada materialitas yang ada (Effendi dan Daljono, 2013).
Penelitian sebelumnya

yang telah menguji pengaruh

kualitas audit terhadap manajemen laba diantaranya penelitian yang


dilakukan oleh Gayatri & Wirakusuma (2011) dan penelitian
Effendi & Daljono (2013) yang menemukan pengaruh negative

31

antara kualitas auditor dengan manajemen laba. Berdasarkan hal


tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai
berikut:
H3 = kualitas audit berpengaruh negatif terhadap perataan
laba.
2.2.2.3

Pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba


Seperti dijelaskan dalam buku analisis laporan keuangan,
profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai
pemegang

saham.

Profitabilitas

yang

rendah

mendorong

manajemen untuk melakukan perataan laba. Hal itu dilakukan


untuk memberikan rasa percaya kepada investor bahwa perusahaan
mampu menghasilkan laba yang stabil sehingga dapat memberikan
pembagian dividen yang teratur. Disebutkan dalam Prabayanti
(2009) bahwa tingkat profitabilitas yang stabil akan memberikan
keyakinan pada investor bahwa perusahaan tersebut memiliki
kinerja yang baik dalam menghasilkan laba.
Penelitian sebelumnya yang telah mencoba meneliti
pengaruh profitabilitas terhadap manajemen laba adalah penelitian
yang dilakukan oleh Ashari (1994) yang menemukan pengaruh
negative antara profitabilitas dan perataan laba.
H4 = Profitabilitas Berpengaruh Negatif Terhadap Perataan
Laba

32

2.2.2.4

Pengaruh leverage terhadap perataan laba


Leverage adalah perbandingan antara total kewajiban
dengan total aset perusahaan. Rasio ini menunjukkan besarnya
besar aset yang dimiliki perusahaan yang dibiayai dengan hutang.
Hasil penelitian Mamedova (2008) dan Oktovianti dan Agustia
(2012) yang menyatakan bahwa leverage perusahaan berpengaruh
terhadap praktek manajemen melakukan earnings management.
Dalam teori keagenan, semakin dekat perusahaan dengan
pelanggaran perjanjian utang yang berbasis akuntansi, lebih
memungkinkan manajer perusahaan untuk memilih prosedur
akuntansi yang memindahkan laba yang dilaporkan dari periode
masa datang ke periode saat ini (Watts and Zimmerman, 1986).
Dijelaskan lebih lanjut oleh Jao dan Pagalung (2011) bahwa
perusahaan akan berusaha memenuhi perjanjian hutang agar
memperoleh penilaian yang baik dari kreditur. Hal ini kemudian
dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba untuk
menghindari pelanggaran perjanjian hutang. Penelitian yang
dilakukan oleh Dechow et al. (1996) menemukan bahwa motivasi
perusahaan melakukan manajemen laba adalah untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan eksternal dan memenuhi perjanjian hutang.
Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
H5 = leverage berpengaruh negatif terhadap perataan laba.

33

2.3

KERANGKA PENELITIAN

Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala


yang menjadi objek permasalahan. Kerangka berpikir yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi
secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan
dependen, bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening,
maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu diikutkan. Pertautan antar
variabel tersebut tersebut selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma
penelitian yang didasarkan pada kerangka berpikir. Kerangka berpikir ini
merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting.
Adapun masalah-masalah yang dianggap penting dalam penelitian ini
adalah corporate governance, kualitas audit, profitabilitas, dan leverage yang
mempengaruhi perataan laba Berikut ini merupakan gambaran kerangka
pemikiran dari penelitian ini:

H1 = Dewan Komisaris Independen

H2 = Rapat Komite audit

Perataan Laba

H3 = Kualitas Audit
H4 = Profitabilitas
H5 = Leverage

34

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang


bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Dalam penelitian ini hubungan kausalitas tersebut ditunjukkan dalam
tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji pengaruh variabel independen, yang
terdiri dari diversifikasi operasional, corporate governance, profitabilitas dan
leverage terhadap variabel dependen, yaitu Perataan laba.
3.2

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh diversifikasi


operasional, corporaye governance, profitabilitas, dan leverage terhadap
perataan laba pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2011-2014. Penelitian ini menggunakan satu variabel
dependen yaitu perataan laba, dan empat variabel independen yang terdiri
dari diversifikasi produk, corporate governance, profitabilitas, dan leverage.
3.2.1

Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perataan laba. Perataan laba
dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan variable dummy. Perataan
laba (Y) dihitung dengan menggunakan Indeks Eckel (Reski Amelia 2015) untuk
mengklasifikasikan perusahaan yang melakukan perataan laba dan yang tidak
melakukan perataan laba. Adapun rumusnya sebagai berikut:
Indeks Perataan Laba=

CV I
CV S
35

Dimana:
I
: Perubahan laba dalam satu periode
S
: Perubahan penjualan dalam satu periode
CV
: Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai
yang diharapkan.

( x X )2
CV I dan CV S=
: X
n1
Dimana :
x
: perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n
dengan n-1
X
: rata-rata perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S)
n
: banyaknya tahun yang diamati.
Kriteria perusahaan yang melakukan praktik perataan laba adalah:
1. Perusahaan dianggap melakukan perataan laba apabila indeks perataan
laba lebih kecil daripada 1 ( CV I

<

CV S

) dan diberi symbol 1

pada variable dummy.


2. Perusahaan dianggap tidak melakukan perataan laba apabila indeks
perataan laba lebih besar sama dengan 1 ( CV I

CV S

) dan

diberi symbol 0 pada variable Dummy.


Dalam menghitung indeks Eckel pada periode ke-n, data yang diperlukan
adalah data penjualan/pendapatan dan data laba bersih pada periode t-3, t-2,
dan t-1, sehingga dalam menghitung indeks Eckel selama periode pengamatan
2011-2014 diperlukan data dari tahun 2008-2014. Setelah diperoleh nilai
CV I dan CV S

untuk setiap perusahaan dan setiap tahun, maka dapat

dihitung indeks perataan laba untuk masing-masing perusahaan setiap


tahunnya (Reski Amelia, 2015).

3.2.2

Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari:


36

A. Corpotrate Governance
Dalam rangka memahami

corporate

governance

maka

digunakanlah dasar perspektif hubungan keagenan. Jensen dan


Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya
konflik kepentingan antara pemilik dan agen karena kemungkinan agen
bertindak tidak sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu
biaya keagenan (agency cost). Eisenhardt (1989) menggunakan tiga
asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori agensi yaitu
(1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),
(2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari
risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut
manajer

sebagai

manusia

kemungkinan

besar

akan

bertindak

berdasarkan sifat opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan


pribadinya. Selain itu corporate governance juga berkaitan dengan
bagaimana para investor mengontrol para manajer (Shleifer dan
Vishny , 1997). Dengan kata lain yakni corporate governance
diharapkan akan dapat berfungsi untuk menekan atau menurunkan
biaya keagenan (agency cost). Dalam penelitian ini, corporate
governance diukur dengan proxy dewan komisaris independen dan
jumlah rapat komite audit.
a) Dewan komisaris independen
Dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris
yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan

37

saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan komisaris


lainnya, direksi dan/ atau pemegang saham pengendali atau hubungan
lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen.

Dewan

komisaris

independen

diukur

berdasarkan

persentase jumlah dewan komisaris independen terhadap jumlah total


komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan. Skala
data yang digunakan adalah skala rasio. Fama dan Jensen, (1983) dalam
Kusumaning (2004) menyatakan bahwa pengendalian keputusan yang
efektif merupakan fungsi positif dari rasio dewan komisaris eksternal
dengan total keanggotaan dewan komisaris. Tujuan dari

aktivitas

pengawasan oleh dewan komisaris eksternal adalah untuk memberikan


signal

kepada pasar mengenai reputasi aktivitas pengawasan yang

efektif di dalam perusahaan. Dewan komisaris yang independen secara


umum mempunyai pengawasan yang lebih baik terhadap manajemen ,
sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam menyajikan
laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer (Chtourou et al.,2001)
atau dengan kata lain, semakin kompeten dewan komisaris maka
semakin mengurangi kemungkinan kecurangan dalam pelaporan
keuangan. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat
serta dapat bertindak secara independen. Menurut Peraturan Pencatatan
nomor IA tentang Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas
di Bursa yaitu jumlah komisaris independen minimum 30%. Dalam

38

rangka penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik (good


corporate governance), perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris
independen yang jumlahnya proporsional sebanding dengan jumlah
saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan
ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% (tiga
puluh

perseratus)

dari

jumlah

seluruh

anggota

komisaris.

(Kusumaning,2004) .
Dalam penelitian ini, dewan komisaris diukur dengan menghitung
proporsi/persentase dewan komisaris independen terhadap jumlah
seluruh dewan komisaris.
b) Rapat komite audit
Rapat komite audit sangatlah penting dilakukan. Semakin banyak
rapat yang dilakukan maka semakin baik karena semakin banyak hal
yang akan dibahas dan diperbaiki dalam menjalankan pengawasan atas
manajemen. Hal tersebut akan mengurangi adanya tindakan perataan
laba oleh pihak manajemen.
Dalam penelitian ini rapat komite audit diukur dengan melihat
jumlah rapat yang dilakukan komite audit dalam satu periode laporan.
B. Kualitas audit
Tujuan dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan
kepastian mengenai integritas dari laporan keuangan yang disajikan
oleh pihak manajemen. Kepastian mengenai relevansi dan keandalan
dari laporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu
pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan (Mayangsari, 2003
dalam Herawaty (2010)).
Pada penelitian ini kualitas audit diukur dengan menggunakan
proksi ukuran KAP, karena diasumsikan akan berpengaruh terhadap

39

hasil audit yang dilakukan oleh auditornya. Auditor yang bekerja di


KAP Big Four diangggap memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan auditor dari KAP Non Big Four. Auditor yang
bekerja di KAP Big Four dianggap lebih berkualitas karena auditor
tersebut dibekali oleh serangkaian pelatihan dan prosedur serta
memiliki program audit yang lebih akurat dan efektif daripada auditor
dari KAP Non Big Four (Herawaty, 2010).
Dalam penelitian ini, kualitas audit diukur dengan variabel dummy.
Nilai 0 untuk sampel perusahaan yang tidak diaudit oleh Big Four, dan
1 untuk perusahaan yang diaudit oleh Big Four.
C. Profitabilitas
Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai
pemegang saham. Terdapat beberapa ukuran untuk menentukan
profitabilitas perusahaan, yaitu : return of equity (ROE), return on
assets (ROA), earning per share (EPS), net profit margin (NPM) dan
operating ratio. Profitabilitas dalam penelitian ini akan diukur dengan
menggunakan rasio Return On Asset (ROA). Rumus ROA adalah
sebagai berikut:
Returnon Asset(ROA )=

Laba Bersih
Total Asset

D. Leverage
Leverage merupakan alat untuk mengukur seberapa besar
perusahaan

tergantung

pada

kreditur

dalam

membiayai

asset

perusahaan. Skala pengukuran untuk leverage adalah rasio. Leverage


yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan

40

rasio Debt to Total Asset Ratio (DAR). Debt to Total Asset Ratio (DAR)
diukur dengan rumus:
Debt Total Asset Ratio (DAR)=

3.3

total hutang
total aset

METODE PENGAMBILAN SAMPEL

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan


pertambangan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
mempublikasikan laporan tahunan (Annual

Report) periode 2011-2014.

Sedangkan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan
metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih dengan memperhatikan kriteriakriteria tertentu. Kriteria dalam pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah:
1) Perusahaan yang akan diteliti merupakan perusahaan pertambangan yang
tercatat di BEI dan laporan keuangan dan tahunannya dapat di akses di
www.idx.co.id
2) Perusahaan yang

akan

menjadi

sampel

merupakan

perusahaan

pertambangan yang IPO terhitung sejak 1 Januari 2008, karena dalam


penelitian ini membutuhkan data laba bersih dan penjualan sejak tahun
2008 untuk menghitung indeks eckel.
3) Perusahaan yang akan menjadi sampel melaporkan laporan keuangannya
secara berturut-turut dari tahun 2011-1014 (tidak pernah delisting selama
periode penelitian)
4) Perusahaan yang akan menjadi sampel menyediakan informasi lengkap
yang dibutuhkan oleh peneliti.
5) Perusahaan yang akan menjadi sampel menyajikan data yang dibutuhkan
oleh peneliti dalam satuan mata uang rupiah.

41

3.4

METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelusuran laporan


keuangan perusahaan yang dipilih dan memiliki semua data yang lengkap seperti
annual report untuk melihat jumlah dewan komisaris dan jumlah komite audit
independen, neraca untuk mendapatkan total kewajiban dan total ekuitas, dan
laporan laba rugi untuk mendapatkan total laba bersih. Data yang digunakan
adalah data sekunder berupa laporan tahunan (annual report) dan laporan
keuangan (financial report) perusahaan pertambangan yang telah dipublikasikan.
Data diperoleh dari website BEI (www.idx.co.id) serta www.sahamok.com.
3.5

METODE ANALISIS DATA

3.5.1. Satistik Deskriptif


Statistik deskriptif adalah alat analisis statistik yang berfungsi untuk
mendeskripssikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui populasi
atau sampel sebagaimana data yang diperoleh. Statistik deskriptif
memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari rata-rata,
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan
skewness (kemencengan distribusi (Ghozali, 2011). Pengujian ini
dilakukan untuk mempermudah memahami variable-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1
Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi variabel independen dan variabel dependen
terdistribusi secara normal atau tidak. Untuk mendeteksi normalitas data
dapat diuji dengan Kolmogorov Smirnov, dengan pedoman pengambilan

42

keputuan yaitu bahwa nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 artina
distribusi tidak normal sedangkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas >
0,05 artinya distribusi normal (Ghozali, 2011).
3.5.3. Analisis Logistic Regression

untuk Perataan Laba sebagai Variabel

Dependen.
Penelitian ini menggunakan analisis logistic regression. Model statistik ini
sesuai digunakan dalam penelitian ini sebab variabel dependennya adalah
variable dummy (0 dan 1). Analisis regresi logistik digunakan untuk melihat
factor-faktor yang berkaitan dengan praktik perataan laba dianggap tepat
karena terdapat variable dummy (nominal) dan variable dependen dan
independennya

diukur

secara

rasio

dan

internal

serta

tidak

mempertimbangkan asumsi klasik.


Dalam melakukan pengujian dengan regresi logistik, terdapat tiga hal yang
perlu dianalisis yaitu:
3.5.3.1
Menilai Keseluruhan Model (Overall Model fit)
Pengujian ini dilakukan untuk menilai model yang dihipotesiskan
fit dengan data atau tidak. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (block
number = 0) dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (block
number =1). Pengurangan antara -2 LL awal (initial -2 LL function)
dengan nilai -2LL pada langkah awal berikutnya menunjukkan
bahwa variabel yang dihipotesiskan fit dengan data. Hal ini karena
log likelihood pada regresi logistik mirip dengan sum of square
error pada model regresi sehingga penurunan log likelihood
menunjukkan model regresi semakin baik (Ghozali, 2011).
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

43

Cox and snells R square merupakan ukuran yang mencoba


meniru ukuran R2 pada multiple regression yang didasarkan
teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari
satu sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Negelkerkes R
Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and snell
untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol)
sampai

1 (satu).

Nilai

Negelkerkes R

Square

dapat

diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression.


(Ghozali, 2011)
b. Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan regresi ditentukan berdasarkan nilai dari Hosmer &
Lemeshow Goodness of Fit Test. Jika nilai

Hosmer &

Lemeshow Goodness of Fit Test 0,05 maka hipotesis nol


ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model
dengan nilai observasinya sehingga Goodness Fit Model tidak
baik

karena

model

tidak

daapat

memprediksi

nilai

observasinya. Jika nilai Hosmer & Lemeshow Goodness of Fit


0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model
mampu memprediksi nilai observasinya (Ghozali, 2011).
c. Analisis Overall Classification Table
Table klasifikasi 22 menghitung nilai estimasi yang benar
(correct) dan salah (incorrect). Digunakan untuk menilai dari
ketepatan dalam memprediksi variabel dependen dengan
3.5.3.2

menggunakan variabel independennya (Ghozali, 2011).


Menguji Koefisien Regresi

44

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing


variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen
dengan menggunakan Wald Statistic dan nilai probabilitas. Wald
Statistic memberikan tingkat signifikansi secara statistik untuk
masing-masing koefisien.
Penentuan penerimaan atau penolakan H0 didasarkan pada
tingkat signifikansi (5%) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Hipotesis tidak dapat ditolak apabila statistik Wald hitung <Chi
Square tabel dan nilai probabilitas (sig) > tingkat signifikansi
() 5%. Hal ini berarti hipotesis ditolak atau hipotesis yang
menyatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen ditolak.
2. H0 tidak dapat ditolak apabila statistik Wald hitung >Chi
Square tabel dan nilai probabilitas (sig) < tingkat signifikansi
() 5%. Hal ini berarti hipotesis diterima atau hipotesis yang
menyatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen diterima (Ghozali, 2011)

3.5.3.3

Estimasi Parameter
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan Odds dan
variabel bebas. Estimasi maximum likelihood parameter dari model
dapat dilihat pada tampilan output variable in the equation. Model
analisis logistik dalam metode maksimum likelihood dapat dinyatakan
dengan persamaan: (Ghozali, 2011)

45

ln
Keterangan:
P
ln
1P

P
= + 1 X 1+ 2 X 2+ 3 X 3+ 4 X 4+ 5 X 5 + e
1P

= Status perata laba perusahaan.


1 untuk perusahaan yang melakukan perataan laba dan 0 untuk

1 5
Ln
E
X1
X 2
X3
X4
X5

perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.


= konstanta
= koefisien regresi
= Log of odds
= Errors
= proporsi dewan komisaris independen
=komite audit independen
= kualitas auditor
= profitabilitas
= leverage

46

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Septriani. 2008. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis dan Cara
Menguranginya. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol 3 No.2.
Desember
Amelia, Reski. 2015. Pengaruh Return On Asset, Net Profit Margin, Financial
Leverage, Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Praktik Perataan
Laba. Skripsi UNIB 2015
Belkaoui, Riahi. 2006. Accounting Theory. Buku Satu. Salemba Empat, Jakarta.
Chtourou, SM., Jean Bedard. dan Lucie Courteau. (2001). Corporate governance
and Earnings Management. Working Paper. Universite Laval, Quebec
City, Canada. April.
Dechow, Patricia, M., Sloan, R.G., and Sweeney, A.P. (1996). Causes and
Consequences of Earnings Manipulaton: An Analysis of Firms
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Guna, Welvin, I, dan Herawaty Harleen, 2010. Pengaruh Mekanisme Good
Corporate governance, Indepedensi Auditor, Kualitas Audit, dan
Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, Vol.12, No.1
Irina Zagers-Mamedova .2008. The effect of leverage increases on real earnings
management. Thesis Master Erasmus University in September 2008.
in Geneva, Switzerland for a period of two years
Jensen, M., and Meckling W. (1976). Theory of the firm:Managerial behavior,
agency cost, and ownership structure. Journal of Finance Economics.
3: 305-360.
Jin, Liaw She. dan Masud Machfoedz. 1998. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 1. No.2. 174-191.
Juniarti dan Corolina, 2005. Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go
Public, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 7. No.2. 148 162.
Universitas Kristen Petra.
Kieso, Donald E dkk.2004. Intermediate accounting. 11th Edition. John Wiley &
Sons, Inc.: USA

47

Komite Cadbury. 1992. The Business Roundtable, Statement On Corporate


governance. Washington DC., 1997.
Narsa, I Made dan Rani Dwi Yuniawati. (2003). Pengaruh Interaksi Antara Total
Quality Management dengan Sistem Pengukuran Kinerja dan
SistemPenghargaan Terhadap Kinerja Manajerial. Jurnal Ekonomi
Akuntansi Vol. 5, No. 1 (Mei): hal 18-35.
Oktovianti, Tirza dan Dian Agustia. 2012. Influence of the Internal Corporate
governance and Leverage Ratio to the Earnings Management. Journal
of Basic and Applied Scientific Research.
Pamudji, Sugeng dan Aprillia Trihartati. 2010. Pengaruh Independensi Dan
Efektivitas Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Dinamika Akuntansi Vol. 2, No. 1, Maret 2010, 21-29
Prabayanti dan Gerianta Wirawan Yasa. 2010. Perataan Laba (Income Smoothing)
dan Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).
AUDI Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. 1 Januari 2011
Prabowo, Danuharja Arvin. 2014. Pengaruh Komisaris Independen, Indeendensi
Komite Audit, Ukuran Dan Jumlah Pertemuan Komite Audit Terhadap
Manajemen Laba. Accounting Analysis Journal. Vol 3 (1) (2014)
Scoot, William, R. (2000), Financial Accounting Theory, Second Edition, New
Jersey: Prentice-Hall, Canana Inc.
Shleifer, A. dan R.W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate governance. Journal
of Finance, Vol 52. No 2. June 737-783
Suwito, Edy dan Herawati, Arleen. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang Dilakukan oleh
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional
Akuntansi VIII. Solo, 16-17 September
Syahriana, Nani. 2006. Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta
(2000-2004). Skripsi, Universitas IslamIndonesia. Yogyakarta.
Watts, R. L., J. L., Zimmerman. 1986. Positif Accounting Theory. New Jersey:
Prentice-Hall International Inc.
Wedari, Linda Kusumaning. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris
dan Keberadaan Komite Audit terhadap Aktivitas Manajemen Laba.
Artikel Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VII, IAI, Denpasar

48

Widyaningdyah, Agnes Utari. 2001. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh


Terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di
Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol 3. No.2. 89 101.
Zen, Sri Daryanti dan Merry Herman. 2007. Pengaruh Harga Saham, Umur
Perusahaan, dan Rasio Profitabilitas Perusahaan Terhadap Tindakan
Perataan Laba. Jumal Akuntansi & Manajemen Vol 2 No.2 Desember
2007
Zhou, J & Elder, R. (2004). Audit Quality and Earnings Management by Seasoned
Equity Offering Firms. Asia Pacific Journal of Accounting and
Economics 11 (2): 95-120
Zuhroh, D. 1996. Faktor-Faktor pada Tindakan Perataan Laba pada Perusahaan
Go Public di Indonesia. Tesis S2. Program Pasca Sarjana
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

49

Anda mungkin juga menyukai