san
Pembi
ayaan
Mikro
yang berpenghasilan tetap maupun tidak tetap, yang telah dan akan menghuni
rumah milik yang pertama atau memperbaiki rumah milik yang pertama dan
termasuk ke dalam kelompok sasaran masyarakat berpenghasilan rendah.
Masyarakat Berpenghasilan Rendah, selanjutnya disebut MBR, adalah
keluarga/rumah tangga yang berpenghasilan sampai dengan dua juta rupiah per
bulan.
Pemerintah tengah mengkaji aturan mengenai uang muka murah kepemilikan rumah bagi
pekerja sektor informal atau masyarakat berpenghasilan rendah.
Uang muka (down payment) murah yang diusulkan besarannya 5 persen dari harga jual
rumah, sementara cicilan angsuran berbunga tetap 7,25 persen dengan tenor (jangka
waktu)
kredit
hingga
20
tahun,
menurut
Kementerian
Perumahan
Rakyat.
Saat ini jumlah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Indonesia mencapai 34,2 juta
jiwa. Dari jumlah itu, sebesar 19,4 juta jiwa adalah pekerja mandiri (informal) dan 14,8 juta
jiwa adalah pekerja formal (buruh).
Dalam scaeme ini masyarakat bisa mengangsur dalam jumlah kecil baik per hari, per
minggu hingga per bulan. Misalnya, dengan harga rumah murah di wilayah I seharga Rp88
juta tenor 20 tahun dengan suku bunga tetap selama masa pinjaman 7,25 persen dan uang
muka diusulkan sebesar 5 persen atau Rp4,4 juta.
Rp900 ribu per bulan atau Rp33 ribu per hari. Ini terjangkau.
Sedangkan, untuk mengetahui berapa besaran penghasilan calon kreditur, bank perlu
meninjau langsung dengan merinci rekam jejak kreditur. Hal itu dilakukan untuk
mengantisipasi adanya kredit macet. bank menilai pendapatan rata-rata setahun pekerja
informal berapa, layak atau tidak untuk bisa ambil KPR. Ini pembiayaan jangka panjang. Ini
untuk masyarakat berpenghasilan rendah di sektor informal. Ini potensinya sangat besar
karena masih banyak MBR belum memiliki rumah sendiri.
Di sisi lain perbankan diharapkan lebih aktif menyalurkan KPR kepada pekerja sektor
informal atau masyarakat yang berpenghasilan rendah karena mereka masih sulit
mendapatkan rumah.
Penyalurannya bisa melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Sekarang,
program tersebut memiliki porsi pembiayaan sebanyak 70 persen dari pemerintah dan 30
persen dari bank
tempat tinggal mereka sendiri di tanah kosong dengan biaya senilai pendapatan
mereka selama setahun, yang sebenarnya terjangkau; uang dapat dipinjam dari
keluarga atau teman, atau juga dari rentenir dengan bunga yang sangat tinggi. (GRHS
2003 h. 111)
Salah satu faktor yang perlu perhatian serius adalah lokasi perumahan, seperti
ditunjukkan dalam GRHS 2003:
dan mata pencaharian mereka, serta alasan mereka menetap di rumah tinggal
yang sekarang mereka tempati (h. 96)
Tanpa kemampuan untuk mencari nafkah dengan bekerja di rumah atau di
jalanan, banyak rumah tangga akan mengalami kesulitan. (h. 100)
dari lokasi dan membangunkan yang baru untuk masyarakat miskin perkotaan;
meningkatkan akses ke pembiayaan perumahan bagi masyarakat miskin melalui
Banyak
dibayar Rp. 6,9 milyar atau rata-rata Rp. 3,2 juta /keluarga.
Sebagian besar kredit digunakan untuk perbaikan rumah, misalnya mengganti
lokasi
dimana
NUSSP
dilaksanakan
telah
merasakan
lantai dan atap, menambah fasilitas sanitasi, dan memperoleh izin tanah.
dampak
Suku bunga pinjaman adalah 15% dari PNM kepada lembaga keuangan lokal dan
tanah ukuran 100 m2. Rata-rata harga rumah adalah sebesar Rp 42 juta (sekitar
$4.900). Pinjaman untuk membeli rumah baru ini diberikan oleh bank komersialyang bukan merupakan bagian dari proyek dengan pinjaman yang bertenor 10
sampai 15 tahun dengan suku bunga berkisar antara 4,5% hingga 11% per tahun
Awalnya, dialokasikan pinjaman sebesar US$ 344 per rumah tangga untuk
bahwa tenor pinjaman tidak panjang. Pinjaman dengan suku bunga 30% 40% untuk
jangka waktu panjang akan menjadi tidak terjangkau.
Seperti dilaporkan dalam evaluasi program perbaikan kawasan kumuh lain, perbaikan
infrastruktur dan keseluruhan lingkungan kampung akan mendorong warga untuk
meningkatkan kondisi rumah mereka. Program pemerintah dapat memberikan rasa
aman akan status kepemilikan perumahan mereka, memberikan mereka kepercayaan
bahwa pengeluaran untuk perbaikan rumah akan tidak akan sia-sia (terkait dengan
penggusuran).
Pinjaman untuk perbaikan rumah
Dari 800,000 penerima manfaat proyek NUSSP, semestinya ada lebih dari 2,164
keluarga yang memperbaiki rumah mereka. Laporan ini tidak menunjukkan dari mana
dananya berasal.
Sumber-sumber dana untuk perbaikan rumah dapat saja diperoleh dari:
pinjaman dari majikan, kerabat, atau tetangga yang lebih mampu (beberapa penduduk
kumuh memiliki majikan). Pinjaman dari sumber ini berbunga relatif rendah tetapi
mungkin menimbulkan tuntutan-tuntutan sosial yang mungkin kurang menyenangkan.
Jika pinjaman formal dapat diperoleh dengan biaya yang sama, diperkirakan banyak
orang akan memilih untuk mengakses pinjaman formal.
Tabungan pribadi/keluarga. Banyak pengusaha mikro memiliki tabungan dalam bentuk
persediaan atau piutang yang dapat dicairkan ketika ada kebutuhan. Meskipun tidak
mengakibatkan biaya langsung, upaya untuk mencairkan aset ini menjadi uang tunai
bisa jadi tidak ringan. Ketersediaan pinjaman dengan harga terjangkau akan membawa
pengusaha kecil ini kepada lembaga keuangan mikro.
Penghasilan rutin, untuk melakukan perbaikan secara bertahap. Beberapa keluarga
dapat memilih untuk melakukan perbaikan rumah secara bertahap. Walaupun lebih
terjangkau karena uang yang dihabiskan di setiap tahap itu kecil, namun cara ini sangat
kurang efisien dibandingkan dengan melakukan perbaikan sekaligus.
Moral dari cerita ini adalah bahwa akses ke pembiayaan mikro yang terjangkau masih
diperlukan, dengan penekanan pada akses dan keterjangkauan. Di bawah ini adalah
dua sumber dana yang memungkinkan untuk dapat dievaluasi lebih lanjut:
Banyak lingkungan di Indonesia memiliki kelompok simpan pinjam. Beberapa dikelola
dengan baik, yang lain tidak. Dalam kebanyakan kasus, anggota kelompok menerima
bunga 1% per bulan dan pinjaman dikenakan 2% per bulan, masih lebih terjangkau dan
mudah diakses dibandingkan pinjaman dari LKM formal. Masalah utama dalam
memanfaatkan kelompok-kelompok simpan pinjam setempat terletak pada tahap
perkembangan dan kualitas manajemen KSP tersebut. Mendorong KSP untuk mengelola
uang lebih besar daripada kemampuan mereka akan menyebabkan kegagalan bahkan
bencana.
Kredit pemasok. Kerjasama dengan pemasok bahan bangunan dapat menghasilkan
pinjaman dengan biaya lebih rendah.
Pinjaman untuk pembelian rumah
Pinjaman untuk pembelian rumah diperoleh dari bank komersial dengan beberapa
pengaturan khusus dari pemerintah daerah. Sebenarnya, kebanyakan bank komersial
dengan produk pinjaman di bawah dari Rp. 50 juta akan bersedia membiayai pembelian
rumah pada lokasi pengembangan perumahan baru karena rumah ini dihargai jauh di
bawah nilai pasar. Meskipun kelayakan kredit dari peminjam rendah, pinjaman yang
macet akan memberikan bank hak untuk menjual rumah untuk pihak ketiga, untuk
memulihkan kerugian.
Saat ini, beberapa bank besar dengan jaringan nasional memiliki produk pembiayaan
mikro, hingga sekecil Rp. 5 juta per pinjaman. Perjanjian atau kerjasama dengan bank
komersial yang memiliki divisi pembiayaan mikro dapat memberikan akses ke pinjaman
dengan bunga yang lebih rendah. Dana dari CSR bank milik negara dapat pula
digunakan untuk menurunkan suku bunga lebih jauh.
Konsep rumah tumbuh
Akan dianalisa lebih lanjut. Kelangkaan dana dan sumbernya menuntut alokasi dana
yang tersedia secara lebih seksama. Memberikan porsi dana lebih besar untuk
keperluan jaminan kepemilikan tanah/rumah mungkin merupakan cara untuk
memperluas jangkauan program.
(Pada saat ini, bagian terbesar dari biaya perolehan rumah murah digunakan untuk
menutupi biaya konstruksi rumah yang mana sebagian besar terlalu mahal bila
dibandingkan dengan kualitasnya)
Rumah Tidak
Layak Huni
3,4 juta
60%
BACKLOG
Kepemilikan 13,5 jt
Kepenghunian
7,6 jt
33%
30 JUNI 2015
KEPMENDITERBITKAN
PUPR NO. 348/KPTS/M/2015
TAHUN 2015
PERMEN PUPR NO. 20/PRT/M/2015 TAHUN 2015
perumahan rakyat
perkerjaan umum dan
dilaksanakan oleh kementerian
likuiditas pembiayaan perumahan
Uraian
Kelompok
Sasaran
Suku bunga
MBR dengan penghasilan maksimal 4 juta rupiah per bulan untuk rumah tapak dan Rp. 7 juta
rupiah per bulan untuk rumah susun;
Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi atau surat
pernyataan penghasilan.
Harga Jual
Maksimum
Rumah Tapak
Tahun 2015
Antara Rp 110,5 juta (di Jawa dan Sumatera) Rp 174 juta (Papua dan Papua Barat);
Harga jual bebas PPN 10% diatur tersendiri melalui PMK 113/PMK.03/2014.
Harga Jual
Maksimum
Rumah Susun
Antara Rp 248,4 juta atau Rp 6,9 juta/m2 (Sulawesi Tengah) Rp 565,2 juta atau Rp. 15,7
juta/m2 (Papua);
Harga jual bebas PPN 10% masih menggunakan PP No. 31 Tahun 2007 sebesar Rp. 144 juta.
Tidak disewakan atau dialihkan kepemilikannya selama 5 tahun (rumah tapak) dan 20 tahun
(rumah susun)
Ketentuan Lain
Penyaluran dana FLPP dari Pemerintah kepada Kelompok Sasaran KPR Sejahtera
dilakukan melalui Bank Pelaksana.
Dana FLPP yang disalurkan oleh Bank Pelaksana kepada Kelompok Sasaran KPR
Sejahtera dalam rangka kepemilikan rumah dikenakan tarif KPR Sejahtera sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan.
Dana KPR Sejahtera merupakan gabungan antara dana FLPP dan dana Bank
Pelaksana dengan proporsi tertentu.
Kelompok Sasaran KPR Sejahtera adalah MBR dengan penghasilan tetap maupun
tidak tetap paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah) per bulan - Rp.
7.000.000,00 (tujuh juta rupiah) per bulan.
Bank Umum, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah yang ingin menjadi
Bank Pelaksana harus memenuhi sejumlah persyaratan
Batasan harga Rumah Sejahtera Tapak yang dibeli melalui KPR Sejahtera Tapak
dikelompokkan berdasarkan wilayah dengan pajak dibawah satu digit dan tetap
sampai dengan pelunasan
PERMENPERA NO 21/2014
TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN
FLPPALAM RANGKA PEROLEHAN
RUMAH SEJAHTERA BAGI MBR
Bank umum, syariah atau unit usaha syariah mengajukan surat pernyataan
kredit
Permohonan Pencairan dana FLPP oleh bank pelaksana kepada PPP disampaikan
tertulis dan dilengkapi dokumen2 yang dibutuhkan
Bank pelaksana wajib mengembalikan pokok dana FLPP tanpa syarat kepada PPP
secara bulanan
Pengendalian dan pengawasan dilakukan oleh pejabat dilingkungan eselon I
bidang pembiayaan perumahan PUPR dalam rangka memastikan tercapainya
tujuan pelaksanaan kegiatan penyaluran dana FLPP
Kelompok sasaran
penerima manfaat harus
memenuhi sejunlah
persyaratan
Kelompok Sasaraan mengajukan KPR Sejahtera kepada Bank Pelaksana dengan membawa persyaratan
Bank Pelaksana terdiri
atas Bank Umum, Bank
Umum Syariah, dan Unit
Usaha Syariah yang
sudah memenuhi
persyaratan
k Pelaksana wajib melakukan verifikasi dan bertanggungjawab atas ketepatan kelompok sasaran KPR Sejahtera.
Pemeriksaan dilakukan
melalui:
1)audit kinerja; dan
engendalian terhadapa pelaksanan kegiatan penyaluran dana FLPP melalui KPR Sejahtera yang dilakukan oleh Bank
2)audit dengan tujuan
tertentu.
o Kredit Channeling;
pola
pemberian
kredit
kepada
debitur,
tetapi
melalui
lembaga/perusahaan (agent) yang berhubungan langsung dengan
debitur.
kreditur dalam melakukan tagihan dan atau eksekusi agunan jika end
user/debitur wanprestasi;
2. Channeling agent dengan pola tidak adanya kewajiban agen untuk
mengambil alih kredit (take over) jika end user/debitur wanprestasi.
Dalam pola ini, kreditur wajib memberikan kuasa untuk melaksanakan
hak-hak kreditur dalam melakukan tagihan atau eksekusi agunan jika
end user/debitur melakukan wanprestasi;
3. Channeling agent dengan pola bahwa agen ikut membiayai kredit
tersebut, misalnya kreditur 75% dan agen 25%, yang juga dikenal joint
financing;
4. Channeling agent dengan pola pembelian kredit-kredit existing yang
telah dibiayai oleh lembaga pembiayaan, yang disebut juga dengan pola
purchasing agreement.
Berbeda dengan chanelling, executing debitur adalah agen tersebut langsung.
Hubungan hukum antara agen dengan nasabahnya (nasabah agen/end user) adalah
hubungan hukum yang terpisah dengan hubungan hukum antara bank dengan
agen.
Agen adalah debitur, maka agen harus memenuhi syarat dan ketentuan bidang
perkreditan sebagaimana mestinya. Namun demikian, biasanya untuk menetapkan
syarat penarikan, antara lain ditentukan adanya aplikasi nasabah agen yang
mengajukan kredit kepada agen dan selanjutnya agen tersebut meminta kepada
bank untuk dapat menarik/ mencairkan fasilitas kredit.
Kerjasama penyaluran pembiayaan adalah pemberian pembiayaan kepada nasabah
atau end user melalui llembaga penyaluran pembiayaan dengan pola executing,
channeling dan joint financing
Pola channeling adalah suatu pola pembiayaan dimana pihak lembaga keuangan
bank atau bukan bank tidak bertanggung jawab atas ketidak tertagihan pinjaman
yang diberikan. Pola Channeling merupakan suatu pola pemberian pinjaman/
pembiayaan dari LPDB-KUMKM kepada lembaga perantara yang berfungsi
sebagai penyalur dana (channeling), dimana lembaga tersebut hanya
menyalurkan dana bergulir kepada penerima dana bergulir dan tidak
bertanggung jawab menetapkan penerima dana bergulir.
pola executing yang diterapkan Bank Mandiri kepada Bank Perkreditan Rakyat
(BPR). Pola ini adalah pemberian kredit dari Bank Mandiri kepada BPR yang
bertindak sebagai pelaksana pemberian kredit dan bertanggung jawab terhadap
ketidaktertagihan kredit yang diberikan.
pola sharing. Pola ini adalah bentuk kerjasama antara Bank Mandiri dengan
BPR dalam pembiayaan bersama KUK dan kredit konsumtif kepada debitur,
dimana sumber pembiayaan berasal dari Bank Mandiri dan BPR yang
besarannya disesuaikan dengan bagian atau proporsi pembiayaan masingmasing pihak yang telah disepakati.