Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum

Hari/Tanggal : Jumat, 5 Desember 2014

Struktur dan Fungsi Biomolekul

PJP

: Inda Setyawati, S. TP, M. Si

Asisten

: Gia Permasku, S.Si


Selvi Muliani
Nur Hidayah H.L

MINERAL
Kelompok 17
Agustinus Hadi Prasetyo

G84120080

Aprilita Putri Defan Ritonga

G84120025

Latifah Amalia

G84120045

Departemen Biokimia
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
2014

PENDAHULUAN
Mineral merupakan unsur unsur yang berada dalam bentuk sedeerhana.
Dalam ilmu gizi biasanya disebut unsur unsur mineral. Unsur unsur mineral
terbukti essensial dalam makanan dapat dapat diperoleh 17 mineral. Analisis abu
mineral menunjukkan bahwa ada lebih dari dua puluj macam unsur mineral yang
terdapat dalam tubuh yaitu kalsium , fosfor , kalium, sulfur, natrium , klor,
magnesium, besi, seng, selenium, mangan, tembaga, iodium, molibdenum, kobalt,
krom, fluor dan sedikit vanadium, barium, brom, emas, peak, nikel, aluminium,
timah, bismuth, gallium , silikon, arsen dan lainnya. Sebagian besar mineral
terdapat dalam tulang dan kurang lebih kandungan mineral dalam tubuh manusia
rata-rata mencapai 4% (Poedjiadi 2009).
Mineral yang essensial dalam makanan umumnya dibagi dalam dua buah
kategorial yang besar yaitu unsur unsur makronutrien dan mikro nutrien
(Poedjiadi 2009). Berdasarkan fungsinya ineral dibagi menjadi 7 kelompok yaitu
berdasarkan strukturnya, fungsi yang berhubungan dengan membran, fungsi
sebagai gugus prostetik pada enzim, fungsi pengaturan / regulasi hormon, mineral
essensial namun beum diketahui fungsinya lebih lanjut, memliki pengaruh pada
tubuh namun belum pasti diperkirakan, ditemukan dalam makanan namun bersifat
toksik jika dikonsumsi berlebihan (Murray 2012).
Keseimbangan

ion-ion

mineral

dalam

tubuh

mengatur

proses

metabolisme , mengatur keseimbangan asam basa, tekanan osmotik, membantu


transpor senyawa penting untuk membentuk membran, pembentuk konstituen
dalam jaringan tubuh (Murray 2012).
Percobaan yang dilakukan ini adalah menguji keberadaan mineral dalam
abu tulang diuji. Abu uji dilarukan dalam asam kuat kemudian penyaringan
dilakukan untuk menguji filtrat dan endapan secara terpisah. Uji dengan filtrat
bertujuan menguji keberadaan klor dan sulfat, sedangkan endapan yang diperoleh
dilarutkan kembali dengan asam lemah, kemudian filtratnya digunakan untuk
menguji keberadaan kalsium, magnesium dan fosfat, sedangkan endapannya
dipakai untuk uji besi. Praktikum ini bertujuan menganalisis secara kualitatif
unsur mineral yang terdapat dalam abu tulang.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium B Biokimia, Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB pada hari
Jumat, tanggal 5 Desember 2014, pukul 8.00-11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah abu tulang dan alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah penangas air, pereaksi seperti BaCl2, HCl, Asam asetat ,
asam sulfat ammonium klorida, ammonium hidroksida.
Prosedur
Pembuatan abu tulang. Ke dalam pinggan porselin dimasukkan sebanyak
3 gram tepung tulang dan dipanaskan sampai terjadi abu (dalam tabur). Hasil abu
tulang yang berwarna kelabu didinginkan dan selanjutnya digerus halus di dalam
mortar, Avu halus terebut dipanaskan kembali di dalam pinggan prselin sampai
putih. Abu putih terebut dibiarkan menjadi dingin kembali dan dipindahkan ke
dalam gelas piala 250 mL. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan 50 mL asam
nitrat 10% kemudian diaduk hingga rata. Pemanasan dilakukan hingga abunya
menadi larut dan kemudian diberikan penamnbahan akuades sebanyak isi yang
sama. Penyaringan dilanjutkan dan diberikan penambahan amonium hidroksida
pekat kedalam filtraat sampai bereaksi basa, terentuknya basa dibuktikan dengan
adaya endapan putih yang tebal yang menunjukkan adanya fosfat. Penyaringan
kembali dilanjutkan dan hasil filtrat yang terbentuk digunakan untuk uji
berikutnya bersama dengan endapannya secara terpisah.
Pengujian filtrat. Uji klorida menggunakan filtrat sebanyak 2 mL
diasamkan dengan asam nitrat pekat 10 % kemudian diberikan larutan AgNO3,
Endapan yang terbentuk menunjukkan adanya klor

Uji Sulfat. Sebanyak 2 mL diasamkan dengan larutan HCl 10 % kemudian


diberikan penambahan BaCl2 Endapan yang terbentuk menunjukkan adanya
sulfat.
Pengujian Endapan. Sebanyak 10 mL larutan asam asaetat 10 %
ditambahkan pada endapan hasil saringan. Filtrat yang telah terbentuk diuji
keberadaan kalsium dengan menuangkan 2 mL ke dalam ammmonium oksalat
1%. Endapan yang terbentuk menunjukkan adanya kalsium. Filtrat sebanyak 2 mL
digunakan untuk uji fosfat dengan menambahkan 1 mL urea 10 % dan pereaksi
molibdat khusus. Larutan dicampur dengan rata kemudian diberikan penambahan
1 mL larutan ferosulfat khusus. Pembentukan warna biru pada larutan yang makin
lama makin pekat menunjukkan adanya fosfat. Sisa filtrat yang tersisa digunakan
untuk uji magnesium. Pemanasan dilakukan kemudian penambahan kristal
ammonium karbonat dan ammonium klorida. Endapan disaring kemudian
kedalam filtrat ditambahkan dinatrium hidrogen fosfat dan larutan ammonium
hidroksida. Endapan puth yang terbentuk menunjukkan adanya magnesium.
Endapan yang masih tersisa dari penuangan asam asetat 10 % diuji untuk
mengidentifikasi keberadaan besi. Sedikit HCl ditambahkan kedalam sistem
endapan pada kertas saring. Kemudian filtrat yang terbentuk ditempatkan untuk
pengujian filtrat . Filtrat pertama diberikan penambahan 1mlaamonium tiosianat
kemudian 1 ml kalium ferosiandia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jaringan dinamis yang dibentuk atas fungsi mekanik, biologi, dan kimia
disebut tulang. Tulang dapat berperan sebagai penyangga tubuh sehingga tubuh
dapat bergerak. Senyawa kimia penyusun tulang dapat dipengaruhi umur, nutrisi,
hormon, dan kelainan (Loveridge 1999). Mineral dalam tulang yang paling
banyak ditemukan yakni kalsium, fosfor, dan magnesium (Keene et al. 2004).
Loveridge (1999) menyatakan bahwa senyawa tersebut selain sebagai struktur
tulang juga berperan dalam berbagai hal. Percobaan ini menggunakan metode
penguapan dalam menghasilkan abu yang nantinya ditambahkan NH4OH pekat

dan disaring hingga dihasilkan filtrat dan endapan. Keduanya diuji dengan cara
yang berbeda. Hasil percobaan disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 Hasil uji identifikasi ineral terhadap abu tulang.
Nama Uji
Uji Filtrat
Uji Klorida

Hasil pengamatan (perubahan)

Uji Sulfat

- , tidak terjadi perubahan warna

Uji Endapan
Uji Kalsium

+, tidak berwarna menjadi putih keruh ,


sedikit endapan

+, Putih keruh, endapan puith ditemukan


dalam jumlah banyak

Uji Fosfat

+ , Biru pekat

Uji Magnesium

+, Terbentuk endapan dalam jumlah yang


cukup

Uji Endapan pada filtrat endapan asetat


Uji Besi 1
(+tiosianat)

+, terbentuk warna merah

Gambar

Uji Besi 2
(Ferrosianida)

+, terbentuk warna biru kehijauan

Keterangan : + : hasil uji positif : mengandung ion klorida/kalsium/magnesium/fosfat/besi

Gravimetri merupakan metode analisis yang didasarkan pada pengukuran


berat analit atau senyawa yang mengandung analit. Terdapat dua metode yang
dapat digunakan untuk analisis dengan gravimetri yakni metode pengendapan dan
metode penguapan. Metode pengendapan berdasarkan pemisahan endapan yang
sukar larut dan komposisinya diketahui sedangkan metode penguapan berdasarkan
pemisahan senyawa yang mudah menguap (Harjadi 1986).Filtrat yang dihasilkan
diuji dengan uji klorida dan uji sulfat. Penambahan HNO 3 agar suasana reaksi
menjadi asam sehingga saat ditambah AgNO3 akan terbentuk endapan putih
berupa AgCl (Ambarsari 2013) (gambar 1). Hasil positif uji ini menunjukkan
bahwa sampel mengandung mineral klorida. Selain itu, filtrat juga diuji dengan uji
sulfat. Prinsip pengasaman sama dengan uji klorida namun proses pengendapan
dilakukan dengan penambahan BaCl2 hingga terbentuk endapan putih BaSO4
yang mengandung sulfat (Ambarsari 2013) (gambar 2). Hasil percobaan
menunjukkan hasil negatif artinya tidak terbentuk endapan putih. Hal tersebut
dapat diakibatkan oleh sifat sulfat sebagai unsur makro sehingga tidak dapat
dengan mudah diendapkan (Budi 2003).
AgNO3 + Cl-

AgCl

(putih) + NO3-

Gambar 1 Reaksi uji klorida.


BaCl2 + SO42-

BaSO4

(putih) + 2Cl-

Gambar 2 Reaksi uji sulfat.


Endapan yang dihasilkan ditambahkan asam asetat agar mineral yang terkandung
dapat larut kembali. Selanjutnya filtratnya diuji dengan uji kalsium, uji fosfat, uji
magnesium, dan uji besi. Uji kalsium dilakukan dengan menambahkan amonium
oksalat sehingga dapat membentuk endapan berwarna putih. Hasil percobaan

menunjukkan hasil positif yakni terbentuk endapan berwarna putih yang


merupakan kalsium oksalat. Ion Ca yang terdapat pada sampel akan bereaksi
dengan C2O4 dari amonium oksalat membentuk endapan berwarna putih (gambar
3) (Ni Luh 2012).
Fosfat diuji dengan menambahkan urea sehingga dihasilkan urea yang
terikat fosfat yakni memutus ikatan rangkap dengan atom O. Hasil positif ditandai
dengan larutan yang berubah menjadi hijau kebiruan (Keene et al. 2004). Hasil
percobaan sesuai dengan teori yang ada karena warna larutan berubah menjadi
hijau kebiruan. Hasil positif tersebut menandakan bahwa tulang mengandung
fosfat. Warna biru yang dihasilkan merupakan warna yang terbentuk dari
ferosulfat khusus. Persamaan reaksinya dapat digambarkan pada gambar 4.
Magnesium dalam reaksi biokimia berperan sebagai koenzim sehingga membantu
reaksi dapat berlangsung (Poedjiadi 2009). Mineral ini pada percobaan ini diuji
keberadaanya dengan pemanasan agar sampel teraktivasi sehingga keberadaan
magnesium dapat dideteksi dengan mudah. Penambahan amonium karbonat dan
amonium klorida dilakukan untuk membentuk adanya endapan. Jika larutan
direaksikan dengan larutan dinatrium hidrogen fosfat akan terjadi endapan kristal
putih. Awalnya magnesium klorida tidak akan mengendap karena amonium
klorida berfungsi sebagai bufer. Konsentrasi ion hidroksida berdasarkan kerja aksi
massa akan didesak kembali, dengan bertambahnya konsentrasi ion amonium
(Poedjiadi 2006). Percobaan kali ini menunjukkan hasil positif yang ditandai
dengan adanya endapan putih yang mengandung magnesium fosfat (gambar 5).
Ca(aq) + (NH4)2C2O4(aq) CaC2O4(s) + 2 NH4+(aq)
Gambar 3 Reaksi uji kalsium.

Na2HPO4 + Mg2+

MgHPO4 + 2Na+

MgHPO4 + NH4OH

MgNH4PO4

Gambar 5 Reaksi uji magnesium.


Kadar besi dalam tubuh manusia relatif kecil dan kebanyakan terdapat
dalam hemoglobin. Keberadaan besi pada percobaan kali ini diuji dua kali.
Pengujian pertama dengan penambahan amonium tiosianat untuk mendeteksi besi
(III) dan merupakan uji yang sangat sensitif. Penambahan kalium ferosianida pada
pengujian kedua dilakukan untuk mengetahui keberadaan besi (II). Hasil
percobaan kali ini menunjukkan pengujian pertama negatif sedangkan pengujian
kedua memberikan hasil positif (gambar 6). Hasil negatif berarti tidak terbentuk
warna merah muda yang dapat diakibatkan oleh filtrat yang akan diuji belum
mencapai pH asam sehingga tidak menunjukkan perubahan warna saat
ditambahkan amonium tiosianat. Selain itu, dapat juga diakibatkan oleh reagen
yang digunakan telah terkontaminasi atau umur reagen yang terlalu lama.
Sementara itu, pengujian kedua menunjukkan hasil positif yakni terbentuk warna
biru. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel yang diuji tidak mengandung
besi (III) tetapi mengandung besi (II).
Fe3+ + 3SCNFe2+ + Fe(CN)64-

Fe(SCN)3 (merah)
Fe2[Fe(CN)6] (biru kehijauan)

Gambar 6 Reaksi uji besi.

SIMPULAN
Analisis mineral dalam tulang dilakukan secara kualitatif dengan
mengamati terbentuknya endapan atau terjadinya perubahan warna. Uji dilakukan
pada filtrat dan endapan. Tulang mengandung mineral berupa klorida, kalsium,
fosfat, magnesium, dan besi (II). Sementara itu tidak ditemukan adanya sulfat dan
besi (III) pada tulang.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarsari Yulinda. 2013.Penentuan kadar Nikel dalam mineral laterit melalui
pemekatan dengan metode kopresipitasi menggunakan Cu-Pirolidin
Dithiokarbamat. Jurnal Universitas Negeri Semarang Vol 12 hal 11-17.
Budi A. 2003. Mineral dalam Tubuh [terhubung berkala] www.chem-is-try.org
[9 Desember 2014].
Girindra A. 1988. Penuntun Praktikum Biokimia. Bogor: IPB Pr.
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Keene et al. 2004. Measures of Bone Mineral Content in Mature Dairy Cows. J.
Dairy Sci. 87:38163825.
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Edisi ke-1. Thenawidjaya M,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Loveridge N. 1999. Bone: More than a stick. Anim Sci. 77 : 190196.
Murray .2012. Biokimia Harper. Jakarta (ID):EGC
Ni Luh Cicik Fitriani, Daud K. Walanda, Nurdin Rahman. 2012. Penentuan kadar
kalium dan kalsium dalam labi siam (Sechium edule) serta pengaruh
tempat tumbuhnya. Jurnal Akademia Kimia 1(4): 174-180
Poedjiadi Anna. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press.
Winarno F. 1973. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor: IPB Press

Anda mungkin juga menyukai