Anak yang berada pada masa ini adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa
usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang
sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki
anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada usia 6-12 tahun ini biasanya pertumbuhan
fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan
keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat
mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan
dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting.
Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, antara lain mereka telah dapat
menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman
sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri karena anak telah mampu
beradaptasi dengan baik.
reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang
tua dan telah mulai belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan salah.
Kebutuhan Pengetahuan
1.
Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur-
angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional
dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada
stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak anak usia sekolah dasar disebut pemikiran
Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan
pada objek objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,
mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia
mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang
disebut dengan operasi operasi, yaitu :
a).
Negasi (Negation)
Pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara
benda
atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b).
c).
Identitas
Anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu
perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah
memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu
tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a.
Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan
tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya
keterbatasan-keterbatasan.
Untuk
mengurangi
keterbatasan
tersebut,
anak
berusaha
menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang
digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori
yang penting, yaitu :
secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja
informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan
evaluatif.
c.
Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif dengan melatih kemampuan
anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui, misalnya ketika menjelaskan
suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat jaringan topik.
Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu
pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya.
d.
Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan
kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam
cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai
menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata
bahasa secara tepat.
D.
Kebutuhan Psikososial
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang
dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak menjadi semakin kompleks. Anak sudah
siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak
berada di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing (kompetitif),
kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan
peraturan yang berlaku. Dalam hal ini proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman
sebaya. Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak
tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetitif sehingga dapat memilah apa
yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan
identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.
a.
Pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat
pesat. Ia lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik
eksternal.
b.
mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan periode sebelumnya, karena ratarata anak menghabiskan waktunya di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah
memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan
kognitif dan ketrampilan sosial.
c.
Umumnya mereka meluangkan waktu lebih dari 40% untuk berinteraksi dengan teman sebaya
dan terkadang terdapat duatu grup/kelompok. Anak tidak lagi puas bermain sendirian dirumah.
Hal ini karena anak mempunyai keinginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.
E.
soal jajan. Meskipun di rumah sudah tersedia makanan yang enak dan bersih, bukan tidak
mungkin anak tetap ngotot ingin jajan yang tak lain karena semua temannya juga jajan. Bisa
dipastikan anak akan lebih suka jajan karena rasa makanan yang dijual tadi umumnya lebih enak
dan gurih dibanding yang tersaji di rumah. Mereka sama sekali tidak peduli kalau rasa yang enak
dan gurih tersebut berasal dari bumbu penyedap maupun kandungan garam dan lemak yang
tinggi. Selain itu, bagi anak-anak, jajan bersama teman memberikan suasana yang berbeda
dibandingkan rumah sehingga terasa lebih mengasyikkan.
Sejak usia 6 tahun anak mengalami pertumbuhan dengan laju pertumbuhan yang tidak
terlalu cepat, namun kebutuhan gizinya tetap harus terpenuhi. Bila kebutuhan gizinya tidak
terpenuhi, maka dampak kurang gizi ini dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan
kognitif dan kemampuan akademiknya. Selain bisa menyebabkan penurunan aktivitas fisik serta
membuatnya berisiko mengalami penyakit infeksi. Perlu diketahui, kecukupan gizi pada usia ini
selain diperlukan untuk pertumbuhan juga dibutuhkan untuk metabolisme basal dan aktivitas
fisik.
Selain itu, pada usia praremaja ini aktivitas fisik anak semakin meningkat. Disamping
urusan sekolah, mereka juga disibukkan dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan mulai
sering ngegang dengan teman-temannya. Semua kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik
membuat anak jadi gemar makan. Pada rentang usia ini, pertumbuhan yang dialami anak
berlangsung mantap meski tidak sepesat masa bayi atau masa pubertas. Dengan demikian
konsumsi makan yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya kegemukan. Padahal
kegemukan yang tejadi di usia anak akan sulit dikoreksi setelah anak tersebut dewasa. Lantaran
itu, pengaturan pola makan yang baik sudah harus diterapkan sejak dini. Sementara kegemukan
yang tak tertangani dan dibiarkan berlanjut kelak dapat memicu berbagai penyakit degeneratif
seperti diabetes dan jantung. Selain itu, obesitas juga dapat mengganggu citra diri.