Anda di halaman 1dari 8

Karakteristik Perkembangan anak usia 6 12 Tahun

Anak yang berada pada masa ini adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa
usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang
sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki
anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada usia 6-12 tahun ini biasanya pertumbuhan
fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan
keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara bergantian, dapat
mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah berkembang koordinasi tangan
dan mata untuk dapat memegang pensil maupun memegang gunting.
Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, antara lain mereka telah dapat
menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman
sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri karena anak telah mampu
beradaptasi dengan baik.

Kemampuan anak yang adaptif


-

Mampu menyelesaikan tugas secara operasional dan tuntas.

Perhatian/daya tarik pada diferensiasi tugas/kegiatan yang lebih luas.

Mampu membedakan imagery dan realitas.

Kagum pada idola diluar orang tua.

Keinginan berteman (hubungan teman sebaya).

Lebih mampu untuk menunda pemuasan segera.


Perkembangan anak usia dari sisi emosi antara lain anak telah dapat mengekspresikan

reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang
tua dan telah mulai belajar tentang konsep nilai misalnya benar dan salah.

Untuk perkembangan kecerdasannya, ditunjukkan dengan kemampuannya dalam


melakukan seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan, meningkatnya
perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan berkembangnya
pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Berikut karakteristik umum yang terjadi pada rentang usia 6-12 tahun:

Anak Usia 6 - 7 Tahun


- Mulai membaca dengan lancar
- Cemas terhadap kegagalan
- Peningkatan minat pada bidang spiritual
- Kadang Malu atau sedih

Anak Usia 8 9 Tahun


- Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
- Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
- Ketrampilan lebih individual
- Ingin terlibat dalam sesuatu
- Menyukai kelompok dan mode
- Mencari teman secara aktif.
Anak Usia 10 12 Tahun

- Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan


dengan pubertas mulai tampak.
- Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci, menjemur pakaian
sendiri, dll.
- Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu orang lain.
- Mulai tertarik dengan lawan jenis.
B. Kebutuhan Dasar Anak Usia 6-12 Tahun
Anak berusia 6 - 12 tahun, biasanya menyebut usia ini sebagai "usia tanggung". Namun
resminya, usia ini disebut usia pertengahan anak-anak atau lebih dikenal sebagai anak usia
sekolah. Diusia ini ia sudah memasuki dunia sekolah yang lebih serius. Walaupun, ia tetap
seorang anak dengan dunia anak-anaknya yang khas.
Masa ini ditandai dengan perubahan dalam kemampuan dan perilaku. Pertumbuhan dan
perkembangan anak membuatnya lebih siap untuk belajar dibanding sebelumnya. Anak juga
mengembangkan keinginan untuk melakukan berbagai hal dengan baik, bahkan bila mungkin
dengan sempurna. Karakteristik anak usia sekolah jelas berbeda dengan pra-sekolah. Orang tua
perlu melakukan pendekatan yang berbeda, dibanding sebelumnya, ketika anak masih duduk di
Taman kanak-kanak.
C.

Kebutuhan Pengetahuan

1.

Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur-

angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris,
maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional
dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada
stadium belajar.

Menurut teori Piaget, pemikiran anak anak usia sekolah dasar disebut pemikiran
Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan
pada objek objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya,
mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia
mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan
kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang
disebut dengan operasi operasi, yaitu :
a).

Negasi (Negation)
Pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan-hubungan antara

benda

atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b).

Hubungan Timbal Balik (Resiprok)


Anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.

c).

Identitas
Anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu

perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah
memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu
tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
a.

Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan

tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya
keterbatasan-keterbatasan.

Untuk

mengurangi

keterbatasan

tersebut,

anak

berusaha

menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang
digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori
yang penting, yaitu :

1. Rehearsal (Pengulangan): Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang


berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
2. Organization (Organisasi): Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk
meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya
menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
3. Imagery (Perbandingan): Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan
dari seseorang.
4. Retrieval (Pemunculan Kembali): Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari
tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan
kembali sebuah meori, mereka akan menggunakannya secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori
anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan
yang diperoleh anak sebelumnya. Karena itu proses belajar-mengajar yang baik adalah jika anak
berinteraksi dengan pendidik, yaitu orangtua dan guru. Maka pendidik harus pandai menciptakan
situasi yang nyaman, membangkitkan semangat belajar, dan anak antusias belajar dengan
memberikan metode pengajaran yang tepat.
Jika tipe belajar anak lebih aktif melalui alat pendengarannya (auditif), maka anak
diajarkan dengan mendengarkan kaset yang diselingi dengan menunjukkan gambarnya
(demonstrasi). dapat juga dengan memutarkan video agar anak dapat melihat (visual) dengan
jelas apa yang terjadi. Dengan harapan, tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai.
b.

Perkembangan Pemikiran Kritis


Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan

secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja
informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan
evaluatif.
c.

Perkembangan Kreativitas

Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
Metode belajar ditekankan pada bagaimana anak berpikir kreatif dengan melatih kemampuan
anak bercerita dan mempresentasikan apa yang mereka ketahui, misalnya ketika menjelaskan
suatu hal atau benda. Salah satunya dengan metode main maping, yaitu membuat jaringan topik.
Misal, minta anak menjelaskan konsep meja dan biarkan anak memaparkan satu persatu
pengetahuannya tentang meja mulai dari berbagai bentuk, fungsi sampai jumlah penyangganya.
d.

Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan

kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam
cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai
menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata
bahasa secara tepat.
D.

Kebutuhan Psikososial
Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan yang

dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikosial anak menjadi semakin kompleks. Anak sudah
siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatas, yaitu pada saat anak
berada di sekolah. Melalui proses pendidikan ini, anak belajar untuk bersaing (kompetitif),
kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan
peraturan yang berlaku. Dalam hal ini proses sosialisasi banyak terpengaruh oleh guru dan teman
sebaya. Identifikasi bukan lagi terhadap orang tua, melainkan terhadap guru. Selain itu, anak
tidak lagi bersifat egosentris, ia telah mempunyai jiwa kompetitif sehingga dapat memilah apa
yang baik bagi dirinya, mampu memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan
identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya.
a.

Perkembangan Pemahaman Diri

Pada tahap ini, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami perubahan yang sangat
pesat. Ia lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada melalui karakteristik
eksternal.
b.

Perkembangan Hubungan dengan Keluarga


Dalam hal ini, orang tua merasakan pengontrolan dirinya terhadap tingkah laku anak

mereka berkurang dari waktu ke waktu dibandingkan dengan periode sebelumnya, karena ratarata anak menghabiskan waktunya di sekolah. Interaksi guru dan teman sebaya di sekolah
memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan
kognitif dan ketrampilan sosial.
c.

Perkembangan Hubungan dengan Teman Sebaya


Berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu.

Umumnya mereka meluangkan waktu lebih dari 40% untuk berinteraksi dengan teman sebaya
dan terkadang terdapat duatu grup/kelompok. Anak tidak lagi puas bermain sendirian dirumah.
Hal ini karena anak mempunyai keinginan kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.
E.

Kebutuhan Makanan dan Cairan


Saat berada di sekolah, teman dapat membawa pengaruh yang sangat penting. Contohnya

soal jajan. Meskipun di rumah sudah tersedia makanan yang enak dan bersih, bukan tidak
mungkin anak tetap ngotot ingin jajan yang tak lain karena semua temannya juga jajan. Bisa
dipastikan anak akan lebih suka jajan karena rasa makanan yang dijual tadi umumnya lebih enak
dan gurih dibanding yang tersaji di rumah. Mereka sama sekali tidak peduli kalau rasa yang enak
dan gurih tersebut berasal dari bumbu penyedap maupun kandungan garam dan lemak yang
tinggi. Selain itu, bagi anak-anak, jajan bersama teman memberikan suasana yang berbeda
dibandingkan rumah sehingga terasa lebih mengasyikkan.
Sejak usia 6 tahun anak mengalami pertumbuhan dengan laju pertumbuhan yang tidak
terlalu cepat, namun kebutuhan gizinya tetap harus terpenuhi. Bila kebutuhan gizinya tidak
terpenuhi, maka dampak kurang gizi ini dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan

kognitif dan kemampuan akademiknya. Selain bisa menyebabkan penurunan aktivitas fisik serta
membuatnya berisiko mengalami penyakit infeksi. Perlu diketahui, kecukupan gizi pada usia ini
selain diperlukan untuk pertumbuhan juga dibutuhkan untuk metabolisme basal dan aktivitas
fisik.
Selain itu, pada usia praremaja ini aktivitas fisik anak semakin meningkat. Disamping
urusan sekolah, mereka juga disibukkan dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan mulai
sering ngegang dengan teman-temannya. Semua kegiatan yang melibatkan aktivitas fisik
membuat anak jadi gemar makan. Pada rentang usia ini, pertumbuhan yang dialami anak
berlangsung mantap meski tidak sepesat masa bayi atau masa pubertas. Dengan demikian
konsumsi makan yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya kegemukan. Padahal
kegemukan yang tejadi di usia anak akan sulit dikoreksi setelah anak tersebut dewasa. Lantaran
itu, pengaturan pola makan yang baik sudah harus diterapkan sejak dini. Sementara kegemukan
yang tak tertangani dan dibiarkan berlanjut kelak dapat memicu berbagai penyakit degeneratif
seperti diabetes dan jantung. Selain itu, obesitas juga dapat mengganggu citra diri.

Anda mungkin juga menyukai