Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYIMPANGAN

PRILAKU SOSIAL SISWA

Siswa merupakan generasi harapan penerus bangsa, dari


merekalah akan lahir pemimpin-pemimpin bangsa yang
seharusnya penuh integritas dan martabat sehingga membawa
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang unggul dan dihormati
dunia. Tujuan atau fungsi pendidikan di dalam undang-undang no
20 tahun 2003pun menyatakan bahwa pendidikan nasional
adalah Untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Usaha-usahapun sudah
mencapai fungsi tersebut

dilakukan

oleh

pemerintah

untuk

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN


PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN PRILAKU SOSIAL SISWA

A. Latar Belakang
Banyak para ahli yang berpendapat akan pentingnya
kecerdasan emosional dalam mempengaruhi sikap dan prilaku
individu

sebut

kecerdasan

saja

Salovely

emosional

dan

sebagai

Mayer

himpunan

mendifinisikan
bagian

dari

kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau


perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,
memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk
membimbing

pikiran

dan

tindakan.

(Shapiro,

1998

8).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak


bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu
peranan lingkungan terutama lingkungan keluarga, sekolah, dan
lingkungan bermain serta bergaul sangat mempengaruhi dalam
pembentukan kecerdasan emosional seperti yang dikatakan oleh
Bar-On

pada

tahun

1992

seorang

ahli

psikologi

bahwa

kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi,


emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk

berhasil

dalam

mengatasi

tuntutan

dan

tekanan

terbanyak

individu

lingkungan (Goleman, 2000 : 180).


Sekolah

merupakan

lingkungan

melakukan interaksi, pergaulan, dan merupakan lingkungan


belajar siswa tentu tidak lepas dari berbagai macam persoalanpersoalan dan konflik-konflik di dalamnya baik yang bersifat
personal, interpersonal, ataupun persoalan yang bersifat sosial.

Kecerdasan emosi tentu sangat berperan dalam diri siswa dalam


menghadapi

persoalan-persoalan

tersebut.

Namun

sangat

disayangkan, yang terjadi di sekolah banyak siswa yang tidak


mencerminkan kecakapan EI dan ini biasanya akan mengganggu
proses sosialisasi siswa dengan lingkungannya. Rendahnya
kecerdasan emosional siswa ini ditandai dengan banyaknya
pelanggaran-pelanggaran

yang

dilakukan

siswa

bahkan

seringkali berujung pada penyimpangan-penyimpangan prilaku


sosial. Menurut Goleman (2009:330) anak yang mengalami
kemorosotan emosi akan menunjukkkan masalah seperti menarik
diri dari pergaulan, cemas dan depresi, bermasalah dalam
perhatian dan berfikir, nakal serta agresif. Seperti yang terjadi
di cirebon masih sering terjadi tawuran antara pelajar. RRI
memberitakan bahwasanya: KBRN, Cirebon : Tawuran pelajar
yang melibatkan dua sekolah kembali terjadi di Jalan Tuparev
Kedawung

Kabupaten

Cirebon

pada

Senin

(05/01/2015).

Berdasarkan informasi yang dihimpun pihak kepolisian, tawuran


berawal ketika siswa di salah satu SMA di Jalan Tuparev akan
pulang sekolah. Tiba-tiba sekelompok pelajar dari SMK di
kawasan Panembahan melintas dengan sepeda motor dan
mengeraskan suara knalpot motornya. Sontak hal tersebut
membuat marah pelajar yang ingin pulang sekolah dan langsung
mengejar serta melemparinya dengan batu. Tidak hanya tawuran
banyak
dilakukan

penyimpangan-penyimpangan
oleh

pelajar/siswa

di

prilaku

cirebon

sosial

seperti

yang

membolos

sekolah. RRI melansir 19 siswa di sumber terjaring razia pada


saat asik membolos pada februari 2015 lalu.
Kasus-kasus semacam diatas sangat disayangkan sekali,
karena sekolah yang seharusnya menjadi wadah pembinaan
karakter

dan

kepribadian

yang

baik

malah

rusak

akibat

penyimpangan-penyimpangan

yang

masih

dilakukan

oleh

beberapa oknum siswa. Sekolah sebagai cermin pendidikan


tentunya memiliki fungsi yang selaras dengan tujuan pendidikan
nasional. Tujuan Pendidikan Nasional dalam UUD 1945 (versi Amandemen)
Pasal

31,

ayat

menyebutkan,

Pemerintah

mengusahakan

dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan


keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Pasal 31, ayat 5
menyebutkan, Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia. Tujuan Pendidikan Nasional
dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003, Jabaran UUD 1945 tentang
pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3
menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan
Pendidikan Menurut UNESCO Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu
bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan.
Berangkat dari pemikiran itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui
lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural
Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan baik untuk masa sekarang
maupun masa depan, yakni: (1) learning to Know, (2) learning to do (3) learning
to be, dan (4) learning to live together. Dimana keempat pilar pendidikan tersebut
menggabungkan tujuan-tujuan IQ, EQ dan SQ.
Melihat kasus tawuran diatas, jelas prilaku atau sikap yang ditunjukan oleh
siswa merupakan rendahnya kecakapan dalam mengatur emosi sehingga gampang
terpancing dengan sedikit profokasi sehingga terjadilah tawuran sebagai salah satu

bentuk dari penyimpangan prilaku sosial. Lingkungan sekolah tidak selamanya


positif karena memang dalam lingkungan sekolah terdiri dari berbagai macam
individu yang memiliki latar belakang yang berbeda ada yang memang memiliki
latar belakang baik ada pula yang mungkin kurang baik, terlebih di era modern
dan global seperti saat ini budaya-budaya negatif akan sering disaksikan oleh
siswa lewat berbagai media yang canggih sehingga amat besarlah peluang
penyimpangn itu merasuk ke dalam pribadi siswa. Edwin H. Sutherland
mengungkapkan

tentang

teori

pergaulan

berbeda;

yang

menyatakan bahwa penyimpangan bersumber dari pergaulan


dengan

sekelompok

orang

yang

telah

menyimpang.

Penyimpangan diperoleh melalui proses alih budaya (cultural


transmission) . Melalui proses ini seseorang mempelajari suatu
subkebudayaan menyimpang (deviant subculture). Untuk itu siswa
yang memang berada pada fase remaja sangat perlu dalam dirinya terdapat
kecakapan atau kecerdasan emosi, selaras dengan apa yang diungkapkan oleh
Zainun (2002) masa remaja merupakan masa yang paling banyak dipengaruhi
oleh lingkungan dan teman-teman sebaya dan dalam rangka menghindari hal-hal
negatif yang dapat merugikan dirinya dan orang lain. Remaja hendaknya
memahami pentingnya kecerdasan emosi. Di dukung pula oleh Muppire
(1982)menyatakan bahwa remaja yang dapat melatih emosinya akan lebih mampu
menguasai hal-hal negatif, dan dapat membantu untuk menghadapi berbagai
situasi yang akan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka. Remaja yang memiliki
kecerdasan emosi akan lebih terampil dalam menenangkan dirinya.
Dari uraian mengenai tujuan pendidikan nasional serta UNESCO jelas
mengedepankan kecerdasan emosional, semestinya sistemyapun berprioritas pada
kecerdasan emosional yang tentu akan mendukung siswa dalam mengambil suatu
sikap dan berprilaku atas rangsangan-rangsangan dari luar, baik budaya negatif
dan lain sebagainya.
Kecerdasan emosional secara tidak langsung memberi pengaruh besar
yang positif dalam menjaga agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan

prilaku sosial oleh siswa. Namun pada fakta yang ditemukan di lapangan masih
banyak siswa-siswa yang melakukan penyimpangan-penyimpangan prilaku sosial
seperti yang telah diuraikan di atas.
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul : Hubungan Kecerdasan Emosi dengan
Penyimpangan-penyimpangan Prilaku Sosial Siswa di Kota Cirebon Dasar
yang dipakai untuk menghubungkan kedua variabel penelitian dengan siswa di
kota cirebon adalah adanya hubungan antara tingkat kecerdasan emosional
terhadap penyimpangan prilaku sosial siswa dengan acauan tujuan pendidikan
yang telah dicanangkan pemerintah serta UNESCO yang berlandaskan pada 3
kecerdasan yang salah satunya adalah kecerdasan emosional, dimana penulis
mengambil indikator kecerdasan emosional sebagai penghubung terhadap
penyimpangan prilaku sosial siswa
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada uraian masalah di atas maka rumusan masalah yang akan
penulis kembangkan adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan Kecerdasan Emosi dengan Penyimpanganpenyimpang Prilaku Sosial Siswa di Kota Cirebon?
2. Bagaimanakah kecakapan kecerdasan emosional yang dimiliki siswa di
kota Cirebon?
3. Bagaimanakah penyimpangan-penyimpangan prilaku sosial siwa di kota
Cirebon?
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan penyimpanganpenyimpangan prilaku sosial siswa
2. Mengetahui kecakapan kecerdasan emosional yang dimiliki siswa di kota
cirebon
3. Mengetahui bentuk-bentuk penyimpangan prilaku sosial siswa di kota
cirebon
D. Manfaat

Adapun manfaat yang akan didapat adalah sebagai berikut:


a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
mengenai kecerdasan emosional dan teori penyimpangan prilaku sosial dalam
pengembangan sistem pendidikan.
b. Manfaat praktis
Dari hasil penelitian ini diharapkan:
1. Bagi wali siswa dapat memberikan wawasan tentang hubungan kecerdasan
emosional dengan penyimpangan-penyimpangan prilaku sosial siswa
2. Bagi guru ataupun guru BK dapat memberikan masukan dalam rangka
menerapkan sistem penanganan siswa di sekolah
3. Bari peneliti lain, dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi peneliti
selanjutnya, khususnya mengenai hubungan kecerdasan emosional dengan
penyimpangan-penyimpangan prilaku siswa, serta dapat dijadikan sebagai
bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

E. Penelitian Terdahulu
1. Skripsi dari UIN Sunan Kalijaga, penulis Nihayatus Sangadah dengan
judul Hubungan antara kecerdasan emosional dengan reaksi frustasi pada
santri pondok pesantren Al-Huda Kebumen
2. Skripsi dari Universitas Persada Indonesia, penulis Amalia Sawitri
Wahyuningsih dengan judul: Hubungan kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar pada siswa kelas II SMU LAB SCHOOL Jakarta Timur
F. Kerangka Pemikiran
Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Kecerdasan Emosional,
semua emosi (2002:7) pada dasarnya adalah

dorongan untuk

bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah


ditanamkan secara berangsur-angsur (evolusi), dan emosi juga
sebagai

perasaan dan fikiran-fikiran khas, suatu keadaan

biologis, dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk


bertindak. Emosi dapat dikelompokkan pada rasa amarah,
kesedihan, takut, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu.
James Vender Zenden mendefinisikan penyimpangan sosial
adalah prilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai
hal yang tercela dan di luar batas toleransi
G. Metode penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, penelitian
kualitatif

deskriptif

yang

bertujuan

untuk

menggambarkan

keadaan atau status fenomena secara sistemik dan rasional.


(Arikunto,2002)
H. Langkah-langkah penelitian
a. Sumber data
Sumber data teoritik, yakni dari buku-buku yang berkaitan
dengan kecerdasan emosi dan penyimpangan prilaku
sosial.
Sumber Data empiric, yakni terjun langsung ke lokasi
penelitian di beberapa sekolah di kota Cirebon
Guru Bimbingan dan Konseling sekolah
Siswa
I. Tehnik pengumpulan data
Wawancara, untuk meperoleh data mengenai kecakapan
kecerdasan

emosional

siswa,

serta

penyimpangan-

penyimpangan yang sering dilakukan siswa


Dokumentasi, untuk memperoleh data objektif tentang
pelatuhan kecerasan emosional siswa
Studi Pustaka, untuk memperoleh

data

teoritik

mengenai kecerdasan emosional dan penyimpangan


prilaku sosial.
J. Renca waktu penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus
sampai 1 September 2015.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk


mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri,
mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk
membina

hubungan

(kerjasama)

dengan

orang

lain

(Goleman,2007)
Hal positif akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar
kecerdasan emosional. Secara emosional akan lebih cerdas,
penuh pengertian mudah menerima perasaan-perasaan dan
lebih banyak pengalaman dalam memecahkan permasalahannya
sendiri, sehingga pada saat remaja aka lebih banyak sukses di
sekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya
serta

akan

terlarang,

terlindungi
kenakalan,

(goleman,2001)

dari

resiko-resiko

kekerasan,

serta

seperti
seks

obat-obat

tidak

aman

Anda mungkin juga menyukai