Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

PERBEDAAN EMFISEMA DAN BRONKITIS KRONIK

Dwita Permatasari
11 2013 192

KEPANITERAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RSPAU dr. ESNAWAN ANTARIKSA
PERIODE 29 JUNI 2015 11 SEPTEMBER 2015

Bronchitis
1. Pengertian
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang
minimal selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien
yang diketahui tidak terdapat penyebab lain. Bronkitis Kronik merupakan suatu definisi klinis
yaitu batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan
dalam setahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun berturut-turut.
2. Etiologi
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.
1) Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan
dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2) Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
3) Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah
zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4) Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan
ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang
sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5) Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
3. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan nafas mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena
iritasi yang konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet
meningkat jumlahnya, fungsi silia menurun dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai
akibat bronkiolus dapat menjadi menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan
bronkiolus dapat menjadi rusak dan membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi
makrofag alveolar yang berperan penting dalam menghancurkan partikel asing termasuk
bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan
bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas.
Pada waktunya mungkin terjadi perubahan paru yang ireversibel, kemungkinan
mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel-sel penghasil mukus di bronkhus.
Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia. Perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit
dikeluarkan dari saluran nafas.
4. Manifestasi klinis
a) Batuk, mulai dengan batuk-batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul
siang hari maupun malam hari, batuk produktif sehingga penderita terganggu tidurnya.
b) Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau
mukopuruen dan kental.
c) Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang-kadang disertai tandatanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
d) Biasanya sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu), lelah, bahkan sakit kepala.

2.1 Emfisema
1. Definisi
Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus
menerus terisi udara walaupun setelah ekspirasi. Emfisema adalah penyakit obtruktif kronik
akibat kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli. Suatu kelainan anatomis paru

yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal,disertai kerusakan
dinding alveoli.
2. Etiologi
a) Faktor Genetik
Factor genetic mempunyai peran pada penyakit emfisema. Factor genetic
diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifilia atau peningkatan kadar
imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper responsive bronkus, riwayat penyakit
obstruksi paru pada keluarga, dan defisiensi protein alfa-1 anti tripsin.
a) Hipotesis Elastase-Anti Elastase
Didalam paru terdapat keseimbangan antara enzim proteolitik elastase dan anti
elastase supaya tidak terjadi kerusakan jaringan. Perubahan keseimbangan menimbulkan
jaringan elastik paru rusak. Arsitektur paru akan berubah dan timbul emfisema.
b) Rokok
Rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitits kronik dan emfisema paru.
Secara patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia epitel skuamus saluran pernapasan.
c) Infeksi
Infeksi menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejalanyapun lebih
berat. Infeksi pernapasan bagian atas pasien bronchitis kronik selalu menyebabkan infeksi
paru bagian dalam, serta menyebabkan kerusakan paru bertambah. Bakteri yang di isolasi
paling banyak adalah haemophilus influenzae dan streptococcus pneumoniae.
d) Polusi
Sebagai factor penyebab penyakit, polusi tidak begitu besar pengaruhnya tetapi bila
ditambah merokok resiko akan lebih tinggi..
e) Faktor Sosial Ekonomi
Emfisema lebih banyak didapat pada golongan social ekonomi rendah, mungkin
kerena perbedaan pola merokok, selain itu mungkin disebabkan factor lingkungan dan
ekonomi yang lebih jelek.
3. Patofisiologi
Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai perobekan alveolusalveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai
sebagian tau seluruh paru. Pada emfisema, beberapa factor penyebab obstruksi jalan nafas
yaitu inflamasi dan pembengkakan bronki, produksi lender yang berlebihan, dan kolaps
bronkiolus. Karena dinding alveoli mengalami suatu kerusakan (suatu proses yang
dipercepat oleh infeksi kambuhan)
Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian
yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam

alveolus menjadi lebih sukar dari pemasukannya. Dalam keadaan demikian terjadi
penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal dari alveolus. Pada emfisema terjadi
penyempitan saluran nafas, penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas
dan sesak, penyempitan saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.
4. Manifestasi Klinis
1. Dispnea
2. Pada inspeksi: bentuk dada burrel chest
3. Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan penggunaan otot-otot
aksesori pernapasan (sternokleidomastoid)
4. Pada perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang paru.
5. Pada auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, dan perpanjangan
ekspirasi
6. Anoreksia, penurunan berat badan, dan kelemahan umum
7. Distensi vena leher selama ekspirasi.
5.Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: bentuk dada burrel chest.
Palpasi : fremitus melemah, sela iga melebar
Perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang paru.
Auskultasi: terdengar bunyi napas dengan krekels, ronki, dan perpanjangan ekspirasi

Anda mungkin juga menyukai