Insiden kanker esofagus di China menempati urutan pertama dalam dunia dan
terus meningkat setiap tahunnya. Yang terpenting adalah kelangsungan hidup pasien
kanker telah meningkat secara signifikan seiring dengan kemajuan dalam ilmu atau
bidang kedokteran , dan kualitas hidup telah menjadi area fokus penelitian untuk
ditingkatkan. Pasien kanker dengan kualitas hidup yang lebih tinggi memiliki prognosis
yang lebih baik dan kelangsungan hidup yang lebih lama. Namun, kualitas hidup
merupakan sebuah konsep multi-dimensional yang terkait dengan berbagai faktor.
Kualitas hidup yang sehat adalah berarti bahwa seseorang memiliki fisik, psikologis, dan
fungsi sosial yang sehat selama masa hidup mereka. Kualitas hidup harus dinilai oleh
pasien sendiri karena dapat mempengaruhi pengobatan klinis pada kanker esofagus.
Karakteristik kepribadian telah dilaporkan berkaitan erat dengan terjadinya dan
berkembangnya kanker. Bahkan, karakteristik kepribadian dan jenis psikologis
mempengaruhi fisiologi dan patologi penyakit. Namun, tidak ada penelitian yang
difokuskan pada hubungan antara karakteristik kepribadian dengan kualitas hidup pada
pasien dengan kanker esofagus.
Selain kerusakan fisik, kanker menyebabkan kecemasan, depresi, dan masalah
psikologis lainnya. Setelah menyadari penyakit mereka, pasien kanker akan menderita
tekanan psikologis dalam berbagai tingkatan yang dapat berdampak negatif pada
prognosis mereka. Dengan demikian, selain pengobatan, perawatan psikologis juga
sangat penting untuk outcome pasien. Karena memang, dengan meningkatkan
kesehatan mental maka dapat meningkatkan outcome pasien.
TUJUAN
Studi ini meneliti hubungan karakteristik kepribadian dan pengaruh intervensi
psikologis terhadap kualitas hidup pada pasien dengan kanker esofagus.
METODE
Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Rakyat Provinsi Henan sejak Januari 2009
hingga Mei 2011. Dengan pemeriksaan patologis , diketahui total 97 pasien yang baru
terdiagnosis kanker kerongkongan, dan tidak satupun telah menerima operasi,
radioterapi, kemoterapi, atau perawatan lainnya. Pasien yang memiliki penyakit serius,
seperti jantung (n = 2), hati (n = 1), ginjal (n = 2), penyakit paru-paru (n = 2), dan kognitif
atau gangguan mental (n = 3) dikeluarkan dari penelitian. Sehingga total terdapat 86
pasien dilibatkan dan dirawat di rumah sakit untuk perawatan. Pasien secara acak
dibagi menjadi dua kelompok sesuai dengan tabel nomor acak: kelompok intervensi (n =
45) dan kelompok kontrol (n = 41). Kelompok intervensi terdiri dari 30 laki-laki dan 15
perempuan, usia 37 hingga 68 tahun, dengan usia rata-rata 47,8 15,6 tahun.
Kelompok kontrol terdiri dari 28 laki-laki dan 13 perempuan, usia 34-75 tahun, dengan
usia rata-rata 46,4 16,8 tahun. Pasien dalam dua kelompok adalah sebanding pada
usia, jenis kelamin, kondisi penyakit, dan informasi umum lainnya, tidak ada demografi
secara statistik berbeda (P > 0,05). Penelitian ini disetujui oleh rumah sakit Komite Etika
dan semua materi penelitian telah diberikan informed consent secara tertulis.
Metode
Pasien dalam kelompok kontrol menerima perawatan konvensional, sedangkan
kelompok intervensi menerima intervensi keperawatan psikologis yang tepat, di samping
perawatan konvensional. Intervensi keperawatan psikologis ini memiliki dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
satu sama lain dan diajarkan metode untuk menguras emosi negatif, seperti
Metode Penilaian
Kualitas hidup pasien dinilai saat masuk, satu bulan setelah masuk, dan enam
bulan setelah masuk menggunakan 30 European Organization for Research and
Treatment of Cancer Quality of Life Scale (EORTC QLQ-C30), yang terdiri dari lima
dimensi (fungsi somatik, fungsi peran, fungsi emosi, fungsi kognitif, dan fungsi sosial).
Skor yang lebih tinggi menunjukkan kualitas hidup yang lebih tinggi. Karakteristik
kepribadian yang dinilai menggunakan 48 pertanyaan EPQ (Eysenck Personality
Questionnaire-Revised, Short Scale for Chinese, EPQ-RSC) yang terdiri dari empat
dimensi (introversi dan ekstroversi (E), neuroticism atau emosi (N), psychoticism (P),
dan stabilitas kepribadian (L)). Skor yang lebih tinggi menunjukkan psychoticism
(gangguan psikologi) lebih besar dan neurotisisme (perasaan negatif), emosi kurang
stabil, dan ekstroversi (perasaan yang diliputi objektifitas).
Analisa Statistik
SPSS 16.0 merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk analisis statistik.
Kualitas hidup dan kepribadian karakteristik sebelum dan setelah masuk dibandingkan
dengan analisis varians ukuran, dan perbandingan antar kelompok dilakukan dengan uji
Q. Korelasi antara karakteristik kepribadian dan kualitas hidup dianalisis dengan analisis
korelasi linear. Nilai AP <0,05 dianggap signifikan secara statistik.
HASIL
Karakter Personal
Karakteristik kepribadian diukur pada awal, satu bulan setelah masuk, dan enam
bulan setelah masuk. Saat masuk, karakteristik kepribadian kedua kelompok tidak
berbeda secara statistik (P> 0,05) (Tabel 1). Pada kelompok kontrol, kepribadian skor
karakteristik tidak berubah dari waktu ke waktu (P> 0,05). Pada kelompok intervensi,
kepribadian skor karakteristik tidak berbeda antara satu bulan dan enam bulan setelah
penerimaan (P> 0,05). Namun, perbedaan antara baseline dan enam bulan yang
signifikan dalam kelompok ini, khusus, nilai-nilai skala P dan E secara statistik signifikan
(P <0,05). Perubahan dalam skala N dan nilai-nilai skala L dari waktu ke waktu secara
statistik tidak signifikan (P> 0,05).
Kualitas Hidup
Saat masuk, kualitas skor kehidupan pada setiap dimensi antara kedua kelompok
tidak berbeda nyata (P> 0,05) (Tabel 2). Untuk pasien dalam kelompok kontrol,
perubahan terkait waktu dalam skor kualitas hidup pada setiap dimensi secara statistik
tidak signifikan (P> 0,05). Untuk pasien pada kelompok intervensi, kualitas skor
kehidupan pada setiap dimensi diperoleh satu bulan setelah masuk tidak berbeda
secara statistik dari nilai preadmission (P> 0,05). Namun, skor kualitas hidup pada
setiap dimensi diperoleh enam bulan setelah masuk secara signifikan berbeda dari nilainilai pra-penerimaan (P <0,05).
Korelasi antara karakteristik kepribadian dan quality of life (QOL) pada kelompok
intervensi
Pada kelompok intervensi, tidak ada hubungan antara karakteristik kepribadian
dan kualitas hidup secara keseluruhan baik sebelum dan sesudah intervensi (P> 0,05)
(Tabel 3). Selain itu, tidak ada hubungan antara karakteristik kepribadian dan fungsi
kognitif kualitas hidup sebelum dan setelah intervensi (P> 0,05). Saat masuk,
kepribadian skala N karakteristik berkorelasi positif dengan fungsi kualitas hidup fisik,
fungsi peran, dan fungsi sosial. Skala P berkorelasi positif dengan fungsi kualitas hidup
emosi. Satu bulan setelah masuk, P skala karakteristik kepribadian berkorelasi positif
dengan fungsi kualitas hidup emosi, dan skala N berkorelasi positif dengan kualitas
hidup fungsi fisik, fungsi peran, dan fungsi sosial. Enam bulan setelah masuk,
kepribadian skala N karakteristik dan skala P berkorelasi positif dengan kualitas hidup
fungsi fisik, dan skala L berkorelasi negatif dengan fungsi kualitas hidup emosi.
DISKUSI
Kepribadian berkaitan erat dengan psikologi individu. Status kesehatan mental
pasien dapat tercermin dari penilaian kepribadian. Skala P dapat mencerminkan
neurotisisme pasien atau kestabilan emosi pasien. Nilai skala P yang lebih kecil
menunjukkan kepribadian introvert (tertutup) yang mungkin berhubungan dengan sikap
apatis dan isolasi sosial. Skala E merepresentasikan keterbukaan pasien (E), skala N
merepresentasikan fungsi saraf otonom pasien, dan skala L mencerminkan karakteristik
kepribadian kasih sayang atau afeksi pasien. Studi ini menunjukkan bahwa intervensi
keperawatan psikologis menurunkan skor skala P dan skor skala E pada pasien dengan
kanker esofagus. Pasien seperti ini memiliki karakteristik yang tenang dan pesimis.
Namun, pasien seperti ini juga mungkin memiliki sifat teliti dan memiliki daya tahan
mental. Tentu saja, karakteristik ini juga mungkin terkait dengan lingkungan hidup,
pekerjaan dan latar belakang umum lainnya dari pasien dan keluarga mereka.
Pasien di kelompok kontrol maupun kelompok intervensi tidak mengalami
perubahan nilai skala L dari pra-pengobatan sampai pasca-pengobatan dan memiliki
skor L yang terus-menerus tinggi. Skor L yang lebih tinggi menunjukkan bahwa pasien
memiliki psikologis afeksi yang rendah. Sebaliknya, nilai skala N yang tinggi
menunjukkan bahwa pasien ditandai dengan ketidakstabilan emosional dan dapat
dengan sangat mudah untuk merespon berbagai rangsangan.
Secara umum, pasien kanker mengalami stres yang lebih besar dan beban
psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Dalam studi ini, pasien di kedua
kelompok memiliki skor kualitas hidup <60 saat pertama kali dirawat. Hal ini
menunjukkan bahwa pasien dengan kanker esophagus memiliki kualitas hidup yang
lebih rendah. Kualitas hidup pasien dalam kelompok kontrol tidak terpengaruh dari
waktu ke waktu, sedangkan pasien di kelompok intervensi menunjukkan peningkatan
kualitas hidup setelah dilakukan intervensi psikologis.
Pasien dengan kanker esofagus akan mengalami berbagai komplikasi pasca
operasi dan studi sebelumnya menyatakan bahwa kualitas hidup pasien dengan kanker
esofagus dapat ditingkatkan dengan mengurangi komplikasi pasca operasi mereka.
Metode bedah yang berbeda juga dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Studi ini
kepribadian
pasien
terhadap
kualitas
hidup
masih
memerlukan
IMPLIKASI DI INDONESIA
Di Indonesia belum ada intervensi keperawatan yang khusus untuk aspek
psikologis bagi penderita kanker esofagus. Sehingga dengan adanya jurnal ini dapat
memberikan masukan untuk perawat di Indonesia, karena terbukti dengan adanya
intervensi psikologis keperawatan untuk pasien kanker esofagus dapat memberikan
dampak yang baik terhadap peningkatan kualitas hidup pasien. Dalam hal ini selain
pemberian intervensi rutin perawat juga memberikan intervensi tambahan khusus aspek
psikologis terhadap pasien kanker esofagus. Intervensi tersebut dapat diberikan oleh
perawat dengan terlebih dahulu mengkaji karakteristik persoal pasiennya. Karena
intervensi psikologis ini sangat tergantung pada jenis karakteristik interpersonal, seperti
pada pasien dengan karakter introvet akan berbeda intervensinya dengan pasien yang
ekstrovet.