Anda di halaman 1dari 6

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI DASAR

PADA BAYI DI PUSKESMAS POLONIA TAHUN 2011


Oleh :
Rosita Saragih
Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Darma Agung, Medan
Abstrak
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin
kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Di Belanda jumlah
penderita Tuberculosis angka morbiditas pada tahun 1949 iaiah 17.508 dari 11 juta penduduk dan kemudian
menurun 7,457 pada tahun 1956. Diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5% pada balita di Indonesia
adalah akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
mengunakan data primer dan sekunder yang didapat dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada
36 responden. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Medan Polonia untuk mengeta iui tingkat pengetahuan ibu
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Medan Polonia periode Mei-Juni Tahun 2011.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 36 responden didapat bahwa 8 orang (22,22%)
mempunyai pengetahuan baik, 18 orang (50%) mempunyai pengetahuan cukup, 10 orang (27,78%)
mempunyai pengetahuan kurang. Oleh karena itu, yang perlu dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan ibu
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi dengan cara ibu-ibu hams mendapatkan informasi mengenai
imunisasi dasar pada bayi.
Kata Kunci : Pengetahuan dan Imunisasi Daftar
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO Imunisasi telah terbukti
sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat
yang sangat penting. Program imunisasi telah
menunjukan keberhasilan yang luar biasa dan
merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam
mencegah penyakit menular. Sejak penetapan The
Expended Progaram oleh WHO, cakupan imunisasi
dasar anak dari 50% mendekati 80% diseluruh
dunia. WHO telah mencanangkan program ini
(Global
Programme
For
Vaccines
and
Immunication) organisasi pemerintah di seluruh
dunia bersama UNICEF, WHO dan World Bank.
(http://midwiferueducator.wordpress.coni/2011)
Dalam catatan Internasional, pada tahun
1990-an, Indonesia memiliki reputasi pencapaian
program imunisasi yang mengesankan, berkat
sistem pelayanaan yang efektif seperti posyandu,
pencatatam dan pelaporan dan sistem distribusi,
vaksin
kedaerah-daerah.
Pemerintah secara
nasional melakukan konirol terhadap pelaksanaan
imunisasi. Banyak anggapan yang salah tentang
imunisasi yang berkembang dalam masyarakat.
Banyak pula kalangan orang tua dan praktisi
tertentu kwatir terhap resiko dari beberapa vaksin.
Adapula media juga masih mempertanyakan
manfaat imunisasi serta membesar-besarkan polio
resiko beberapa vaksin.
Di Belanda jumlah penderita Tuberculosis
angka morbiditas pada tahun 1949 ialah 17.508
dari 11 juta penduduk dan kemudian menurun
7,457 pada tahun 1956. Diperkirakan 1,7 juta

kematian pada anak atau 5% pada balita di


Indonesia adalah akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Agar nasional
dan global untuk mencapai eradikasi, eliminasi dan
dan reduksi terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan
imunisasi hams dipertahankan tinggi dan merata
sampel mencapai tingkat Population Immubity
(kekebalan masyarakat) yang tinggi. Salah satu
program yang terbukti efektif untuk menekankan
angka kematian angka kesakitan dan kematian
akibat
PD3I
adalah
imunisasi.
Indonesia,
dinyatakan bebas penyakit cacar sejak tahun 1974.
Sedangkan polio musnah dari permukaan bumi
Indonesia pada tahun 2008.
Berdasarkan dari data Riskesdas (Riset
Kesehatan
Dasar
Nasional,2007)
presentasi
cakupan anak yang mendapatkan imunisasi dasar
pada provinsi Sumatra Utara sebanyak BCG
(76,3%), polio (64%), DPT (54,7%), Hepatitis B
(51,4%),
campak
(71,2%).(
http:!/imunlibrary.wordpress.com/2011). Imunisasi
merupakan- suatu cars untuk meningkatkan
kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga terhindar dari penyakit,
sehingga terhindar dari penyakit serupa. Jika bayi
diberikan antibody dalam tubuh, bayi akan
berkurang dan sangat rentan terhadap penyakit
yang terkadang sampai mengakibatkan kecacatan
bahkan kematian. Tanpa imunisasi kira-kira 3 dari
100 anak akan meninggal karena penyakit campak,
2 dari 100 anak akan meninggal karena batuk
rejan, 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal
karena penyakit tetanus dan dari 200.000 anak 1

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang dapat dirumuskan
masalah yaitu bagaimana tingkat pengetahuan Ibu
tentang pemberian Imunisasi Dasar di Puskesmas
Polonia Medan.

akan menderita polio.


Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan
vakasin kedalam tubuh agar membuat anti gen
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.Vaksin
ini merupakan bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan
kedalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG,
DPT, Campak, Polio dan Hepatitis.( Atikah, 2010) :
Di Jakarta tiap tahun jumlah penderita Difteria yang
dirawat dibagian kesehatan anak (IKA) masih kirakira 100 anak dengan mortalitas kira-kira 25% dan
penderita Tetanus setiap tahun dirawat masih kirakira 130 anak dengan angka mortalitas kira-kira 2030% (Rusepno, 2005).
Kepercayaan dan prilaku kesehatan ibu
juga hal yang panting, karena penggunaan sarana
kesehatan oleh anak berkaitan erat prilaku dan
keperacayaan ibu tentang kesehatan dan
mempengaruhi status imunisasi, dan juga orang
terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Masalah
kepecayaan dan prilaku ibu tidak akan menjadi
halangan yang besar jika pendidikan dan
pengetahuam yang memadai tentang hal itu
diberikan.(http://imunlibrary.wordpress.com/2011).
Berdasarkan hasil data studi pendahuluan
pada bulan maret 2009 di Kecamatan Kwadungan
Ngawi didapatkan data jumlah bayi ada 81 dengan
status imunisasi dasar 76,54% untuk tingkat
pendidikan dengan status imunisasi dasar lengkap
diperoleh SD 7,41%, SMP 32,1%,SMA 34,57% dan
Perguruan Tinggi 2,46%, sedangkan untuk tingkat
pendidikan dengan status imunisasi dasar tidak
lengkap diperoleh SD 3,23%, SPM 9,68%, SMA
16,13% dan Perguruan Tinggi 1,61%.
Berdasarkan fenomena di lapangan j umiah
bayi yang hams di imunisasi . sebanyak 353 bayi,
namun masih ada orang tua yang khwatir terhadap
resiko dari beberapa pemberian vaksin setelah
penyuntikan,
bisa
timbul
reaksi
ditempat
penyuntikan seperi bengkak, kemerahan, natal,
nyeri dan masih ada ibu yang tidak mengetahui
tentang imunisasi dasar dan wajib dilaksanakan.
Maka jumlah bayi yang datang untuk di imunisasi
hanya 180 bayi. Sehingga disini perlu ditekankan
bahwa pemberian imunisasi pada bayi atau anak
hams didasari pada adanya pemahaman yang baik
dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya
pencegahan penyakit.
Akhirnya diharapkan adanya kesadaran
orang tua memelihara kesehatan anak sebagai
upaya
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Hal inilah yang membuat
penulis tertarik untuk meneliti mengenai "Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Imunisasi
Dasar Pada Bayi di Puskesmas Polonia Medan".

1.3. Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi di
Puskesmas Polonia Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
Sebagai
pemberi
informasi
kepada
masyarakat tentang pentingnya imunisasi bagi
kesehatan serta sebagai pendukung dan pendorong
supaya masyarakat berperan dalam pelaksanaan
setelah membaca hasil penelitian ini.
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
mengunakan data primer dan sekunder yang
didapat dengan menggunakan kuisioner yang
dibagikan kepada 36 responden. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Medan Polonia untuk
mengeta iui tingkat pengetahuan ibu tentang
pemberian imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas
Medan Polonia periode Mei-Juni Tahun 2011.
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Penelitian Terdahulu
Menurut
penelitian
Deni
Adinegoro
Mardiansyah pads tanggal 3 Mei 2009 dengan judul
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Pemberian
Imunisasi Pada Bayi di Posyandu Desa Tonjong
Brebes Jawa Tengah Tahun 2010. Dengan jenis
penelitian non eksperimental yang bersifat
deskriptif analitik dengan rancangan cross
sectional. Dan basil dari penelitian ini adalah
adanya hubungan antara pengetahuan ibu tentang
imunisasi dasar terhadap kepatuhan pemberian
imunisasi pada bayi dengan nilai koefisien
kontingensi 0,556 dengan taraf signifikan p=0,01
(p<0,05).
(httpi/skripsistikes.wordpress.com/2009/05/03/ikpiii
69f).
Menurut penelitian Rosita Agustin Suminar
parka tanggal 8 September 2010 dengan judul
Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal dan Perilaku
Ibu Terhadap Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi
Di Desa Banjar Sengon Kecamatan Patrang
Kabupaten Jember. Dengan jenis penelitian cross
sectional. Dan hasil dari penelitian ini adalah
menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan rendah
sebagian besar memiliki imunisasi dasar lengkap
cukup sebesar 48,35 %, ibu dengan pengetahuan
tinggi memiliki imunisasi dasar lengkap yang baik
sebesar 30, 76 %, ibu dengan sikap positif memiliki

1) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang
diberikan
seseorang
terhadap
perkembangan
oranglain
menuju
kearah
cita-cita
tertentu
yang
menentukan manusia untuk berbuat
dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan.
2) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang
hams
dilakukan terutama
untuk
menunjang
kehidupannya
dan
kehidupan
keluarga.
Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan; tetapi
lebih banyak merupakan cara mencari
nafkah yang membosankan, berulang
dan banyak tantangan. Sedangkan
bekerja umumnya merupakan kegiatan
yang menyita waktu.
3) Umur
Usia adalah umur individu yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja.
b. Faktor Eksternal
1). Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi
yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
2). Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada
masyarakat yang dapat mempengaruhi
dari
sikap
dalam
menerima
informasi.(Wawan, 2010)

imunisasi dasar lengkap yang cukup sebesar


39,56% dan ibu dengan tindakan positif meniliki
imunisasi dasar lengkap cukup sebesar 45,05 %.
Dari analisis statistik dengan ttji Regresi Linier
Sederhana menunjukkan bahwa ada pengaruh
tingkat pendidikan ibu terhadap imunisasi dasar
lengkap
pada
bayi,
ada.pengaruh tingkat
pengetahuan ibu terhadap imunisasi dasar lengkap
pada bayi, ada pengaruh sikap ibu terhadap
imunisasi dasar lengkap pada bayi dan ada
pengaruh tindakan ibu terhadap imunisasi dasar
lengkap
pada
bayi.
(http://digilib.unej
.ac.id/gdl42/gdl.php?mod=browse&op
=read&id=gdlhub-gdl-rositaagus-3030)
2.2. Tinjauan Teoritis
Pengetahuan merupakan hasil dari "tahu",
dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengideraan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni
indera
penglihatan,
pendengaran,
pencinuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan
telinga. (Notoatmodjo,2003)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk
ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan
sebagainya. (Notoatmodjo,2007)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuna
untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan dapat sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain. (Notoatmodjo,2003).
Menurut kutipan Benyamin Bloom dalam
buku Notoatmodjo untuk pengukuran hasil
pendidikan kesehatan, yakni:
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari "tabu", dan
ini
terjadi
setelah
orang
melakukan
pengideraan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia,
yakni
indera
penglihatan,
pendengaran, pencinuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia di
peroleh
melalui
mata
dan
telinga.
(Notoatmodjo, 2007).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
pengetahuan, yaitu:
a. Faktor Internal

2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. ( Notoatmodjo,2003 ).

2.3. Imunisasi
a. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan
kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan
vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Aziz
Alimul,2009). Imunisasi merupakan reaksi antigen
dan antibody-antibody yang dalam bidang ilmu
imunologi merupakan kuman atau racun (toxin
disebut sebagai anteigen) (Sujono,2009).

digunakan untuk mengatasi mikroba yang


diduga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.
2. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat
sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi
suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh
mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respons seluler dan humoral
serta dihasilkannya sel memori, sehingga
apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh
secara cepat dapat merespons.
Imunisasi yang diberikan pada anak
adalah:
a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat.
Pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang
berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier
,(pada seluruh lapangan paru) atau 'IBC tulang.
Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang
mengandung kuman yang telah dilemahkan.
limfadenitis regional, dan reaksi panas.
b. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi
merupakan vaksin yang mengandung racun
kuman difteri yang telah dihilangkan sifat
racunnya akan tetapi masih dapat merangsang
pembentukan zat anti (toksoid).
c. Imunisasi polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis
yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada
anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan.
d. Imunisasi campak
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit campak pada
anak karena penyakit ini sangat menular.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan.
e. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang
kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk
cair.
f. Imunisasi MMR ( Measles, Mumps, dan Rubela)
Merupakan imunisasi yang digunakan dalam
memberikan
atau
mencegah
terjadinya
penyakit campak (measles), gondong, parotis,
epidemika (mumps) dan rubela (campak
Jerman).
Adapun beberapa hal yang penting dalam
pemberian imunisasi, yaitu:
1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek
berikut:
a. Status kesehatan anak saat ini, apakah

b. Tujuan Imunisasi
Program
imunisasi
bertujuan
untuk
memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan dan kematian bayi serta
anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering
berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara
lain:
1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang
penyakit menular
2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit
menular
3. Imunisasi menurunkan angka morbiditas
(angka kesakitan) dan mortalitas (angka
kematian) pada balita
c. Manfaat Imunisasi
1. Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit dan kemungkinan cacat atau
kematian.
2. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong
pembentukan keluarga apabila orang tua yakin
bahwa anaknya akan menjalankan masa kanakkanak yang nyaman.
3. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan
pembangunan
negara.
(Atikah,2010).
Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah:
1. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit,
racun kuman memasuki tubuh maka tubuh
akan berubah menolaknya, tubuh membuat zat
anti berupa antibody atau anti toxin.
2. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen
berlangsung secara lambat dan lemah,
sehingga tak cukup banyak antibody yang
terbentuk.
3. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga,
dan seterusnya tubuh sudah mulai lebih
mengenai jenis antigen tersebut.
4. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam
tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan
agar
tetap
kebal,
perlu
diberikan
antigen/suntikan/ imunisasi ulang.
5. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh
menjamin anak akan sulit untuk terserang
penyakit. (Sujono,2009)
Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi,
yaitu:
1. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat
(imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal
dari plasma manusia atau binatang yang

dalam kondisi sehat atau sakit.


b. Pengalaman atau reaksi terhadap yang
pernah didapat sebelumnya
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang
berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi ( PD3I) terlebih dahulu
sebelum
menerima
imunisasi
(informed
consent), pengertian mencakup jenis imunisasi,
alasan diimunisasi, manfaat imunisasi dan efek
sampingnya.
3. Catatan imunisasi (apabila sudah pernah
mendapatkan imunisasi), pentingnya menjaga
kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua,
pemberian=munisasi pada anak harus didasari
adanya pemahaman yang baik dari orang tua
tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan
penyakit, gali pemahaman orang tua tentang
imunisasi anak. pada akhirnya diharapkan ada
kesadaran orang tua untuk memelihara
kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan
anak.
(Supartini, 2004)

frekwensi diketahui bahwa dari 36 responden


mayoritas memiliki sikap yang baik sebanyak 19
responden (52,78%), cukup sebanyak ini dapat
dilihat sikap responden pada pengisian kuisoner
yang telah diajukan terhadap peneliti terhadap
responden.
Sikap merupakan reaksi atau respons
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek, diamana sikap ini terjadi dari
meneriama,
merespon,
manghargai,
dan
bertanggung jawab. ( Notoatmodjo, 2003).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa
sikap
responden
disebabkan
oleh
pengetahuan yang baik kemungkinan besar akan
menciptakan yang baik pula. Dan dari hasil
penelitian tersebut dapat diperoleh bahwa sebagian
besar responden sudah memahami bagaimana
sikap yang tepat dalam pemberian imunisasi dasar
pada bayi.
3.3. Tindakan
Ibu
Tentang
Pemberian
Imunisasi Dasar Pada Bayi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dan telah di interpretasikan dalam tabel
frekwensi diketahui bahwa dari 36 responden
mayoritas memiliki tindakan yang cukup sebanyak
15 responden (41,67%).
Dan data yang telah diperoleh bahwa hasil
penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas
Polonia Medan Tahun 2010, sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Rosita Agustin
Suminar pada tanggal 8 September 2010 Di Desa
Banjar Sengon Kecamatan Patrang Kabupaten
Jember, yang hasilnya bahwa responden mayoritas
memiliki tindakan rang cukup sebanyak 45,05%.
Suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam suatu tindakan (over behavior). Urituk
mewujndkan sikap menjadi suatu- perbuatan nyata
diperluakan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan, antara lain fasilitas.
Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor
dukungan (support) dari pihak lain. ( Notoatmodjo,
2003).
Dan hasil penelitian tersebut dapat
diperoleh bahwa sebagian besar responden cukup
memahami bagaimana tindakan yang tepat dalam
pemberian imunisasi dasar pada bayi, dan hat ini
terjadi karena sudah adanya fasilitas yang cukup
memadai dan adanya dukungan dari orang lain.

3. Pembahasan
3.1. Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian
Imunisasi Dasar Pada Bayi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dan telah di interpretasikan dalam tabel
frekwensi diketahui bahwa responden mayoritas
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak
18 responden (50%). Ini dapat diketahui dari
pengetahuan responden yang belum mengerti
tentang pemberian imunisasi dasar pada bayi.
Dari data yang telah diperoleh bahwa hasil
penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas
Polonia Medan Tahun 2010, sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Zhyo Zhecret
pada tanggal 28 November 2010 Di Puskesmas
Mowewe Kabupaten Kolaka Tahun 2010, yang
hasilnya bahwa dari 35 responden responden
mayoritas memiliki pengetahuan yang cukup
sebanyak 19 responden (54,3%).
Pengetahuan merupakan hasil dari "tahu",
dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengideraan terhadap suatu objek tertentu.
(Notoatmodjo, 2007)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan
semakin tinggi pula perkembangannya, sebab
dengan ini dapat membuat seseorang lebih mudah
mendapat ide-ide atau teknologi yang baru.

4. Kesimpulan dan Saran


4.1. Kesimpulan
Setelah
dilakukan
penelitian
dan
pembahasan "Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Puskesmas
Polonia Medan Tahun 2011" maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari 36 responden memiliki pengetahuan yang

3.2. Sikap Ibu Tentang Pemberian Imunisasi


Dasar Pada Bayi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dan telah di interpretasikan dalam tabel

cukup sebanyak 18 responden (50%),


pengetahuan kurang sebanyak 10 reponden
(27,78),dan pengetahuan yang baik sebanyak 8
reponden (22,22%), terhadap pemberian
imunisasi dasar pada bayi.
2. Dari 36 responden memiliki sikap yang baik
sebanyak 19 responden (52,78%), sikap yang
cukup sebanyak 14 responden (38,9%), sikap
yang kurang 3 responden (8,33%), sikap
terhadap pemberian imunisasi dasar pada bayi.
3. Dari 36 responden memiliki tindakan yang
cukup sebanyak 16 responden (44,44%),
tindakan kurang sebanyak 14 responden
38,89%, tindakan yang baik sebanyak 7
reponden (19,44%), terhadap pemberian
imunisasi dasar pada bayi.

Indira.(16 April 2011).Pengetahuan Ibu Tentang


Imunisasi. www.google.com: Library.Sistem
Imun.(16 April 2011).www.google.com.
Notoatmodjo, Prof.Dr.Soekidjo. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan, Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Prof. Dr.Soekidjo. 2003. Ilmu
Kesehatan A/Iasyarakat, Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Prof. Dr.Soekidjo. 2007. Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta:
Rineka Cipta.
Proverawati, Atikah dan Citra Setyo Dwi Andhini.
2010. Imunisasi dan Vaksinasi, Yogyakarta:
Nuha Offset.

4.2. Saran
1. Bagi ibu-ibu yang mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang pemberian imunisasi dasar
pada bayi, diharuskan untuk mendapatkan
informasi mengenai imunisasi dasar pada bayi
dan membawa bayinya untuk imunisasi.
2. Bagi keluarga diharuskan dapat memberikan
motivasi kepada ibu-ibu yang mempunyai bayi
untuk mendapatkan informasi mengenai
imunisasi dasar pada bayi.
3. Diharuskan bagi tim kesehatan yang ada di
Puskesmas Polonia harus lebih meningkatkan
lagi pelayanan kesehatan dengan prosedur dan
jadwal-jadwal yang telah ditentukan tentang
pemberian imunisasi dasar pada bayi.
4. Penelitian ini perlu dilanjutkan oleh peneliti
selanjutnya untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan, sikap dari
tindakan pada ibu dalam pemberian imunisasi
dasar pada bayi.

Rosita.(27
April
2011).
Pengaruh
Tingkat
Pendidikan Formal dan Perilaku Thu
Terhadap Imunisasi Dasar Lengkap Pada
Bayi.www.google.com.
Rusman Efendi.(27 April 2011). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu dan Dukungan Suami
dengan Kepatuhan Ibu Dalam Memberikan
Imunisasi Dasar www.google.com.
Setiadi.

2007. Konsep dan Penulisan Riset


Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukarmin,
Sujono
Keperawatan
Graha Ilmu.

Riyadi.
2009.
Asuhan
Pada Anak, Yogyakarta:

Daftar Pustaka

Supartini, Yupi S.kp,Msc. 2004. Buku Ajar Konsep


Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC.

Arikunto, Prof.Dr Suharsimi. 2006. Prosedur


Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta.

Wahab SpA(K), Prof.dr.A.Samik dan dr.Madarina


Julia MPH. 2002. Sistem Imun,Imunisasi,
dan Penyakit Imun, Jakarta: Widya Medika.

Dwi.(16

Wawan,A dan Daewi M. 2010.Teori dan


Pengukuran
Pengetahuan,Sikap,
dan
Perilaku Manusia, Yogyakarta: Nuha
Medika.

April
2011).Program
Imunisasi.www.google.com.

Hassan, Dr.Rusepno. 2005. Ilmu Kesehatan Anak


Edisi 2, Jakarta: Info Medika.

Zhyo Zhecret. (27 April 2011): Studi Tentank


Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap
Imunisasi Dasar.www.google.com.

Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Riset Keperawatan


dan Teknik Penulisan llmiah Edisi 2,
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2009. Pengantar I/mu
Keperawatan Anak 1, Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai