Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Osteoartris (OA) merupakan panyakit sendi yang paling sering ditemui.
Penyakit ini menyerang lebih dari 20 juta penduduk di Amerika. Osteoarthritis
merupakan penyebab utama gangguan kronis pada individu dengan umur di atas
70 tahun. Pada usia di atas 55 tahun, prevalensi osteoarthritis lebih tinggi pada
wanita dibandingkan dengan pria. Predileksi sendi terjadinya OA pada wanita
biasanya terjadi di sendi interphalang distal pada jari jari. Wanita juga lebih
cenderung terkena OA yang progresif. Pada pasien dengan umur lebih dari 65
tahun, osteoarthritis umum terjadi pada kalangan individu berkulit putih
dibandingkan dengan berkulit hitam.
Saat ini, OA tidak hanya disebabkan oleh degeneratif, namun juga karena
proses inflamasi. Lutut adalah bagian tersering yang terkena OA dikarenakan lutut
adalah bagian tubuh yang menopang paling banyak dari berat badan kita.
Diagnosis OA ditegakkan berdasarkan pada gambaran klinis dan
radiografis. Penyempitan celah sendi dan osteofit merupakan tanda khas pada OA.
Terapi yang diberikan bertahap. Mulai dari terapi non-farmakologis (edukasi,
terapi fisik, kompres dan pengendalian faktor resiko) yang dapat diiringi dengan
terapi farmakologis. Jika kedua terapi tersebut tidak dapat membantu menguragi
gejala dan keluhan yang ditimbulkan, serta sudah mengganggu aktivitas seharihari, terapi pembedahan sudah patut dipikirkan.
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada referat ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apakah definisi dari osteoarthtritis


Adakah pembagian penyakit pada osteoarthritis
Bagaimanakah penyebaran penyakit osteoarthritis
Apakah penyebab dari osteoarthritis
Apakah faktor resiko dari osteoarthritis
Bagaimana gejala klinis pada osteoarthritis
Apakah pemeriksaan penunjang yang dipakai pada osteoarthritis
Bagaimanakah tata laksana osteoarthritis

II.1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan referat ini adalah :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mengetahui definisi dari osteoarthritis


Mengetahui pembagian kelompok penyakit pada osteoarthritis
Mengetahui penyebaran penyakit osteoarthritis
Mengetahui penyebab penyakit osteoarthritis
Mengetahui faktor resiko penyakit osteoarthritis
Mengetahui gejala klinis penyakit osteoarthritis
Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dipakai untuk penyakit

osteoarthritis
8. Mengetahui tata laksana dalam penanganan penyakit osteoarthritis

BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Fisiologis Sendi
Sendi dapat diklasifikasikan berdasarkan fungsinya dan strukturnya.
Klasifikasi sendi berdasarkan fungsinya didasarkan atas luas pergerakan sendi
tersebut, sehingga klasifikasinya dibagi menjadi :

Sinarthrosis (tidak dapat digerakkan)


Amphiarthroses (dapat digerakkan sedikit)
Diarthroses (dapat bebas digerakkan).1

Sedangkan untuk strukturnya, sendi dibagi menjadi :


o Fibrous

Terdiri atas jaringan fibrosa, sehingga pergerakan sendi ini terbatas karena
strukturnya yang berifat mengikat kuat. Contoh : sutura.2
o Cartilaginous
Terdiri atas kartilago fibrosa atau kartilago hyaline, sehingga sendi ini
memiliki pergerakan yang sangat sedikit namun fungsinya sangat baik
sebagai shock absorber. Contoh : tulang belakang, pelvis.2
o Synovial
Terdiri atas kartilago hyaline dan diantara kedua tulangnya terdapat ruang
diantara sendi yang diisi oleh cairan synovial, sehingga sendi ini dapat
bergerak bebas. Contoh : siku.2
Sendi synovial terdiri atas kartilago artikular, kapsul, ligamen, synovium,
dan cairan synovial. `
a) Kartilago artikular
Berfungsi untuk meningkatkan adaptabilitas dan stabilitas sendi, dengan cara
berubah bentuk sesuai dengan beban yang diterima dan mendistribusikan
beban tersebut ke seluruh permukaan sendi dan tulang subkondral
dibawahnya. Fungsi ini memungkinkan agar permukaan sendi mendapatkan
beban yang sama disetiap titiknya, tanpa ada yang menerima beban yang
berlebihan dibandingkan dengan titik permukaan sendi di tempat lain. 3
Struktur ini terdiri dari :

Proteoglycan, matriks seperti gel yang kenyal dan memiliki afinitas yang
kuat terhadap air. Saat menerima beban, air yang terikat oleh
proteoglycan terdorong keluar ke permukaan kartilago artikular, dimana
di tempat tersebut air - air tersebut membantu untuk melumasi sendi
sehingga mengurangi friksi. Fungsi lainnya sebagai penyokong serat -

serat kolagen di sekitarnya dan mencegahnya terurai.3


Kolagen, komponen serat pada kartilago artikular yang berfungsi sebagai
distributor utama muatan dari beban yang diterima sendi, sehingga tulang
subkondral di bawahnya dapat menerima beban secara merata di seluruh
permukaan sendi, tanpa ada bagian permukaan sendi yang menerima
beban berlebihan. Hal ini penting mengingat salah satu faktor resiko
osteoarthritis adalah distribusi beban pada sendi yang terlokalisasi.3

Kondrosit, sejumlah sel yang mengisi kartilago artikular, berfungsi


sebagai tempat produksi atau sintesis seluruh komponen - komponen

kartilago artikular (proteoglycan, kolagen).3


b) Kapsul dan Ligamen
Merupakan jaringan yang menyelubungi sendi, terdiri dari kapsula fibrosa
dengan ligamen diatasnya. Keduanya bersama dengan otot yang berdekatan
berfungsi untuk menjaga kestabilan struktur sendi. Ligamen merupakan
pengikat antara tulang dengan tulang yang lainnya dan bersifat tidak elastis
sehingga mempunyai panjang yang tetap.3
c) Synovium dan Cairan Synovial
Permukaan dalam dari kapsul sendi merupakan suatu membran yaitu
synovium yang kaya akan pembuluh darah, persarafan, dan pembuluh limfe.
Berfungsi sebagai produsen utama cairan synovial yang terdiri atas
hyalurinate. Cairan ini berfungsi sebagai sumber nutrisi untuk kartilago
artikular yang avaskular. Selain itu, berfungsi juga untuk mengurangi friksi
yang terjadi antar sendi.3

Gambar 1.

Struktur

sendi

synovial

Sistem lubrikasi pada sendi membentuk 3 lapisan

Boundary layer lubrication, terletak di setiap permukaan tulang yang


membentuk sendi. Lapisan ini dibentuk oleh suatu glycoproteein yaitu

lubricin.3
Fluid film lubrication, terbentuk saat adanya pergerakan atau beban yang
diterima oleh cartilago. Saat menerima beban, air yang terikat oleh
proteoglycan di kartilago articular terdorong keluar dan membentuk suatu
lapisan untuk lubrikasi. Setelah beban yang diterima kartilago menghilang,
air terikat kembali oleh proteoglikan kartilago dan fluid film lubrication
pun menghilang.3

II.2 Osteoarthritis

II.2.1 Pendahuluan
Osteoarthritis (OA) adalah gangguan kronis sinovial sendi di mana ada
pelunakan progresif dari tulang rawan artikular disertai dengan pertumbuhan baru
dari tulang rawan dan tulang pada margin sendi (osteofit). Osteoarthritis sering
terlokalisasi hanya satu bagian dari sendi dan sering dikaitkan dengan distribusi
beban yang abnormal dibandingkan dengan gesekan abnormal pada persendian.
Dalam bentuk yang paling umum, osteoarthritis jarang disertai dengan gejala
gejala sistemik, meskipun terdapat tanda tanda peradangan lokal.3
Osteoarthritis tidak murni gangguan degeneratif, melainkan suatu penyakit
dengan patogenesis yang dinamis. Penyakit ini menunjukkan fitur dari dua proses,
yaitu kerusakan dan perbaikan.3
II.2.2 Klasifikasi
Osteoarthritis telah dibagi menjadi bentuk primer dan sekunder.
Osteoarthritis sekunder secara konseptual lebih mudah untuk dipahami, yaitu
mengacu pada penyakit sendi sinovial yang mendasari (misalnya, trauma pada
tulang rawan artikular atau tulang subchondral). Osteoarthritis sekunder dapat
terjadi pada individu yang relatif muda.1
Definisi osteoarthritis primer lebih mengacu pada bentuk osteoarthritis
terkait dengan proses penuaan dan biasanya terjadi pada orang yang lebih tua. Hal
ini dalam arti yang luas masuk ke dalam fenomena idiopatik, terjadi pada sendi
yang sebelumnya utuh dan tidak memiliki faktor mendasar pada sendi yang jelas.1
II.2.3 Epidemiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling
umum di dunia. Prevalensi osteoarthritis (OA) lutut radiologis di Indonesia cukup
tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada laki-laki dan 12,7% pada perempuan.
Diperkirakan 1-2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA.
Pada tahun-tahun mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar
karena semakin banyaknya populasi yang berumur tua.
II.2.4 Etiologi

Etiologi osteoarthritis membagi penyakit ini menjadi dua, yaitu primer


(tidak ada faktor jelas pada tulang yang mendasari) dan sekunder (terbukti ada
kelainan tulang yang mendasari). Osteoarthritis primer ditandai dengan
terdapatnya faktor umum (genetik, usia, postur tubuh), sedangkan faktor sekunder
ditandai dengan terdapatnya faktor yang mendasari pada tulang yang berhubungan
langsung dengan sendinya, seperti cacat anatomis (acetabular dysplasia,
rheumatoid arthritis) atau trauma pada tulang (fraktur epifiseal).3
Angka kejadian OA meningkat bersamaan dengan meningkatnya usia. Hal
ini tidak berarti bahwa OA hanyalah sebuah ekspresi penuaan. Kartilago artikular
saat usia tua menunjukkan penurunan selularitas, penurunan konsentrasi
proteoglikan, dan penurunan elastisitas. Penuaan mungkin faktor penting
predisposisi OA, namun penting diingat bahwa perubahan progresif pada
persendian yang ditunjukkan dengan kerusakan klinis dan radiologi dibatasi hanya
untuk sendi tertentu (tangan, panggul, lutut, dan kaki), sementara untuk daerah
persendian lain menunjukkan sedikit atau mungkin tidak ada kerusakan bermakna
dari klinis ataupun radiologis. Sehingga pernyataan yang menyatakan bahwa OA
merupakan suatu kelainan degeneratif kurang bermakna signifikan (Byers et al.,
1970).3
Faktor

keturunan

telah

bertahun-tahun

memainkan

peran

dalam

perkembangan penyakit OA. Sejumlah penelitian telah menunjukkan peningkatan


yang signifikan dalam prevalensi umum OA terhadap garis keturunan dalam
keluarga. Pada tingkat molekuler, cacat genetik pada kolagen tipe II telah
dibuktikan dalam beberapa kasus.3
Obesitas meningkatkan stres mekanik pada sendi yang menahan beban.
Keadaan ini sangat terkait dengan osteoarthritis di lutut dan pinggul. Sebuah studi
yang mengevaluasi hubungan antara indeks massa tubuh (BMI) dan keluhan nyeri
lutut, menunjukkan peningkatan kejadian yang signifikan pada BMI yang
meningkat. Selain efek mekanik, obesitas mungkin merupakan faktor risiko
inflamasi untuk osteoarthritis. Obesitas dikaitkan dengan peningkatan kadar (baik
sistemik dan intra-artikular) dari adipokines (sitokin yang berasal dari jaringan
adiposa), yang dapat menyebabkan peradangan kronis pada sendi.1

Tulang rawan artikular mungkin akan rusak oleh trauma atau gangguan
inflamasi sebelumnya. Enzim yang dikeluarkan oleh sel sinovial beserta leukosit
dapat menyebabkan penghancuran proteoglikan dari matriks, dan sinovial yang
mengeluarkan interleukin-1 (IL-1) dapat menekan sintesis proteoglikan.
Mekanisme ini bisa menjelaskan munculnya OA sekunder pada pasien dengan
penyakit yang mendasari.3
II.2.5 Faktor Resiko

Joint Dysplasia Disorder


Gangguan bentuk sendi seperti congenital acetabular displasia dan

penyakit Perthes memiliki peran yang besar dalam terjadinya OA dikemudian


hari.3

Trauma
Trauma fraktur yang melibatkan permukaan artikular merupakan prekursor

jelas OA sekunder, demikian juga luka kecil yang menghasilkan ketidakstabilan


sendi.3

Pekerjaan
Terdapat bukti yang signifikan dalam hubungan antara OA dan pekerjaan

tertentu yang menyebabkan stres yang berulang, misalnya OA di tungkai atas pada
orang yang bekerja dengan berat alat getar dan OA tangan di kalangan pekerja
pabrik kapas.3

Obesitas
Kegemukan merupakan predisposisi OA berdasarkan trauma mekanik dan

faktor endokrinnya.1,3

Usia
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (di atas usia 50 tahun), oleh karena

pada orang lanjut usia pembentukan kondroitin sulfat yang merupakan substansi
dasar tulang rawan berkurang.4
II.2.6 Patogenesis
Pada tahap awal terjadi kelainan di tulang rawan sendi, yaitu ditandai
dengan penurunan konsentrasi proteoglycan sehingga merusak integrasi tulang
rawan sendi. Jika integrasi tersebut rusak, komponen komponen tulang rawan

akan cenderung terurai. Kondrosit akan mulai melepaskan enzim sel dan
komponen matriks lebih lanjut akan rusak. Tulang rawan yang terdisintegrasi
lebih lanjut akan menyebabkan deformasi kartilago artikular yang dapat
menambah stres pada jaringan kolagen, sehingga meningkatkan beban sendi yang
terlokalisasi. Beban sendi yang tidak merata menyebabkan kartilago yang
menopang beban paling berat mengalami kerusakan dan menyebabkan rusaknya
proteoglycan. Hilangnya proteoglycan akhirnya mengawali siklus ulang
patogenesis dari osteoarthritis.3

Gambar 2. Patogenesis Osteoarthritis

Tulang rawan artikular memiliki peran penting dalam mendistribusikan


muatan beban yang diterima oleh sendi. Ketika kehilangan integritas diantara
komponen komponen pembentuk kartilago artikular, muatan ini semakin
terkonsentrasi di lokasi tertentu. Hasil dari pemusatan muatan tersebut adalah
terbentuknya fokus degenerasi dan pembentukan kista hingga akhirnya
peningkatan vaskularisasi dan sklerosis di zona pembebanan maksimal. Kartilago
artikular merespon proses yang terjadi dengan repair, regeneration, dan
remodelling. Kartilago artikular yang menjadi pusat penerima muatan beban
akhirnya mengalami pertumbuhan tulang kembali (ossifikasi) hingga terbentuklah
osteofit.3

II.2.7 Patologi
Perubahan penting yang terjadi pada sendi akibat osteoarthritis adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Destruksi progresif kartilago artikular,


Pembentukan kista subartikular,
Sklerosis,
Osteofit,
Fibrosis kapsul sendi.3
Pada awalnya, kartilago menunjukkan destruksi dan irregularitas

permukaannya. Kemudian celah celah di permukaan tulang yang irregular


menjadi semakin luas hingga tulang disekitarnya berkontak langsung dengan
permukaan sendi.3
Tulang subkondral yang berinteraksi langsung dengan permukaan sendi
menunjukkan aktivitas osteoblastik yang ditandai dengan pembentukan kista.
Kista itu sendiri mengandung bahan amorf, asal muasal kandunganya masih
misterius, namun kemungkinan hal ini bisa timbul akibat dari cairan sinovial yang
terdorong ke dalam retakan tulang subkondral. Osteofit tampaknya muncul dari
tulang rawan yang hiperplasia disertai dengan pengerasan (osifikasi) di tempat
tersebut.3

Gambar 3. Tampak permukaan normal kartilago artikular

10

Gambar 4. Tampak permukaan kartilago artikular pada OA

Gambar 5. Perubahan makroskopis OA

II.2.8 Gejala Klinis


Pasien biasanya mengeluhkan gejala pada saat setelah usia pertengahan.
Osteoarthritis dapat bermanifestasi pada sendi sendi berikut, yaitu pinggul, lutut,
sendi interphalangeal (terutama pada wanita) atau pada sendi yang mempunyai
penyakit penyerta (misalnya kongenital displasia atau fraktur intra-artikular).

11

Secara umum keluhan berupa :

Nyeri sendi
Nyeri adalah gejala yang paling umum. Nyeri bisa bersifat lokal atau

mungkin akibat dari lokasi peradangan sendi di tempat, misalnya rasa sakit di
lutut akibat adanya OA panggul. Dapat dirasakan samar samar dan meningkat
perlahan-lahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Nyeri diperburuk
dengan aktivitas yang berlebih dan terasa menghilang apabila diistirahatkan.
Pada OA dengan stadium lanjut, pasien mungkin juga mengalami nyeri saat
istirahat termasuk saat tidur di malam hari. Ada beberapa kemungkinan
penyebab nyeri, yaitu peradangan sinovial ringan, fibrosis kapsul sendi, dan
yang paling penting adalah tekanan tulang karena kongesti vaskular yang
mengakibatkan tekanan intraosseus meningkat. Kartilago tidak mengandung
serabut saraf dan destruksi kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya
nyeri. Sehingga dapat diasumsikan bahwa nyeri yang timbul pada OA berasal
dari luar kartilago.3

Kaku sendi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul saat setelah pasien berdiam diri atau

tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari. Namun dapat
berkembang menjadi setiap saat.3
Kekakuan
Kekakuan yang timbul dapat bersifat hilang timbul (menunjukkan adanya
efusi) ataupun terus menerus (menunjukkan adanya osteofit besar).3

Deformitas
Deformitas mungkin akibat dari kontraktur kapsul sendi, namun penting

untuk diperhitungkan bahwa deformitas mungkin sebenarnya telah mendahului


dan berkontribusi pada timbulnya OA.
Penurunan aktivitas
Keluhan lemas, kesulitan dalam menaiki tangga, pembatasan jarak
berjalan kaki, atau ketidakmampuan untuk melakukan tugas sehari-hari atau
menikmati rekreasi akhirnya dapat mendorong pasien untuk mencari bantuan.3
II.2.9 Pemeriksaan Fisik

12

o Pembengkakan sendi
Sendi bengkak mungkin hal pertama yang terlihat pada sendi.
Pembengkakan ini mungkin disebabkan oleh efusi pada sendi.3
o Deformitas
Deformitas mudah terlihat di sendi terkena, tapi berbeda untuk deformitas
pada persendian pinggul. Keluhan deformitas pada sendi pinggul dapat
tersembunyi akibat penyesuaian postural dari panggul dan tulang belakang.3
o Nyeri lokal
Nyeri lokal sangat umum ditemui, nyeri lokal dapat disertai dengan
perabaan osteofit.3
o Keterbatasan pergerakan
Gerakan dapat terbatas di beberapa arah, tetapi jarang ditemukan.
Biasanya gerakan terbatas pada gerakan yang ekstrim.3
o Krepitus
Krepitus mungkin dirasakan terutama pada OA lutut.3
II.2.10 Pemeriksaan Penunjang
Osteoarthritis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan temuan radiologi
foto polos. Tidak ada temuan laboratorium yang spesifik untuk osteoarthritis.1
Temuan foto polos yang ditemukan adalah
1.
2.
3.
4.

Penyempitan ruang sendi


Kista subkondral
Sklerosis subkondral
Marginal osteofit.3

13

Gambar 6. Pemeriksaan fisik dan foto polos OA

Gambar 7. Temuan foto polos OA

Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menggambarkan banyak


karakteristik yang sama dengan foto polos, oleh karena itu tidak perlu dilakukan.
Patologi yang dapat dilihat pada MRI meliputi penyempitan sendi, perubahan
tulang subchondral, dan osteofit. Tidak seperti radiografi, MRI dapat langsung
memvisualisasikan tulang rawan artikular dan jaringan sendi lainnya (misalnya,
meniskus, tendon, otot, atau efusi).1
II.2.11 Diagnosis
Diagnosis OA didasarkan pada gambaran klinis yang dijumpai dan hasil
radiografis.1

14

a) Anamnesis
-

Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual).


Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai
inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak

disertai kemerahan pada kulit).


Tidak disertai gejala sistemik.
Nyeri sendi saat beraktivitas.
- Sendi yang sering terkena:
o Sendi tangan: Carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal interfalang (PIP)

dan Distal interfalang (DIP)


o Sendi kaki: Metatarsofalang (MTP I).
o
Sendi lain: lutut, pinggul, vertebrae servikal dan lumbal.
-

Faktor resiko penyakit :


o Bertambahnya usia
o Riwayat keluarga dengan osteoarthritis
o Aktivitas fisik yang berat
o Obesitas
o Trauma sebelumnya atau adanya

deformitas

pada

sendi

yang

bersangkutan.
Faktor faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri dan fungsi sendi
o Nyeri saat malam hari
o Gangguan pada aktivitas sehari-hari.
o Kemampuan berjalan.
o Lain-lain: risiko jatuh, isolasi sosial, depresi.
o Gambaran nyeri dan derajat nyeri (skala nyeri yang dirasakan pasien).5

Gambar 8. Predisposisi lokasi terjadinya OA

15

b) Pemeriksaan Fisik
-

Tentukan BMI
Perhatikan gaya berjalan
Adakah kelemahan/atrofi otot
Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
Lingkup gerak sendi (ROM)
Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan
Krepitasi
Deformitas/bentuk sendi berubah
Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
Penonjolan tulang (Nodul Bouchards dan Heberdens)
Pembengkakan jaringan lunak.5

Gambar 9. OA pada persendian tangan

c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiografi
Pada

penderita

osteoarthritis

(OA),

dilakukannya

pemeriksaan

radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu
gambaran diagnostik. Gambaran radiografi sendi yang mendukung diagnosis
OA adalah :
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menanggung beban seperti lutut).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).
c. Kista pada tulang.
d. Osteofit pada pinggir sendi.

16

e. Perubahan struktur anatomi sendi.


Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis osteoarthritis (OA)
diklasifikasikan menjadi:

Grade 0
Normal
Grade 1
Meragukan, dengan gambaran sendi normal, terdapat osteofit minim
Grade 2
Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi

menyempit asimetris.
Grade 3
Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan

sendi menyempit, dan tampak sklerosis subkondral.


Grade 4
Berat, adanya osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara
komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.

Gambar 10. Derajat pembagian OA berdasarkan temuan radiologis menurut Kellgren dan
Lawrence

II.2.12 Tatalaksana
Strategi penatalaksanaan pasien dan pilihan jenis pengobatan ditentukan
oleh letak sendi yang mengalami osteoarthritis (OA) dan berat ringannya OA
sesuai dengan karakteristik masing-masing serta kebutuhannya. Oleh karena itu
diperlukan penilaian yang cermat pada sendi dan pasien secara keseluruhan,
agar penatalaksanaannya aman, sederhana, memperhatikan edukasi pasien serta
melakukan pendekatan multidisiplin.
Tujuan:
Mengurangi/mengendalikan nyeri

17

Mengoptimalkan fungsi gerak sendi


Mengurangi keterbatasan aktivitas fisik sehari hari (ketergantungan kepada

orang lain) dan meningkatkan kualitas hidup


Menghambat progresivitas penyakit
Mencegah terjadinya komplikasi
Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu :
1. Terapi Non-Farmakologis

Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar

persendiannya tetap terpakai.


Terapi fisik atau rehabilitasi
Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini
dilakukan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai
dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit.
Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat
osteoarthritis (OA). Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar
tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan
apabila berat badan berlebih. Minimum penurunan 5% dari berat badan
dengan target BMI 18,5-25.
BMI dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
BMI = (Berat badan dalam kg) / (Tinggi badan dalam m2)

Olahraga
Olahraga membantu dalam menurunkan skala nyeri pada pasien OA.

Thermotherapy
Kompres air dingin membantu untuk mengurangi gejala OA. Air dingin
membantu untuk menguranga bengkak dan radang, mengurangi rasa nyeri,
dan kekakuan otot. Kompres air dingin bisa dilakukan dalam 20 menit, 5
hari seminggu selama 2 minggu.

18

2. Terapi Farmakologis
Penanganan terapi farmakologi melingkupi penurunan rasa nyeri yang
timbul, mengkoreksi gangguan yang timbul dan mengidentifikasi
manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi.5

Analgetik Oral
Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada osteoarthritis (OA) lutut,
penggunaan OAINS dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada
penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas OAINS lebih
tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan
pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk
mengurangi dampak toksisitas dari obat OAINS adalah dengan cara
mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2.

Analgesik Topikal
Analgesik topikal dengan mudah ditemukan dipasaran dan dijual bebas.
Umumnya pasien telah mencoba terapi dengan cara ini sebelum
memakai obat-obatan peroral lainnya. Contoh obat analgetik topikal
adalah kapsaisin yang mengurangi nyeri pada ujung saraf lokal.

Chondroprotective Agent
Chondroprotective Agent adalah obatobatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obatobatan
yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah : tetrasiklin, asam
hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan.3
o Tetrasiklin

dan

derivatnya

mempunyai

kemampuan

untuk

menghambat kerja enzim MMP.


o Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement karena
manfaatnya memperbaiki viskositas cairan sinovial. Obat ini
diberikan secara intra-artikuler. Asam hialuronat memegang
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui
agregasi dengan proteoglikan.
o Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang
berperan

dalam

proses

degradasi

tulang

rawan

seperti

hialuronidase, protease, elastase dan katepsin.

19

o Kondroitin sulfat pada kasus osteoarthritis (OA) mempunyai efek


protektif terhadap terjadinya kerusakan tulang rawan sendi yaitu
memiliki efek anti inflamasi, efek metabolik terhadap sintesis
hialuronat dan proteoglikan dan anti degradatif melalui hambatan
enzim proteolitik.6
Injeksi Intra Artikular atau Periartikular

Bukan merupakan pilihan utama dalam penanganan osteoarthritis (OA).


Indikasi suntikan intra artikular adalah untuk penanganan simptomatik
dengan steroid dan viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk
modifikasi perjalanan penyakit.
o Steroid (Triamsinolone hexacetonide dan Methylprednisolone)
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri
dan inflamasi yang kurang responsif terhadap pemberian OAINS,
tidak dapat mentolerir OAINS, atau ada kormobiditas yang
merupakan kontraindikasi terhadap pemberian OAINS. Tidak
dianjurkan melakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam kurun
waktu 3 bulan atau setahun 3 kali terutama untuk sendi besar
penyangga tubuh. Dosis untuk sendi besar seperti lutut adalah 4050 mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi kecil biasanya
digunakan dosis 10 mg.
o Hyaluronan (High molecular weight dan low molecular weight)
Di Indonesia terdapat tiga sediaan injeksi hyaluronan. Penyuntikan
intra artikular biasanya untuk sendi lutut (paling sering), sendi bahu
dan coxae. Diberikan berturut-turut 5-6 kali dengan interval satu
minggu masing-masing 2-2,5 ml hyaluronan.
3. Terapi Pembedahan
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi
deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari hari. Indikasi untuk
tindakan lebih lanjut:6`

Adanya kecurigaan atau terdapat bukti adanya artritis inflamasi:


bursitis, efusi sendi: memerlukan pungsi atau aspirasi diagnostik
dan teurapeutik (rujuk ke dokter ahli reumatologi/bedah ortopedi).

20

Adanya kecurigaan atau terdapat bukti artritis infeksi (merupakan


kasus gawat darurat, resiko sepsis tinggi: pasien harus dirawat di
Rumah Sakit)

Segera rujuk ke dokter bedah ortopedi pada:

Pasien dengan gejala klinis OA yang berat, gejala nyeri menetap atau
bertambah berat setelah mendapat pengobatan yang standar sesuai
dengan rekomendasi baik secara non-farmakologik dan farmakologik
(gagal terapi konvensional).

Pasien yang mengalami keluhan progresif dan mengganggu aktivitas


fisik sehari-hari.

Keluhan nyeri mengganggu kualitas hidup pasien: menyebabkan


gangguan tidur (sleeplessness), kehilangan kemampuan hidup
mandiri, timbul gejala/gangguan psikiatri karena penyakit yang
dideritanya.

Deformitas varus atau valgus (>15 hingga 20 derajat) pada OA lutut.

Subluksasi lateral ligament atau dislokasi: rekonstruksi retinakular


medial, distal patella realignment, lateral release.

Gejala mekanik yang berat (gangguan berjalan/giving way, lutut


terkunci/locking, tidak dapat jongkok/inability to squat): tanda
adanya kelainan struktur sendi seperti robekan meniskus: untuk
kemungkinan tindakan artroskopi atau tindakan unicompartmental
knee replacement or osteotomy/realignment osteotomies.

Operasi penggantian sendi lutut (knee replacement: full, medial


unicompartmental,

patellofemoral

and

rarely

lateral

unicompartmental) pada pasien dengan :


o Nyeri sendi pada malam hari yang sangat mengganggu
o Kekakuan sendi yang berat
o Mengganggu aktivitas fisik sehari-hari.
Terapi pembedahan yang dapat dilakukan adalah :
Arthroplasty (Total Knee Replacement)

21

Total Knee Replacement atau yang disingkat TKR adalah prosedur


bedah yang dilakukan pada sendi lutut untuk mengganti bantalan
tulang rawan pada sendi lutut dengan bantalan buatan. Tindakan
TKR dilakukan ketika sendi lutut mengalami kerusakan yang amat
berat akibat cedera olahraga ataupun radang sendi. Tindakan ini
diambil ketika sudah dilakukan pengobatan ataupun penggunaan alat

penyangga lutut namun sudah efektif lagi.


Total Knee Replacement diberikan untuk kondisi perkapuran
stadium lanjut atau grade IV, biasanya disertai dengan perubahan
bentuk fisik dari kaki menyerupai huruf O atau X. Tindakan yang
dilakukan adalah mengganti sendi lutut menggunakan prothese.
Meskipun lutut artifisial tidak sempurna seperti sebelumnya, tetapi
tindakan tersebut dapat memperbaiki kualitas hidup pasien dengan
hilangnya rasa nyeri, kekakuan sendi dan bentuk sendi yang

bengkok.
Dalam pembedahan penggantian total sendi lutut, bagian ujungujung tulang diganti dengan bahan logam dan plastik (polyethylene).
Permukaan tulang rawan yang rusak akan dibuang, kemudian

permukaan tulang tersebut dilapisi dengan implant.


Indikasi utama adalah untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan
oleh osteoarthritis. Tujuan sekunder adalah untuk memperbaiki cacat
dan mengembalikan fungsi normal sendi.

Gambar 11. Total Knee Replacement

22

Gambar 12. Total Knee replacemet

Arthroskopi
Arthroskopi adalah tindakan melihat bagian dalam sendi menggunakan
kamera dengan lensa fiber optik melalui sayatan kulit yang sangat kecil.
Tindakan arthroskopi dilakukan untuk :
Melihat dan mengetahui kelainan dalam sendi secara langsung
-

(diagnostik).
Untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengobati suatu

kelainan sendi (terapeutik).


Arthtroskopi dapat dilakukan pada beberapa sendi antara lain : bahu,
pergelangan tangan, panggul, lutut dan pergelangan kaki. Tindakan ini
relatif aman bagi pasien termasuk mereka yang telah memasuki usia
lanjut.

Gambar 13. Arthroskopi

Osteotomy

23

Osteotomy adalah prosedur pengeluaran tulang yang dapat membantu


meluruskan kembali beberapa keadaan cacat (deformitas) pada pasien
yang pada umumnya memiliki penyakit pada bagian lutut.

BAB III
KESIMPULAN
Osteoarthritis merupakan penyakit pada sendi yang paling sering
dijumpai pada individu dengan lanjut usia. Penyakit ini dapat dinyatakan
sebagai suatu penyakit degeneratif akibat dari penurunan kadar proteoglycan
dalam kartilago hyaline di sendi sinovial. Namun, penelitian lebih lanjut
menunjukkan bahwa osteoarthritis tidak hanya mempengaruhi kartilago tetapi
juga mempengaruhi tulang subkondral dan membran sinovial di sekitarnya.
Gejala penyakit ini dapat berupa nyeri lutut, penurunan luas pergerakan otot,
dan kekakuan setelah istirahat. Osteoarthritis pada tangan dapat berupa nodus

24

herbenden dan boucher. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan


radiologi foto polos yaitu terdapatnya penyempitan ruang sendi, kista
subkondral, sklerosis, dan osteofit. Pemeriksaan laboratorium digunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain. Terapi yang digunakan pada
osteoarthritis dapat berupa non-farmakologis, farmakologis, dan pembedahan.
Terapi non-farmakologis dapat dilakukan dengan penurunan berat badan, terapi
fisik atau rehabilitasi, olahraga, thermotherapy. Sedangkan untuk farmakologis
dapat diberikan analgetik oral, analgetik topikal, chondroprotective agent,
injeksi intra artikular atau periartikular. Terapi pembedahan diberikan apabila
ditemukan destruksi kartilagi artikular yang masif ataupun keluhan yang sangat
mengganggu pasien. Pembedahan dapat dilakukan dengan Arthroscopy,
osteotomy, dan arthroplasty.

DAFTAR PUSTAKA
1. Osteoarthritis. Medscape. 2015. Diunduh dari :
http://www.rheumatology.org/Practice/Clinical/Patients/Diseases_And_Condi
tions/osteoarthritis0515.pdf, pada tanggal 19 Oktober 2015
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Ed ke 6. New York : Mc-Graw Hil ; 2009.
3. Solomon L, Marwick D, Nayagam S. Apleys System of Orthopaedics and
Fractures. 9th Edition. London : Hodder Arnold ; 2010.
4. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Ed ke 3. Jakarta : PT. YArsif
Watampone ; 2009.
5. Hamijoyo, dr. Laniyati SpPD-KR, MKes. Osteoartritis. Perhimpunan
Reumatologi Indonesia. Diunduh dari : http://reumatologi.or.id/reuarttail?
id=23, pada tanggal 20 Oktober 2015
6. Rekomendasi IRA Diagnosis dan Penatalaksaan Osteoartritis. Perhimpunan
Reumatologi

Indonesia.

Diunduh

dari

25

http://reumatologi.or.id/var/rekomendasi/Rekomendasi_IRA_Osteoarthritis_2
014.pdf, pada tanggal 19 Oktober 2015

26

Anda mungkin juga menyukai