Jangan marah!" begitu sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang diriwayat
kan Imam Bukhari.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang bisa saja marah. Marah adalah sesuatu
yang manusiawi. Lalu apa makna hadis Nabi SAW itu? Ibnu Hajar dalam Fathul
Bani menjelaskan makna hadis itu: "AlKhath thabi berkata, "Arti perkataan Rasu
lullah SAW 'jangan marah' adalah menjauhi sebab-sebab marah dan hendaknya
menjauhi sesuatu yang meng arah kepadanya." Menurut 'Al-Khaththabi, marah itu
tidaklah terlarang, karena itu adalah tabiat yang tak akan hilang dalam diri
manusia.
Nah, apa yang harus dilakukan seorang Muslim ketika marah? Syekh Abdul Azis
bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'atul Aadaab alIslamiyah,
mengungkapkan hendak nya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang
berkaitan dengan marah. Berikut adab-adab yang perlu diperhatikan terkait marah.
Pertama, jangan marah, kecuali karena Allah SWT. Menurut Syekh Sayyid Nada,
marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan amal.
Misalnya, marah ketika menyaksikan perbuatan haram merajalela. Seorang
Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah
karena Allah.
"Seorang Muslim hendaknya menjauhi kemarahan karena urusan dunia yang tak
mendatangkan pahala," tutur Syekh Sayyid Nada. Rasulullah SAW, kata dia, tak
pernah marah karena dirinya, tapi marah karena Allah SWT. Nabi SAW pun tak
pernah dendam, kecuali karena Allah SWT.
Kedua, berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Syekh Sayyid Nada
mengungkapkan, sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah
SWT. Ia mengingatkan, kemarahan kerap berujung dengan pertikaian dan
perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan bisa
pula memutuskan silaturahim.
Ketiga, mengingat keagungan dan kekuasaan Allah SWT. "Ingatlah kekuasaan,
perlindungan, keagungan, dan keperkasaan Sang Khalik ketika sedang marah,"
ungkap Syekh Sayyid Nada. Menurut dia, ketika mengingat kebesaran Allah
SWT, maka kemarahan akan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama
sekali. Sesungguhnya, papar Syekh Sayyid Nada, itulah adab paling bermanfaat
yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun (sabar).
Keempat, menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Syekh Sayyid Nada
mengungkapkan, Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan
meredam amarahnya yang telah muncul. Allah SWT berfirman, " dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah
mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran:134).
Menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bahri, ketika kemarahan tengah me muncak,
hendaknya segera menahan dan meredamnya untuk tindakan keji. Rasulullah
SAW bersabda, "Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat
meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk.
Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya
dengan siapa yang ia kehendaki." (HR Ahmad).
Kelima, berlindung kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, "Jika
seseorang yang marah mengucapkan; 'A'uudzu billah (aku berlindung kepada
Allah SWT, niscaya akan reda kemarahannya." (HR Ibu 'Adi dalam al-Kaamil.)
Keenam, diam. Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah, permudahlah, dan jangan
menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam." (HR
Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat
merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.
Ketujuh, mengubah posisi ketika marah. Mengubah posisi ketika marah
merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, "Jika salah
seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila
marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring." (HR Ahmad).
Kedelapan, berwudhu atau mandi. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api
setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf.
"Maka dari itu, wudhu, mandi atau semisalnya, apalagi mengunakan air dingin
dapat menghilangkan amarah serta gejolak darah," tuturnya, Kesembilan,
memeberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan
ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para
hamba-Nya "... dan jika mereka marah mereka memberi maaf." (QS AsySyuura:37).
Sesungguhnya Nabi SAW adalah orang yang paling lembut, santun, dan pemaaf
kepada orang yang bersalah. "... dan ia tak membalas kejahatan dengan kejahatan,
namun ia memaafkan dan memberikan ampunan... " begitu sifat Rasulullah SAW
yang tertuang dalam Taurat, kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa AS.