Anda di halaman 1dari 6

FEMINISME MENURUT SUDUT PANDANG ISLAM

Persamaan hak kaum perempuan dan laki-laki menjadi isu yang tidak pernah
berhenti dibahas di kalangan aktivis perempuan. Kalangan feminis memanfaatkan
istilah hak asasi dan pemberdayaan perempuan untuk menyuarakan gerakan
feminisme. Sekilas, konsep feminisme tidak bermasalah karena bertujuan untuk
mengangkat derajat kaum perempuan yang selama ini dianggap didiskriminasikan
dan dilanggar hak-haknya oleh kaum lelaki. Tapi konsep feminisme yang notabene
berasal dari Barat dan menggunakan standar-standar kehidupan perempuan Barat
yang cenderung bebas.

Belakangan diketahui banyak menimbulkan masalah bagi kaum perempuan itu


sendiri. Mereka justeru tidak bahagia dalam hidupnya, bahkan banyak diantara
kaum perempuan yang terjerumus dalam tindak kriminal.
Sahar El-Nadi, seorang instruktur profesional dan penceramah di bidang komunikasi
antar budaya dalam artikelnya The Other Side of Feminism mengungkap konsep
feminisme ala Barat yang bermasalah itu.
Ia mengatakan, konsep feminisme jadi problem karena dengan alasan persamaan
hak dan kesetaraan, sadar atau tidak sadar perempuan ditanamkan pemikiran dan
pandangan bahwa kaum lelaki adalah manusia yang agresif, emosional,
memonopoli lapangan kerja dan menutup kesempatan bagi kaum perempuan untuk
memiliki banyak pilihan selain hanya mengurusi urusan rumah tangga.

Agenda feminisme yang dikedepankan kaum feminis sekarang ini, tulis El-Nadi,
adalah persamaan hak yang cenderung membuat perempuan identik dengan lakilaki. Mereka menolak argumen bahwa kaum lelaki dan perempuan memiliki perilaku
yang berbeda karena peran mereka dalam hidup pun berbeda. Kaum feminis akan
menyebut orang-orang yang beragumen demikian sebagai orang yang seksis,
dikriminatif, pendukung agenda chauvinis kaum lelaki dan ingin mengendalikan
kaum perempuan dalam sebuah sistem masyarakat yang patriarkis.

Kesetaraan menurut konsep feminisme, bahwa laki-laki dan perempuan harus


memiliki kehidupan yang sama, tanggung jawab yang sama dan pada akhirnya
mengalami tekanan hidup yang sama. Apakah konsep itu membuat kaum
perempuan bahagia? Ternyata tidak. Semakin perempuan merasa berhasil
menjalankan standar-standar feminisme itu, kenyataannya semakin mereka merasa
sengsara. Lembaga General Social Survey pernah melakukan penelitian tentang hal
ini di kalangan masyarakat AS. Mereka meneliti bagaimana mood masyarakat AS
dari mulai tahun 1972 hingga sekarang, dan hasilnya, kaum perempuan AS yang
notabene menganut konsep feminisme, kehidupannya lebih suram dibandingkan
kaum lelaki.

Perempuan mengalami kondisi yang lebih buruk, karena mereka diminta untuk
memainkan dua peran bukan satu peran bahwa tugas perempuan di dalam rumah
dan tugas laki-laki mencari nafkah di luar.
Dibawa revolusi feminisme kaum perempuan menang dalam mendapatkan apa
yang disebut kebebasan dalam dunia laki-laki, sementara kaum lelaki banyak yang
mengalami krisis jati diri.
Sehingga tak heran jika sekarang banyak kaum lelaki yang feminim, berpakaian
dan bertingkah laku seperti perempuan. Perubahan semacam ini bisa dipahami,
karena konsep kesetaraan itu, sejak kecil anak-anak perempuan didorong untuk
belajar berani dan agresif seperti anak-anak laki.
Gaya mendidik seperti ini akan terbawa sampai anak perempuan tadi dewasa.
Mereka akan tumbuh dengan pendekatan untuk menjadi manusia yang egois di
dunia.

Konsep feminisme yang sekarang berkembang, membuat kaum perempuan,


utamanya di negara-negara maju jadi meremehkan peran perempuan sebagai isteri
dan ibu. Banyak diantara mereka yang tidak mau direpotkan dengan kewajibankewajiban sebagai isteri dan ibu sehingga mereka cenderung memilih melakukan
seks bebas tanpa komitmen, memilih membesarkan anak-anak tanpa kehadiran
seorang ayah bahkan menikah sesama jenis. Semuanya dilakukan atas nama hak
asasi perempuan. Jika sudah demikian, maka lenyaplah perang kaum perempuan
dalam masyarakat.

Sebagai seorang muslim, saya sedih melihat makin banyak kaum perempuan di
berbagai penjuru dunia yang berlomba-lomba mengikuti jalan feminisme akhirnya
jatuh ke jurang yang sama. Bagi para muslimah, Al-Quran dengan jelas
menyebutkan bahwa Allah Swt menciptakan berbeda antara kaum lelaki dan kaum
perempuan. Masing-masing dianugerahkan peran yang berbeda pula untuk saling
mendukung sebagai satu tim, dan bukan untuk saling bersaing, tulis El-Nadi. Tak
seorang pun yang ingin mencerabut hak-hak kaum perempuan, tapi kita harus
memahami bahwa kebebasan bukan berarti harus mendegradasikan kaum
perempuan dan persamaan hak bukan berarti harus identik.

Kaum perempuan membawa karunia dan nilai-nilai yang unik bagi dunia. Peran
perempuan dalam memulihkan nilai-nilai keluarga dalam kehidupan masyarakat
yang modern bisa membuat kaum lelaki, anak-anak bahkan perempuan itu sendiri,
hidup bahagia, papar El-Nadi. Nah, para muslimah, rasanya tak perlu silau dengan
propaganda kesetaraan gender dan persamaan hak asasi yang digaungkan para
aktivis feminisme.

http://iniaiyya.blogspot.co.id/2012/09/makalah-feminisme-dalampandangan-islam_21.html

SEJARAH GERAKAN FEMINISME


Gerakan feminis dimulai sejak akhir abad ke -18, namun diakhiri abad ke-20. Suara
wanita di bidang hukum khususnya teori hukum muncul dan berarti. Hukum feminis
yang dilandasi sosiologi feminis., filsafat feminis dan sejarah feminis merupakan
perluasan perhatian wanita di kemudian hari. Di akhir abad -20 gerakan feminis
banyak dipandang sebagai gerakan Critical Legal Studies, yang pada intinya banyak
memberikan kritik terhadap logika hukum yang selama ini digunakan, sifat
manipulatif dan ketergantungan hukum terhadap politik ekonomi. Peranan hukum
dalam membentuk pola hubungan social dan pembentukan hierarki oleh ketentuan
hukum secara tidak mendasar.
Walaupun pendapat feminis bersifat pliralistik, namun satu hal yang menyatukan
mereka adalah keyakinan mereka bahwa masyarakat dan tatanan hukum bersifat
patriacal. Aturan hukum yang dikatakan netral dan objektifsering kali hanya
merupakan kedok terhadap pertimbangan politis dan social yang dikemudikan oleh
idiologi pembuat keputusan dan idiologi tersebut tidak untuk kepentingan wanita.
Sifat patriacal dalam masyarakat dan ketentuan hukum merupakan penyebab
keidakadilan dominasi dan subordinasi terhadap wanita sehingga sebagai
konsekuensinya adalah tuntutan terhadap kesederajatan gender. Kesederajatan
gender tidak akan dapat tercapai dalam struktur institusional ideologis yang saat ini
berlaku.
Feminis menitikberatkan perhatian pada analisis peranan hukum terhadap
bertahannya hegemoni patriacal. Segala analisis dari teori yang kemudian
dikemukakan oleh feminis diharapkan dapat secara nyata diberlakukan karena
segala upaya feminis, bukan hanya untuk menghiasi lembaran sejarah
perkembangan manusia, namun lebih kepada upaya(manusia) untuk bertahan
hidup. Timbulnya gerakan feminis merupakan gambaran bahwa ketentuan yang
abstrak tidak dapat menyelesaikan ketidaksetaraan.
http://underground-paper.blogspot.co.id/2013/04/feminisme-di-indonesia.html

TEORI FEMINISME & JENISNYA


Teori feminis melihat dunia dari sudut pandang perempuan. Teori feminis adalah
sistem gagasan umum dengan cakupan luas tentang kehidupan sosial dan
pengalaman manusia yang berkembang dari perspektif yang berpusat pada
perempuan.
Dalam perjalanan sejarahnya, teori feminis secara konstan bersikap kritis terhadap
tatanan sosial yang ada dan memusatkan perhatiannya pada variabel-variabel
sosiologi esensial seperti ketimpangan sosial, perubahan sosial, kekuasaan, institusi
politik, keluarga, pendidikan, dan lain-lain.
Teori feminis dipandu oleh empat pertanyaan dasar, yaitu 1) Bagaimana dengan
para perempuan? 2) Mengapa situasi perempuan seperti ini? 3) Bagaimana dapat
mengubah dan memperbaiki dunia sosial ini? dan 4) Bagaimana dengan perbedaan
antarperempuan?
Teori feminis berpusat pada tiga hal. Pertama objek penelitian utamanya, pijakan
awal dari seluruh penelitiannya, adalah situasi (atau situasi-situasi) dan
pengalaman perempuan di dalam masyarakat. Kedua, teori ini memperlakukan
perempuan sebagai subjek sentral dalam proses penelitiannya. Ketiga teori
feminisme bersikap kritis dan aktif terhadap perempuan, berusaha membangun
dunia yang lebih baik bagi perempuan dan dengan demikian juga bagi umat
manusia.

Jenis Teori Feminisme


a.

Feminisme Kultural

Feminisme kultural memusatkan perhatian pada eksplorasi nilai-nilai yang dianut


perempuan yaitu bagaimana mereka berbeda dari laki-laki. Feminisme kultural
menyatakan bahwa proses berada dan mengetahui perempuan bisa jadi merupakan
sumber kekuatan yang lebih sehat bagi diproduksinya masyarakat adil daripada

preferensi tradisional pada budaya androsentris bagi cara mengetahui dan cara
mengada laki-laki.
b.

Feminisme Liberal

Feminisme liberal berpendapat perempuan dapat mengklaim kesetaraan dengan


laki-laki berdasarkan kemampuan hakiki manusia untuk menjadi agen moral yang
menggunakan akalnya, bahwa ketimpangan gender adalah akibat dari pola
pembagian kerja yang seksis dan patriakal dan bahwa kesetaraan gender dapat
dihasilkan dengan mentransformasikan pembagian kerja melalui pemolaan ulang
institusi-institusi kunci hukum, kerja, keluarga, pendidikan dan media.
c.

Feminisme Radikal

Feminisme Radikal didasarkan pada keyakinan sentral (1) bahwa perempuan


memiliki nilai mutlak positif sebagai perempuan, keyakinan yang berlawanan
dengan apa yang mereka klaim sebagai perendahan secara universal terhadap
perempuan (2) perempuan dimanapun berada selalu tertindas secara kejam oleh
patriarki.

d.

Teori Psikoanalitis Feminis

Teori ini menjelaskan penindasan perempuan berdasarkan deskripsi psikoanalitis


dorongan psikis laki-laki menggunakan kekerasan untuk memaksa perempuan
tunduk.
e.

Feminisme Sosialis

Proyek teoritis feminisme sosialis mengembangkan tiga tujuan (1) untuk melakukan
kritik atas penindasan berbeda namun saling terkait yang dilakukan oleh patriarki
dan kapitalisme dari sudut pandang pengalaman perempuan (2) mengembangkan
metode yang eksplisit dan tepat untuk melakukan analisis sosial dari pemahaman
yang luas tentang materialisme historis (3) memasukkan pemahaman tentang
signifikasi gagasan ke dalam analisis materialis tentang determinasi kehidupan
manusia. Feminisme sosialis telah menetapkan proyek formal yaitu mencapai
sintesis dan langkah teoritis di luar teori feminis.
f.

Teori Interseksionalitas

Teori ini diawali dari pemahaman bahwa perempuan mengalami penindasan dalam
berbagai konfigurasi dan dalam berbagai tingkat intensitas. Penjelasan utama dari
teori interseksionalitas adalah semua perempuan secara potensial mengalami
penindasan berdasarkan gender, perempuan secara berbeda tertindas oleh
beragam interaksi tatanan ketimpangan sosial.
http://ciphaphidaty.blogspot.co.id/2013/01/teori-feminisme-jenisnya.html

Dapat disimpulkan bahwa Feminisme sebenarnya sudah ada sejak dua abad
yang lalu jauh sebelum orang-orang Barat mengenal feminisme. Tapi
penggunaan istilah feminisme pertama kali dipopulerkan di barat. Feminisme
adalah suatu bentuk pengakuan atas posisi perempuan di masyarakat yang
disejajarkan dengan kaum pria dengan tidak hanya melihat perbedaan jenis
kelamin saja.

Anda mungkin juga menyukai