Persamaan hak kaum perempuan dan laki-laki menjadi isu yang tidak pernah
berhenti dibahas di kalangan aktivis perempuan. Kalangan feminis memanfaatkan
istilah hak asasi dan pemberdayaan perempuan untuk menyuarakan gerakan
feminisme. Sekilas, konsep feminisme tidak bermasalah karena bertujuan untuk
mengangkat derajat kaum perempuan yang selama ini dianggap didiskriminasikan
dan dilanggar hak-haknya oleh kaum lelaki. Tapi konsep feminisme yang notabene
berasal dari Barat dan menggunakan standar-standar kehidupan perempuan Barat
yang cenderung bebas.
Agenda feminisme yang dikedepankan kaum feminis sekarang ini, tulis El-Nadi,
adalah persamaan hak yang cenderung membuat perempuan identik dengan lakilaki. Mereka menolak argumen bahwa kaum lelaki dan perempuan memiliki perilaku
yang berbeda karena peran mereka dalam hidup pun berbeda. Kaum feminis akan
menyebut orang-orang yang beragumen demikian sebagai orang yang seksis,
dikriminatif, pendukung agenda chauvinis kaum lelaki dan ingin mengendalikan
kaum perempuan dalam sebuah sistem masyarakat yang patriarkis.
Perempuan mengalami kondisi yang lebih buruk, karena mereka diminta untuk
memainkan dua peran bukan satu peran bahwa tugas perempuan di dalam rumah
dan tugas laki-laki mencari nafkah di luar.
Dibawa revolusi feminisme kaum perempuan menang dalam mendapatkan apa
yang disebut kebebasan dalam dunia laki-laki, sementara kaum lelaki banyak yang
mengalami krisis jati diri.
Sehingga tak heran jika sekarang banyak kaum lelaki yang feminim, berpakaian
dan bertingkah laku seperti perempuan. Perubahan semacam ini bisa dipahami,
karena konsep kesetaraan itu, sejak kecil anak-anak perempuan didorong untuk
belajar berani dan agresif seperti anak-anak laki.
Gaya mendidik seperti ini akan terbawa sampai anak perempuan tadi dewasa.
Mereka akan tumbuh dengan pendekatan untuk menjadi manusia yang egois di
dunia.
Sebagai seorang muslim, saya sedih melihat makin banyak kaum perempuan di
berbagai penjuru dunia yang berlomba-lomba mengikuti jalan feminisme akhirnya
jatuh ke jurang yang sama. Bagi para muslimah, Al-Quran dengan jelas
menyebutkan bahwa Allah Swt menciptakan berbeda antara kaum lelaki dan kaum
perempuan. Masing-masing dianugerahkan peran yang berbeda pula untuk saling
mendukung sebagai satu tim, dan bukan untuk saling bersaing, tulis El-Nadi. Tak
seorang pun yang ingin mencerabut hak-hak kaum perempuan, tapi kita harus
memahami bahwa kebebasan bukan berarti harus mendegradasikan kaum
perempuan dan persamaan hak bukan berarti harus identik.
Kaum perempuan membawa karunia dan nilai-nilai yang unik bagi dunia. Peran
perempuan dalam memulihkan nilai-nilai keluarga dalam kehidupan masyarakat
yang modern bisa membuat kaum lelaki, anak-anak bahkan perempuan itu sendiri,
hidup bahagia, papar El-Nadi. Nah, para muslimah, rasanya tak perlu silau dengan
propaganda kesetaraan gender dan persamaan hak asasi yang digaungkan para
aktivis feminisme.
http://iniaiyya.blogspot.co.id/2012/09/makalah-feminisme-dalampandangan-islam_21.html
Feminisme Kultural
preferensi tradisional pada budaya androsentris bagi cara mengetahui dan cara
mengada laki-laki.
b.
Feminisme Liberal
Feminisme Radikal
d.
Feminisme Sosialis
Proyek teoritis feminisme sosialis mengembangkan tiga tujuan (1) untuk melakukan
kritik atas penindasan berbeda namun saling terkait yang dilakukan oleh patriarki
dan kapitalisme dari sudut pandang pengalaman perempuan (2) mengembangkan
metode yang eksplisit dan tepat untuk melakukan analisis sosial dari pemahaman
yang luas tentang materialisme historis (3) memasukkan pemahaman tentang
signifikasi gagasan ke dalam analisis materialis tentang determinasi kehidupan
manusia. Feminisme sosialis telah menetapkan proyek formal yaitu mencapai
sintesis dan langkah teoritis di luar teori feminis.
f.
Teori Interseksionalitas
Teori ini diawali dari pemahaman bahwa perempuan mengalami penindasan dalam
berbagai konfigurasi dan dalam berbagai tingkat intensitas. Penjelasan utama dari
teori interseksionalitas adalah semua perempuan secara potensial mengalami
penindasan berdasarkan gender, perempuan secara berbeda tertindas oleh
beragam interaksi tatanan ketimpangan sosial.
http://ciphaphidaty.blogspot.co.id/2013/01/teori-feminisme-jenisnya.html
Dapat disimpulkan bahwa Feminisme sebenarnya sudah ada sejak dua abad
yang lalu jauh sebelum orang-orang Barat mengenal feminisme. Tapi
penggunaan istilah feminisme pertama kali dipopulerkan di barat. Feminisme
adalah suatu bentuk pengakuan atas posisi perempuan di masyarakat yang
disejajarkan dengan kaum pria dengan tidak hanya melihat perbedaan jenis
kelamin saja.