Anda di halaman 1dari 80

PENYAKIT-PENYAKIT INFEKSI DAN

PARASIT TERTENTU
Bab ini berisi penyakit-penyakit yang umumnya dikenal sebagai
penyakit menular.

Hal-hal penting pada bab ini:


Bab ini adalah satu dari bab-bab terbesar ICD-10, terbagi atas 21
blok, dengan kategori berkisar dari A00 to B99.Dari 200 kategori yang
tersedia, 171 telah digunakan. Terdapat lima eksklusi yang berada
pada level bab.
Penggunaan modifier certain atau tertentu pada judul
menunjukkan bahwa beberapa penyakit infeksi dan parasit
diklasifikasikan di tempat lain.
Perhatikan bahwa terdapat beberapa pengecualian terhadap
eksklusi. Mereka berhubungan dengan tetanus obstetri dan neonatus,
sifilis kongenital, infeksi gonokokus perinatal, serta penyakit HIV
obstetrik dan neonatus.
Terdapat sebuah aturan mengenai dugaan asal-usul infeksi atau
bukan infeksi pada diare, yang tergantung pada negara tempat diare
ini didapatkan. Aturan ini hanya berlaku kalau tidak ada penjelasan
mengenai apakah diare ini asalnya infeksi atau bukan. Kalau diare
dianggap bukan infeksi, kodenya K52.9 (pada bab Penyakit-penyakit
Sistem Pencernaan). Kalau diare dianggap infeksi, ia dikode pada bab
I.
Ketika mengkode tuberkulosis, kategori A15-A16 menunjukkan
apakah tuberkulosis ini telah dipastikan dan metode apa yang
digunakan untuk pemastiannya, misalnya pemeriksaan sputum di
bawah mikroskop, atau x-ray dada.
Blok B20-B23 memiliki catatan di bagian awal tentang
penggunaan subkategori karakter ke-4. Kategori ini disediakan untuk
penggunaan opsi kalau tidak mungkin dilakukan pengkodean ganda.
Blok B50- B64 menyediakan pedoman melalui catatan inklusi dan
eksklusi mengenai tindakan yang diambil dalam kasus infeksi
plasmodium campuran..
Kode-kode B90-B94 codes digunakan kalau kondisi yang diobati
merupakan sekuel dari penyakit infeksi
B95-B97 merupakan blok kode tambahan yang memungkinkan
organisme infeksi dicatat sebagai penyebab kondisi yang diklasifikan
terutama pada bab lain. Kode-kode tidak boleh digunakan untuk

kondisi perimer/utama, karena mereka adalah kode tambahan atau


pelengkap.
Gunakan kode tambahan (U82-U85) bila perlu, untuk identifikasi
resistensi terhadap obat antimikroba.
Mencakup: Penyakit-penyakit yang umumnya dianggap menular
Kecuali:
Carrier atau diduga carrier penyakit menular (Z22.-)
Infeksi lokal tertentu lihat bab tentang sistem tubuh
Penyakit infeksi dan parasit yang mempersulit kehamilan,
persalinan dan nifas [kecuali tetanus obstetri] (O98.-).
Penyakit infeksi dan parasit yang khusus pada masa perinatal
[kecuali tetanus neonatorum, sifilis kongenital, infeksi gonokokus
perinatal dan penyakit HIV perinatal] (P35-P39).
Influenza dan infeksi pernafasan akut lainnya (J00-J22)
Bab ini berisi blok-blok sebagai berikut:
Penyakit-penyakit akibat bakteria, chlamydia, dan rickettsia
A00-A09
Penyakit infeksi usus
A15-A19
Tuberculosis
A20-A28
Penyakit bakteri zoonotik tertentu
A30-A49
Penyakit bakteri lainnya
A50-A64
Infeksi dengan penularan terutama melalui hubungan
seksual
A65-A69
Penyakit akibat spirochaeta lainnya
A70-A74
Penyakit lain akibat chlamydia
A75-A79
Rickettsioses
Penyakit-penyakit akibat infeksi virus
A80-A89
Infeksi virus sistem syaraf pusat
A90-A99
Demam akibat virus asal-arthropoda dan demam
berdarah akibat virus
B00-B09
Infeksi virus yang khas dengan lesi kulit dan
membran mukosa
B15-B19
Hepatitis virus
B20-B24
Penyakit human immunodeficiency virus [HIV]
B25-B34
Penyakit virus lainnya
Penyakit-penyakit akibat jamur, protozoa, cacing, dan kutu
B35-B49
Mikosis
B50-B64
Penyakit akibat protozoa
B65-B83
Penyakit akibat cacing (helminthiases)
B85-B89
Pediculosis, acariasis dan infestasi lainnya

Hal-hal lain sehubungan dengan penyakit infeksi dan parasit


B90-B94
Sequelae penyakit-penyakit infeksi dan parasit
B95-B98
Bakteria, virus dan agen infeksi lainnya
B99
Penyakit-penyakit menular lainnya

Penyakit-penyakit infeksi pada usus (A00-A09)


A00 Cholera
Cholera adalah infeksi akut yang melibatkan semua bagian usus
halus, khas dengan berak encer yang sangat banyak, muntah, kejang
otot, dehidrasi, oliguria, dan pingsan. Penularannya melalui makan dan
minum bahan yang tercemar dengan kotoran orang yang terinfeksi
Vibrio cholerae serogroup 01.
Masa inkubasi adalah 1-3 hari, yang bisa memberikan gejala
ringan atau berat, disusul oleh diare mendadak tanpa nyeri yang bisa
mencapai 1 liter/jam. Kehilangan cairan dan elektrolit akibat toksin
kuman ini merupakan penyebab gejala yang lebih berat. Pengobatan
terutama dengan mengganti cairan dan elektrolit sesegera mungkin,
dan antibiotika.
A00.0Cholera akibat Vibrio cholerae 01, biovar cholerae
Cholera klasik
A00.1Cholera akibat Vibrio cholerae 01, biovar eltor
Cholera El Tor
A00.9Cholera, tidak dijelaskan
A01 Demam typhoid and paratyphoid
Salmonella adalah penyebab utama penyakit diare di seluruh
dunia. Kelompok yang menyerang manusia dan adalah Salmonella
typhi, S. paratyphi A, B, dan C, serta S. sendai.
Salmonella typhi dan S. paratyphi menyebabkan demam tifoid
dan paratifoid yang khas dengan demam, lemah, nyeri perut, dan kulit
kemerahan. Keadaan ini disebut juga demam usus (enteric fever).
Penularannya melalui makanan yang tercemar oleh kotoran atau urin
penderita, menembus dinding usus ke kelenjar limfe dan masuk ke
aliran darah.
Masa inkubasi 8-14 hari, dan gejala diawali oleh demam, sakit
kepala, nyeri sendi, radang tenggorokan, konstipasi, anoreksia, nyeri

dan nyeri tekan perut. Gejala ini bisa diikuti dysuria, batuk kering, dan
epistaxis. Suhu tubuh 39-40oC selama 10-14 hari, menurun pada
minggu ketiga. Gejala sistem syaraf pusat adalah delirium, stupor, atau
koma.
Nekrosis jaringan usus bisa terjadi, di samping ulkus, perdarahan
dan perforasi usus. Kuman yang beredar di darah menyebabkan infeksi
organ seperti osteomyelitis, endocarditis, meningitis, abses jaringan
lunak, glomerulonefritis, dan radang daerah reproduksi.
A01.0Typhoid fever
Infeksi oleh Salmonella typhi
A01.1Paratyphoid fever A
A01.2Paratyphoid fever B
A01.3Paratyphoid fever C
A01.4Paratyphoid fever, tak dijelaskan
Infeksi oleh S. paratyphi NOS
A02 Infeksi salmonella lainnya
Termasuk: Infeksi atau keracunan makanan oleh Salmonella selain S.
typhi dan S. paratyphi
A02.0Enteritis Salmonella
Salmonellosis
A02.1Sepsis Salmonella
A02.2Infeksi salmonella terlokalisir
meningitis salmonella (G01*),
pneumonia salmonella (J17.0*),
arthritis salmonella (M01.3*),
osteomyelitis salmonella (M90. 2*),
penyakit tubulo-interstitial ginjal salmonella (N16.0*)
A02.8Infeksi salmonella lain yang dijelaskan
A02.9Infeksi salmonella, tidak dijelaskan
A03 Shigellosis
Shigellosis adalah infeksi akut usus akibat Shigella, yang
tersebar di seluruh dunia. Jenis yang paling umum adalah Shigella
flexneri (B) dan S. sonnei (D), disusul oleh S. boydii (C) dan yang paling
ganas, S. dysenteriae (A). Penyebarannya melalui makanan yang
tercemar oleh kotoran. Disentri basiler akibat Shigella paling umum
pada anak-anak di daerah endemi, sedangkan orang dewasa agak lebih
tahan terhadap serangannya.
Shigella menembus mukosa kolon dan ujung ileum, menyebabkan
sekresi lendir, hiperemia, infiltrasi lekosit, edema, dan ulkus dangkal
mukosa. Gejalanya berupa diare encer yang disusul gejala disentri
berupa sakit perut, mual dan muntah, serta berak bercampur lendir,

darah dan pus. Pengobatan dengan penggantian cairan tubuh dan


pemberian antibiotika.
A03.0Shigellosis akibat S. dysenteriae; Group A [dysentery ShigaKruse]
A03.1Shigellosis akibat Shigella flexneri; Group B
A03.2Shigellosis akibat Shigella boydii; Group C
A03.3Shigellosis akibat Shigella sonnei; Group D
A03.8Shigellosis lain
A03.9Shigellosis, tidak dijelaskan; disentri basiler NOS
A04 Infeksi usus akibat bakteri lainnya
Escherichia coli biasanya tinggal di saluran pencernaan. Kalau
pembatas anatomis yang menghalanginya rusak, ia menyebar ke
struktur sekitar atau memasuki aliran darah. Situs yang paling sering
diserang E. coli adalah saluran kemih yang dimasuki dari luar; di
samping yang dari dalam seperti hati dan empedu, peritoneum, kulit,
dan paru-paru.
Kecuali:

keracunan makanan, diklasifikasi di tempat lain


enteritis tuberkulosa (A18.3)
A04.0Infeksi E. coli enteropathogenik
A04.1Infeksi E. coli enterotoxigenik
A04.2Infeksi E. coli enteroinvasif
A04.3Infeksi E. coli enterohaemorrhagik
A04.4Infeksi E. coli lain pada usus;
Enteritis Escherichia coli NOS
A04.5Enteritis Campylobacter
A04.6Enteritis akibat Yersinia enterocolitica
Kecuali: yersiniosis extraintestinum (A28.2)
A04.7Enterokolitis akibat Clostridium difficile
Keracunan makanan akibat Clostridium difficile
A04.8Infeksi usus akibat bakteri lain yang dijelaskan
A04.9Infeksi usus akibat bakteri, tidak dijelaskan;
Enteritis bakteri NOS
A05 Keracunan makanan akibat bakteri lain, yang tidak
diklasifikasi di tempat lain
Keracunan makanan oleh enterotoksin (racun yang menyerang
usus) kuman menyebabkan gastroenteritis, misalnya akibat V. cholerae
atau non-cholerae, E. coli, staphylococcus, Clostridium. botulinum, Cl.
perfringens, salmonella, dsb.
Keracunan stafilokokus menyebabkan muntah, diare, sakit perut,
kadang-kadang demam dan sakit kepala. Keracunan Cl. botulinum
memberi gejala syaraf yang dimulai dari kelemahan syaraf kepala, lalu

diikuti syaraf spinal. Gejala antara lain mual, muntah dan sakit perut,
disusul mulut kering, diplopia, blepharoptosis dan penurunan refleks
pupil.
Keracunan makanan oleh Cl. perfringens biasanya ringan, namun
sakit perut, diare berat, penumpukan gas dan perut kembung bisa
menyebabkan kolaps.
Kecuali:

keracunan makanan dan infeksi akibat salmonella (A02.-)


infeksi E. coli (A04.0-A04.4); listeriosis (A32.-);
efek toxik makanan beracun (T61-T62)
A05.0Keracunan makanan akibat staphylococcus
A05.1Botulismus
Keracunan makanan klasik akibat Clostridium botulinum
A05.2Keracunan makanan akibat Cl. perfringens [Cl. welchii];
Enteritis necroticans; Pig-bel
A05.3Keracunan makanan akibat Vibrio parahaemolyticus
A05.4Keracunan makanan akibat Bacillus cereus
A05.8Keracunan makanan akibat kuman lain yang dijelaskan
A05.9Keracunan makanan akibat kuman, tidak dijelaskan
A06 Amoebiasis
Amoebiasis adalah infeksi kolon oleh protozoa Entamoeba
histolytica. Biasanya tanpa gejala, tapi bisa berupa diare ringan sampai
disentri. Penularan melalui kontak makanan dengan kotoran manusia.
Bentuknya bisa berupa trofozoit hidup yang mudah mati, atau kista
yang sangat menular. Kista akan menghasilkan trofozoit di usus halus
yang kemudian dibawa ke kolon, cecum dan appendix.
Trofozoit menembus mukosa kolon, membentuk abses-abses kecil
yang kemudian menyatu dan merusak jaringan sehingga terjadi
perdarahan, edema dan ulkus. Mereka bisa dibawa vena porta ke hati
dan membentuk abses hati, atau menyebar ke paru-paru dan pleura
kanan. Penularan melalui darah bisa mencapai paru-paru, perikardium
dan otak. Gejala bisa berupa diare atau konstipasi, kembung, nyeri
perut, berak berlendir dan berdarah, dan nyeri tekan di hati.
Pengobatan mencakup kemoterapi dan penggantian darah, cairan dan
elektrolit.
Termasuk:: infeksi akibat Entamoeba histolytica
Kecuali: penyakit usus lain akibat protozoa (A07.-)
A06.0Disentri amubik akut;
Amubiasis akut,
Amubiasis usus NOS
A06.1Amubiasis usus kronis
A06.2Kolitis amuba non-disentri
A06.3Amuboma usus;

Amuboma NOS
A06.4Abses hati akibat amuba;
Amubiasis hati
A06.5 Abses paru-paru akibat amoeba (J99.8*);
Abses paru (dan hati)
A06.6 Abses otak amuba (G07*);
Abses amuba otak (dan hati) (dan paru-paru)
A06.7Amubiasis kulit
A06.8Infeksi amuba di situs lain;
Appendisitis amuba,
Balanitis amuba (N51.2*)
A06.9Amubiasis, tak dijelaskan
A07 Penyakit usus akibat protozoa lainnya
Penyakit protozoa usus lain balantidiasis, giardiasis, dan
kriptosporidiosis. Balantidiasis akibat Balantidium coli menyebabkan
ulkus dinding usus, diare, dan disentri. Giardiasis (lambliasis) akibat
Giardia lamblia menyebabkan gangguan penyerapan lemak sehingga
timbul diare. Kriptosporidiosis akibat Cryptosporidia berupa diare akut
tapi berlangsung singkat. Isospora dan protozoa lain juga dapat
menimbulkan gejala pada saluran pencernaan.
A07.0Balantidiasis
Disentri balantidia
A07.1Giardiasis [lambliasis]
A07.2Cryptosporidiosis
A07.3Isosporiasis
Infeksi Isospora belli dan I. hominis;
Coccidiosis usus
Isosporosis usus
A07.8Penyakit usus akibat protozoa lain yang dijelaskan
Trichomoniasis usus
Sarkositosis
Sarkosporidiosis
A07.9Penyakit usus akibat protozoa, tidak dijelaskan
Diare flagellata
Kolitis protozoa, diare protozoa, disentri protozoa.
A08 Infeksi usus oleh virus dan infeksi lain yang dijelaskan
Virus adalah parasit terkecil, partikel molekul intrasel, yang
memiliki inti asam nukleat dan dilapisi protein, yang tergantung pada
sel (bakteri, tanaman, hewan) untuk reproduksi. Virus group enterik
terbagi atas kategori poliomyelitis, coxsackievirus, echovirus dan
enterovirus, dan virus gastroenteritis epidemik. Kategori terakhir ini

yang memberikan gejala pada saluran pencernaan berupa mual dan


muntah, dan bisa berupa rotavirus, Norwalk agents, astrovirus,
adenovirus tipe 40 dan 41, calicivirus, dan agen-agen mirip
coronavirus.
Kecuali:
Influenza yang melibatkan saluran pencernaan (J09, J10.8,
J11.8)
A08.0Enteritis akibat rotavirus
A08.1Gastroenteropati akut akibat Norwalk agent;
Enteritis virus dengan struktur kecil bulat
A08.2Enteritis adenovirus
A08.3Enteritis virus lainnya
A08.4Infeksi usus oleh virus, tidak dijelaskan
Enteritis NOS, gastroenteritis NOS, gastroenteropati NOS akibat
virus.
A08.5Infeksi usus lain yang dijelaskan
A09 Gastroenteritis dan kolitis lain yang asalnya infeksi dan
tidak dijelaskan
Kecuali: akibat bakteri, protozoa, virus dan agen menular lain yang
dijelaskan (A00-A08);
diare non-infeksi (K52.9),
diare non-infeksi neonatus (P78.3)
A09.0Gastroenteritis dan kolitis lain yang asalnya infeksi
Catarrh, enterik atau intestinal
Diarrhoea: berdarah akut, encer akut, disenteri, epidemi
Colitis, enteritis, gastroenteritis: NOS, perdarahan
Diare infeksi NOS
A09.0Gastroenteritis dan kolitis yang tidak dijelaskan

Tuberkulosis (A15-A19)
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi akut atau kronis akibat
Mycobacterium tuberculosis, dan kadang-kadang oleh M. bovis.
Penyakit ini khas dengan keseimbangan antara ketahanan tubuh dan
infeksi, fokus infeksi (di dalam atau di luar paru-paru) bisa aktif
kembali kapan saja, dan sering setelah periode laten yang cukup lama.
Fokus TB memiliki tuberkel berisi sel-sel raksasa dan epitelioid,
cenderung fibrosis, dan perkejuan (caseation) yaitu nekrosis yang tidak
mencair.
Infeksi dengan menghirup bulir cairan (droplet) yang dikeluarkan
batuk dan mengering di udara. Piring dan sprei juga sumber penularan
yang penting. Pada M. bovis, susu sapi menjadi sumber penyebaran.
Pekerja laboratorium bisa terinfeksi melalui inokulasi langsung.

Tubuh yang belum disensitisasi tidak memiliki pertahanan


terhadap TB. Infeksi biasa dimulai pada paru-paru bagian bawah dan
tengah, kuman menyebar ke kelenjar limfe, terus ke aliran darah dan
seluruh tubuh. Dalam 4-10 minggu timbul hipersensitivitas tuberkulin,
area pneumonitis kecil, perbanyakan kuman dihambat, dan infeksi
terhenti.
Perkembangan infeksi selanjutnya tergantung pada usia dan
intensitas kontak. Kasus yang paling menular adalah yang sputumnya
mengandung kuman. Infeksi paling mudah mengenai bayi, disusul oleh
anak-anak dan remaja. Pada usia tua kemungkinan terinfeksi kembali
meningkat.
Termasuk:: infeksi oleh Mycobacterium tuberculosis dan M. bovis
Kecuali:
sequel TB (B90.-), TB kongenital (P37.0)
pneumokoniosis dengan TB (J65), silicotuberculosis (J65)
penyakit HIV yang menyebabkan tuberkulosis (B20.0)
A15 TB pernafasan, dipastikan secara bakteriologis dan
histologis
A15.0TB paru, dipastikan oleh mikroskopis sputum dengan atau tanpa
kultur.
Bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB ,
pneumothoraks TB,
dipastikan oleh mikroskopis sputum dengan atau tanpa kultur
A15.1TB paru, dipastikan oleh kultur saja
Kondisi pada A15.0, dipastikan oleh kultur saja
A15.2TB paru, dipastikan secara histologis
Kondisi pada A15.0, dipastikan secara histologis
A15.3TB paru, dipastikan melalui cara yang tidak dijelaskan
Kondisi pada A15.0, dipastikan tapi tidak jelas secara
bakteriologis atau histologis
A15.4TB kelenjar limfe intratoraks, dipastikan secara bakteriologis dan
histologis
TB kelenjar limfe hilus, mediastinum, trakheobronkus,
dipastikan secara bakteriologis dan histologis
Kecuali: dinyatakan primer (A15.7)
A15.5TB larings, trakhea, glottis dan bronkus, dipastikan secara
bakteriologis dan histologis
TB bronkus, glottis, larings, trakhea, dipastikan secara
bakteriologis dan histologis
A15.6Pleuritis TB, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
TB pleura, empyema TB, dipastikan secara bakteriologis dan
histologis
Kecuali: TB pernafasan primer, dipastikan bakteriologis dan
histologis (A15.7)

A15.7TB pernafasan primer, dipastikan secara bakteriologis dan


histologis
A15.8TB pernafasan lain, dipastikan secara bakteriologis dan histologis
TB mediastinum, nasofarings, hidung, sinus hidung,
dipastikan secara bakteriologis dan histologis
A15.9TB pernafasan yang tidak dijelaskan, dipastikan secara
bakteriologis dan histologis
A16 TB pernafasan, tidak dipastikan secara bakteriologis atau
histologis
A16.0TB paru, secara bakteriologis dan histologis negatif.
Bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB ,
pneumothoraks TB,
secara bakteriologis dan histologis negatif.
A16.1TB paru, pemeriksaan bakteriologis dan histologis tidak
dilakukan
Kondisi pada A16.0, pemeriksaan bakteriologis dan histologis
tidak dilakukan
A16.2TB paru, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau
histologis
TB paru, bronkiektasia TB, fibrosis paru TB, pneumonia TB ,
pneumothoraks TB, NOS (tanpa disebutkan konfirmasi
bakteriologis atau histologis)
A16.3TB kelenjar limfe intratoraks, tanpa disebutkan konfirmasi
bakteriologis atau histologis
TB kelenjar limfe hilus, intratoraks, mediastinum,
trakheobronkus,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
Kecuali: dinyatakan primer (A15.7)
A16.4TB larings, trakhea, glottis dan bronkus, tanpa disebutkan
konfirmasi bakteriologis atau histologis
TB bronkus, glottis, larings, trakhea,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
A16.5Pleuritis TB, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau
histologis
TB pleura, empyema TB, pleuritis TB,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
Kecuali: TB pernafasan primer, dipastikan bakteriologis dan
histologis (A15.7)
A16.7TB pernafasan primer, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis
atau histologis
TB pernafasan primer NOS
Kompleks TB primer

A16.8TB pernafasan lain, tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis


atau histologis
TB mediastinum, nasofarings, hidung, sinus hidung,
NOS (tanpa disebutkan konfirmasi bakteriologis atau histologis)
A16.9TB pernafasan yang tidak dijelaskan, tanpa disebutkan
konfirmasi bakteriologis atau histologis
TB pernafasan NOS
Tuberkulosis NOS
A17 TB sistem syaraf
A17.0 Meningitis TB(G01*)
TB meningen, leptomeningitis TB
A17.1 Tuberkuloma meningen (G07*)
A17.8 TB lain sistem syaraf
Meningoensepfalitis TB (G05.0*), myelitis TB (G05.0*),
Tuberkuloma otak atau medulla spinalis, TB otak atau medulla
spinalis (G07*),
Abses TB otak (G07*),
Polyneuropathy TB (G63.0*)
A17.9 TB sistem syaraf, tidak dijelaskan (G99.8*)
A18 TB organ lain
A18.0 TB tulang dan sendi
TB panggul (M01.1*), TB lutut (M01.1*), arthritis TB (M01.1*),
TB kolom vertebra (M49.0*), Synovitis TB (M68.0*), tenosynovitis
TB (M68.0*)
Mastoiditis TB (H75.0*),
Osteitis TB (M90.0*), osteomyelitis TB (M90.0*), nekrosis TB
tulang (M90.0*),
A18.1TB sistem genitourinarius
TB ginjal (N29.1*), TB ureter (N29.1*), TB bladder (N33.0*),
TB organ genital pria (N51.-*),
TB cervix (N74.0*),
Pelvic inflammatory disease TB wanita (N74.1*)
A18.2Limfadenopati perifer TB,
Adenitis TB
Kecuali:
Adenopati trakheobronkus TB, TB kelenjar limfe
intratoraks (A15.4, A16.3)
TB kelenjar limfe mesenterik dan retroperitoneum (A18.3),
A18.3TB usus, peritoneum, dan kelenjar mesenterika
Asites TB, TB kelenjar limfe retroperitoneum

Peritonitis TB (K67.3*)
TB anus dan rektum, TB usus (halus, besar), enteritis TB
(K93.0*),
A18.4TB kulit dan jaringan subkutis
Erythema induratum TB, scrofuloderma
Lupus exedens, lupus vulgaris NOS,
Lupus vulgaris kelopak mata (H03.1*),
Kecuali:
lupus erythematosus (L93.-),
lupus erythematosus systemic (M32.-)
A18.5TB mata
Episcleritis TB (H19.0*),
Keratitis interstitialis TB (H19.2*), keratoconjunctivitis TB
(H19.2*)
Iridocyclitis TB (H22.0*),
Chorioretinitis TB (H32.0*),
Kecuali: lupus vulgaris kelopak (A18.4)
A18.6TB telinga
Otitis media TB (H67.0*)
Kecuali: TB mastoiditis (A18.0)
A18.7 TB kelenjar adrenal (E35.1*),
Penyakit Addison pada TB
A18.8TB organ lain yang dijelaskan:
TB kel. tiroid (E35.0*),
TB perikardium (I32.0*), TB endokardium (I39.8*),
TB miokardium (I41.0*), Arteritis serebri TB (I68.1*)
TB esofagus (K23.0*)
A19 TB miliaris
Termasuk: TB disseminata, TB generalisata, poliserositis TB
A19.0TB miliaris akut pada situs tunggal yang disebutkan
A19.1TB miliaris akut pada situs ganda
A19.2TB miliaris akut, tidak dijelaskan
A19.8TB miliaris lainnya
A19.9TB miliaris, tidak dijelaskan

Penyakit kuman zoonotik tertentu (A20-A28)


Penyebab: kuman yang biasa hidup pada hewan dan kemudian
ditularkan ke manusia
A20 Plague

Plague adalah penyakit infeksi akut berat yang dikenal sebagai


epidemi Black Death pada abad pertengahan, akibat Yersinia
(Pasteurella) pestis yang masuk melalui gigitan kutu tikus terinfeksi,
diikuti demam, delirium dan muntah. Jenis yang menonjol adalah
bubonic dengan pembesaran padat kelenjar limfe aksilla atau
perineum yang sangat nyeri, kulit di atasnya merah, hati dan limpa
membesar, gelisah dan bingung, dengan kematian 60% dalam 3-5 hari
Bentuk pneumonic (pada kelenjar limfe paru-paru) plague
menyebabkan batuk darah dan dapat membunuh penderitanya dalam
48 jam.
Termasuk: infeksi akibat Yersinia pestis
A20.0Bubonic plague
A20.1Cellulocutaneous plague
A20.2Pneumonic plague
A20.3Plague meningitis
A20.7Septicaemic plague
A20.8Bentuk-bentuk lain plague
Plague abortif,
Plague asimptomatik
Pestis minor
A20.9Plague, tidak dijelaskan
A21 Tularaemia
Tularemia adalah penyakit infeksi akut yang biasanya khas
dengan lesi ulseratif lokal, gejala sistemik yang menonjol, dan keadaan
seperti demam tifus, bakteremia, dan pneumonia. Penyebabnya
Francisella (Pasteurella, Brucella) tularensis yang memasuki tubuh
melalui makanan, inokulasi, atau kontaminasi. Ia bisa menembus kulit
yang utuh. Type A yang ganas hidup pada kelinci, dan type B yang
lebih jinak hidup pada tikus.
Empat jenis klinis tularemia adalah ulceroglandular (87%)
dengan lesi utama di tangan dan jari, oculoglandular dengan infeksi
pada mata dan radang pada kelenjar limfe di sisi tubuh yang sama,
glandular dengan limfadenitis regional, mungkin akibat termakan, dan
jenis tifoid dengan nyeri perut dan demam. Gejalanya nyeri kepala
berat, demam tinggi dan pembesaran kelenjar limfe. Kematian 6%
pada kasus yang tidak diobati.
Termasuk: deer-fly fever, infeksi akibat Francisella tularensis, rabbit
fever
A21.0Ulceroglandular tularaemia
A21.1Oculoglandular tularaemia
Ophthalmic tularaemia
A21.2Pulmonary tularaemia
A21.3Gastrointestinal tularaemia
Abdominal tularaemia

A21.7Generalized tularaemia
A21.8Bentuk-bentuk lain tularaemia
A21.9Tularaemia, tidak dijelaskan
A22 Anthrax
Disebabkan oleh Bacillus anthracis, anthrax sangat menular pada
hewan ternak. Infeksi pada manusia biasanya melalui kulit, selain
menelan dan menghirup sporanya. Pada infeksi kulit timbul papula,
vesikula dan eksudasi. Bisa terjadi limfadenopati, lemah, myalgia, sakit
kepala, demam, mual dan muntah. Jenis pernafasan paling berbahaya
karena spora dengan cepat memperbanyak diri, diikuti oleh nekrosis
pada kelenjar limfe paru-paru, dan menyebar ke meningen dan otak.
Termasuk: infeksi akibat Bacillus anthracis
A22.0Anthrax kulit
Karbunkel ganas, pustula ganas
A22.1Anthrax pernafasan
Anthrax inhalasi, Penyakit Ragpicker, Penyakit Woolsorter
A22.2Anthrax gastrointestinum
A22.7Sepsis anthrax
A22.8Bentuk-bentuk lain anthrax
Meningitis anthrax (G01*)
A22.9Anthrax, tidak dijelaskan
A23 Brucellosis
Brucellosis disebabkan oleh Brucella melitensis (kambing dan
domba), B. suis (caribou), dan B. canis (anjing). Infeksi terjadi akibat
menelan susu atau produk susu (butter dan keju) hewan terinfeksi.
Penyakit ini khas dengan stadium demam akut dengan sedikit tanda
lokal, dan stadium kronis dengan demam naik turun (undulant fever),
lemah, dan keringatan, namun jarang membawa kematian.
Termasuk: Demam: Malta, Mediterranean, undulant
A23.0Brucellosis akibat B. melitensis
A23.1Brucellosis akibat B. abortus
A23.2Brucellosis akibat B. suis
A23.3Brucellosis akibat B. canis
A23.8Brucellosis lain
A23.9Brucellosis, tidak dijelaskan
A24 Glanders and melioidosis
Glanders disebabkan oleh Pseudomonas mallei, yaitu bakteri
kuda, dengan gejala demam tinggi dan radang kelenjar limfe.

Melioidosis disebabkan oleh Ps. pseudomallei melalui kulit yang lecet;


jarang secara langsung dari hewan atau pasien yang terinfeksi. Gejala
yang paling umum pada infeksi pernafasan akut adalah pneumonia
nekrotikans. Pada infeksi septikemik, bisa terjadi kebingungan, sesak
nafas, faringitis, demam tinggi, dan sianosis, serta nyeri hebat pada
otot. Kematian biasanya <10%.
A24.0Glanders
Infeksi akibat Pseudomonas mallei
Infeksi akibat Burkholderia mallei
Malleus
A24.1Melioidosis akut dan fulminant
Melioidosis: pneumonia, sepsis
A24.2Melioidosis subakut dan kronis
A24.3Melioidosis lain
A24.4Melioidosis, tidak dijelaskan
Infeksi Pseudomonas pseudomallei NOS;
Infeksi akibat Burkholderia pseudomallei NOS, Penyakit
Whitmore
A25 Rat-bite fevers demam gigitan tikus
Terdapat dua jenis demam yang timbul setelah gigitan tikus ini,
yaitu spirillosis dan streptobacillosis. Spirillosis disebabkan oleh
Spirillum minus, yang menimbulkan radang di tempat gigitan 10 hari
kemudian, setelah luka gigitan itu sembuh, diikuti oleh demam
berulang dan limfadenitis regional. Jenis streptobacillosis disebabkan
oleh Streptobacillus moniliformis, yang menimbulkan gejala 10 hari
setelah gigitan berupa demam menggigil, muntah, sakit kepala, dan
nyeri punggung dan sendi.
A25.0Spirillosis
Sodoku
A25.1Streptobacillosis
Erythema arthritik epidemik, Demam Haverhill,
Streptobacillary rat-bite fever
A25.9Rat-bite fever, tidak dijelaskan
A26 Erysipeloid
Erysipeloid adalah infeksi akut kulit akibat Erysipelothrix
rhusiopathiae yang biasa menyerang babi. Infeksi sering melalui luka
pada tangan yang mengolah jaringan hewan ini. Gejala berupa sembab
lokal yang mengganggu pekerjaan selama 2-3 minggu.
A26.0Cutaneous erysipeloid; Erythema migrans
A26.7Erysipelothrix sepsis

A26.8Bentuk-bentuk lain erysipeloid


A26.9Erysipeloid, tidak dijelaskan
A27 Leptospirosis
Leptospirosis adalah infeksi akibat Leptospira yang hidup pada
hewan piaraan atau liar, yang menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
Kontak terjadi melalui urine, jaringan tubuh, dan tanah atau air. Gejala
sakit kepala, nyeri otot, demam dan menggigil pada fase leptospiremia;
disusul oleh fase imun. Pada infeksi berat bisa terjadi jaundice,
azotemia (terdapatnya urea dan komponen nitrogen lain di darah),
perdarahan, gangguan kesadaran dan demam. Gejala pada ginjal
berupa proteinuria, pyuria, dan hematuria.
A27.0Leptospirosis icterohaemorrhagica
Leptospirosis akibat L. interrogans serovar icterohaemorrhagiae
A27.8Bentuk-bentuk lain leptospirosis
A27.9Leptospirosis, tidak dijelaskan
A28 Penyakit bakteri zoonotik lain, not elsewhere classified
A28.0Pasteurellosis
A28.1Cat-scratch disease
Cat-scratch fever
A28.2Extraintestinal yersiniosis
Kecuali:
enteritis akibat Y. enterocolitica (A04.6)
plague (A20.-)
A28.8Penyakit bakteri zoonotik lain yang dijelaskan, not elsewhere
classified
A28.9Penyakit bakteri zoonotik, tidak dijelaskan

Penyakit bakteri lainnya (A30-A49)


A30 Leprosy [Hansen's disease]
Lepra adalah penyakit infeksi Mycobacterium leprae, diduga
sangat menular tapi keganasannya rendah dan menyukai daerah tubuh
yang lebih sejuk seperti kulit, membran mukosa dan syaraf perifer. Lesi
kulit dan lesi syaraf perifer mendominasi penemuan klinis awal. Lepra
dibagi menurut derajat imunitas penderitanya.
Lepra indeterminata sulit didiagnosa. Lesi awal pada kulit
biasanya berupa makula berbatas kabur, agak pucat atau kemerahan
dengan diameter 1-2 cm. Ini adalah radang tidak khas yang melibatkan
pembuluh darah, kelenjar keringat dan sebasea, folikel rambut, dan
syaraf kulit. Lesi ini cenderung sembuh spontan, tapi bisa pula menjadi
tiga bentuk, yaitu lepra tuberkuloid (TT), lepromatosa (LL), dan
borderline (dimorpheus).

Lepra TT khas dengan lesi kulit yang awalnya terlokalisir pada


kulit atau syaraf perifer. Lesi kulit cenderung besar berbatas tegas,
berjumlah satu atau beberapa, tidak berasa, dan tidak simetris.
Respons radang sangat aktif, dengan sel-sel epitelioid dan sel-sel
Langhan mirip dengan tuberkel yang dikelilingi banyak sel limfosit.
Basil sedikit dan sulit ditemukan. Nekrosis kaseasi (perkejuan) dapat
merusak bundel syaraf dengan akibat paralisis yang terfokus pada
daerah tertentu. Pertahanan tubuh cukup tinggi dan kesembuhan
spontan bisa terjadi; namun, syaraf perifer dapat rusak.
Lepra LL. adalah infeksi umum yang melibatkan kulit, mulut,
hidung dan membran mukosa pada pernafasan atas, permukaan depan
hidung, syaraf kulit dan perifer, sistem retikulo-endotel, kelenjar
adrenal, dan testes. Seluruh permukaan tubuh bisa terlibat begitu luas,
disertai oleh basilemia lepra berkadar tinggi. Makula paling banyak,
disertai oleh papula, nodula, atau plak. Basil mudah ditemukan pada
sampel jaringan. Resistensi pasien terhadap basil rendah, dan penyakit
yang tidak diobati akan progresif.
Lepra borderline memiliki kombinasi gambaran klinis dan
patologis TT dan LL, yaitu borderline-tuberkuloid (BT), mid-borderline
(BB), dan borderline-lepromatosa (BL), tergantung pada jumlah relatif
basil, limfosit, sel epitelioid, dan makrofag. Jenis borderline ini tidak
stabil dan bisa berubah menjadi TT atau LL.
Lesi syaraf kulit sering menimbulkan anestesia pada lesi
tersebut. Lesi pada serat syaraf yang lebih besar akan menyebabkan
anestesi pada seluruh daerah yang disyarafinya. Anestesia ini
menyebabkan pasien tidak menyadari kerusakan yang terjadi pada
anggota tubuh. Lepra juga bisa merusak hidung, daun telinga, alis
mata, atau testis.
Termasuk: infeksi akibat Mycobacterium leprae
Kecuali:
Sekuel lepra (B92)
A30.0Indeterminate leprosy
Lepra I
A30.1Tuberculoid leprosy
Lepra TT
A30.2Borderline tuberculoid leprosy
Lepra BT
A30.3Borderline leprosy
Lepra BB
A30.4Borderline lepromatous leprosy
Lepra BL
A30.5Lepromatous leprosy
Lepra LL
A30.8Bentuk lain leprosy
A30.9Lepra, tidak dijelaskan

A31 Infeksi akibat mikobakteria lain


Kecuali
: tuberculosis (A15-A19), leprosy (A30.-)
A31.0Infeksi mikobakterium pada paru-paru
Infeksi akibat M. avium, M. intracellulare [Battey bacillus], M.
kansasii
A31.1Infeksi mikobakterium pada kulit
Buruli ulcer
Infeksi akibat M. marinum, M. ulcerans
A31.8Infeksi mikobakterium lainnya
A31.9Infeksi mikobakterium, tidak dijelaskan
Infeksi mikobakterium tidak khas NOS, Mycobacteriosis NOS
A32 Listeriosis
Listeriosis disebabkan oleh Listeria monocytogenes dengan
manifestasi yang bervariasi menurut patogenesis, situs, dan usia
pasien. Infeksi terjadi melalui minum susu atau produk keju yang
terinfeksi, atau kontak langsung. Pada orang dewasa, meningitis
merupakan bentuk umum listeriosis, sedangkan endokarditis dan
listeriosis typhoid (dengan bakteremia dan demam tinggi) jarang
terjadi. Kontak pada konjungtiva bisa menyebabkan infeksi kelenjar
mata dengan oftalmitis.
Termasuk: infeksi listeria melalui makanan
Kecuali:
listeriosis neonatus (disseminata) (P37.2)
A32.0Listeriosis kulit
A32.1 Meningitis and meningoencephalitis listeria
Meningitis listeria (G01*); meningoencephalitis listeria (G05.0*)
A32.7Sepsis listeria
A32.8Bentuk lain listeria
Endocarditis listeria (I39.8*)
Arteritis cerebri Listeria (I68.1*),
Listeriosis okuloglandular
A32.9Listeriosis, tidak dijelaskan
A33 Tetanus neonatorum
Tetanus khas dengan spasme tonik berulang otot sadar, terjadi
setelah luka, dan bisa terjadi pada prosedur kebidanan dan bayi baru
lahir. Spasme otot rahang memberinya nama lockjaw atau rahang
terkunci. Penyebabnya exotoksin (tetanospasmin) Clostridium tetani,
basil anaerob yang sporanya stabil bertahun-tahun, bisa terdapat di
tanah dan kotoran binatang..
Tetanospasmin memasuki syaraf pusat melalui syaraf motorik
atau aliran darah. Toksin berikatan pada sinaps dan menyebabkan

kekakuan umum, dengan masa inkubasi 2-50 (biasanya 5-10) hari.


Gejala yang paling sering kekakuan rahang sehingga sulit membuka
mulut (trismus), di samping spasme otot muka sehingga terlihat seperti
senyum terfiksir dengan alis mata naik (risus sardonicus). Kekakuan
otot perut, leher dan punggung malah opisthotonus bisa terjadi.
Spasme sfingter menyebabkan retensi urin dan konstipasi. Sensoris
biasanya jernih, tapi koma bisa segera timbul setelah kejang.
A34 Tetanus obstetri
A35 Tetanus lain, Tetanus NOS

A36 Diphtheria
Difteri adalah penyakit menular akut akibat Corynebacterium
diphtheriae, khas dengan pseudomembran fibrinosa pada mukosa
pernafasan, dan kerusakan jaringan miokardium dan syaraf akibat
eksotoksin. Difteri kulit juga umum terjadi. Tiga jenis C. diphtheriae,
yaitu mitis, intermedius, dan gravis, yang menyebar melalui sekresi
orang yang terinfeksi. Biasanya kuman bersarang di tonsil atau
nasofarings. Jenis toksigenik menghasilkan eksotoksin yang mematikan
sel-sel di sekitarnya dan sel-sel yang jauh karena dibawa oleh darah.
Lesi patologis ditemukan di saluran nafas, orofarings, miokardium,
sistem syaraf, dan ginjal.
Membran di daerah tonsil, bewarna abu-abu kotor, keras dan
berfibrin,
melekat
dengan
erat
sehingga
pembuangannya
menyebabkan perdarahan. Edema larings dan farings bisa menyumbat
pernafasan. Tanpa antitoksin bisa terjadi miokarditis dan kegagalan
jantung, serta kelumpuhan otot mulut, rahang dan tenggorok (bulbar
paralysis)
A36.0Difteri farings
Angina membranosa difteri, Difteri tonsil
A36.1Difteri nasofarings
A36.2Difteri larings,
Laringotrakheitis difteri
A36.3Difteri kulit
Kecuali: erythrasma (L08.1)
A36.8Difteri lain
Konjungtivitis difteri (H13.1*); miokarditis difteri (I41.0*),
polyneuritis difteri (G63.0*)
A36.9Diphtheria, tidak dijelaskan
A37 Whooping cough
Batuk rejan atau pertussis ini akut, sangat menular, khas dengan
batuk paroksismal spasmodik (tiba-tiba dan terus-menerus) yang

biasanya berakhir dengan inspirasi panjang, berbunyi dengan nada


tinggi (whoop). Penyebabnya adalah Bordetella pertussis. Bentuk
yang lebih ringan disebabkan oleh B. parapertussis.
Infeksi karena menghirup kuman yang disebarkan pasien lain ke
udara. Pertussis bisa menyerang setiap usia, walaupun lebih dari
separo berusia di bawah 2 tahun. Masa inkubasi 7-14 hari, penyakit
berlangsung selama 6 minggu. Stadium kataralis berlangsung ringan,
dengan batuk, air mata, dan tanda pilek lain. Stadium paroksismal
terjadi setelah 10-14 hari, dengan 5 sampai >15 batuk berturut-turut
dengan cepat, diakhiri dengan pernafasan dalam dan berbunyi. Setelah
beberapa pernafasan normal, paroksisma dimulai kembali. Stadium
kataralis dan paroksismal awal sangat menular. Stadium penyembuhan
terjadi setelah 4 minggu, batuk menurun frekuensi dan beratnya. Lama
penyakit rata-rata 51 hari (3 minggu 3 bulan).
A37.0Whooping
A37.1Whooping
A37.8Whooping
A37.9Whooping

cough disebabkan Bordetella pertussis


cough disebabkan Bordetella parapertussis
cough disebabkan spesies Bordetella lain
cough, tidak dijelaskan

A38 Scarlet fever


Skarlatina
Kecuali:
sore throat akibat streptokokus
Skarlatina disebabkan Streptokokus group A yang membuat
erythrotoxin, menyebabkan warna merah pada kulit. Gejala yang khas
antara lain circumoral pallor yaitu kelihatan pucat di sekitar mulut
karena muka sangat merah, lidah strawberry karena papilla
menonjol pada lapisan merah terang, dan Pastias lines berupa garis
merah gelap di lipatan kulit.

A39 Infeksi meningokokus


Meningokokus dapat menyebabkan infeksi pada meningen,
adrenal, jantung, dan sebagainya. Ia juga menyebabkan bakteremia
dengan sifat akut atau kronis.
A39.0 Meningitis meningokokus (G01*)
A39.1 Sindroma Waterhouse-Friderichsen (E35.1*);
Adrenalitis haemoragika meningokokus
Sindroma adrenal meningokokus
A39.2Acute meningococcaemia
A39.3Chronic meningococcaemia
A39.4Meningokokaemia, tidak dijelaskan;
Bakteremia meningokokus NOS
A39.5 Penyakit jantung meningokokus

Pericarditis meningokokus (I32.0*)


Endocarditis meningokokus (I39.8*),
Myocarditis meningokokus (I41.0*),
Karditis meningokokus NOS (I52.0*)
A39.8Infeksi meningokokus lain
Encephalitis meningokokus meningokokus (G05.0*)
Konjunctivitis meningokokus (H13.1*)
Retrobulbar neuritis meningokokus (H48.1*)
Arthritis meningokokus (M01.0*)
Artritis pasca-meningokokus (M03.0*)
A39.9Infeksi meningokokus , tidak dijelaskan
Penyakit meningokokus NOS
A40 Sepsis streptokokus
Septikemia adalah terdapatnya kuman di dalam darah
(bakteremia) yang disertai oleh manifestasi klinis infeksi tersebut.
Bakteremia umumnya, dan biasanya sementara, menyertai berbagai
tindakan bedah (misalnya insisi abses); atau akibat kolonisasi kuman
pada saluran infus atau kateter kandung kemih yang terpasang lama
Demam hampir selalu menyertai septikemia, dengan awalnya
menggigil. Erupsi pada kulit sering terjadi
Kecuali:
setelah:
abortus atau hamil ektopik atau mola (O03-O07,
O08.0),
infus, transfusi atau injeksi terapi (T80.2),
immunisasi (T88.0),
ketika melahirkan (O75.3), masa nifas (puerperal) (O85)
pada neonatus (P36.0-P36.1)
pasca-prosedur (T81.4),
A40.0Sepsis akibat streptokokus, group A
A40.1Sepsis akibat streptokokus, group B
A40.2Sepsis akibat streptokokus, group D
A40.3Sepsis akibat Streptococcus pneumoniae,
Sepsis pneumokokus
A40.8Sepsis akibat streptokokus lainnya
A40.9Sepsis akibat streptokokus, tidak dijelaskan
A41 Sepsis lain
Kecuali:
melioidosis sepsis (A24.1), plague sepsis (A20.7)
toxic shock syndrome (A48.3), bacteraemia NOS (A49.9)
setelah: abortus atau hamil ektopik atau mola (O03-O07,
O08.0),

infus, transfusi atau injeksi terapi (T80.2),


immunisasi (T88.0),
selama melahirkan (O75.3)
sepsis (akibat)(pada):
tularaemia (A21.7), anthrax (A22.7), Erysipelothrix (A26.7),
yersiniosis extraintestinum (A28.2), listeria (A32.7),
meningokokus (A39.2-A39.4), streptokokus (A40.-),
aktinomikotik (A42.7), gonokokus (A54.8),
herpesvirus (B00.7), kandida (B37.7),
puerperal (O85), neonatal (P36.-), pasca-prosedur (T81.4),
A41.0Sepsis akibat Staphylococcus aureus
A41.1Sepsis akibat stafilokokus lain yang disebutkan
Sepsis akibat stafilokokus koagulase-negatif
A41.2Sepsis akibat stafilokokus yang tidak dijelaskan
A41.3Sepsis akibat Haemophilus influenzae
A41.4Sepsis akibat kuman anaerob
Kecuali: gas gangrene (A48.0)
A41.5Sepsis akibat organisme Gram-negative lain
Sepsis Gram-negative NOS
A41.8Sepsis lain yang dijelaskan
A41.9Sepsis, tidak dijelaskan;
Septic shock, sepstikemia

A42 Actinomycosis
Aktinomikosis adalah penyakit infeksi kronis yang khas dengan
banyak sinus yang mengalirkan cairan dan disebabkan mikroorganisme
gram positif anaerob yang sering terdapat pada gusi, tonsil, dan gigi,
yaitu Actinomyces israelii..
Penyakit ini sering terdapat pada pria dewasa. Pada bentuk yang
paling umum, cervicofacialis, tempat masuk utama adalah gigi yang
membusuk. Bentuk lain adalah pulmonalis akibat terhirupnya sekresi
mulut; dan abdominalis akibat pecahnya mukosa suatu divertikulum
atau appendix. Lesi yang khas berupa daerah mengeras berisi abses
kecil-kecil yang saling berhubungan dikelilingi oleh jaringan granulasi.
Penyakit menyebar ke jaringan yang berdekatan, dan kadang-kadang
melalui aliran darah.
Bentuk servikofasialis dimulai dengan bengkak di bawah mukosa
mulut atau kulit leher. Area yang melunak akan menjadi sinus dengan
fistula berisi cairan seperti granul sulfur kuning, dengan diameter 1
mm. Pada bentuk pulmonalis, serangan diikuti oleh nyeri dada, demam,
batuk produktif, dan perforasi dinding dada oleh saluran sinus. Bentuk
abdominalis menyerang cecum, appendix, dan peritoneum; khas

dengan nyeri, demam, muntah, diare atau konstipasi, dan kurus. Massa
abdomen biasa terdapat, dan pada dinding bisa muncul sinus dan
fistula. Bentuk generalisata disebabkan oleh septikemia, menyebar
melalui darah ke kulit, vertebrae, otak, hati, ginjal, ureter dan organ
pelvis (wanita).
Kecuali : Kecuali: actinomycetoma (B47.1)
A42.0Aktinomikosis pulmonalis
A42.1Aktinomikosis abdominalis
A42.2Aktinomikosis servikofasialis
A42.7Sepsis aktinomikosis
A42.8Bentuk lain aktinomikosis
A42.9Aktinomikosis, tidak dijelaskan
A43 Nocardiosis
Nokardiosis adalah penyakit infeksi akut atau kronis yang
menimbulkan granuloma dan nanah di seluruh tubuh, akibat Nocardia
asteroides, suatu saprofit tanah. Organisme ini
biasanya masuk
melalui paru-paru, sering menyerang orang tua yang lemah.
Penyebaran melalui aliran darah dan menimbulkan abses di otak,
kadang-kadang di ginjal atau organ lain.
A43.0Nokardiosis pulmonalis
A43.1Nokardiosis kulit
A43.8Bentuk lain nokardiosis
A43.9Nokardiosis, tidak dijelaskan
A44 Bartonellosis
Disebabkan Bartonella bacilliformis dan hanya di Amerika
Selatan, khas dengan anemia dan demam (demam Oraya) atau erupsi
kulit yang kronis (Verruga peruana)
A44.0Bartonellosis sistemik
Demam Oroya
A44.1Bartonellosis kulit dan mukosa kulit
Verruga peruana
A44.8Bentuk lain bartonellosis
A44.9Bartonellosis, tidak dijelaskan
A46 Erysipelas
Erisipelas adalah selulitis permukaan akibat Streptokokus
hemolitikus Group A, sering melibatkan muka, lengan atau tungkai.
Selulitis adalah radang akut menyebar rata pada jaringan padat seperti
kulit atau bawah kulit, jarang pada struktur yang lebih dalam, dan khas

dengan hiperemia, infiltrasi lekosit, dan edema tanpa nekrosis atau


pernanahan Lesi berbatas tegas, sembab, merah mengkilat, dan nyeri
tekan; sering disertai oleh vesikel dan bulla. Garis-garis merah perifer
dan limfadenopati regional kadang-kadang muncul; sedangkan demam
tinggi, menggigil dan lesu umum terjadi. Erisipelas bisa muncul
berulang dan menyebabkan limfedema kronis. Tempat masuk kuman
bisa dari infeksi jamur pada sela jari kaki.
Kecuali : erisipelas nifas (O86.8)
A48 Penyakit bakteri lain, not elsewhere classified
Gas gangrene disebabkan oleh Clostridium perfringens dengan
nekrosis pada otot dan selulitis, sering pada kaki. Penyakit
Legionnnaires disebabkan oleh Legionella pneumophila, menyerang
American Legion di Philadelphia tahun 1976, menyebabkan gejala
pernafasan berupa pneumonia. Bentuk yang lebih ringan tidak
menyebabkan pneumonia, cuma mirip flu.
TSS atau toxic shock syndrome khas dengan demam tinggi,
muntah, diare, bingung, kulit merah, dan bisa syok; diduga akibat
Staphylococcus aureus, sering pada wanita menstruasi akibat
pemakaian tampon, atau laki-laki pascabedah. Muncul tahun 1978,
menurut drastis tahun 1981 setelah penarikan beberapa jenis tampon
dari pasaran. Demam purpura (kulit keunguan seperti lecet) Brazilia
disebabkan oleh infeksi sistemik Hemophilus aegyptus
Kecuali : actinomycetoma (B47.1)
A48.0Gas gangrene
Clostridial: cellulitis, myonecrosis
A48.1Penyakit Legionnaires
A48.2Penyakit Legionnaires Nonpneumonic [demam Pontiac]
A48.3Toxic shock syndrome
Kecuali: Sepsis NOS (A41.9), syok endotoxik NOS (R57.8)
A48.4Brazilian purpuric fever;
Infeksi sistemik Haemophilus aegyptius
A48.8Penyakit bakteri lain yang dijelaskan
A49 Infeksi bakteri, situs tidak dijelaskan
Kecuali:
infeksi meningokokus NOS (A39.9),
infeksi spirokhaeta NOS (A69.9)
infeksi chlamydia NOS (A74.9),
infeksi rickettsia NOS (A79.9),
bakteri penyebab penyakit yang diklasifikasikan pada bab lain
(B95-B96),
A49.0Infeksi stafilokokus, tempat tidak dijelaskan
A49.1Infeksi streptokokus, tempat tidak dijelaskan

A49.2Infeksi Haemophilus influenzae, tempat tidak dijelaskan


A49.3Infeksi Mycoplasma, tempat tidak dijelaskan
A49.8Infeksi bakteri lain dengan tempat tidak dijelaskan
A49.9Infeksi bakteri, tidak dijelaskan;
Bacteraemia NOS

Infeksi yang terutama ditularkan hubungan seks (A50A64)


Kecuali: penyakit human immunodeficiency virus [HIV] (B20-B24)
uretritis nonspesifik and uretritis non-gonokokus (N34.1)
penyakit Reiter's (M02.3)
A50 Sifilis kongenital
Sifilis (lues) adalah penyakit sistemik menular akibat spirochete
Treponema pallidum, khas dengan stadium klinis dan laten (tanpa
gejala) bertahun-tahun. T. pallidum bisa menyerang semua jaringan
dan organ, atau ditularkan ibu ke janin melalui plasenta (sifilis
kongenital). Sifilis dapat dideteksi oleh uji serologik sifilis (Serologic
Tests for Syphilis - STS) pada wanita hamil sehingga penularan ke anak
dapat dicegah.
Sifilis kongenital terbagi atas jenis dini, yang gejalanya muncul
sebelum usia 2 tahun, dan jenis lanjut. Pada sifilis kongenital dini, lesi
kulit berupa erupsi bullosa atau rash makula merah tembaga di telapak
tangan dan kaki, dan papula di hidung, mulut dan daerah diaper. Berat
badan sulit naik, terlihat seperti orang tua, retak-retak di sekitar mulut
(rhagades), hidung mengeluarkan sekret mukopurulenta atau bernoda
darah, hati dan limpa membesar, dan limfadenopati umum. Bisa timbul
meningitis, choroiditis (pada mata), hydrocephalus, kejang, atau
retardasi mental. Pada 3 bulan pertama kelahiran bisa terjadi
pseudoparalysis akibat osteochondritis (chondroepiphysitis). Gejala
yang khas adalah Triad Hutchinson, yaitu (1) keratitis interstitialis
yang dapat menyebabkan parut kornea, (2) insisor Hutchinson (insisor
atas sempit dengan cekungan), dan (3) tuli syaraf akibat kerusakan NC
VIII (n. auditorius).
Tahap laten bisa berlangsung seumur hidup. Stadium lanjut
ditandai ulkus gusi yang dapat menyerang hidung, septum dan palatum
durum, penonjolan os frontalis dan parietalis, tibia mirip pedang (saber
shins), neurosifilis meningen atau otak, dan atrofi mata. Bisa juga
terjadi gangguan perkembangan maksilla sehingga
wajah mirip
bulldog
A50.0Sifilis kongenital dini, dengan gejala
Setiap kondisi sifilis kongenital yang dinyatakan dini atau muncul
dalam waktu kurang dari dua tahun sejak lahir

Sifilis kongenital dini: kulit, mukokutan, viseral


Rhinitis, faringitis, laringitis, pneumonia: sifilitika kongenital dini
Okulopati, osteokondrodistrofi: sifilitika kongenital dini
A50.1Sifilis kongenital dini, latent
Sifilis kongenital tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi
serologis positif dan uji cairan spinal negatif, kurang dari dua
tahun sejak lahir.
A50.2Sifilis kongenital dini, tidak dijelaskan
Sifilis kongenital NOS kurang dari dua tahun sejak lahir
A50.3Okulopati sifilitika kongenital lanjut
Keratitis interstitialis sifilitika kongenital lanjut
(H19.2*)
Okulopati sifilitika kongenital lanjut NEC (H58.8*)
Kecuali: Triad Hutchinson (A50.5)
A50.4Neurosifilis kongenital lanjut [neurosifilis juvenile]
Dementia paralytica juvenilis
Juvenile: general paresis, tabes dorsalis, taboparetic
neurosyphilis
Meningitis (G01*), encephalitis (G05.0*): sifilitika kongenital
lanjut
Polyneuropathy (G63.0*) sifilitika kongenital lanjut
Kecuali: Triad Hutchinson (A50.5)
A50.5Sifilis kongenital lanjut lain dengan gejala klinis
Setiap kondisi sifilis kongenital yang dinyatakan lanjut atau
muncul dua tahun atau lebih sejak lahir
Syphilitic saddle nose [pangkal hidung mencekung seperti sadel]
Gigi atau triad Hutchinson
Clutton's joints (M03.1*): [sendi lutut membengkak]
Artropati sifilitika (M03.1*), osteokhondropati sifilitika
(M90.2*)
Sifilis kardiovaskuler kongenital lanjut (I98.0*),
A50.6Sifilis kongenital lanjut, latent
Sifilis kongenital tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi
serologis positif dan uji cairan spinal negatif, dua tahun atau
lebih sejak lahir
A50.7Sifilis kongenital lanjut, tidak dijelaskan
Sifilis kongenital NOS dua tahun atau lebih sejak lahir
A50.9Sifilis kongenital, tidak dijelaskan

A51 Sifilis dini


T. pallidum masuk melalui membran mukosa atau kulit pada
kontak seksual, termasuk orogenital, anorektum, ciuman atau kontak

tubuh. Dalam beberapa jam ia mencapai kelenjar limfe regional dan


menyebar ke seluruh tubuh. Masa inkubasi biasanya 3-4 minggu.
Gejala bisa muncul pada berbagai stadium tanpa didahului stadium
yang lebih ringan, atau lama setelah infeksi awal.
Lesi primer muncul setelah 4 minggu berupa papula merah yang
menjadi ulkus tanpa nyeri dengan dasar keras yang disebut chancre.,
dan pembesaran tanpa nyeri kelenjar limfe regional. Chancre primer
terdapat di penis, anus, rektum; vulva, servix, dan perineum; di
samping bibir, lidah, mukosa pipi, tonsil, atau jari. Penyembuhan
disertai oleh jaringan parut dalam waktu4-8 minggu.
Sifilis sekunder berupa rash muncul 6-12 minggu setelah infeksi.
Rash umumnya tersebar simetris, dapat menjadi makula, papula,
pustula, atau skuamosa, sering sembuh tanpa parut, atau hanya
dengan bekas-bekas bewarna hitam atau putih. Papula di perbatasan
mukosa dan kulit, misalnya vulva, hipertrofi dengan permukaan datar,
bewarna merah pucat atau abu-abu, yang disebut kondiloma latum.
Selain kulit dan mukosa, terdapat pembesaran kelenjar limfe dimanamana, disertai keterlibatan mata, tulang, sendi, meningen, ginjal, hati,
dan limpa.
Penularan sangat mudah pada sifilis primer atau sekunder, tapi
sukar pada sifilis tertier. Pada sifilis laten, infeksi kulit dan mukosa
terjadi pada tahun pertama, lalu hilang bertahun-tahun atau seumur
hidup. Kemunculan kembali sering dalam stadium tertier.
A51.0Sifilis genital primer
Syphilitic chancre NOS
A51.1Sifilis primer anus
A51.2Sifilis primer di tempat lain
A51.3Sifilis sekunder kulit dan membran mukosa
Condyloma latum
alopecia sifilitika (L99.8*), leukoderma sifilitika (L99.8*), patch
mukosa sifilitika
A51.4Sifilis sekunder lain
Meningitis sifilitika sekunder (G01*),
iridosiklitis sifilitika sekunder (H22.0*), okulopati sifilitika
sekunder NEC (H58.8*)
myositis sifilitika sekunder (M63.0*), periostitis sifilitika
sekunder (M90.1*)
pelvic inflammatory disease (PID) wanita sifilitika sekunder
(N74.2*),
limfadenopati sifilitika sekunder,
A51.5Sifilis dini, latent
Sifilis (didapat) tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis
positif dan uji cairan spinal negatif, kurang dari dua tahun sejak
infeksi
A51.9Sifilis dini, tidak dijelaskan

A52 Sifilis lanjut


Sifilis lanjut atau tertier terbagi secara klinis atas (1) sifilis
tertier ringan pada kulit, tulang dan visera, (2) sifilis kardiovaskuler,
dan (3) sifilis syaraf (neurosifilis). Sifilis tertier ringan memiliki lesi
khas berupa gumma, yaitu reaksi granuloma kronis yang menyebabkan
nekrosis dan fibrosis, dan ulkus tanpa nyeri yang membesar dan
meninggalkan parut. Gumma terjadi di kulit, jaringan bawah kulit,
submukosa, dan organ-organ dalam seperti lambung, paru-paru, hati,
testis, atau khoroid mata. Pada keadaan lanjut bisa timbul artropati
Charcot berupa kerusakan sendi tanpa nyeri, pembesaran tulang dan
terbatasnya gerakan.
Sifilis kardiovaskuler menyebabkan timbulnya aneurisma aorta,
penyempitan pangkal a. koronaria, insufisiensi katup aorta. Sifilis
syaraf muncul sebagai neurosifilis meningovaskuler dengan berbagai
gejala gangguan syaraf mulai dari sakit kepala sampai lumpuh. Khas
disini adalah pupil Argyll Robertson, yaitu pupil kecil tidak beraturan
yang bereaksi normal pada akomodasi atau rangsangan cahaya.
Kerusakan medulla spinalis menimbulkan tabes dorsalis (ataxia
lokomotor) dengan nyeri, ataksia (kontrol gerakan berkurang),
gangguan sensoris, dan hilangnya refleks tendon.
A52.0 Cardiovascular syphilis
Sifilis kardiovaskuler NOS (I98.0*)
Inkompetensi aorta (I39.1*), regurgitasi pulmonalis (I39.3*)
sifilitika
Perikarditis (I32.0*), endokarditis NOS (I39.8*), myokarditis
(I41.0*), sifilitika
Arteritis serebri (I68.1*), aneurisma aorta (I79.0*), aortitis
(I79.1*), sifilitika
A52.1Neurosifilis simptomatik
Syphilitic parkinsonism (G22*),
Tabes dorsalis
Charcot's arthropathy (M14.6*)
[sendi rusak karena nyeri di dalamnya tak bisa dirasakan
pasien]
Meningitis sifilitika lanjut (G01*), encephalitis sifilitika lanjut
(G05.0*),
Polyneuropathy sifilitika lanjut (G63.0*),
Optic atrophy sifilitika lanjut (H48.0*),
Retrobulbar neuritis sifilitika lanjut (H48.1*) radang n.
opticus,
Acoustic neuritis sifilitika lanjut (H94.0*)
A52.2Neurosifilis asimptomatik (tanpa gejala)
A52.3Neurosifilis, tidak dijelaskan
Gumma sifilis pada sistem syaraf pusat NOS
Sifilis (lanjut) pada sistem syaraf pusat NOS

Syphiloma pada sistem syaraf pusat NOS


A52.7Sifilis lanjut dengan gejala lainnya
Penyakit glomerulus pada syphilis (N08.0*)
Gumma (sifilitika), sifilis lanjut atau tertier:
semua tempat, kecuali yang diklasifikasikan pada A52.0-A52.3
Episcleritis sifilitika lanjut (H19.0*), chorioretinitis sifilitika
lanjut (H32.0*),
Okulopathy sifilitika lanjut NEC (H58.8*), peritonitis sifilitika
lanjut (K67.2*)
Leukoderma sifilitika lanjut (L99.8*), bursitis sifilitika lanjut
(M73.1*),
Pelvic inflammatory disease (PID) wanita sifilitika lanjut
(N74.2*).
Sifilis [stadium tidak dijelaskan] pada:
paru-paru (J99.8*), hati (K77.0*),
otot (M63.0*), synovium (M68.0*), tulang (M90.2*)
A52.8Sifilis lanjut, latent
Sifilis (didapat) tanpa manifestasi klinis, dengan reaksi serologis
positif fan uji cairan spinal negatif, dua tahun atau lebih sejak
lahir.
A52.9Sifilis lanjut, tidak dijelaskan
A53 Sifilis lain dan tidak dijelaskan
A53.0Sifilis, tidak dijelaskan dini atau lanjut
Sifilis laten NOS
Reaksi serologis sifilis positif
A53.9Sifilis, tidak dijelaskan
Infeksi Treponema pallidum NOS
Sifilis (didapat) NOS
Kecuali: sifilis NOS penyebab kematian pada usia <2 tahun
(A50.2)
A54 Infeksi gonokokus
Gonorrhea adalah penyakit infeksi Neisseria gonorrhoeae pada
epitel urethra, servix, rektum, farings, atau mata, yang dapat
menyebabkan bakteremia dan komplikasi yang luas, dengan
penyebaran biasanya melalui kontak seksual. Wanita sering merupakan
carrier tanpa gejala selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Infeksi tanpa gejala juga sering terdapat pada orofarings dan rektum
lelaki homoseksual.
Masa inkubasi pada laki-laki 2-14 hari, diikuti rasa tidak nyaman
di urethra, dysuria, dan sekret bernanah dari muara urethra yang
merah dan sembab. Sering berkemih (frequency) dan tersesak
(urgency) muncul ketika infeksi makin ke pangkal urethra. Pada wanita

masa inkubasi 7-21 hari, ringan; kadang-kadang dengan dysuria, sering


berkemih, dan sekret vagina akibat nanah di kelenjar Bartholini..
Infeksi sering pada servix dan organ reproduksi dalam, disusul urethra
dan rektum, dengan komplikasi salpingitis. Gonorrhea rektum timbul
akibat hubungan seks melalui anus, dan.faringitis gonorrhea akibat
hubungan seks melalui mulut.
A54.0Infeksi gonokokus pada saluran genitourinarius bawah
tanpa abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius.
Servisitis gonokokus NOS, vulvovaginitis gonokokus NOS
Cystitis gonokokus NOS, urethritis gonokokus NOS,
A54.1Infeksi gonokokus pada saluran genitourinarius bawah
dengan abses kelenjar periuretra atau kelenjar aksesorius
Abses gonokokus kelenjar Bartolini
A54.2 Pelviperitonitis gonokokus dan infeksi gonokokus lainnya
Prostatitis gonokokus (N51.0*), orchitis atau epididymitis
gonokokus (N51.1*)
Pelvic inflammatory disease [PID] gonokokus wanita (N74.3*)
Kecuali: peritonitis gonokokus (A54.8)
A54.3Infeksi gonokokus pada mata
Konjungtivitis gonokokus (H13.1*), iridocyclitis gonokokus
(H22.0*)
Ophthalmia neonatorum akibat gonokokus
A54.4 Infeksi gonokokus pada sistem muskuloskeletonl
Arthritis gonokokus (M01.3*), synovitis atau tenosynovitis
gonokokus (M68.0*)
Bursitis gonokokus (M73.0*), osteomyelitis (M90.2*) gonokokus
A54.5Faringitis gonokokus
A54.6Infeksi gonokokus pada anus dan rektum
A54.8Infeksi gonokokus lainnya
Meningitis gonokokus (G01*), abses gonokokus otak (G07*),
Perikarditis gonokokus (I32.0*), endokarditis gonokokus
(I39.8*),
Miokarditis gonokokus (I41.0*), pneumonia gonokokus
(J17.0*),
Peritonitis gonokokus (K67.1*), Sepsis gonokokus, dan lesi kulit
gonokokus
Kecuali: pelviperitonitis gonokokus (A54.2)
A54.9Infeksi gonokokus, tidak dijelaskan
A55 Limfogranuloma chlamydia (venereum)
Penyakit akibat chlamydia ini memiliki lesi primer sementara
yang diikuti limfangitis suppuratif dan komplikasi lokal yang serius.
Gejala awal biasanya limfadenopati inguinalis unilateral dengan nyeri

tekan, kemudian membesar dan melekat ke struktur sekitar dan


menyebabkan radang kulit setempat. Sinus-sinus kecil terbentuk
dengan cairan purulenta atau mukopurulenta.
Bubo iklim atau tropis, Penyakit Durand-Nicolas-Favre
Esthiomene, Lymphogranuloma inguinale
A56 Penyakit chlamydia lain yang ditularkan melalui hubungan
seksual
Termasuk: infeksi hubungan seksual akibat Chlamydia trachomatis
Kecuali: lymphogranuloma chlamydia (A55), kondisi pada A74.pneumonia chlamydia neonatus (P23.1), konjungtivitis
chlamydia neonatus (P39.1),
A56.0Infeksi chlamydia pada saluran genitourinarius bawah
Servisitis chlamydia, vulvovaginitis chlamydia
Cystitis chlamydia, urethritis chlamydia
A56.1 Infeksi chlamydia pada pelviperitoneum dan organ
genitourinarius lain
Orchitis atau epididymitis chlamydia (N51.1*)
Pelvic inflammatory disease [PID] chlamydia wanita (N74.4*),
A56.2Infeksi chlamydia saluran genitourinarius, tidak dijelaskan
A56.3Infeksi chlamydia anus dan rektum
A56.4Infeksi chlamydia farings
A56.8Infeksi chlamydia melalui hubungan seksual pada tempat lain
A57 Chancroid
Penyakit lokal akut akibat Haemophylus ducreyi, khas dengan
ulkus genital yang nyeri dan pernanahan kelenjar limfe inguinalis..
Ulcus molle
A58 Granuloma inguinale
Granuloma kronis akibat Donovania granulomatis, biasanya
melibatkan genitalia dan mungkin disebabkan oleh kontak seksual.
Donovanosis
A59 Trikhomoniasis
Infeksi yang biasanya bersama gonorrhea ini disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis, lebih sering pada wanita dengan akibat
vaginitis, urethritis, dan cystitis.. Awal penyakit ditandai oleh cairan
kuning kehijauan dan berbusa. Pada pria biasanya tanpa gejala, cairan
uretra berbusa atau bernanah, dysuria dan frequency, dengan
komplikasi epididymitis dan prostatitis.

Kecuali: trikhomoniasis usus (A07.8)


A59.0Trikhomoniasis urogenital;
Leukorrhoea (vaginalis); Prostatitis (N51.0*) akibat T. vaginalis
A59.8Trikhomoniasis di tempat lain
A59.9Trikhomoniasis, tidak dijelaskan
A60 Infeksi herpesviral [herpes simplex] anogenital
Herpes genitalis adalah infeksi kulit genital oleh herpes simplex
virus (HSV), yang menyebar melalui hubungan seksual. Lesi muncul
dalam 4-7 hari setelah kontak berupa lesi primer yang nyeri. Lesi
sering menyerang preputium, glans dan batang penis; atau labia,
clitoris, perineum, vagina dan cervix, serta pada rektum dan anus
akibat anal sex.. Selain itu terjadi kelelahan umum, demam, dan sulit
berkemih atau berjalan.
A60.0Infeksi herpesvirus
Infeksi herpesvirus
pria (N51.-*)
A60.1Infeksi herpesvirus
A60.9Infeksi herpesvirus

saluran genitalia dan urogenitalis


saluran genital: wanita (N77.0-N77.1*);
kulit perianus dan rektum
anogenita;, tidak dijelaskan

A63 Penyakit hubungan seksual lain, tidak diklasifikasi di


tempat lain
Kecuali: molluscum contagiosum (B08.1), papilloma servix (D26.0)
Genital warts (condylomata acuminata, jerawat kelamin)
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) di daerah lembab
pangkal preputium, muara uretra, dan batang penis; serta vulva,
dinding vagina, servix. dan perineum. Munculannya berupa sembab
kecil yang lembab, lunak, pink atau merah yang tumbuh dengan cepat
dan bertangkai.
A63.0Anogenital (venereal) warts
A63.8Penyakit hubungan kelamin lain yang dijelaskan
A64 Penyakit hubungan kelamin yang tidak dijelaskan
Penyakit kelamin NOS

Penyakit akibat spirochaeta lainnya (A65-A69)


Kecuali: leptospirosis (A27.-); syphilis (A50-A53)
A65 Sifilis nonvenereal
Bejel; sifilis endemic; Njovera

Sifilis endemik disebabkan oleh Treponema pallidum II, dimulai


sejak kanak-kanak sebagai patch mukosa pipi, disusul oleh lesi
papulosquamosa dan erosi di badan dan anggota. Periostitis tungkai
bawah sering terjadi. Lesi gumma pada hidung dan palatum molle
berkembang pada tingkat lanjut.

A66 Yaws
Termasuk: Bouba, framboesia (tropica), pian
Yaws disebabkan oleh T. pertenue sebagai granuloma atau
makula di tempat inokulasi, biasanya tungkai bawah. Lesi telapak kaki
berupa ulkus nyeri (crab yaws). Kesembuhan lesi diikuti oleh erupsi
di muka, anggota, dan panggul. Lesi destruktif muncul pada stadium
lanjut, yaitu periostitis (terutama tibia), exostosis maksilla bagian
hidung, nodul disekitar sendi, lesi gumma kulit, dan ulkus mutilans di
muka, terutama sekitar hidung (gangosa).
A66.0Yaw, lesi awal
Chancre of yaws;
Framboesia, awal atau primer;
Mother yaw
Ulkus framboesia awal
A66.1Yaw papillomata ganda dan wet crab
Framboesioma
Pianoma;
Papilloma plantaris atau palmaris yaws
A66.2Lesi awal kulit lain pada yaws
Yaws kulit <5 tahun setelah infeksi;
Yaws (kulit) (makularis) (makulopapularis) (mikropapularis)
(papularis) dini
Framboeside pada yaws dini
A66.3Hiperkeratosis pada yaws
Ghoul hand
Worm-eaten soles
Hyperkeratosis, palmaris atau plantaris (dini) (lanjut) akibat
yaws
A66.4Gummata dan ulkus pada yaws
Framboeside gummatosa
Yaws nodularis (bertukak) lanjut
A66.5Gangosa
Rhinopharyngitis mutilans
A66.6Lesi tulang dan kulit pada yaws
Ganglion, hydrarthrosis, osteitis, periostitis (hipertrofik): pada
yaws (dini) (lanjut)

Goundou, gumma tulang, osteitis atau periostitis gummatosa:


pada yaws (lanjut)
A66.7Manifestasi lain yaws
Nodul yaws juxta-articularis
Yaws mukosa
A66.8Yaws laten
Yaws tanpa gejala klinis, dengan serologis positif
A66.9Yaws, tidak dijelaskan
A67 Pinta [carate]
Disebabkan oleh T. carateum, pinta dimulai di tempat inokulasi
sebagai papula kecil yang berkembang menjadi plak eritematosa, lalu
menjadi patch di muka, leher dan anggota. Setelah beberapa tahun
muncul patch kebiruan yang simetris di muka dan anggota serta
tonjolan tulang, kemudian menjadi putih seperti vitiligo.
A67.0Lesi primer pinta
Chancre (primer) atau papula (primer): dari pinta (carate)
A67.1Lesi intermedia pinta
Plak eritematosa, lesi hiperkromik, hiperkeratosis; pintids: dari
pinta (carate)
A67.2Lesi lanjut pinta
Lesi kardiovaskuler (I98.1*) dari pinta (carate)
Lesi kulit akromik, sikatriks, atau diskromik: dari pinta (carate)
A67.3Lesi campuran dari pinta
Lesi kulit akromik bercampur dengan hiperkromik dari pinta
(carate)
A67.9Pinta, tidak dijelaskan
A68 Relapsing fevers demam berulang
Relapsing fever adalah infeksi akut akibat spirochaeta jenis
Borrelia yang ditularkan oleh kutu (tick atau lice). Masa inkubasi 3-11
hari, lalu menggigil, demam tinggi, takikardia, sakit kepala berat,
muntah, nyeri otot dan sendi, dan sering meracau (delirium). Rash
makula atau papula muncul di badan dan anggota; dan bisa disertai
perdarahan
konjungtiva,
subkutis
atau
submukosa.
Demam
berlangsung 3-5 hari, sembuh dan berulang lagi 2-10 kali setiap 1-2
minggu. Jaundice, hepatomegaly, splenomegaly, myocarditis, dan
kegagalan jantung bisa menyertainya. Kesembuhan terjadi setelah
pasien memperoleh kekebalan alamiah.
Termasuk : Recurrent fever
Kecuali : Lyme disease (A69.2)
A68.0Louse-borne relapsing fever

Relapsing fever akibat Borrelia recurrentis


A68.1Tick-borne relapsing fever
Relapsing fever akibat spesies Borrelia. selain Borrelia
recurrentis
A68.9Relapsing fever, tidak dijelaskan
A69 Infeksi spirochaeta lainnya
Infeksi Vincent adalah infeksi mulut tak menular akibat Bacillus
fusiformis dan spirochaeta, dimulai dari papilla interdentin dan bisa
merusak gusi secara langsung. Penyakit atau arthritis Lyme
disebabkan oleh Borrelia burgdorferi yang dibawa kutu Ixodes
dammini dan sejenisnya. Penyakit ini dikenal tahun 1975, dengan lesi
dini kulit, eritema kronis berpindah (erythema chronicum migrans =
ECM), yang disusul oleh kelainan neurologis, jantung atau sendi.
A69.0Stomatitis ulseratif nekrotikans [infeksi Vincent]
Cancrum oris
Gangrene fusospirochaeta
Noma
Stomatitis gangrenosa
A69.1Infeksi Vincent lainnya
Gingivitis atau gingivostomatitis ulseratif nekrotikans (akut)
Angina atau gingivitis Vincent, stomatitis spirochaeta, trench
mouth
Faringitis fusospirochaeta
A69.2Penyakit Lyme
Erythema kronis migrans akibat Borrelia burgdorferi
A69.8Infeksi spirochaeta lain yang dijelaskan
A69.9Infeksi spirochaeta, tidak dijelaskan

Penyakit lain yang disebabkan chlamydiae (A70-A74)


Chlamydia adalah parasit intrasel, memperbanyak diri dalam
sitoplasma, namun bukan virus karena memiliki sifat-sifat bakteria. C.
psittaci menyebabkan psittacosis, dan C. trachomatis menyebabkan
limfogranuloma venereum (LGV), trachoma dan konjungtivitis inklusi.
Psittacosis adalah pneumonia tidak khas yang ditularkan burung
psittacine (parrots, karakeet, dan love-birds). Trachoma (konjungtivitis
granularis) bersifat kronis dengan hiperplasia folikel subkonjungtiva,
dengan akibat jaringan parut pada konjungtiva, kornea, dan kelopak.
A70 Infeksi Chlamydia psittaci
Ornithosis; parrot fever, Psittacosis

A71 Trachoma
Kecuali: sequelae of trachoma (B94.0)
A71.0Stadium awal trachoma
Trachoma dubium
A71.1Stadium aktif trachoma
Konjungtivitis granularis trachomatosa, konjungtivitis folikularis
trachomatosa
Pannus trachomatosa
A71.9Trachoma, tidak dijelaskan
A74 Penyakit lain akibat chlamydiae
Kecuali: penyakit chlamydia yang ditularkan melalui hubungan seksual
(A55-A56)
pneumonia chlamydia (J16.0)
pneumonia chlamydia neonatus (P23.1)
conjunctivitis chlamydia neonatus (P39.1)
A74.0 Konjungtivitis chlamydia (H13.1*);
Paratrachoma
A74.8Penyakit chlamydia lain
Peritonitis chlamydia (K67.0*)
A74.9Infeksi chlamydia, tidak dijelaskan
Chlamydiosis NOS

Rickettsioses (A75-A79)
Penyakit rickettsia memiliki gejala demam, sakit kepala, letih,
kurus, radang pembuluh darah perifer, dan rash. Rickettsia umumnya
menggunakan
siklus
kehidupan
hewan
dan
insekta
yang
menularkannya ke manusia.
Tifus epidemi disebabkan oleh R. prowazekii yang ditularkan oleh
kutu. Penyakit Brill-Zinser bersifat rekrudesen (timbul lama, bertahuntahun setelah infeksi), ringan karena daya tahan tubuh terhadap R.
prowazekii. Tifus murine disebabkan oleh R. typhi yang dibawa oleh
kutu tikus, sedangkan tifus scrub disebabkan R. tsutsugamushi yang
dibawa oleh mite (sejenis arachnida kecil yang sering berkelompok).
Spotted fever disebabkan oleh R. rickettsii yang juga ditularkan
kutu dan menyebabkan demam tinggi, batuk, dan rash pada hampir
seluruh tubuh. Rash ini bisa menjadi makulopapula, petechiae, atau
bergabung membentuk ulkus. Rocky Mountain Spotted Fever jauh
lebih ganas daripada jenis Afrika, Asia dan Australia.
Jenis lain adalah demam Q, yaitu penyakit akut dengan demam
dan pneumonitis interstitialis, akibat R burnetti (Coxiella burnetti).
Mereka tidak memiliki gejala pada kulit.

A75 Typhus fever


Kecuali: rickettsiosis akibat Ehrlichia sennetsu (A79.8)
A75.0Demam tifus louse-borne epidemik akibat Rickettsia prowazekii
(Demam) tifus klasik
Tifus (louse-borne) epidemik
A75.1Recrudescent typhus [penyakit Brill];
Penyakit Brill-Zinsser
A75.2Demam tifus akibat R. typhi;
Murine (flea-borne) typhus [tifus tikus yang dibawa kutu]
A75.3Demam tifus akibat R. tsutsugamushi;
Scrub (mite-borne) typhus
A75.9Demam tifus, tidak dijelaskan;
(Demam) typhus NOS
A77 Spotted fever [tick-borne rickettsioses]
A77.0Spotted fever akibat R. rickettsii:
Rocky Mountain spotted fever, demam Sao Paulo
A77.1Spotted fever akibat R. conorii
Tick typhus: Afrika, India, Kenya
Tick fever: Bouton, Marseilles, Mediterran
A77.2Spotted fever akibat R. siberica
North Asian tick fever, Siberian tick typhus
A77.3Spotted fever akibat R. australis
Queensland tick typhus
A77.8Spotted fever lain
A77.9Spotted fever, tidak dijelaskan
Tick-borne typhus NOS
A78 Q fever
Infeksi akibat Coxiella burnetii,
Nine Mile fever, quadrilateral fever
A79 Rickettsioses lain
A79.0Trench fever,
Quintan fever, Wolhynian fever
A79.1Rickettsial pox akibat Rickettsia akari:
Kew Garden fever, rickettsiosis vesikularis
A79.8Rickettsioses lain yang dijelaskan
:
Rickettsiosis akibat Ehrlichia sennetsu
A79.9Rickettsiosis, tidak dijelaskan;
Infeksi Rickettsia NOS

Infeksi virus sistem syaraf pusat (A80-A89)


Virus adalah parasit terkecil berupa molekul intrasel dengan inti
asam nukleat yang dilapisi protein. Mereka sangat tergantung pada sel
(bakteri, tanaman, atau hewan) untuk reproduksi. Inti asam nukleat
(RNA atau DNA) merupakan material penginfeksi yang sering dapat
menembus sel.
Ensefalitis disebabkan oleh virus atau reaksi hipersensitif
terhadapnya atau protein asing, dan kalau menyerang medulla spinalis
disebut ensefalomielitis. Meningitis aseptik adalah peradangan
meningen tanpa adanya bakteri. Ensefalitis primer akibat virus bisa
epidemik atau sporadik. Ensefalitis sekunder disebabkan oleh
mekanisme imunologis setelah measles, chickenpox, rubella, vaksinasi
smallpox, vaccinia (cowpox), dsb.
Arbovirus (arthropode-borne virus) hidup melalui transmisi
vertebrata dan artropoda, dan memperbanyak diri di dalam keduanya.
Arbovirus yang dibawa nyamuk menyerang manusia di musim panas.
Arenavirus penyebab khoriomeningitis limfositik ditularkan melalui
rodent (binatang pengerat), kadang-kadang secara langsung antara
manusia.
A80 Poliomielitis akut
Poliomyelitis adalah infeksi akut virus dengan gejala mulai dari
minor sampai kelumpuhan otot. Virus masuk melalui mulut, memasuki
darah dan sistem retikuloendotel dan bereproduksi. Mereka
menyerang neuron motorik medulla spinalis, medulla oblongata,
cerebellum, dan korteks motoris. Umumnya infeksi berakibat minor,
sisanya menyebabkan kelumpuhan yang hampir semuanya terjadi pada
anak balita.
A80.0Poliomyelitis
A80.1Poliomyelitis
A80.2Poliomyelitis
A80.3Poliomyelitis
A80.4Poliomyelitis
A80.9Poliomyelitis

paralitika akut, akibat vaksin


paralitika akut, virus liar, berasal dari luar negeri
paralitika akut, virus liar, berasal dari dalam negeri
paralitika akut, jenis lain dan tidak dijelaskan
non-paralitika akut
akut, tidak dijelaskan

A81 Infeksi virus tidak khas pada sistem syaraf pusat


Penyakit Creutzfeldt-Jakob bersifat fatal dengan dementia dan
kejang mioklonik. Subacute sclerosing panencephalitis terjadi setelah
measles, dengan mental kacau dan kejang. Progressive multifocal
leukoencephalopathy terjadi pada pasien dengan penurunan
kekebalan.

Termasuk: penyakit-penyakit prion pada sistem syaraf pusat


A81.0Penyakit Creutzfeldt-Jakob:
Ensefalopati spongiformis subakut
A81.1Panensefalitis sklerosa aubakut
Dawson's inclusion body encephalitis
Van Bogaert's sclerosing leukoencephalopathy
A81.2Leukoensefalopati multifokus progresif
Leukoensefalopati multifokus NOS
A81.8Infeksi virus tidak khas lain pada SSP
Kuru
A81.9Infeksi virus tidak khas pada SSP, tidak dijelaskan
Penyakit prion sistem syaraf pusat
A82 Rabies
Rabies atau hidrofobia disebabkan virus neurotropik yang hidup
di saliva karnivora. Jenis furious disebakan oleh iritasi SSP yang diikuti
oleh lumpuh dan kematian, jenis dumb didominasi oleh kelumpuhan.
Kejang mudah terjadi ketika menelan, sehingga mereka tidak bisa
minum walau pun sangat haus.
A82.0Rabies sylvatika
A82.1Rabies urban
A82.9Rabies, tidak dijelaskan
A83 Ensefalitis virus yang ditularkan melalui nyamuk
Termasuk: meningoencephalitis virus yang ditularkan melalui nyamuk
Kecuali: Venezuelan equine encephalitis (A92.2)
A83.0Japanese encephalitis
A83.1Western equine encephalitis
A83.2Eastern equine encephalitis
A83.3St Louis encephalitis
A83.4Australian encephalitis;
Kunjin virus disease
A83.5California encephalitis
California meningoencephalitis
La Crosse encephalitis
A83.6Rocio virus disease
A83.8Ensefalitis virus lain yang ditularkan melalui nyamuk
A83.9Ensefalitis virus yang ditularkan melalui nyamuk, tidak dijelaskan
A84 Ensefalitis virus yang ditularkan melalui kutu
Termasuk: tick-borne viral meningoencephalitis

A84.0Tick-borne ensefalitis Timur Jauh [Russian spring-summer


encephalitis]
A84.1Tick-borne ensefalitis Eropa Tengah
A84.8Tick-borne ensefalitis virus lain:
Louping ill, Powassan virus disease
A84.9Tick-borne ensefalitis virus, tidak dijelaskan
A85 Ensefalitis virus lain, not elsewhere classified
Termasuk: dinyatakan: ensefalomielitis virus NEC, meningoensefalitis
virus NEC
Kecuali: khoriomeningitis limfositik (A87.2)
ensefalomielitis myalgika ringan (G93.3), ensefalitis akibat: virus
poliomyelitis (A80.-),
herpesvirus [herpes simplex] (B00.4), zoster (B02.0), virus
measles (B05.0), virus mumps (B26.2),
A85.0 Ensefalitis enterovirus (G05.1*);
Ensefalomielitis enterovirus
A85.1 Ensefalitis adenovirus (G05.1*);
Meningoensefalitis adenovirus
A85.2Ensefalitis virus yang dibawa arthropoda, tidak dijelaskan
A85.8Ensefalitis virus lain yang dijelaskan
A86 Ensefalitis virus, tidak dijelaskan
Ensefalomielitis virus NOS, meningoensefalitis virus NOS
A87 Meningitis virus
Kecuali: meningitis akibat: virus poliomyelitis (A80.-),
herpesvirus [herpes simplex] (B00.3), zoster (B02.1)
virus measles (B05.1), virus mumps (B26.1),
A87.0 Meningitis enterovirus (G02.0*):
Meningitis Coxsackievirus, Meningitis Echovirus
A87.1 Meningitis adenovirus (G02.0*)
A87.2Khoriomeningitis limfositik,
Meningoensefalitis limfositik
A87.8Meningitis virus lain
A87.9Meningitis virus, tidak dijelaskan
A88 Infeksi virus sistem syaraf pusat lainnya, not elsewhere
classified
Kecuali: encephalitis virus NOS (A86), meningitis virus NOS (A87.9)
A88.0Demam eksantema enterovirus [Boston exanthem]
A88.1Epidemic vertigo
A88.8Infeksi virus sistem syaraf pusat lain yang dijelaskan

A89 Infeksi virus sistem syaraf pusat, tidak dijelaskan

Demam arbovirus dan demam berdarah virus (A90-A99)


A90 Demam dengue [dengue klasik]
Dengue (breakbone fever, dandy fever) adalah penyakit akut
akibat virus yang dibawa nyamuk Aedes. Penyakit ini khas dengan awal
mendadak, sakit kepala, demam, gelisah, nyeri sendi dan otot,
limfadenopati, dan rash. Demam dengan suhu 40oC berlangsung 48-96
jam, lalu 24 jam tanpa demam. Rash pada demam berikutnya berupa
erupsi makulopapula dari anggota terus ke badan, kecuali muka.
Sembuh dalam beberapa minggu dengan kelelahan.
A91 Demam berdarah dengue
Dengue hemorrhagic fever (DHF) terutama terjadi pada anakanak, khas dengan demam mendadak yang diikuti perdarahan dan
kolaps sirkulasi atau syok dalam 2-6 hari. Perdarahan biasanya berupa
purpura (kebiruan), petechiae (bintik merah kecil) atau ecchymoses
(warna gelap); kadang-kadang hematemesis, melena, atau epistaxis.
A92 Demam akibat virus yang dibawa nyamuk lainnya
Kecuali: Penyakit Ross River (B33.1)
A92.0Penyakit virus Chikungunya;
Demam (berdarah) Chikungunya
A92.1Demam O'nyong-nyong
A92.2Demam equine Venezuela
Venezuelan equine encephalitis
Venezuelan equine encephalomyelitis virus disease
A92.3Infeksi virus West Nile
Demam West Nile
A92.4Demam Rift Valley
A92.8Demam akibat virus yang dibawa oleh nyamuk lainnya
A92.9Demam akibat virus yang dibawa oleh nyamuk, tidak dijelaskan
A93 Demam arbovirus lain, not elsewhere classified
A93.0Demam virus Oropouche,
Demam Oropouche
A93.1Demam Sandfly
Demam Pappataci
Demam Phlebotomus
A93.2Colorado tick fever
A93.8Demam arbovirus lain yang dijelaskan
Penyakit virus Piry
Penyakit virus stomatitis vesikularis (demam Indiana)

A94 Demam arbovirus, tidak dijelaskan


Demam atau infeksi arbovirus NOS
A95 Yellow fever
Yellow fever adalah infeksi akut dengan demam mendadak, nadi
lambat, dan sakit kepala. Pada kasus berat terjadi albuminuria,
jaundice, dan hematemesis. Pada jenis urban, virus diantarkan oleh
Aedes aegypti; sedangkan pada jenis sylvatic (rimba), virus ditularkan
oleh nyamuk liar Haemogogus yang memperolehnya dari primata liar.
Yellow fever endemikk di Afrika Tengah dan Amerika Selatan.
A95.0Sylvatic yellow fever;
Jungle yellow fever
A95.1Urban yellow fever
A95.9Yellow fever, tidak dijelaskan
A96 Demam berdarah arenavirus
A96.0Demam berdarah Junin
Demam berdarah Argentina
A96.1Demam berdarah Machupo
Demam berdarah Bolivia
A96.2Demam Lassa
A96.8Demam berdarah arenavirus lain
A96.9Demam berdarah arenavirus, tidak dijelaskan
A98 Demam berdarah virus lain, not elsewhere classified
Kecuali: Demam berdarah dengue (A91)
Demam berdarah chikungunya (A92.0)
A98.0Demam berdarah Crimea-Congo:
Demam berdarah Asia tengah
A98.1Demam berdarah Omsk
A98.2Penyakit Kyasanur Forest
A98.3Penyakit virus Marburg
A98.4Penyakit virus Ebola
A98.5Demam berdarah dengan gejala ginjal
Demam berdarah epidemik, demam berdarah Korea, demam
berdarah Russia
Penyakit virus Hantaan
Nephropathia epidemica
Penyakit hantavirus dengan manisfestasi ginjal

Kecuali: sindroma (kardio)pulomonalis hantavirus (B33.4,


J17.1*)
A98.8Demam berdarah virus lain yang dijelaskan
A99 Demam berdarah akibat virus yang tidak dijelaskan

Infeksi virus dengan lesi kulit dan mukosa (B00-B09)


B00 Infeksi herpesvirus [herpes simplex]
Herpes simplex virus (HSV) strain HSV-1 menyebabkan herpes
labialis dan keratitis, dan HSV-2 menyebabkan herpes genitalis.
Penyakit ini khas dengan kumpulan vesikel kecil di kulit atau membran
mukosa, berisi cairan jernih, di atas dasar radang yang agak menaik.
Vesikel kering dalam beberapa hari, membentuk kerak kekuningan.
Kecuali: Infeksi herpesvirus anogenital (A60.-),
Herpangina (B08.5), mononucleosis gammaherpesvirus
(B27.0),
Infeksi herpesvirus kongenital (P35.2)
B00.0
Eczema herpeticum;
Erupsi variselliformis Kaposi
B00.1
Dermatitis vesikularis herpesvirus
Herpes simplex fasialis, herpes simplex labialis
Dermatitis vesikularis pada telinga atau bibir akibat human ()
herpesvirus 2
B00.2
Gingivostomatitis dan pharyngotonsillitis herpesvirus;
Pharyngitis herpesvirus
B00.3 Meningitis herpesvirus (G02.0*)
B00.4 Encephalitis herpesvirus (G05.1*):
Meningoencephalitis herpesvirus,
Penyakit Simian B [simian = monyet]
B00.5
Penyakit mata herpesvirus:
Dermatitis herpesvirus kelopak mata (H03.1*), Konjungtivitis
herpesvirus (H13.1*)
Keratitis herpesvirus (H19.1*), keratoconjunctivitis herpesvirus
(H19.1*)
Iridocyclitis herpesvirus (H22.0*), iritis herpesvirus (H22.0*)
Uveitis anterior herpesvirus (H22.0*)
B00.7
Penyakit herpesvirus disseminata,
Sepsis herpesvirus
B00.8
Bentuk lain infeksi herpesvirus

hepatitis herpesvirus (K77.0*), whitlow herpesvirus (L99.8*)


B00.9
Infeksi herpesvirus, tidak dijelaskan
Infeksi herpes simplex NOS
B01 Varicella [chickenpox]
Chickenpox adalah infeksi akut virus dengan gejala konstitusi,
diikuti oleh erupsi di banyak tempat berupa makula, papula, vesikel,
dan kerak. Chickenpox dan herpes zoster disebabkan oleh virus
varicella-zoster; dengan chickenpox pada fase serangan akut, dan
zoster sebagai reaktifasi terhadap fase laten. Penularan diduga melalui
droplet terinfeksi dari hidung dan tenggorokan, dan paling menular
pada saat awal erupsi. Masa inkubasi 14-16 hari, dan menjadi menular
kepada orang lain setelah 10-21 hari terkena infeksi.
B01.0 Meningitis varicella (G02.0*)
B01.1 Ensefalitis varicella (G05.1*)
Ensefalitis postchickenpox; ensefalomyelitis varicella
B01.2 Pneumonia varicella (J17.1*)
B01.8
Varicella dengan komplikasi lain
B01.9
Varicella tanpa komplikasi
Varicella NOS
B02 Zoster [herpes zoster]
Shingles, zona, atau ganglionitis posterior akut ini adalah infeksi
akut SSP yang melibatkan ganglion dorsalis. Gejalanya khas dengan
vesikel dan nyeri neuralgia di kulit yang dilayani oleh syaraf sensoris
dari ganglion yang terlibat. Pengaktifan virus ini mungkin karena
penyakit sistemik, terutama penyakit Hodgkin; atau pengobatan yang
menekan sistem imun.
Gejala awal berupa demam menggigil dan gangguan pencernaan,
disusul kelompok vesikel di atas basis eritema yang mengikuti
distribusi syaraf ganglion dorsalis di kulit. Daerah yang terlibat sangat
peka, nyeri yang timbul sangat hebat. Erupsi sering di dada dan
menyebar pada satu sisi, kering setelah 5 hari, disusul oleh neuralgia
pascaherpes bertahun-tahun.
B02.0 Ensefalitis zoster (G05.1*);
Meningoensefphalitis zoster
B02.1 Meningitis zoster (G02.0*)
B02.2 Zoster yang melibatkan sistem syaraf lainnya
Ganglionitis genikulata pascaherpes (G53.0*)
Neuralgia trigeminus pascaherpes (G53.0*)
Polyneuropathy pascaherpes (G63.0*)
B02.3 Penyakit mata zoster

Blefaritis zoster (H03.1*), konjungtivitis zoster (H13.1*),


skleritis zoster (H19.0*),
Keratitis zoster (H19.2*), keratokonjungtivitis zoster (H19.2*),
Iritis zoster (H22.0*), dan iridosiklitis zoster (H22.0*)
B02.7
Zoster disseminata
B02.8
Zoster dengan komplikasi lain
B02.9
Zoster tanpa komplikasi, zoster NOS
B03 Smallpox
Tahun 1980 World Health Assembly ke-33 menyatakan smallpox telah
hapus.
Klasifikasi ini masih dipertahankan untuk tujuan pengawasan.
B04 Monkeypox
B05 Measles
Measles (rubeola, morbilli, measles 9-hari, campak) sangat
menular, khas dengan demam, batuk, hidung berair, konjungtivitis,
erupsi mukosa bibir atau pipi (Kopliks spot), dan rash makulopapula
tersebar pada kulit. Penularan melalui droplet dari hidung, tenggorok
dan mulut pada stadium prodroma atau erupsi dini. Virus menghilang
dari sekresi hidung dan tenggorok ketika rash.menghilang
Termasuk : morbilli
Kecuali : subacute sclerosing panencephalitis (A81.1)
B05.0 Measles dengan komplikasi encephalitis (G05.1*),
Ensefalitis pasca measles
B05.1 Measles dengan komplikasi meningitis (G02.0*),
meningitis pasca measles
B05.2 Measles dengan komplikasi pneumonia (J17.1*),
Pneumonia pasca measles
B05.3 Measles dengan pasca measles komplikasi otitis media
(H67.1*),
Otitis media pasca measles
B05.4
Measles dengan komplikasi usus
B05.8
Measles dengan komplikasi lain,
Keratitis dan keratoconjunctivitis measles (H19.2*)
B05.9
Measles tanpa komplikasi,
Measles NOS
B06 Rubella [German measles]
Rubella adalah penyakit eksantema yang menular, dengan gejala
konstitusi ringan tapi bisa menyebabkan abortus, lahir mati, atau cacad
kongenital pada bayi yang ibunya terinfeksi. Rash mirip dengan

measles tapi agak ringan, dimulai dari leher dan menyebar ke badan
dan anggota, dengan pembesaran limfe di tengkuk dan belakang
telinga.
Kecuali : rubella kongenital (P35.0)
B06.0 Rubella dengan komplikasi neurologis
Meningitis rubella (G02.0*),
Ensefalitis rubella (G05.1*), meningoensefalitis rubella(G05.1*)
B06.8
Rubella dengan komplikasi lain
Arthritis rubella (M01.4*),
Pneumonia rubella (J17.1*)
B06.9
Rubella tanpa komplikasi
Rubella NOS
B07 Viral warts jerawat virus
Warts adalah tumor epitel yang umum terjadi, kadang-kadang
menjadi ganas, ditularkan oleh human papillomavirus (HPV). Sering
terjadi menjelang remaja, dan jarang sekali di usia tua. Bentuk dan
ukuran tergantung pada lokasi dan adanya iritasi atau trauma di
tempat ia tumbuh. Infeksi bisa berupa lesi tunggal atau ganda, sembuh
total dalam beberapa bulan tapi bisa timbul lagi pada tempat yang
sama atau berbeda.
Verruca: simplex, vulgaris
Kecuali anogenital (venereal) warts (A63.0)
papilloma pada: larynx (D14.1), cervix (D26.0), atau
bladder (D41.4)
B08 Infeksi virus lain dengan lesi kulit dan membran mukosa,
N.E.C.
Kecuali: penyakit virus stomatitis vesikularis (A93.8)
B08.0
Infeksi orthopoxvirus lain:
Cowpox, Pseudocowpox [milker's node],
Penyakit virus Orf, Vaccinia
Kecuali: monkeypox (B04)
B08.1
Molluscum contagiosum
B08.2
Exanthema subitum [sixth disease]
B08.3
Erythema infectiosum [fifth disease]
B08.4
Stomatitis vesikularis enterovirus dengan eksantema
Penyakit tangan, mulut dan kaki
B08.5
Faringitis vesikularis enterovirus ,
Herpangina
B08.8
Infeksi virus lain dengan lesi kulit dan membran mukosa yang
dijelaskan
Faringitis limfonodularis enterovirus, penyakit kaki dan mulut

Penyakit virus Tanapox, penyakit virus Yaba pox.


B09 Infeksi virus lain dengan lesi kulit dan membran mukosa,
tidak dijelaskan
Enanthema virus NOS, exanthema virus NOS

Hepatitis virus(B15-B19)
Hepatitis adalah peradangan hati dengan nekrosis sel. Penyebab
utamanya hepatitis virus Type A, B, dan C (non-A non-B), gejala bisa
bervariasi dari ringan seperti flu sampai gagal hati fulminant
(berkembang cepat, sangat berbahaya) yang fatal. Gejala awal
anoreksia, tidak enak badan (malaise), mual dan muntah, dan demam.
Hepatitis biasanya sembuh spontan setelah 4-8 minggu, dan bisa
menjadi kronis atau menjadi lebih berat.
Kecuali: hepatitis herpesvirus [herpes simplex] (B00.8)
hepatitis cytomegalovirus (B25.1), sequelae hepatitis virus
(B94.2)
Gunakan kode tambahan (Bab XX) kalau perlu, untuk identifikasi
obat, kalau hepatitis pascatransfusi
B15 Hepatitis akut A
B15.0
Hepatitis A dengan koma hepatika
B15.9
Hepatitis A tanpa koma hepatika,
Hepatitis A (akut) (virus) NOS
B16 Hepatitis akut B
B16.0
Hepatitis akut B dengan delta-agent (koinfeksi), dengan koma
hepatika
B16.1
Hepatitis akut B dengan delta-agent (koinfeksi), tanpa koma
hepatika
B16.2
Hepatitis akut B tanpa delta-agent, dengan koma hepatika
B16.9
Hepatitis akut B tanpa delta-agent, dan tanpa koma hepatika
Hepatitis B (akut) (virus) NOS
B17 Hepatitis virus akut lain
B17.0
Delta-(super)infection akut terhadap carrier hepatitis B
B17.1
Hepatitis akut C
B17.2
Hepatitis akut E
B17.8
Hepatitis virus akut lain yang dijelaskan,
Hepatitis non-A non-B (akut) (virus) NEC
B17.9
Hepatitis virus akut, tidak dijelaskan
Hepatitis akut NOS; hepatitis infeksiosa akut NOS
B18 Hepatitis virus kronis

B18.0
B18.1

Hepatitis virus B kronis dengan delta-agent


Hepatitis virus B kronis tanpa delta-agent,
Hepatitis (virus) kronis B
B18.2
Hepatitis virus C kronis
B18.8
Hepatitis virus kronis lain
B18.9
Hepatitis virus kronis, tidak dijelaskan
B19 Hepatitis virus, tidak dijelaskan
B19.0
Hepatitis virus yang tidak dijelaskan dengan koma hepatika
B19.9
Hepatitis virus yang tidak dijelaskan tanpa koma hepatika
Hepatitis virus NOS

Penyakit human immunodeficiency virus [HIV] (B20B24)


Penyakit akibat virus immunodefisiensi manusia (HIV) ini
memberi kumpulan gejala yang dikenal dengan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS), atau kumpulan gejala penurunan
kekebalan yang diperoleh setelah lahir. Penurunan kekebalan
menyebabkan berbagai penyakit yang seharusnya dapat dihambat oleh
tubuh normal. Penularan virus HIV terjadi melalui cairan tubuh, dan
paling sering melalui penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi,
hubungan seksual melalui anus, dan transfusi darah.
Kecuali:

Status infeksi HIV asimptomatik (Z21)


Mempersulit kehamilan, melahirkan dan nifa (O98.7)

B20 Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan


parasit
Kecuali: sindroma infeksi akut HIV (B23.0)
B20.0
Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi mycobacteria
Penyakit HIV yang menyebabkan tuberkulosis
B20.1
Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi bakteri lain
B20.2
Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit cytomegalovirus
B20.3
Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi virus lain
B20.4
Penyakit HIV yang menyebabkan kandidiasis
B20.5
Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit jamur lain
B20.6
Penyakit HIV yang menyebabkan pneumonia Pneumocystis
carinii
B20.7
Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi ganda
B20.8
Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit
lain
B20.9
Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit infeksi dan parasit
yang tidak dijelaskan
Penyakit HIV yang menyebabkan infeksi NOS

B21 Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas


B21.0
Penyakit HIV yang menyebabkan sarkoma Kaposi
B21.1
Penyakit HIV yang menyebabkan limfoma Burkitt
B21.2
Penyakit HIV yang menyebabkan jenis lain limfoma nonHodgkin
B21.3
Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas lain pada
jaringan limfoid, hematopoietik dan yang terkait
B21.7
Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas ganda
B21.8
Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas lain
B21.9
Penyakit HIV yang menyebabkan neoplasma ganas yang tidak
dijelaskan
B22 Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit lain yang
dijelaskan
B22.0
Penyakit HIV yang menyebabkan ensefalopati
Dementia HIV
B22.1
Penyakit HIV yang menyebabkan pneumonitis interstitialis
llimfoid
B22.2
Penyakit HIV yang menyebabkan wasting syndrome
Penyakit HIV yang menyebabkan gagal bertumbuh
Penyakit kurus (Slim disease)
B22.7
Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit ganda yang
diklasifikasi di tempat lain
Catatan: Untuk pemakaian kategori ini, perlu rujukan ke aturan
pengkodean morbiditas dan mortalitas di Volume 2.
B23 Penyakit HIV yangmenyebabkan kondisi lain
B23.0
Sindroma infeksi HIV akut
B23.1
Penyakit HIV yang menyebabkan limfadenopati umum
(persistent)
B23.2
Penyakit HIV yang menyebabkan kelainan haematologis dan
immunologis, n.e.c.
B23.8
Penyakit HIV yang menyebabkan kondisi lain yang dijelaskan
B24 Penyakit HIV, tidak dijelaskan
Acquired immunodeficiency syndrome [AIDS] NOS
AIDS-related complex [ARC] NOS
Catatan dari volume 2:

Pasien dengan kerusakan sistem imun akibat penyakit HIV kadangkadang memerlukan pengobatan untuk lebih dari satu penyakit

pada satu periode perawatan, misalnya infeksi mycobacterium


dan cytomegalovirus. Kodelah subkategori yang sesuai untuk
kondisi utama yang dipilih oleh praktisi asuhan kesehatan.
Seandainya kondisi utama adalah penyakit HIV dengan banyak
penyakit penyerta, maka gunakan subkategori .7 dari B20-B22.
Kondisi yang bisa diklasifikasi pada dua subkategori atau lebih
harus dikode pada subkategori .7 pada kategori yang relevan
(misalnya B20 atau B21). Subkategori B22.7 digunakan kalau
terdapat kondisi yang bisa diklasifikasikan pada dua kategori
atau lebih pada B20-B22. Kode tambahan dari dalam blok B20B24 bisa digunakan, kalau perlu, untuk menjelaskan setiap
kondisi yang terdaftar.
Kadang-kadang kalau kondisi yang berhubungan jelas muncul lebih
dahulu daripada infeksi HIV, kombinasinya tidak boleh dikode
dan Selection Rules harus diikuti.

1.

KU:

Penyakit HIV dan sarkoma Kaposi

Kode:
Penyakit
Kaposi (B21.0).

2.

KU:

HIV

yang

menyebabkan

Sarkoma

Toxoplasmosis dan cryptococcosis pada pasien HIV

Kode: Penyakit
(B20.7).

HIV

yang

menyebabkan

infeksi

ganda

Kode B20.8 (penyakit HIV yang menyebabkan penyakit


infeksi dan parasit lain) dan B20.5 (penyakit HIV yang
menyebabkan mikosis lain) bisa digunakan sebagai kode
tambahan, kalau diinginkan.

3.

KU: Penyakit HIV dengan pneumonia Pneumocystis


carinii, limfoma Burkitt dan kandidiasis mulut.
Kode: Penyakit HIV yang menyebabkan penyakit ganda
(B22.7).
Kode tambahan B20.6 (penyakit HIV penyebab pneumonia
Pneumocystis carinii), B21.1 (penyakit HIV penyebab
limfoma Burkitt), dan B20.4 (penyakit HIV penyebab
kandidiasis) bisa diberikan kalau diinginkan.

Subkategori pada B20-B23 adalah satu-satunya kode 4-karakter


pilihan. Kalau penggunaan pilihan ini tidak diinginkan, kode lain
harus digunakan sebagai kode tambahan untuk identifikasi kondisi
spesifik yang timbul. Pada contoh 1, kondisi utama B21 (penyakit
HIV penyebab neoplasma ganas), dan C46.9 (sarkoma Kaposi)
sebagai kode tambahan. Pada contoh 2, kondisi utama B20 (penyakit
HIV penyebab penyakit infeksi dan parasit), sedangkan B58.9
(Toxoplasmosis, tidak dijelaskan) dan B45.9 (Cryptococcosis, tidak
dijelaskan) dipakai sebagai kode tambahan.
Penentuan penggunaan subkategori 4-karakter pada B20-B23 atau
kode penyebab ganda untuk mengidentifikasi kondisi spesifik, harus
diputuskan pada waktu ICD 10 diimplementasikan di negara yang
bersangkutan.

Penyakit virus lain (B25-B34)


B25 Penyakit Cytomegalovirus (CMV)
Penyakit CMV bisa mengenai janin, neonatus, atau pada segala
usia. Penularan melalui saliva, urin, feses, semen, ASI, dan sekresi
serviks. Akibatnya berkisar dari infeksi ringan, demam, hepatitis,
pneumonitis, kerusakan otak, sampai lahir mati dan kematian
perinatal.
Kecuali: infeksi CMV kongenital (P35.1),
mononucleosis CMV (B27.1)
B25.0 Pneumonitis CMV (J17.1*)
B25.1 Hepatitis CMV (K77.0*)
B25.2 Pancreatitis CMV (K87.1*)
B25.8
Penyakit CMV lain
B25.9
Penyakit CMV, tidak dijelaskan
B26 Mumps
Mumps (parotitis epidemika, infeksiosa) adalah penyakit menular
yang akut, dengan pembesaran kelenjar saliva, terutama parotid yang
disertai nyeri. Virus disebarkan melalui droplet atau kontak langsung
dengan material yang tercemar oleh saliva terinfeksi. Komplikasi yang
sering adalah orkhitis, meningoensefalitis, dan pankreatitis.
B26.0
B26.1
B26.2
B26.3
B26.8

Orchitis mumps (N51.1*)


Meningitis mumps (G02.0*)
Encephalitis mumps (G05.1*)
Pancreatitis mumps (K87.1*)
Mumps dengan komplikasi lain:

Polyneuropathy mumps (G63.0*), myocarditis mumps (I41.1*)


Arthritis mumps (M01.5*), nephritis mumps (N08.0*)
B26.9
Mumps tanpa komplikasi
Mumps NOS, Parotitis NOS
B27 Mononucleosis infeksiosa
Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi, tenggorok sakit,
limfadenopati umum; hiperplasia jaringan limfe, dan limfositosis.
Termasuk: glandular fever, monocytic angina, penyakit Pfeiffer'
B27.0
Mononucleosis gammaherpesvirus;
Mononucleosis akibat virus Epstein-Barr
B27.1
Mononucleosis CMV
B27.8
Mononucleosis infeksiosa lain
B27.9
Mononucleosis infeksiosa, tidak dijelaskan
B30 Konjungtivitis virus
Penyakit akibat adenovirus ini terutama menyerang orang
dewasa. Serangan pada anak-anak berhubungan dengan efeknya pada
pernafasan dan sistemik.
Kecuali: penyakit mata herpesvirus [herpes simplex] (B00.5),
penyakit mata zoster (B02.3)
B30.0 Keratoconjunctivitis akibat adenovirus (H19.2*);
Keratoconjunctivitis epidemika,
Shipyard eye
B30.1 Konjungtivitis akibat adenovirus (H13.1*),
Konjungtivitis folikularis adenovirus akut,
Swimming-pool conjunctivitis
B30.2
Faringokonjungtivitis virus
B30.3 Konjungtivitis hemoragika epidemik akut (enterovirus)
(H13.1*);
Konjungtivitis akibat coxsackievirus 24,
Konjungtivitis akibat enterovirus 70
Konjungtivitis hemoragika (akut) (epidemik)
B30.8 Konjungtivitis virus lainnya (H13.1*);
Konjungtivitis Newcastle
B30.9
Konjungtivitis virus, tidak dijelaskan
B33 Penyakit virus lain, not elsewhere classified
B33.0
Myalgia epidemik

Penyakit Bornholm
B33.1
Penyakit Ross River
Demam Ross River
Poliartritis dan exantema epidemik
B33.2
Karditis virus
B33.3
Infeksi retrovirus, not elsewhere classified;
Infeksi retrovirus NOS
B33.4 Hantavirus (cardio)-pulmonary syndrome [HPS] [HCPS] (J17.1*)
Penyakit hantavirus dengan manifestasi pulmonalis
Penyakit virus Sin Nombre
Gunakan kode tambahan (N17.9) kalau perlu, untuk identifikasi
kegagalan ginjal yang berhubungan dengan HPS yang
disebabkan oleh etiologi hantavirus Andes, Bayou, dan Black
Creek Canal
Kecuali: demam berdarah dengan manifestasi ginjal (A98.5
N08.0*)
B33.8
Penyakit virus lain yang dijelaskan.
B34 Penyakit virus dengan situs tidak dijelaskan
Kecuali: infeksi herpesvirus NOS (B00.9)
penyakit CMV NOS (B25.9)
infeksi retrovirus NOS (B33.3)
virus sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasikan pada
bab lain (B97.-)
B34.0
Infeksi adenovirus, tempat tidak dijelaskan
B34.1
Infeksi enterovirus, tempat tidak dijelaskan
Infeksi coxsackievirus NOS
Infeksi echovirus NOS
B34.2
Infeksi coronavirus, tempat tidak dijelaskan
Kecuali: severe acute respiratory syndrome [SARS] (U04.9)
B34.3
Infeksi parvovirus, tempat tidak dijelaskan
B34.4
Infeksi papovavirus, tempat tidak dijelaskan
B34.8
Infeksi virus lain yang situsnya tidak dijelaskan
B34.9
Infeksi virus, tidak dijelaskan;
Viraemia NOS

Mycoses (B35-B49)
Kecuali: mycosis fungoides (C84.0)
pneumonitis hipersensitif akibat debu organik (J67.-)
B35 Dermatophytosis

Dermatophyta adalah jamur jaringan mati pada kulit atau


bagiannya
(stratum
korneum,
kuku,
rambut).
Microsporum,
Trichophyton dan Epidermophyton paling sering terlibat. Beberapa
dermatophyta menyebabkan radang ringan atau tanpa radang. Infeksi
akut bisa terjadi, misalnya vesikel dan bulla di kaki, atau lesi lunak
berair (kerion) di kepala akibat reaksi imunologis terhadap jamur yang
biasanya diikuti oleh remisi atau kesembuhan.
Tinea barbae adalah infeksi jamur pada jenggot yang jarang
terjadi. Tinea kapitis pada kepala yang disebabkan Trichophyton sering
mengenai anak-anak, menular dan bisa menjadi epidemik. Area yang
terlibat memiliki bintik-bintik hitam akibat rambut yang patah. Lesi
Microsporum audouini berupa patch abu-abu, bersisik, dan agak botak
dengan rambut kusam dan patah-patah. Lesi akibat M. canis dan M.
gypseum lebih bersifat radang, dengan lepasnya rambut terinfeksi, dan
bisa disertai granuloma radang yang menonjol (kerion), lalu segera
sembuh.
Tinea unguium atau jamur kuku adalah salah satu bentuk
onychomycosis, biasanya disebabkan oleh Trichophyton. Kuku menebal
dan kusam, debris berkumpul di bawah ujung bebasnya. Plat kuku bisa
menjadi terpisah, dan kuku bisa hancur. Tinea manuum adalah jamur
tangan, dan tinea pedis di sela-sela jari kaki dikenal dengan nama
athletes foot. Lesi Trichophyton ini sering lecet dengan vesikel
dipinggirnya.
Tinea korporis disebabkan oleh Trichophyton dengan lesi
papuloskuamosa berbentuk lingkaran dengan pinggir yang naik,
meluas ke pinggir, dan bagian tengah cenderung bersih. Tinea cruris
melebar dari lipatan paha menuju paha dalam bagian atas. Bentukbentuk lain jamur adalah Pityriasis versikolor, Pityriasis nigra, white
piedra dan black piedra..
Termasuk: favus
infeksi Epidermophyton, Microsporum and Trichophyton
tinea, semua jenis kecuali yang ada pada B36.B35.0
Tinea barbae dan tinea capitis
Ringworm (jamur) jenggot, ringworm kulit kepala, kerion, sycosis
jamur
B35.1
Tinea unguium
Onychomycosis, onychia dermatophyta, dermatophytosis kuku,
ringworm kuku
B35.2
Tinea manuum
Dermatophytosis tangan, hand ringworm
B35.3
Tinea pedis
Athlete's foot, dermatophytosis kaki, foot ringworm
B35.4
Tinea corporis
Ringworm badan

B35.5

Tinea imbricata
Tokelau
B35.6
Tinea cruris;
Dhobi itch, groin ringworm, jock itch
B35.8

Dermatophytosis lain
Dermatophytosis disseminata, dermatophytosis granulomatosa
B35.9
Dermatophytosis, tidak dijelaskan;
Ringworm NOS
B36 Mikosis permukaaan lainnya
B36.0
Pityriasis versicolor
Tinea flava, tinea versicolor, [panu]
B36.1
Tinea nigra;
Microsporosis nigra, pityriasis nigra
Keratomycosis nigricans palmaris
B36.2
White piedra
Tinea blanca
B36.3
Black piedra
B36.8
Mikosis superfisialis lain yang dijelaskan
B36.9
Mikosis superfisialis, tidak dijelaskan
B37 Candidiasis
Kandidiasis biasanya pada kulit dan membran mukosa, infeksi
sistemik menyebabkan lesi visera yang fatal. Penyebabnya, Candida
albicans adalah jamur ragi saprofit yang menjadi patogen kalau
lingkungan memungkinkan atau pertahanan tubuh melemah. Daerah
hangat dan lecet adalah tempat yang rentan. Kerentanan ditingkatkan
oleh antibiotik, kortikosteroid, antimetabolik, kehamilan, obesitas,
diabetes mellitus dan cacad imunologis. Pada dewasa muda kandidiasis
bisa merupakan tanda awal AIDS.
Kandidiasis intertrigo (lipatan) berupa patch berbatas tegas,
merah, bisa gatal dan eksudat. Kandidiasis perianus menyebabkan
pruritus ani yang lecet bewarna putih. Vulvovaginitis kandida sering
ketika hamil atau diabetes mellitus, berupa cairan putih kekuningan.
Infeksi glans penis dan preputium terdapat pasangan seksual penderita
vulvovaginitis kandida. Kandidiasis mulut (oral thrush) berupa patch
eksudat putih krem yang bisa dikikis dari lidah atau mukosa pipi.
Perleche, yaitu radang dan retak sudut mulut, bisa disebabkan oleh
kandida atau gigi palsu yang letaknya tidak benar.
Termasuk: candidosis, miniliasis
Kecuali: kandidiasis neonatus (P37.5)

B37.0

Stomatitis kandida
Oral thrush
B37.1
Kandidiasis pulmonalis
B37.2
Kandidiasis kulit dan kuku;
Onychia kandida, paronychia kandida
Kecuali:
dermatitis diaper (L22)
B37.3 Kandidiasis vulva dan vagina (N77.1*);
Vulvovaginitis kandida, vulvovaginitis monilia; vaginal thrush
B37.4 Kandidiasis urogenital lain;
Balanitis kandida (N51.2*), urethritis kandida (N37.0*)
B37.5 Meningitis kandida(G02.1*)
B37.6 Endokarditis kandida (I39.8*)
B37.7
Septis kandida
B37.8
Kandidiasis pada situs lain;
Cheilitis kandida, Enteritis kandida
B37.9
Kandidiasis, tidak dijelaskan;
Thrush NOS
B38 Coccidioidomycosis
Bentuk primer infeksi Coccidioides immitis ini bisa tanpa gejala,
berupa infeksi saluran pernafasan, effusi pleura atau pneumonia.
Bentuk progresif muncul dari bentuk primer, menyerang kulit, kelenjar
limfe, limpa, hati, ginjal, meningen dan otak, dan sering fatal
B38.0
Koksidioidomikosis paru-paru akut
B38.1
Koksidioidomikosis paru-paru kronis
B38.2
Koksidioidomikosis paru-paru, tidak dijelaskan
B38.3
Koksidioidomikosis kulit
B38.4 Koksidioidomikosis meningitis (G02.1*)
B38.7
Koksidioidomikosis disseminata
Koksidioidomikosis generalisata
B38.8
Bentuk lain koksidioidomikosis
B38.9
Koksidioidomikosis, tidak dijelaskan
B39 Histoplasmosis
Disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, khas dengan lesi paruparu primer dan bisa menyebar melalui darah dan menyebabkan ulkus
orofarings, saluran pencernaan, serta hepatomegali, splenomegali,
limfadenopati, dan nekrosis adrenal.
B39.0
B39.1
B39.2
B39.3

Histoplasmosis
Histoplasmosis
Histoplasmosis
Histoplasmosis

capsulati
capsulati
capsulati
capsulati

paru-paru akut
paru-paru kronis
paru-paru, tidak dijelaskan
disseminata

Histoplasmosis capsulati generalisata


B39.4
Histoplasmosis capsulati, tidak dijelaskan
Histoplasmosis Amerika
B39.5
Histoplasmosis duboisii
Histoplasmosis Afrika
B39.9
Histoplasmosis, tidak dijelaskan
B40 Blastomycosis
Penyakit Gilchrist ini disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis,
terutama melibatkan paru-paru dan bisa menyebar secara hematogen
ke kulit.
Kecuali: Blastomikosis Brazilia (B41.-)
Blastomikosis keloid (B48.0)
B40.0
Blastomikosis paru-paru akut
B40.1
Blastomikosis paru-paru kronis
B40.2
Blastomikosis paru-paru, tidak dijelaskan
B40.3
Blastomikosis kulit
B40.7
Blastomikosis disseminata
Blastomikosis generalisata
B40.8
Bentuk lain blastomikosis
B40.9
Blastomikosis, tidak dijelaskan
B41 Parakoksidioidomikosis
Penyakit infeksi kulit, membran mukosa, kelenjar limfe, dan
organ internal ini disebabkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis
(Blastomyces brasiliensis).
Termasuk: Blastomikosis Brazilia
Penyakit Lutz
B41.0
Parakoksidioidomikosis paru-paru
B41.7
Parakoksidioidomikosis disseminata
Parakoksidioidomikosis umum
B41.8
Bentuk lain parakoksidioidomikosis
B41.9
Parakoksidioidomikosis, tidak dijelaskan
B42 Sporotrichosis
Akibat saprofit tanaman Sporothrix schenckii, khas dengan nodul,
ulkus dan abses pada kulit dan saluran limfe permukaan, dan bisa
menyerang paru-paru atau membran sinovium. Ia sering menyerang
petani dan peladang, terutama yang menangani semak belukar.
B42.0
B42.1

Sporotrikosis paru-paru (J99.8*)


Sporotrikosis limfokutan

B42.7

Sporotrikosis disseminata
Sporotrikosis umum
B42.8
Bentuk lain sporotrikosis
B42.9
Sporotrikosis, tidak dijelaskan
B43 Chromomycosis and phaeomycotic abscess
Penyakit infeksi akibat Hormodendrum pedrosoi, H. compactum,
atau Phialophora verrucosa, khas dengan nodul kulit seperti wart yang
dengan perlahan menjadi vegetasi papillomatosa yang mudah
membentuk ulkus. Umum terjadi di daerah tropis pada laki-laki 30-50
tahun.
B43.0

Kromomikosis kulit
Dermatitis verrucosa
B43.1
Abses otak phaeomikotik
Kromomycosis otak
B43.2
Abses dan kista phaeomikotik subkutis
B43.8
Bentuk lain kromomikosis
B43.9
Kromomikosis, tidak dijelaskan
B44 Aspergillosis
Penyakit infeksi paru-paru yang bisa menyebar melalui darah,
disebabkan oleh Aspergillus spp, terutama A. fumigatus. Kelainan paruparu mungkin pula sebagai reaksi allergi terhadap jamur ini atau
spesies lainnya. Jamur ini muncul setelah pengobatan antibiotika
bronkus yang rusak oleh bronkitis, bronkiekstasis, atau TB. Bola jamur
(aspergilloma, fungus ball) adalah bentuk khas penyakit ini yang
pada foto Rontgen terlihat sebagai massa bulat padat dikelilingi oleh
lapisan udara tipis, biasanya di dalam rongga sisa TB.
Termasuk: Aspergilloma
B44.0
Aspergillosis paru-paru invasif
B44.1
Aspergillosis paru-paru lainnya
B44.2
Aspergillosis paru-paru tonsil
B44.7
Aspergillosis paru-paru disseminata
Aspergillosis umum
B44.8
Bentuk lain aspergillosis
B44.9
Aspergillosis, tidak dijelaskan
B45 Cryptococcosis
Penyakit infeksi Filobasidiella neoformans (dulu disebut
Cryptococcus neoformans) ini memiliki fokus primer pada paru-paru,
menyebar ke meningen atau ke ginjal, tulang dan kulit.

B45.0
B45.1

Kriptokokosis paru-paru
Kriptokokosis cerebralis
Kriptokokosis meningocerebralis
Meningitis cryptococcus (G02.1*)
B45.2
Kriptokokosis kulit
B45.3
Kriptokokosis tulang
B45.7
Kriptokokosis disseminata
Kriptokokosis umum
B45.8
Bentuk lain kriptokokosis
B45.9
Cryptococcosis, tidak dijelaskan
B46 Zygomycosis
Disebut juga phycomycosis atau mucormycosis, disebabkan oleh
hyphae (filamen jamur) lebar tanpa septum dari Rhizopus, Abdisia,
atau Basidiobolus spp. Mucormycosis kulit menyebabkan bengkakbengkak pada subkutis leher dan dada. Jenis rhinocerebralis adalah
infeksi primer fatal pada hidung, sinus atau orbita, sering pada
penurunan daya tahan tubuh.
B46.0
B46.1
B46.2
B46.3
B46.4

Mukormikosis paru-paru
Mukormikosis rhinocerebralis
Mukormikosis gastrointestinalis
Mukormikosis kulit, mucormycosis subkutis
Mukormikosis disseminata;
Mukormikosis umum
B46.5
Mukormikosis, tidak dijelaskan
B46.8
Zygomikoses lain;
Entomophthoromycosis
B46.9
Zygomikosis, tidak dijelaskan;
Phycomycosis NOS
B47 Mycetoma
Infeksi kaki (kadang-kadang anggota atas) yang kronis, agak
sembab, dengan banyak sinus; yang menyebar kecuali kalau dieksisi
atau diamputasi. Kasus yang dibiarkan bisa menyebabkan kematian
akibat serangan infeksi sekunder bakteria. Hampir separo kasus
disebabkan oleh Nocardia spp., dan sisanya oleh sekitar 20 macam
jamur dan bakteria. Paling sering terjadi di daerah tropis dan pada usia
21-40 tahun.
B47.0

Eumycetoma
Madura foot jenis mikotik; Maduromycosis
B47.1
Actinomycetoma
B47.9
Mycetoma, tidak dijelaskan;

Madura foot NOS


B48 Mikosis lain, not elsewhere classified
B48.0
Lobomycosis
Penyakit Lobo;
Blastomikosis keloid
B48.1
Rhinosporidiosis
B48.2
Allescheriasis
Infeksi Pseudallescheria boydii
Kecuali:
eumycetoma (B47.0)
B48.3
Geotrichosis;
Stomatitis geotrichum
B48.4
Penicillosis
B48.7
Mikoses oportunistik
disebabkan oleh jamur dengan keganasan rendah yang hanya
menginfeksi sebagai
akibat terdapatnya faktor-faktor seperti penyakit yang
melemahkan atau pemberian
obat penekan ketahanan dan obat lainnya, atau terapi
penyinaran. Hampir semua
jamur penyebab bersifat saprofit di tanah atau pada vegetasi
yang membusuk.
B48.8
Mikoses lain yang dijelaskan
Adiaspiromycosis
B49 Mycosis, tidak dijelaskan
Fungaemia NOS

Penyakit-penyakit akibat protozoa (B50-B64)


Kecuali: amoebiasis (A06.-),
penyakit usus akibat protozoal lain (A07.-)
Malaria
Malaria adalah penyakit akibat Plasmodium falciparum, P. vivax,
P. malariae, atau P. ovale. Infeksi terjadi melalui tusukan nyamuk
anopheles, transfusi darah, atau penggunaan jarum bersama di antara
pengguna narkoba.. Masa inkubasi 10-35 hari, disusul oleh masa
prodroma berupa demam ringan, lesu, sakit kepala, nyeri otot, dan
rasa dingin, sehingga sering diduga influenza. Serangan dimulai
dengan menggigil, demam dan keringatan, pada malaria vivax dan
ovale setiap 48 jam, pada malaria falciparum setiap 36-72 jam, dan

pada malaria malariae setiap 72 jam. Gejala diikuti anemia dan


splenomegali, dengan perjalanan penyakit kronis berulang.
Lingkaran hidup dimulai ketika anopheles betina menelan
gametosit malaria dari darah, yang berubah menjadi sporozoit yang
akan bermukim di kelenjar saliva nyamuk. Sporozoit yang disuntikkan
ke manusia memasuki sel-sel parenkim hati dan memperbanyak diri
(fase eksoeritrosit). Setelah 2-4 minggu, terbentuk merozoit yang
memasuki darah dan eritrosit (fase eritrosit). Mereka memperbanyak
diri di dalam eritrosit membentuk generasi merozoit baru. Eritrosit
akan pecah, merozoit dibebaskan ke dalam plasma dan memasuki
eritrosit baru, lalu memperbanyak diri. Gametosit yang juga terbentuk
di eritrosit, tidak mampu memperbanyak diri kalau tidak ditelan
kembali oleh anopheles.
B50 Malaria Plasmodium falciparum
Termasuk: infeksi campuran P. falciparum dengan Pasmodium spp. lain
B50.0
Malaria P. falciparum dengan komplikasi otak
Malaria otak NOS
B50.8
Malaria P. falciparum berat dan berkomplikasi lain
Malaria P. falciparum berat dan berkomplikasi NOS
B50.9
Malaria P. falciparum, tidak dijelaskan
B51 Malaria Plasmodium vivax
Termasuk: infeksi campuran P. vivax dengan Plasmodium spp. lain
Kecuali: bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
B51.0
Malaria P. vivax dengan ruptur limpa
B51.8
Malaria P. vivax dengan komplikasi lain
B51.9
Malaria P. vivax tanpa komplikasi
Malaria P. vivax NOS
B52 Malaria Plasmodium malariae
Termasuk: infeksi campuran P. malariae dengan Plasmodium spp. lain
Kecuali: bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
bercampur dengan P. vivax (B51.-)
B52.0
Malaria P. malariae dengan nephropathy
B52.8
Malaria P. malariae dengan komplikasi lain
B52.9
Malaria P. malariae tanpa komplikasi
Malaria P. malariae NOS
B53 Malaria lain yang secara parasitologi dipastikan
B53.0
Malaria P. ovale
Kecuali:
bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
bercampur dengan P. vivax (B51.-)
bercampur dengan P. malariae (B52.-)
B53.1
Malaria akibat plasmodia simian (monyet)

Kecuali:
bercampur dengan P. falciparum (B50.-)
bercampur dengan P. vivax (B51.-)
bercampur dengan P. malariae (B52.-)
bercampur dengan P. ovale (B53.0),
B53.8
Malaria lain yang secara parasitologi dipastikan, not
elsewhere classified;
Malaria yang secara parasitologi dipastikan NOS.
B54 Malaria yang tidak dijelaskan
Malaria yang didiagnosa secara klinis tanpa konfirmasi
parasitologi
B55 Leishmaniasis
Leishmaniasis disebabkan oleh Leishmania spp. yang ditularkan
lalat Phlebotomus (sandfly). Manifestasinya bisa viseral, mukokutan,
atau kulit, tergantung strain yang menyerang dan kekebalan. Kala-azar
disebabkan oleh L. donovani, masuk aliran darah, bersarang di sistem
retikulo-endotel, menimbulkan demam, splenomegali, kurus dan
pansitopenia, dengan angka kematian 90% kalau tidak diobati.
Leishmaniasis kulit disebabkan oleh L. tropica atau L. major, dengan
ulkus granulomatosa berbatas tegas. Ulkus mukokutan di muka
disebabkan oleh L. mexicana., L. braziliensis peruvia, dan L.
braziliensis braziliensis. Jenis lain, L. mexicana amazonensis dan L.
tropica aethiopica menyebabkan lesi kulit tersebar luas menyerupai
lepra lepromatosa.
B55.0

Leishmaniasis viseral;
Kala-azar;
Leishmaniasis kulit pasca-kala-azar
B55.1
Leishmaniasis kulit
B55.2
Leishmaniasis mukokutan
B55.9
Leishmaniasis, tidak dijelaskan
B56 Trypanosomiasis Afrika
Trypanosomiasis adalah penyakit kronis akibat T. brucei var.
gambiense dan T. brucei var. rhodesiense yang menyebabkan penyakit
tidur Afrika, ditularkan oleh lalat Tsetse (Glossina spp.).
Tripanosomiasis ini khas dengan demam, limfadenopati, erupsi kulit,
dan edema-edema lokal yang nyeri. Gejala SSP seperti tremor, sakit
kepala, apathy, dan kejang akan muncul kemudian dan menyebabkan
koma dan kematian.
B56.0
B56.1
B56.9

Trypanosomiasis Gambia; West African sleeping sickness


Trypanosomiasis Rhodesia; East African sleeping sickness
Trypanosomiasis Afrika, tidak dijelaskan; Sleeping sickness
NOS

B57 Penyakit Chagas


Penyakit Chagas atau Trypanosomiasis Amerika terdapat di
Amerika Selatan dan Tengah, disebabkan oleh T. cruzi, ditularkan oleh
insekta reduviid (Triatoma). Gejala akut terutama pada anak-anak
kecil, khas dengan demam, limfadenopati, hepatosplenomegali, dan
edema muka. Kadang-kadang disertai meningoensefalitis dan kejang
yang menyebabkan cacad mental atau fisik yang permanen, atau
kematian.
Termasuk: American trypanosomiasis;
Infeksi Trypanosoma cruzi
B57.0 Penyakit Chagas akut yang melibatkan jantung (I41.2*, I98.1*)
Penyakit Chagas akut yang melibatkan kardiovaskuler NEC
(I98.1*)
Penyakit Chagas akut dengan miokarditis (I41.2*)
B57.1
Penyakit Chagas akut tanpa melibatkan jantung;
Penyakit Chagas akut NOS
B57.2 Penyakit Chagas (kronis) yang melibatkan jantung
Trypanosomiasis Amerika NOS
Penyakit Chagas (kronis) NOS
Penyakit Chagas (kronis) (dengan) melibatkan kardiovaskuler
NEC (I98.1*),
Penyakit Chagas (kronis) (dengan) myokarditis (I41.2*)
Trypanosomiasis NOS, di tempat penyakit Chagas prevalent
B57.3 Penyakit Chagas (kronis) yang melibatkan sistem pencernaan
B57.4 Penyakit Chagas (kronis) yang melibatkan sistem syaraf
B57.5 Penyakit Chagas (kronis) yang melibatkan organ lain
B58 Toxoplasmosis
Penyakit granulomatosa umum atau SSP akibat Toxoplasma
gondii. Infeksi asimptomatik di seluruh dunia menunjukkan variasi 794%. Ia menyerang dan memperbanyak diri secara aseksual di dalam
sitoplasma sel-sel berinti, dan membentuk kista di jaringan.
Perbanyakan secara seksual terjadi pada sel-sel usus kucing, oosit yang
dihasilkan keluar bersama feses. Penularan bisa terjadi melalui
plasenta, makan daging berkista yang kurang masak, dan melalui oosit
di tanah yang tercemar kotoran kucing.
Termasuk: Infeksi Toxoplasma gondii
Kecuali: Toxoplasmosis kongenital (P37.1)
B58.0 Okulopati toxoplasma;
chorioretinitis toxoplasma (H32.0*)
B58.1 Hepatitis toxoplasma (K77.0*)
B58.2 Meningoencephalitis toxoplasma (G05.2*)
B58.3 Toxoplasmosis paru-paru (J17.3*)

B58.8

Toxoplasmosis yang melibatkan organ lain:


Miokarditis toxoplasma (I41.2*);
Miositis toxoplasma (M63.1*)
B58.9
Toxoplasmosis, tidak dijelaskan
B59 Pneumocystosis (J17.3*)
Pneumonia akibat Pneumocystis carinii
Pneumonia akibat Pneumocystis jirovecii
B60 Penyakit protozoa lain, not elsewhere classified
Kecuali: Kriptosporidiosis (A07.2);
Isosporiasis (A07.3)
Mikrosporidiosis usus (A07.8)
B60.0
Babesiosis
Piroplasmosis [infeksi intraeritrosit pada hewan]
B60.1
Acanthamoebiasis
Konjungtivitis akibat Acanthamoeba (H13.1*)
Keratokonjungtivitis akibat Acanthamoeba (H19.2*)
B60.2
Naegleriasis
Meningoensefalitis amuba primer (G05.2*)
B60.8
Penyakit protozoa lain yang dijelaskan:
Mikrosporidiosis
B64 Penyakit protozoa yang tidak dijelaskan

Helminthiases (B65-B83)
B65 Schistosomiasis [bilharziasis]
Penyakit visera akibat cacing darah Schistosoma, yang hidup di
dalam vena mesenterium atau bladder. Telur yang menembus mukosa
usus atau bladder akan tiba di air, menetas, melepaskan miracidia yang
dengan cepat berubah menjadi ribuan cercaria di dalam keong.
Cercaria dapat menembus kulit, dan berubah menjadi skistosomula,
pada saat ini terjadi dermatitis. Skistosomula pindah ke vena bladder
atau usus, menjadi dewasa dan bertelur dalam waktu 1 3 bulan sejak
memasuki kulit.
Gejala penyakit mencakup demam, menggigil, mual, nyeri
abdomen, malaise, mialgia, urtikaria merah, dan eosininofilia. Kadangkadang telur nyasar ke SSP dan menyebabkan mielitis transversa atau
kejang. Penyakit lain termasuk akibat dari trematoda usus Fasciolopsis
buski, Heteropyes atau Metagonimus; trematoda hati seperti Fasciola

hepatica dan Clonorshis


Paragonimus sp.

sinensis,

dan

trematoda

paru

seperti

Termasuk: snail fever


B65.0
Skistosomiasis akibat Schistosoma haematobium
[schistosomiasis urine]
B65.1
Skistosomiasis akibat Schistosoma mansoni [schistosomiasis
usus]
B65.2
Skistosomiasis akibat Schistosoma japonicum:
Skistosomiasis Asia
B65.3
Dermatitis cercaria
Swimmer's itch
B65.8
Skistosomiasis lain:
Infeksi Schistosoma intercalatum, Schistosoma mattheei,
Schistosoma mekongi
B65.9
Skistosomiasis, tidak dijelaskan
B66 Infeksi cacing jaringan (fluke) lainnya
B66.0
Opisthorchiasis
Infeksi cacing hati kucing
Opisthorchis (felineus)(viverrini)
B66.1
Clonorchiasis
Penyakit cacing hati Cina,
Penyakit cacing hati oriental;
Infeksi Clonorchis sinensis
B66.2
Dicrocoeliasis
Infeksi Dicrocoelium dendriticum
Infeksi cacing jaringan lancet
B66.3
Fascioliasis
Infeksi: Fasciola gigantica, F. hepatica, F. indica;
Penyakit cacing hati domba
B66.4
Paragonimiasis
Infeksi Paragonimus sp; Penyakit cacing paru-paru
Distomiasis paru-paru
B66.5
Fasciolopsiasis
Infeksi Fasciolopsis buski; Distomiasis usus
B66.8
Infeksi fluke lain
Echinostomiasis, Heterophyiasis, Metagonimiasis,
Nanophyetiasis, Watsoniasis
B66.9
Infeksi cacing jaringan, tidak dijelaskan
B67 Echinococcosis
Echinococcus adalah cacing dari jenis cestoda (cacing pita),
berbentuk panjang, pipih dan bersegmen, tidak memiliki pencernaan

tapi memperoleh makanan secara langsung dengan menyerapnya dari


usus tuan rumah. Echinococcosis adalah infeksi larva Echinococcus
granulosus yang bisa menimbulkan kista di dalam hati dan organ lain.
Penularan mulai dari telur yang ada dalam feses anjing, serigala atau
kaninus lain, ditelan oleh sapi, domba atau manusia, lalu diserap
saluran pencernaan dan memasuki hati, paru-paru, dan kadang-kadang
otak, tulang, dsb. Larva berkembang dengan lambat, bertahun-tahun,
membentuk kista hidatid yang akan berkembang lagi kalau dimakan
anjing. Echinococcus multilokularis memiliki siklus yang sama, dan
umumnya berasal dari serigala..
Termasuk: hydatidosis
B67.0
Infeksi Echinococcus granulosus pada liver
B67.1
Infeksi Echinococcus granulosus pada lung
B67.2
Infeksi Echinococcus granulosus pada bone
B67.3
Infeksi Echinococcus granulosus pada, other and multiple
sites
B67.4
Infeksi Echinococcus granulosus, tidak dijelaskan
(Infeksi) cacing pita anjing
B67.5
Infeksi Echinococcus multilocularis pada hati
B67.6
Infeksi Echinococcus multilocularis pada situs lain dan ganda
B67.7
Infeksi Echinococcus multilocularis, tidak dijelaskan
B67.8
Echinococcosis pada hati, tidak dijelaskan
B67.9
Echinococcosis, di tempat lain and tidak
dijelaskan;Echinococcosis NOS
B68 Taeniasis
Infeksi saluran usus, sering tanpa gejala, akibat sestoda dewasa
Taenia saginata yang berasal dari sapi, atau Taenia solium yang
berasal dari babi. Infeksi stadium larva T. solium dapat menyebabkan
neurocysticercosis dengan kejang epilepsi.
Kecuali: cysticercosis (B69.-)
B68.0
Taeniasis Taenia solium
(Infeksi) cacing pita babi
B68.1
Taeniasis Taenia saginata
(Infeksi) cacing pita sapi, Infeksi cacing pita Taenia saginata
dewasa
B68.9
Taeniasis, tidak dijelaskan
B69 Cysticercosis
Termasuk: infeksi cysticerciasis akibat bentuk larva Taenia solium
B69.0
Cysticercosis sistem syaraf pusat
B69.1
Cysticercosis mata
B69.8
Cysticercosis pada situs lain
B69.9
Cysticercosis, tidak dijelaskan

B70 Diphyllobothriasis and sparganosis


Infeksi Diphyllobothrium latum, atau cacing pita ikan, sering
tanpa gejala. Ia menyerap vitamin B12 dari usus sehingga timbul
defisiensi vitamin ini dan anemia megaloblastik..
B70.0

Diphyllobothriasis:
Infeksi Diphyllobothrium (dewasa) (latum) (pacificum),
(Infeksi) cacing pita ikan
Kecuali:
diphyllobothriasis larva (B70.1)
B70.1
Sparganosis
Infeksi Sparganum (mansoni)(proliferum); infeksi larva
Spirometra
Diphyllobothriasis larva
Spirometrosis
B71 Infeksi cestoda lainnya
B71.0
Hymenolepiasis
(Infeksi) cacing pita cebol (dwarf)
(Infeksi) cacing pita tikus
B71.1
Dipylidiasis
B71.8
Infeksi cestoda lain yang dijelaskan
Coenurosis
B71.9
Infeksi cestoda, tidak dijelaskan:
(Infeksi) cacing pita NOS
B72 Dracunculiasis
Infeksi nematoda (cacing bulat) jenis Dracunculus medinensis
yang dapat menyebabkan ulkus nyeri pada kulit dan arthritis yang
melumpuhkan. Infeksi melalui air terkontaminasi, menembus usus, dan
menjadi dewasa di jaringan ikat. Bagian kepala muncul di kulit dan
membentuk papula merah, vesikula, dan ulkus.
Infeksi Dracunculus medinensis,
Infeksi cacing Guinea
B73 Onchocerciasis
Infeksi nematoda filaria yang menyebabkan penyakit kulit kronis
dan lesi mata yang dapat menyebabkan buta.
Infeksi Onchocerca volvulus,
Onchocercosis,
River blindness
B74 Filariasis
Filariasis limfatik adalah infeksi oleh 3 spesies Filarioidea,
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, atau B. timori, yang
menyebabkan adenolimfangitis akut, limfedema kronik, hidrokel, dan

chiluria. Larva yang disuntikkan nyamuk memasuki darah dan saluran


limfe, menjadi dewasa dalam 6-12 bulan. Radang kelenjar limfe
menyumbat aliran limfe dan terjadinya penyakit kaki gajah. Loiasis
adalah infeksi Loa loa, menyebabkan angioedema lokal pada kulit dan
sindroma hipereosinofilia allergi. Ia disuntikkan oleh lalat Chrysops
(deerfly atau horsefly).
Kecual:

Onchocerciasis (B73);
Eosinofilia (pulmonalis) tropis NOS (J82)
B74.0
Filariasis akibat Wuchereria bancrofti:
Elefantiasis bancrofti,
Filariasis bancrofti
B74.1
Filariasis akibat Brugia malayi
B74.2
Filariasis akibat Brugia timori
B74.3
Loiasis
Infeksi Loa loa
Sembab Calabar
Penyakit cacing mata Afrika
B74.4
Mansonelliasis:
Infeksi Mansonella ozzardi, M. perstans, M. streptocerca
B74.8
Filariasis lain
Dirofilariasis
B74.9
Filariasis, tidak dijelaskan
B75 Trichinellosis
Infeksi Trichinella spiralis, yang dapat menyebabkan gejala
pencernaan ringan diikuti oleh edema periorbita, nyeri otot, demam,
dan eosinofilia.
Infeksi Trichinella spp;
Trichiniasis
B76 Hookworm diseases
Penyakit cacing tambang disebabkan oleh Ankylostoma
duodenale atau Necator americanus, menyebabkan nyeri perut dan
anemia defisiensi besi. Larva Ankylostoma braziliense pada anjing atau
kucing dapat masuk tubuh manusia melalui kulit, menyebabkan
cutaneous larva migrans.
Termasuk: Uncinariasis
B76.0
Ancylostomiasis
Infeksi Ancylostoma sp.
B76.1
Necatoriasis
Infeksi Necator americanus
B76.8
Penyakit cacing tambang lain
B76.9
Penyakit cacing tambang, tidak dijelaskan:

Cutaneous larva migrans NOS


B77 Ascariasis
Telur Ascaris lumbricoides menetas di duodenum, menembus
dinding usus dan dibawa darah ke jantung dan paru-paru. Selanjutnya
melalui bronkus mereka tiba di orofarings dan tertelan, lalu menjadi
dewasa di usus.
Termasuk: Askaridiasis
Infeksi cacing gelang
B77.0
Askariasis dengan komplikasi usus
B77.8
Askariasis dengan komplikasi lain
B77.9
Askariasis, tidak dijelaskan
B78 Strongyloidiasis
Infeksi Strongyloides
eosinofilia, dan nyeri perut.
B78.0
B78.1
B78.7
B78.9

stercoralis,

menyebabkan

rash

kulit,

Strongyloidiasis usus
Strongyloidiasis kulit
Strongyloidiasis disseminata
Strongyloidiasis, tidak dijelaskan

B79 Trichuriasis - Trichocephaliasis;: Whipworm (penyakit)


(infeksi)
Trichocephaliasis
(Penyakit)(infeksi) whipworm [cacing cambuk]
B80 Enterobiasis - Oxyuriasis; Pinworm infection; infeksi
Threadworm
Oxyuriasis
Infeksi pinworm [cacing jarum]
Infeksi threadworm [cacing benang]
B81 Helminthiasis usus lainnya, not elsewhere classified
Kecuali: angiostrongyliasis akibat Parastrongylus cantonensis (B83.2)
angiostrongyliasis akibat Angiostrongylus cantonensis (B83.2)
B81.0
Anisakiasis
Infeksi larva Anisakis
B81.1
Capillariasis usus
Capillariasis NOS
Infeksi Capillaria philippinensis,
Kecuali: capillariasis hati (B83.8)
B81.2
Trichostrongyliasis
B81.3
Angiostrongyliasis usus
angiostrongyliasis akibat Parastrongylus costaricensis

angiostrongyliasis akibat Angiostrongylus costaricensis


B81.4
Helminthiasis usus campuran
Helminthiasis campuran NOS
Infeksi cacing usus yang dapat diklasifikasikan pada lebih dari
satu di antara kategori B65.0-B81.3 dan B81.8.
B81.8
Helminthiasis usus lain yang dijelaskan
Infeksi Oesophagostomum sp. [oesophagostomiasis]
Infeksi Ternidens deminutus [ternidensiasis]
Infeksi Ternidens diminutus [ternidensiasis]
B82 Parasitisme usus yang tidak dijelaskan
B82.0
Intestinal helminthiasis, tidak dijelaskan
B82.9
Intestinal parasitism, tidak dijelaskan
B83 Helminthiasis lain
Kecuali: Capillariasis NOS (B81.1), capillariasis usus (B81.1)
B83.0
Visceral larva migrans
Toxocariasis
B83.1
Gnathostomiasis:
Wandering swelling sembab berpindah
B83.2
Angiostrongyliasis akibat Parastrongylus cantonensis
Angiostrongyliasis akibat Angiostrongylus cantonensis
Eosinophilic meningoencephalitis (G05.2*)
Kecuali:
angiostrongyliasis usus (B81.3)
B83.3
Syngamiasis
Syngamosis
B83.4
Hirudiniasis internal
Kecuali:
Hirudiniasis eksternal (B88.3)
B83.8
Helminthiasis lain yang dijelaskan
Acanthocephaliasis, Gongylonemiasis
Hepatic capillariasis, Metastrongyliasis, Thelaziasis
B83.9
Helminthiasis, tidak dijelaskan:
Cacingan NOS
Kecuali:
helminthiasis usus NOS (B82.0)

Pediculosis, acariasis and other infestations (B85-B89)


Pediculosis disebabkan oleh kutu kepala (Pediculus humanus
capitis), kutu badan (P. humanus corporis), atau kutu area genital
(Phthirus pubis). Kutu kepala dan pubis bisa hidup pada tubuh,
sedangkan kutu badan pada pakaian. Kutu badan adalah vektor penting
penularan organisme penyebab epidemic typhus, trench fever, dan
relapsing fever

B85 Pediculosis and phthiriasis


B85.0
Pediculosis akibat Pediculus humanus capitis
Infestasi kutu kepala
B85.1
Pediculosis akibat Pediculus humanus corporis
Infestasi kutu badan
B85.2
Pediculosis, tidak dijelaskan
B85.3
Phthiriasis
Infestasi Phthirus pubis, infestasi crab-louse (kutu daerah pubis)
B85.4
Campuran pediculosis and phthiriasis
Infestasi yang dapat diklasifikasikan pada lebih dari satu di
antara kategori B85.0-B85.3
B86 Scabies
Scabies disebabkan oleh kutu (mite) Sarcoptes scabiei. Kutu
betina membuat terowongan di stratum korneum kulit untuk
meletakkan telurnya yang menetas dalam beberapa hari.
Sarcoptic itch
B87 Myiasis
Termasuk: infestasi oleh larva lalat
B87.0
Myiasis kulit
Myiasis menjalar
B87.1
Myiasis luka
Myiasis traumatika
B87.2
Myiasis okuler
B87.3
Myiasis nasopharyngs
Myiasis laryngs
B87.4
Myiasis aural
B87.8
Myiasis tempat lain
Myiasis genitourinarius, Myiasis usus
B87.9
Myiasis, tidak dijelaskan
B88 Infestasi lain
B88.0
Acariasis lain:
Dermatitis acarine; Trombiculosis
Dermatitis akibat: Demodex sp., Dermanyssus gallinae,
Liponyssoides sanguineus
Kecuali:
scabies (B86)
B88.1
Tungiasis [sandflea infestation]
B88.2
Infestasi artropoda lain:
Scarabiasis
B88.3
Hirudiniasis eksternal:
Infestasi leech (lintah) NOS

Kecuali: hirudiniasis internal (B83.4)


B88.8
Infestasi lain yang dijelaskan
Ichthyoparasitism akibat Vandellia cirrhosa
Linguatulosis
Porocephaliasis
B88.9
Infestasi, tidak dijelaskan
Infestasi (kulit) NOS
Infestasi kutu NOS
Parasit kulit NOS
B89 Penyakit parasit yang tidak dijelaskan

Sequel penyakit infeksi dan parasit (B90-B94)


Kategori B90-B94 digunakan untuk menunjukkan kondisi pada
kategori A00-B89 sebagai penyebab sekuel, sementara mereka
diklasifikasikan di tempat lain. Sekuel mencakup kondisi yang
dinyatakan demikian; juga mencakup efek lanjut dari penyakit yang
dapat diklasifikasikan pada kategori di atas kalau terdapat bukti bahwa
penyakit itu tidak ada lagi. Untuk penggunaan kategori ini, rujukan
perlu dibuat ke aturan dan pedoman pengkodean mortalitas dan
morbiditas pada Volume 2.
Tidak untuk digunakan pada infeksi kronik. Kode infeksi saat ini
pada infeksi kronik atau aktif sebagaimana mestinya.
B90 Sekuel tuberkulosis
B90.0
Sekuel TB sistem syaraf pusat
B90.1
Sekuel TB genitourinarius
B90.2
Sekuel TB tulang dan sendi
B90.8
Sekuel TB organ lain
B90.9
Sekuel TB paru-paru dan yang tidak dijelaskan
Sekuel TB NOS
B91 Sekuel poliomyelitis
Kecuali: sindroma postpolio (G14)
B92 Sekuel leprosy
B94 Sekuel penyakit infeksi dan parasit lain dan yang tidak
dijelaskan
B94.0
Sekuel trakoma
B94.1
Sekuel ensefalitis virus
B94.2
Sekuel hepatitis virus
B94.8
Sekuel penyakit infeksi dan parasit lain yang dijelaskan

B94.9

Sekuel penyakit infeksi dan parasit yang tidak dijelaskan

Bakteri, virus dan agen infeksi lain (B95-B97)


Kategori ini jangan sekali-kali digunakan untuk pengkodean
primer. Mereka disediakan untuk digunakan sebagai kode tambahan
kalau dirasa perlu mengidentifikasi agen infeksi penyebab penyakit
yang diklasifikasikan di bab lain
B95 Streptococcus and staphylococcus penyebab penyakit yang
diklasifikasikan di bab lain
B95.0
Streptokokus, group A
B95.1
Streptokokus, group B
B95.2
Streptokokus, group D
B95.3
Streptokokus pneumoniae
B95.4
Streptokokus lain
B95.5
Streptokokus yang tidak dijelaskan
B95.6
Stafilokokus aureus
B95.7
Stafilokokus lain
B95.8
Stafilokokus yang tidak dijelaskan
B96 Agen bakteri lain yang dijelaskan sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain.
B96.0
Mycoplasma pneumoniae [M. pneumoniae] sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain
Pleuro-pneumonia-like-organism [PPLO]
B96.1
Klebsiella pneumoniae sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B96.2
Escherichia coli sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi
di bab lain
B96.3
Haemophilus influenzae sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B96.4
Proteus (mirabilis)(morganii) sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B96.5
Pseudomonas (aeruginosa) sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B96.6
Bacillus fragilis [B. fragilis] sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B96.7
Clostridium perfringens [C. perfringens] sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B96.8
Agen bakteri lain yang dijelaskan sebagai penyebab penyakit
yang diklasifikasi di bab lain

B97 Agen virus penyebab penyakit yang diklasifikasikan di bab


lain
B97.0
Adenovirus sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi di
bab lain
B97.1
Enterovirus: Coxsackievirus, Echovirus sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di bab lain
B97.2
Coronavirus sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi di
bab lain
B97.3
Retrovirus: Lentivirus, Oncovirus sebagai penyebab penyakit
yang diklasifikasi di bab lain
B97.4
Respiratory syncytial virus sebagai penyebab penyakit yang
diklasifikasi di bab lain
B97.5
Reovirus sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi di bab
lain
B97.6
Parvovirus sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi di
bab lain
B97.7
Papillomavirus sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi
di bab lain
B97.8
Virus lainnya sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi di
bab lain
Human metapneumovirus

Penyakit-penyakit in feksi lain (B99)


B98 Agen infeksi lain yang dijelaskan sebagai penyebab
penyakit yang diklasifikasi di tempat lain
B98.0
Helicobacter pylori [H. Pylori] sebagai penyebab penyakit
yang diklasifikasi pada bab lain
B98.1
Vibrio fulnificus sebagai penyebab penyakit yang diklasifikasi
pada bab lain.
B99 Penyakit infeksi lain dan yang tidak dijelaskan

CODING EXERCISES
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Chronic viral hepatitis C


Congenital syphilis in an 18-month old child
Oral candidiasis in a HIV patient
Acute pneumococcal tracheitis
Dracunculiasis
Non-infective diarrhoea in a 3-week old infant

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Tuberculosis of lung, confirmed


Axillary cutaneous abscess
Streptococcal sore throat
Cytomegalovirus pancreatitis
Internal hirudiniasis
Kaposi's sarcoma of skin of back in HIV patient
Infeksi Schistosoma mansoni dan Fasciolopsis buski dengan nyeri
perut yang berat
Epidemic typhus due to Rickettsia prowazekii
Granular trachomatous conjunctivitis
Mycotic Madura foot
Dwarf tapeworm infestation
Sequelae of leprosy
Classical cholera
Varicella meningitis

CHAPTER I: CERTAIN INFECTIOUS AND PARASITIC DISEASES


1.Chronic viral hepatitis C
Look up hepatitis in the Index (Volume 3, page 263).
Hepatitis
- viral
- - chronic
- - - type
- - - - C -> B18.2
2.Congenital syphilis in an 18-month old child
Look up syphilis in the Index (Volume 3, page 524).
Syphilis
- congenital
- - early or less than two years after birth -> A50.2
Perhatikan bahwa tidak ada gejala yang dijelaskan dan sifilis tidak
dinyatakan sebagai laten. A50.2 pada volume 1 dianggap Early
congenital syphilis, unspecified.
3.Oral candidiasis in a HIV patient
Look up candidiasis in the Index (Volume 3, page 84)
Candidiasis
- resulting from HIV disease -> B20.4
Perhatikan bahwa kode ini adalah untuk penyakit HIV yang
menyebabkan kandidiasis dan harus digunakan kalau yang
dikode hanyalah penyebab tunggal. Kalau mengkode kondisi
ganda, bisa ditambahkan B37.0 untuk menjelaskan bahwa
manifestasi infeksi HIV adalah oral thrush (candidal stomatitis).
Untuk menemukan kode ini, look up
Candidiasis
- mouth -> B37.0
4.Acute pneumococcal tracheitis
Look up tracheitis in the Index (Volume 3, page 538)
Tracheitis -> J04.1
Perhatikan bahwa kata-kata "acute" and "pneumococcal" tercantum
dalam uraian
tracheitis di dalam tanda kurung, yang berarti
bahwa ada tidaknya kata-kata ini dalam uraian penyakit tidak
mengubah kode. Untuk mengkode kondisi ganda, bisa
ditambahkan kode B95.3 untuk menunjukkan pneumokokus. To
find this code, you look up
Infection
- pneumococcal
- - as cause of disease classified elsewhere -> B95.3.

Kode J04.1 berasal dari bab pernafasan, bukan bab penyakit infeksi.
Lihat catatan eksklusi pada halaman 107 volume 1 untuk
menjelaskan ini.
5.Dracunculiasis
Look up dracunculiasis in the Index (Volume 3, page 189)
Dracunculiasis, dracunculosis -> B72.
6.Noninfective diarrhoea in a 3-week old infant
Cari diare pada indeks (Volume 3, page 158) perhatikan bahwa istilah
di dalam tanda kurung menunjukkan bahwa diare yang tidak
dijelaskan dianggap menular dan dikode pada bab I. Karena
kasus ini dinyatakan non-infectious, look up
Diarrhoea
- neonatal (non infective) -> P78.3.
Perhatikan bahwa usia pasien mengubah pemilihan kode. Kalau pasien
adalan neonatus, kodenya adalah K52.9 - diarrhoea, noninfective.
7.Tuberculosis of lung, confirmed
Look up tuberculosis in the Index (Volume 3, page 545).
Tuberculosis
- lung - see Tuberculosis, pulmonary.
- pulmonary
- - confirmed (by)
- - - unspecified means -> A15.3.
8.Axillary cutaneous abscess
Look up Abscess in the Index (Volume 3, page 17)
Abscess
- axilla (region) -> L02.4.
Note that if you look up Abscess, cutaneous the Index suggests to see
also Abscess, by site. This indicates that there are other, more
specific, codes available for body sites. There is also a code for
the axillary lymph node under Abscess, axilla but the diagnosis
here is for a cutaneous abscess. The exclusion notes on page 107
of volume 3 indicate that certain localised infections, such as this
one, are coded to the relevant body system chapter and not to
chapter 1.
9.Streptococcal sore throat
Look up Sore in the Index (Volume 3, page 501) or, if you know the
medical term for sore throat, look up pharyngitis.
Sore

- throat
- - streptococcal (ulcerative) -> J02.0.
Pharyngitis
- streptococcal -> J02.0.
The exclusion notes on page 107 of Volume 3 indicate that certain
localised infections, such as this one, are coded to the relevant
body system chapter and not to chapter 1.

10.Cytomegalovirus pancreatitis
Look up pancreatitis in the Index (Volume 3, page 425)
Pancreatitis
- cytomegaloviral -> B25.2 K87.1 *
Note that this is a case where a dagger and asterisk are used to
indicate the underlying cause of the disease (cytomegalovirus)
and the manifestation (pancreatitis). If you are only coding single
conditions, use the dagger code only.
11.Internal hirudiniasis
Look up hirudiniasis in the Index (Volume 3, page 266)
Hirudiniasis
- internal -> B83.4.
12.Kaposi's sarcoma of back (skin) in HIV patient
Look up sarcoma in the Index (Volume 3, page 484).
Sarcoma
- Kaposi's (M9140/3)
- - resulting from HIV disease -> B21.0.
If you are coding multiple conditions, you can add a code for the
sarcoma of skin of back and a morphology code to indicate
Kaposi's sarcoma. Look these up this way:
Sarcoma
- Kaposi's (M9140/3)
- - skin -> C46.0
Note the morphology code in parentheses after the morphological type
in the Index. Check this also in the Morphology Table in Volume 1
(page 1195) - next to the morphology code is the Chapter 2
category (C46.-) that should be used with this morphology.
13.Infection by schistosoma mansoni and fasciolopsis buski causing
severe abdominal pain

Look up Infection in the Index (Volume 3, pages 291-299).


Infection
- Schistosoma - see Infestation, Schistosoma
Infestation
- Schistosoma
- - mansoni -> B65.1
Infection
- fasciolopsis buski -> B66.5
If you are coding multiple conditions, use both these codes. There is no
need to code the abdominal pain as this is stated to be a
symptom of (caused by) the infection. If you are coding single
conditions only, you may wish to use either the first infection
code (B65.1) or B81.4 Mixed intestinal helminthiases. Read the
description for this code on page 174 of volume 1.

14.Epidemic typhus due to Rickettsia prowazekii


Look up typhus in the Index (Volume 3, page 552)
Typhus
- due to Rickettsia
- - prowazekii -> A75.0.
15.Granular trachomatous conjunctivitis
Look up conjunctivitis in the Index (Volume 3, page 113)
Conjunctivitis
- granular (trachomatous) -> A71.1 H13.1*
16.Mycotic Madura Foot
Look up Madura foot in the Index (Volume 3, page 343).
Madura foot
- mycotic -> B47.0
17.Dwarf tapeworm infestation
Look up infestation in the Index (Volume 3, page 299).
Infestation
- dwarf tapeworm -> B71.0
18.Sequelae of leprosy
Look up sequelae in the Index (Volume 3, page 495).
Sequelae
- leprosy -> B92

19.Classical cholera
Look up cholera in the Index (Volume 3, page 97).
Cholera
- classical -> A00.0
20.Varicella meningitis
Look up meningitis in the Index (Volume 3, page 355).
Meningitis
- in
- - varicella -> B01.0 G02.0*

Anda mungkin juga menyukai