Anda di halaman 1dari 34

BAHAN MATA KULIAH

BIOLOGI REPRODUKSI
PROSES PEMBENTUKAN JANIN
PROSES KEHAMILAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FETUS
PLASENTA

Oleh
Iswandi Darwis, S.Ked

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES TANJUNG KARANG


JURUSAN KEBIDANAN
BANDAR LAMPUNG
2008/2009

I. PROSES PEMBENTUKAN JANIN


A. Spermatogenesis
Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta
menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara
berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh
hormone gonadotropin, FSH dan testosterone (Wildan yatim, 1990).
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatositogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi
(membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari
sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer.
Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan
mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu
spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiosis
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak
dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan

(Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II


memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase
yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir
berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa
kromosom penentu jenis kelamin wanita X. Apabila salah satu dari
spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23
pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :
1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom
dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung
enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum.
2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang
dibutuhkan untuk motilitas.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam
vas defern dan ductus ejakulotorius.
B. Oogenesis
1. Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional
dari saccus vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum
kira-kira pada minggu ke 6 kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin
primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel pregranulosa yang melindungi
dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama membentuk folikel
primordial.
2. Folikel Primordial

Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel


ini dihasilkan sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya
berkembang selama kehidupan intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi
tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu pubertas satu folikel dapat
menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana
didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.
3. Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu
pasang kromosom merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan
disebut kromosom XX. Kromosom-kromosom yang lain disebut autosom.
Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin membawa gen-gen yang
disebut DNA.
4. Pembelahan Meiosis Pertama
Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami
pemasakan dan selesai sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah
sehingga kromosom terpisah dan terbentuk dua set yang masing-masing
mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar dibanding yang lain
karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel
yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar
primer ini dapat membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi.
Pembelahan meiosis pertama ini menyebabkan adanya kromosom haploid
pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga terjadi pertukaran kromatid
dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu kromatid tanpa
pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah
satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian
kedua sel tersebut mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan
bahan genetik yang polanya berbeda.
5. Oosit Sekunder

Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa


menembus zona pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah
membentuk ovum masak dan satu badan polar lagi, sehingga terbentuk dua
atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung bahan genetik
yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami
degenerasi. Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai
mengalami perkembangan embrional.

II. PROSES KEHAMILAN


A. Fertilisasi
Menurut Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam
gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang berasal
dari kedua parentalnya. Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi
merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa masuk,
ovum dapat tumbuh menjadi individu baru. Fertilisasi atau pembuahan adalah
proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di daerah ampula tuba
falopii. Bagian ini adalah bagian terluas pada saluran telur dan teretak dengan
ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita
selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim
dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan
oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di
saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu membuahi osit. Mereka harus
mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita
yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu, suatu
gelembung glikoprotein dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput
plasma yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang
menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi
akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan zona pelusida dan diinduksi oleh
protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
diperlukan untuk menembus zona pelusida antara lain akrosin dan zat serupa
tripsin. Fase fertilisasi mencakup fase 1 (penembusan korona radiata), fase 2
(penembusan zona pelusida) dan fase 3 (fusi oosit dan membran plasma)

Tahap 1 Penembusan Korona Radiata


Dari 200 300 juta sperma yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita
hanya 300 sampai 500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya
yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya
membantu sperma yang akan dibuahi untuk menembus sawar-sawar yang
melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas
menembus sel korona.
Tahap 2 Penembusan Zona Pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein disekeliling telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi
akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus
zona pelusida sehingga akan bertemu dengan membran plasma oosit.
Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan
oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul
korteks yang melapisi membran plasma oosit. Pada gilirannya enzim-enzim ini
menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat
penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat-tempat reseptor bagi spermatozoa
pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa
menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang terlihat mampu menembus
oosit.
Tahap 3 Penyatuan Oosit dan membran sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membran sel oosit, kedua selput plasma
sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang membungkus kepala akrosom
telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah
antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma.
Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit,
tetapi selaput plasma tertinggal di permukaan oosit.
Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan cara
yang berbeda.
1. Reksi kortikal dan zona. Sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit
(a) selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lainnya dan (b)
zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah

penambatan dan penetrasi sperma. Dengan cara ii terjadinya polispermi


dicegah.
2. Melanjutkan pembelahan mitosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan
meiosis keduanya segera setelah ada spermatozoa yang masuk. Salah satu dari
sel anaknya hampir tidak mendapatkan sitoplasma dan dikenal sebagai badan
kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitif. Kromosomnya (22+X)
tersusun didalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita
3. Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh
spermatozoa. Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi
kembali peristiwa permulaan seluler dan molekuler yang berhubungan dengan
awal embriogenesis.
Sementara itu spermatozoa bergerak terus maju hingga dekat sekali dengan
pronukleus wanita. Intinya embengkak dan membentuk pronukleus pria
sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi. Secara morfologis, pronukleus
wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling rapat erat
dan kehilangan selaput inti mereka. Selama masa pertumbuhan, baik pronukleus
pria maupun wanita (keduanya haploid), masing-masing pronukleus harus
menggandakan DNA-nya. Jika tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap dua sel
tersebut akan mempunyai separuh dari jumlah DNA normal. Segera setelah
sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk mempersiapkan
pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromosam ayah
(rangkap) membelah memanjang pada sentromer dan kromatid-kromatid yang
berpasangan tersebut saling bergerak ke arah kutub yang berlawanan, sehingga
menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom dan
DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid berpasangan bergerak ke arah
kutub yang berlawanan, munculah satu alur yang dalam pada permukaan sel yang
berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagaian.
Hasil utama pembuahan adalah :
1. Pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan
separuhnya dari ibu. Oleh karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom
baru yang berbeda dari kedua orang tuanya.

2. Penentuan jenis kelamin individu baru. Spermatozoa pembawea X akan


menghasilkan satu mudigah wanita (XX), dan spermatozoa pembawa Y
menghasilkan satu mudigah pria (XY). Oleh karena itu, jenis kelamin
kromosom mudigah tersebut ditentukan saat pembuahan
3. Dimulainya pembelahan. Tanpa pembuahan, oosit biasanya akan
berdegenerasi 24 jam setelah ovulasi.
Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian pembelahan
mitosis, mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel yang menjadi
semakin kecil pada setiap pembelahan ini dikenal sebagai blastomer. Sampai pada
tingkat delapan sel, sel-selnya membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar.
Tetapi, setelah pembelahan ketiga, hubungan antara blastomer semkin rapat,
sehingga membentuk sebuah bola sel yang padat yang disatukan oleh
persambungan yang kuat. Proses ini yang dikenal sebagai pemadatan,
memisahkan sel-sel bagian dalam yang saling berkomunikasi secara ekstensif
dengan gap junction dari sel-sel bagain luar. Kira-kira 3 hari setelah pembuahan,
sel-sel embrio yang termampatkan tersebut membelah lagi membentuk morula
dengan 16 sel. Sel-sel bagian dalam morula merupakan massa sel dalam,
sedangkan sel-sel sekitar membentuk massa sel luar. Massa sel dalam akan
membentuk jaringan-jaringan embrio sebenarnya, sementara massa sel luar
membentuk trofoblas yang kemudian ikut membentuk plasenta.
Kira-kira pada waktu morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus
zona pelusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam.
Berangsur-angsur ruang antar sel menyat dan akhirnya terbentuklah sebuah
rongga blastokel. Pada saat ini, mudigah dikenal sebagai blastokista. Sel-sel di
dalam massa sel dalam yang sekarang disebut embrioblas terletak pada salah satu
kutub, sedangkan selsel di massa sel luar ata trofoblas, menipis membentuk
dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini sudah menghilang, sehingga
implantasi bisa dimulai.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal
ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam
amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahanpembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar dan dalam 3 hari terbentuk sel-sel
9

yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk
pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitelus makin berkurang
dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap untuk
atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran
yang sama ini ahsil konsepsi disalurkan terus ke pars istmika dan pars interstitialis
tuba (bagian-bagian tuba yang mnyempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus
serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum
uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.
Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil yang membentuk dinding
blastula akan mejadi trofoblas. Denga demikian, blastula diselubungi oleh suatu
simpai yang disebut trofobas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan
menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa
sekresi dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini besar-besar dan mengandung
lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan
bagian yang mengandung inner cell mass aktif mudah masuk ke dalam lapisan
desidua dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-kadang pada
saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada
luka desidua.
Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase,
yaitu enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus
ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan
memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja. Badan
dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke dalam ovum. Segera
setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum
mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma,
sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).
B. Perkembangan Janin di Rahim
1. Pembelahan
Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara
holoblastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan

10

tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot
membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4
sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga
terbentuk balstomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang
disebut morula.
Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah
berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer.
Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula hanya sebagian kecil
zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah
pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak
sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu
meridian, vertical, ekuator dan latitudinal
2. Blastulasi dan Nidasi
Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan
terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi
cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut
blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi.
Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung
selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah
memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus.
Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengadakan pertautan
dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya.
Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut
implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah
fertilisasi (Yatim, 1990: 136)
3. Gastrulasi
Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan
tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini
merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi

11

terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel,


perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem
sumbu. Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan, sekarang terletak cukup
dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat merangsang dalam
pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan
lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah
dan ectoderm di sebelah luar.
Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan
perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha
mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu
dari spesies yang bersangkutan.
4. Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau
disebut juga dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat
atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri
sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami pembumbungan
yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses
differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada
pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif.
Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal
pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon
(otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural
(saraf). Pada bumbung endoderm terjadi diferensiasi awal saluran atas bagian
depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi diferensiasi
awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan jaringan
pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.
5. Organogenesis
Organogenesis atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitif yang berubah
menjadi bentuk yang lebih definitif dan memiliki bentuk dan rupa yang
spesifik dalam suatu spesies. Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan

12

berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis maka


ciri-ciri eksternal dan sistem organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya
embrio disebut fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)
Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan
differensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari bentuk primitif sehingga
menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang
khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian
secara halus bentuk definitif sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada
periode ini embrio mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak
(karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.
Organogenesis pada bumbung-bumbung:
Eksoderm terbagi atas epidermis dan neural
Epidermis
1. Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan
kimia) tanduk: sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
2. Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar
ludah, kelenjar lender, kelenjar air mata.
3. Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
4. Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email
gigi, kelenjar ludah dan indra pengecap.
5. Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan
bau tajam.
6. Lapisan enamel gigi.
Neural (saraf)
1. Otak dan sumsum tulang belakang.
2. Saraf tepi otak dan punggung.
3. Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
13

4. Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.

Mesoderm
1. Otot : lurik, polos dan jantung.
2. Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan
jaringan.
3. Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
4. Ginjal dan ureter.
5. Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia,
tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti
pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
6. Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera,
pericardium, peritoneum dan mesenterium.
7. Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
8. Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
Endoderm
1. Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
2. Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar
lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
3. Lapisan epitel paru atau insang.
4. Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter),
makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
5. Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.

14

Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang
sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio
berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai
lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm,
jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus,
genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai
yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus
dengan ukuran 30 mm.

III. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FETUS

A. Pertumbuhan Fetus
Umur fetus (janin) yang sebenarnya, harus dihitung dari saat fertilisasi atau karena
fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi, sekurang-kurangnya dari saat ovulasi.
Dalam praktek, tuanya kehamilan dihitung dari haid yang terakhir. Sesuai dengan
tingkat pertumbuhannya, berbagai nama diberikan pada anak yang dikandung itu.
1. Ovum : Umurnya dari 0-2 minggu setelah fertilisasi.
2. Embrio

: Umurnya dari 3-5 minggu, mulai terjadi pembentukan alat-

alat badan dalam bentuk dasar.


3. Fetus : Janin yang sudah mempunyai bentuk manusia.
Pertumbuhan fetus (janin) dipengaruhi oleh :
1. Faktor ibu, seperti :
Tinggi badan
Keadaan gizi
Tingginya tempat tinggal
Peminum atau perokok
Kelainan pembuluh darah

15

Kelainan uterus
Kehamilan ganda
2. Faktor anak, seperti :
Jenis kelamin
Kelainan genetis
Infeksi intrauterin terutama oleh virus
Kelainan kongenital lainnya
3. Faktor Plasenta, seperti :
Insuffisiensi dari plasenta dapat menyebabkan malnutrition intrauterin
Minggu ke-4 panjang kepala-bokong sekitar 44 mm dan meningkat 1 mm perhari
sampai 30 mm antara Minggu ke-8 dan 28, pertumbuhan meningkat pesat menjadi
sekitar 1,5 mm perhari, hingga periode ini dikenal sebagai periode pertumbuhan
janin.
Pertumbuhan janin adalah hasil dari interaksi antara dorongan genetik untuk
tumbuh dan penyediaan nutrisi selama kehamilan untuk menunjang dorongan
tersebut yang melibatkan interaksi dinamis antara janin plasenta dan ibunya.
B. Perkembangan Fetus
Hasil konsepsi terpendam dalam endometrium uterus, mendapat makanan dari
darah ibu, selama 10 minggu organ-organ terbentuk. Embrio terbungkus dalam
dua membran sebelah dalam amnion dan sebelah luar korion. Selama
perkembangan 8 minggu pertama, terbentuk plasenta sehingga fetus akan terikat
oleh tali pusar.
Permulaan periode embrional sebagai mulainya Minggu ke-3 setelah ovulasi.
Akhir periode embrional dan mulainya periode janin ditetapkan oleh sebagian ahli
embriologi, terjadi 8 minggu setelah fertilisasi, atau 10 minggu setelah mulainya
periode menstruasi terakhir.
Pada akhir Minggu ke-8 ini, tubuh bayi mulai terbentuk, dan kini disebut fetus
(berasal dari bahasa latin yang berarti keturunan) atau janin. Pada usia ini, fetus

16

berukuran kira-kira 3,5 cm dan terus tumbuh cepat hingga Minggu ke-20, baru
kemudian laju pertumbuhannya melambat. Kepalanya tampak besar jika
dibandingkan dengan tubuhnya tapi wajahnya mulai terbentuk. Matanya lebih
besar dan kini terletak di bagian depan muka untuk mempersiapkan kemampuan
melihatnya. Pembuluh air mata juga telah terbentuk pada Minggu ke delapan dan
telinganya yang terletak di leher berlahan-lahan jari-jari tangan dan kaki tampak
jelas meskipun masih diliputi selaput tipis.
Walaupun jenis kelamin bayi telah ditentukan sejak konsepsi, namun belum dapat
diketahui hingga Minggu ke-9 setelah alat kelaminnya muncul, dan jenis
kelaminnya dapat dibedakan sejak fetus berusia 12 minggu. Pada Minggu ke-12
fetus sudah terbentuk sempurna, kini panjangnya sekitar 8,5 cm. Kantong
amniotik berisi 100 ml cairan amniotik. Kepala fetus kini tampak membulat, leher
dan wajahnya telah terbentuk, dan telinganya sudah berada di tempat yang tepat.
Bila dahi fetus disentuh, maka kepalanya akan berpaling dan keningnya berkerut.
Fetus telah mampu menelan dan menggerakkan bibir atasnya. Kini bagian luar
alat kelamin fetus sudah cukup berkembang sehingga sudah bisa dilihat dan
ditetapkan jenis kelaminnya.
Pertumbuhan tangan janin pada Minggu ke-12 yakni mula-mula berupa kuncup di
ujung lengan lalu diakhir Minggu ke-4 pada Minggu ke-6 tampak seperti dayung
beralur-alur yang kelak akan berbentuk jari, Lalu jaringan alur-alur tadi memecah
dan membentuk jari-jari dan pada Minggu ke-7, jari-jari telah terbentuk Ujungnya
tampak bengkak , karena pembentukan lapisan peraba. Kuku jari berbentuk, mulai
Minggu ke-10; mula-mula dilapisi selaput kulit tipis, tapi kukunya belum
sempurna hingga usia janin mencapai Minggu ke-32. Pada Minggu ke-12 jari-jari
janin telah berbentuk seluruhnya.
Pada usia 16 minggu panjang janin sekitar 14 cm, beratnya sekitar 130g, tubuhnya
ditumbuhi bulu-bulu halus yang disebut lanugo (latin : lana, wol). Fungsi lanugo
belum diketahui. Mula-mula lanugo tumbuh pada alis mata dan bibir bagian atas
tapi pada minggu ke 20 mulai menutupi seluruh tubuh.
Pada Minggu ke 16, vernix caseosa, sal licin berwarna putih mulai terbentuk.

17

Dapat terlihat jelas di wajah dan kulit kepala pada Minggu ke 18. mula-mula
muncul di punggung, rambut dan lipatan sendi, namun kemudian menutupi
seluruh tubuh. Lapisan luar yang terbentuk pada bagian kulit tapak kaki dan jarijarinya, juga tangan dan jari-jarinya memiliki pola khusus pada setiap manusia.
Pada Minggu ke 28, panjang fetus menjadi kira-kira 1,1 kg. Antara Minggu ke 26
dan 29, kelopak matanya sudah tumbuh, sementara rambut di kepalanya sudah
panjang, lanugo mulai menghilang dan warna kulitnya berubah dari merah
menjadi warna kulit manusia umumnya. Pada Minggu ke 28, testis bayi lelaki
yang mulanya di perut mulai turun ke bawah, dan mencapai scrotum pada
Minggu ke 32, testis pada bayi.

Tabel perkembangan fetus


Usia
bulan ke 3

Keterangan
panjangnya 40 mm
Janin sudah mempunyai sistem organ
seperti yang dipunyai oleh orang
dewasa.
genitalnya belum dapat dibedakan
antara jantan dan betina dan tampak
seperti betina serta denyut jantung
sudah dapat didenga

18

bulan ke 4

bulan ke 5

panjang 56 mm
Kepala masih dominan dibandingkan
bagian badan
genitalia eksternal nampak berbeda.
minggu ke 16 semua organ vital
sudah terbentuk. Pembesaran uterus
sudah dapat dirasakan oleh ibu.
panjang112 mm
akhir bulan ke 5 ukuran fetus
mencapai 160 mm.
Muka nampak seperti manusia dan
rambut mulai nampak diseluruh
tubuh (lanugo).
Pada yang jantan testis mulai
menempati tempat dimana ia akan
turun ke dalam skrotum
Gerakan janin sudah dapat dirasakan
oleh ibu
Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi
belum berfungsi.

bulan ke 6

ukuran tubuh sudah lebih


proporsional tapi nampak kurus
organ internal sudah pada posisi
normal

bulan ke 7

janin nampak kurus, keriput dan


berwarna merah
Skrotum berkembang dan testis mulai
turun untuk masuk ke skrotum, hal ini
selesai pada bulan ke 9.
system saraf berkembang sehingga
cukup untuk mengatur pergerakan
fetus, jika dilahirkan 10% dapat
bertahan hidup
testis ada dalam skrotum dan tubuh
mulai ditumbuhi lemak sehingga
terlihat halus dan berisi
Berat badan mulai naik jika
dilahirkan 70% dapat bertahan hidup.

Bulan ke 8

bulan ke 9

janin lebih banyak tertutup lemak


(vernix caseosa
Kuku mulai nampak pada ujung jari
tangan dan kaki.

19

Bulan ke 10

tubuh janin semakin besar maka


ruang gerak menjadi berkurang dan
lanugo mulai menghilang
Percabangn paru lengkap tapi tidak
berfungsi sampai lahir.Induk
mensuplai antibodi plasenta mulai
regresi dan pembuluh darah palsenta
juga mulai regresi.

C. Perkembangan Sistem Organ


1. Susunan Saraf Pusat
Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural (neural plate) dan lipatan
neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membuat neural tube,
yang terbenam ke dalam dinding tubuh dan berdiferensiasi menjadi otak dan
korda spinalis. Neural tube terbentuk sempurna pada akhir Minggu ke 4.
notokord yang sedang terbentuk memicu ektoderm di atasnya untuk menebal
dan membentuk lempeng neural, yaitu lempeng sel neuroepitel yang mirip
sandal dan meninggi. Lempeng ini menghasilkan susunan sarap pusat.
Pada pertengahan Minggu ke 3, timbul neural groove (arul neural) di bagian
tengah lempeng meural. Di kedua sisi alur terdapat lipatan neural yang
membesar di ujung kranial sebagai awal pembentukan otak. Mesoderm
paraksial berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok jaringan / somit.
Somit berdiferensiasi menjadi sklerotom, miotom dan dermtom, yang masingmasing menghasilkan tulang rangka sumbu, otak rangka dan dermis kulit.
Jumlah somit menunjukkan usta mudtgah. Organ sensorik untuk janin
berkembang sekitar pertengahan masa gestasi.
2. Sistem Pencernaan
Antara Minggu ke 6 dan 8 perkembangan proliferasi sel epitel yang melapisi
bagian dalam lumen menyebabkan obliterasi yang kemudian secara bertahap
mengalami regionalisasi. Pertumbuhan awal usus sangat cepat sehingga usus
keluar ke dalam rongga amnion. Enzim pencernaan terdapat di sekitar Minggu
ke 24 28, dengan pengecualian laktasi. Koordinasi peristaltik usus janin
mulai jelas pada Minggu ke 14. Pada Minggu ke 34 sudah terjadi koordinasi
mengisap, menelan, dan peristalsis. Usus mulai menghasilkan mukus yang
20

akhirnya akan diperlukan untuk melancarkan lewatnya makanan dan fases


selama transit. Mukus menumpuk di usus janin sebagai mekonium.
3. Wajah
Wajah terbentuk antara Minggu ke 5 dan 12 dari arkus brakialis. Hidung
tumbuh sebagai pilar jaringan mata terbentuk dari kombinasi jaringan saraf
dan ektoderm khusus. Telinga mula-mula terletak rendah. Di bawah hidung
tonjolan maksilaris meluas untuk membentuk dasar hidung dan atap mulut.
Bibir atas terbentuk dari tonjolan yang meluas untuk bertemu di bagian
tengah. Fusi prosesus maksilaris yang tidak memadai menyebabkan
malformasi kongenital mulut fusi palatuom sempurna pada Minggu ke 11.

4. Tengkorak
Tengkorak terbentuk dari jaringan mesenkim di sekitar otak. Tengkorak di
bentuk dari neurokranium yang melindungi otak dan viserokranium yang
membentuk kerangka wajah. Tiap-tiap elemen tengkorak ini memiliki
komponen dan kartilaginosa pada janin. Tulang datar pada kavaria disatukan
untuk sutura fibrosa lunak yang berbuat dari jaringan ikat padat yang
memungkinkan adanya fleksibilitas. Di t4 sutura-sutura bertemu terbentuk
enam fontanel (ubun-ubun) membranosa besar. Fontanel posterior menutup
sekitar 3 bulan setelah lahir dan fontanel posterior menutup saat bayi berusia
sekitar 18 bulan.
5. Sistem Kardiovaskular
Merupakan sistem yang pertama terbentuk beberapa sel di mosederm yolk
sac kehilangan perlekan dan mulai bergerak membentuk kelompok yang
disebut pulau darah. Pulau-pulau darah menyatu, membentuk saluran
pembuluh darah yang saling berhubungan untuk membentuk rute yang jelas.
Organisasi rute melintas yolk sac serupa dengan organisasi geografis delta
sungai tempat arus lemah berkonvolusi dan bergabung.
Jantung primitif berkembang dari tapal kuda mesoderm embrionik. Sebelah
anterior lempeng prokrodal dan membentuk dua saluran di tiap sisi usus depan
21

membentuk sebuah tabung jantung tunggal. Atrium primitif terbentuk saat


aliran dari vena umbilikus dan plasenta menyatu dengan pembuluh darah dari
kepala hingga menghasilkan volume darah terbesar. Bentuk khas jantung
dihasilkan oleh aliran sel darah di dalam saluran pembuluh yang
menyebabkan tabung jantung mengambil bentuk lengkung huruf S yang
akhirnya berbentuk jantung.
Pada hari ke-21 sel yang mengelilingi jantung berdiferensi menjadi sel
miokardium yang mampu menghasilkan respons hingga jantung yang terdiri
atas 4 rongga berurutan mulai berdenyut. Susunan matang rongga jantung
tercapai oleh pertumbuhan ke dalam septum ke arah bantalan atrioventrikel
sentral di bagian tengah. Pertumbuhan jantung janin sebagian bergantung pada
after load yang meningkat oleh faktor yang menyebabkan peningkatkan
impedansi plasenta.
6. Sistem Pernafasan
Trakea dan bronkus utama tumbuh sebagai kantung keluar pada saluran
pencernaan, perkembangannya bergantung pada interaksi antara tonjolan
endoderm dari usus depan yang sedang tumbuh dan mesoderm splantik yang
diinvasinya sekitar hari ke-22 dan mengalami percabangan antara hari ke-26
dan 28. Pada Minggu ke-5 perkembangan terbentuk tonjolan sekunder di
cabang kanan x 2 di cabang kiri, yaitu lobus primitif paru. 4 tahapan dalam
perkembangan sistem pernafasan ; fase mudigah (dari Minggu ke 3-ke 37),
fase pseu dokanalikularis (Minggu ke-7 ke-16), fase kanalikularis (mg 16
ke 24) dan kantung terminal (mg ke 24 sampai lahir)
7. Sistem Perkemihan
Berkembang dari mesoderm intermeitat dan saling berkaitan erat dengan
kelamin selama perkembangan masa janin terbentuk 3 pasang ginjal ;
pronetroi, mesonefroi dan metanefroi.
1. Pronetroi merupakan struktur transien nonfungsional yang muncul
hanya selama beberapa Minggu
2. Mesonefroi muncul pada Minggu ke-4 berfungsi sebagai ginjal antara
sampai akhir periode mudigah

22

3. Metanefro 5 terbentuk mulai Minggu ke-5 dan mulai berfungsi sekitar 4


minggu kemudian
Janin menghasilkan sampai sampai 600 ml urine perhari. Urine menjadi
sumber utama cairan amnion dan juga dihasilkan oleh membran amnion dan
paru janin. Janin menelan sebagian besar cairan amnion
8. Otot dan Tungkai
Otot yang pertama terbentuk : otot punggung dari pasangan somit.
Pembentukan tulang berkaitan erat dengan pertumbuhan otot dan sambungan
saraf dari korda spinalis. Anggota badan mulai tampai sebagai tonjolan yang
berkaitan dengan somit tertentu pada Minggu ke-4 perkembangan. Tonjolan
anggota badan dibentuk dari migrasi sel otot dari miotom. Osifikasi perubahan
ke struktur tulang dimulai sejak usia 8 minggu tapi tetap belum sempurna saat
lahir. Menonjolnya jumlah tulang rawan di kerangka, mempermudah
pengeluaran janin saat melahirkan. Pada Minggu ke-9 kerangka tubuh hampir
sempurna walaupun tulang tengkorak masih terus dibentuk.
D. Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
Proses terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari deferensiasai
gonad. Awalnya sel sperma yang berkromosom Y akan berdeferensiasi awal
menjadi organ jantan dan yang X menjadi organ betina. Deferensiasi lanjut
kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom X membentuk ovarium.
Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari degenerasi cortex dari gonad dan
medulla gonad membentuk tubulus semineferus. Di celah tubulus sel mesenkim
membentuk jaringan intertistial bersama sel leydig. Sel leydig bersama dengan sel
sertoli membentuk testosteron dan duktus muller tp duktus muller berdegenerasi
akibat adanya faktor anti duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi
epididimis, vas deferent, vesikula seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada
enzim 5 alfareduktase testosteron berdeferensiasi menjadi dihidrotestosteron yang
kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra. Selanjutnya
mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian testis turun ke
pelvis terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada di cekukan bakal
skrotum saat skrotum makin lama makin besar testis terpisah dari rongga pelvis.

23

Sedangkan kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit


primer berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim dan pembuluh
darah, epitel germinal menebal membentuk sel folikel yang berkembang menjadi
folikel telur. Deferensiasi gonad jadi ovarium terjadi setelah beberapa hari
defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina ovarium sedangkan medula
menciut. PGH dari placenta mendorong pertumbuhan sel induk menjadi oogonia,
lalu berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada perempuan duktus mesonefros
degenerasi. Saat gonad yang berdeferensiasi menjadi ovarium turun sampai
rongga pelvis kemudian berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang.
Penis dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama yaitu berupa invagina ectoderm.
Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak berkembang secara
sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang bersama terbawanya
sinus urogenitalis dari cloaca.

24

IV. PLASENTA
Plasenta pada umumnya:
1. Bentuk bundar atau oval
2. Diameter 15-25 cm,tebal 3-5 cm
3. Berat rata-rata 500-600 gr
4. Insersi tali pusat dapat di tengah/sentralis, di samping/lateralis atau di ujung
tepi/marginalis
5. Di sisi ibu, tampak daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput
tipis desidua basalis
6. Di sisi janin,tampak tampak sejumlah arteri dan vena besar(sinus)menuju tali
pusat.Korion diliputi oleh omnion.
7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300cc/menit (20 mnggu) meningkat sampai
600-700 cc/mnt (aterm)
A. Anatomi
1. Stuktur plasenta:
Permukaan maternal
Terletak setelah uerus,terkubur dalam desidua.Villi chorion tersusun dalam lobi
atau cotyledon. Alur-alur yang memisahkan cotyledon disebut sulci. Berwarna
merah gelap. Spatia intervillosa berisi kira-kira 150 ml darah yang diganti paling
sedikit tiga kali setiap menit.
Permukaan fetal
Permukaan ini menghadap bayi di dalam kandungan dan dapat dibedakan pada
pengamatan setelah kelahiran dengan warnanya yang abu-abu kebiruan dan
permukaan yang halus dan mengkilap. Funiculus umbilicalis berinsersi pada
permukaan ini, biasanya di bagian tengah,dan pembuluh-pembuluh darah dapat
dilihat menyebar dari funiculus umbilicalis kemudian menghilang karena terkubur
di dalam plasenta sebelum mencapai tepi plasenta.

25

2. Bagian-bagian plasenta:
a. Kotiledon, daerah yang menonjol kea rah uterus pada plasenta dengan
alur-alur yang disebut sulci.
b. Membran Amnion, merupakan membrane trasparan yang kuat dan sangat
sulit dirobek. Membran ini membatasi cavitas amniotica dan mensekresi
cairan amnion.
c. Chorion membrane yang tipis dan rapuh dan dilapisi oleh sel mesoderm di
bagian dalam.
d. Arteri umbilikalis spiral
e. Vena umbilikalis sentralis
f. Tali pusat
g. Sinus marginalis, suatu ruang vena tempat menampung darah yang berasal
dari ruang interviller.
h. Pembuluh darah ibu
i. Septum plasenta
j. Stratum spongomosium
k. Jelly Whartons
B. Fungsi plasenta
Pada prinsipnya plasenta fungsi plasenta adalah menjamin kehidupan dan
pertumbuhan janin yang baik.
Fungsi plasenta:
Sistem pertukaran
Nutrien

: Memberikan bahan makanan pada janin.

Ekskresi

: Mengalirkan keluar sisa metabolisme janin

Respirasi

: Memberikan O2 dan mengeluarkan CO2 janin

Endokrin

: Menghasilkan hormon-hormon

Imunologi

: Menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin

Farmakologi

: Menyalurkan obat-obatan yang mungkin diperlukan janin


yang diberikan melalui ibu

Proteksi

: Barrier terhadap infeksi bakteri dan virus

26

C. Perkembangan Plasenta
1. Morula
Perkembangan plasenta dimulai dari pertumbuhan morula.Morula dihasilkan
dengan reproduksi yang berlanjut dari sel-sel zigot sehingga menyrupai buah
murbei. Pembelahan sel ini dibantu oleh progesteron dari corpus luteum yang
bersama-sama dengan estrogen menyiapkan endometrium untuk menerima
ovum yang telah dibuahi pada stadium delapan sel, morula ini mempunyai
diameter kira-kira 2 mm dan mengandung lebih dari 1000 macam protein.
Morula ini masih berada dalam cangkangnya, dan ditopang oleh
sitoplasamanya sendiri yang mengandung progesteron
2. Hari ke 6-7
Morula yang sedang tumbuh ini mendekati endometrium yang berada fase
sekresi. Morula tadi mulai masuk ke dalam endometrium.
Pada akhir minggu pertama, sejumlah sel dalam pada morula mulai
mengalami disintegrasi,meninggalkan ruang yang terisi cairan. Sel ini
sekarang disebut blastocyst.
3. Hari ke 7-8
Sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang berimplentasi di
endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi
menjadi dua lapis yang berbeda:
1. Sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas,intin tunggal,di
sebelah dalam (dekat embrioblas)
2. Sinsiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah
luar(berhubungan dengan stroma endometrium). Unit trofoblas ini akan
berkembang menjadi Plasenta.
Di antara massa embrioblas dengan lapisan sitotrofoblas terbentuk suatu celah
yang makin lama makin besar, yang nantinya akan menjadi Rongga Amniom.
Sel-sel embriblas juga berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda:

27

1. Epiblas : Selapis sel kolumnar tinggi, di bagian falm, berbatasan dengn


bakal rongga amnion
2. Hipoblas : Selapis sel kuboid kecil,di bagian luar,berbatasan dengan
rongga blatokista (bakal ronnga kuning telur). Unit sel-sel blast ini akan
berkambang menjadi janin.
Pada kutub embrional, sel-sel dari hipoblas membentuk selaput tipis yang
membatasi bagian dalam sitotrofoblas (selaput Heuser). Selaput ini bersama
dengan hipoblas membentuk dindin g bakal yolk sac(kandung kuning telur).
Rongga terjadi disebut rongga eksoselom (exocelome space) atau kandung
kuning telur sederhana. Dari struktur-struktur tersebut kemudian akan
terbentuk
Kandung kuning telur,lempeng korion,dan rongga korion. Pada lokasi bekas
implantasi blastokista di permukaan dinding uterus terbentuk lapisan fibrin
sebagai bagian dari proses penyembuhan luka. Jaringan endometrium di
sekitar blastokista yang berimplantasi yang berimplantasi mengalami reaksi
desidua,berupa hipersekresi,peningkatan lemak dan glikogen, serta edema.
Perubahan ini kemudian meluas ke seluruh bagian endometrium dalam kavum
uteri.Pada stadium ini,zigot berada dalam stadium bilaminar (cakram berlapis
dua).
4. Hari ke 8-9
Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsiotrofoblas
(selanjutnya disebut sinsitium) yang akhirnya disebut stadium berongga
(lacunar stage). Pertumbuhan sinsitium ke dalm stroma endometrium makin
dalam kemudian terjadi pengrusakan endotel kapilaer sekitarnya, sehingga
rongga-rongga sinsitium tersebut dialiri masuk oleh darah ibu membentuk
sinusoid-sinusoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sitem sirkulasi
ultraplasenta/sistem sirkulasi feto-maternal. Sementara itu, di antara lapisan
dalam sitotrofoblas dengan selapis sel selaput Heuser,terbentuk sekelompok
sel baru yang berasal dari trofoblas dan membentuk jaringan penyambung
yang lembut,yang disebut mesoderm ekstraembrional.Bagian yang berbatasan
dengan sitotrofoblas disebut mesoderm ekstraembrional somato
pleural,kemudian akan menjadi selaput korion (chorionic plate). Bagian yang

28

berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut
mesoderm ekstraembrional splanknopleural.
5. Menjelang Hari 13-14
Seluruh lingkaran blatokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi
pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Di dalam lapisan
mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celalah yang makin lama
makin besar dan bersatu sehingga terjadi rongga yang memisahkan kandung
kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom
ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion
(chorionic space). Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid
lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium membentuk
sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer
(primary stem villi). Villi menyebabkan pecahnya vasa-vasa darah maternal
saat bangunan-bangunan tadi mengerosi jaringan endometrium dan ruangruang tadi dengan demikian akan terisi dengan darahj materna
6. Minggu ke-3
Selama minggu ke-3 terjadi percabangan villi chorion primitive.Cabangcabang ini disebut villi chorion primitif sekunder,dan di dalamnya mulai
terbentuk pembuluh darah. Disebut villi korion tersier apabila jonjot-jonjot
yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular. Rongga
korion makin luas sehingga jaringan embrional makin terpisah dari selaput
korion,hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian
menjadi tangkai penghubung (connecting stalk) yang kemudian berkembang
menjadi tali pusat.
Vasa di dalam tangkai ini berkembang untuk membentuk dua arteri umbilicalis
dan satu vena umbilicalis untuk fetus.Sejumlah villi korion terus terkubur
lebih dalam di dalam desidua dan disebut villi anchorales (anchoring villi).
Villi anchorales ini tidak mengandung pembuluh darah karena fungsinya
hanyalah menstabilkan plasenta yang sedang berkembang. Villi yang lain
dipercabangkan di sini dan ruang-ruang antara villi-villi disebut spatia
intervillosa.

29

Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus,seiring


dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa,terbentuklah
komponen sirkulasi utero-plasenta. Melalui pembuluh darah tali
pusat,sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin.Meskipun
demikian,darah ibu dan darah janin tidak bercampur menjadi satu (system
hemochorial) tetap terpisah oleh dinding pembuluh darah janin dan chorion.
Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan
dengan komponen sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat.
Sistem ini disebut sirkulasi feto-maternal.
Desidua berdiferensiasi menjadi 3 daerah:
1. Desidua basalis terletak di bawah daerah tempat villi korion mula-mula
terkubur.
2. Desidua capsularis terletak di atas saccus embryonalis.
3. Desidua vera (parientalis) menutupi sisa cavitas uteri.
7. Minggu ke-5
Plasenta mensekresikan hormone chorionic somatomammotropin dan
sekresinya meningkat progresif sepanjang sisa kehamilan.
Fungsinya antara lain:

Bila diberikan kepada beberapa jenis hewan tingkat rendah yang berbeda,
human chorionic somatomammotropin sedikitnya akan menyebabkan
perkembangan sebagian mammae dan pada beberapa keadaan
menyebabkan laktasi.

Hormon ini mempunyai kerja yang lemah yang serupa dengan hormone
pertumbuhan yang menyebabkan deposit protein dengan cara yang sama
seperti hormone pertumbuhan.

Menyebabakan penurunan sensitivitas insulin dan menurunkan


penggunaan glukosa pada ibu.

Meningkatkan pelepasan asam lemak bebas dari cadangan makanan ibu


sehingga menyediakan sumber energi pengganti untuk metabolisme ibu.

8. Minggu ke-8

30

Sampai minggu ke-8 kehamilan, villi korion mengelilingi seluruh saccus


embryonalis. Dari akhir minggu ke-8, plasenta primimtif telah mensekresi
estrogen, progesteroon, dan relaksin.
Chorionic leave
Desidua capsularis terus-menerus terdorong keluar ke dalam cavitas uteri
sampai desidua taditerletak berdekatan dengan desidua vera. Saat korion leave
terletak pada permukaan dalam desidua capsularis, maka korion ini juga
melapisi cavitas uteri dan berkembang untuk membentuk membrane plasenta
yang disebut chorion.
Chorion frondusum
Villi yang tertanam dalam di dalm desidua basalis akan terikat erat pada
kehamilan 12 minggu sehingga menstabilkan plasenta yang sedang
berkembang.
9. Minggu ke-9
Pada saat villi korion tertanam di dalam dinding uterus,maka dihasilkan
hormone yang disebut gonodotrofin chorion (chorionic gonodotrofin atau
hCG).
10. Minggu ke-14
Struktur plasenta berkembang penuh dan plasenta tadi menempati kira-kira
sepertiga dinding uterus.
11. Minggu ke-16
Dari minggu ke-16 dan seterusnya maka jumlah dan ukuran vasa darah
meningkat sedangkan dinding-dinding villinya menjadi lebih tipis sehingga
selama trimester tengah,permeabilitas plasenta meningkat.Walaupun
demikian,selama 4 minggu terakhir kehamilan,vasa tadi berkurang lagi karena
terdapat deposit (timbunan) fibrin di dalam jaringan-jaringan ini.
12. Minggu ke-20
Setelah minggu ke-20,plasenta terus bertambah luas,tetapi tidak bertambah
tebal, sampai pada kehamilan cukup umur (aterm) diameternya kira-kira 23

31

cm, merupakan organ yang bulat, datar, dengan ketebalan 2 cm di bagian


tengahnya,tetapi lebih tipis di bagian tepinya.

D. Tali pusat
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik,kemudian
akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan
menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan,rongga perut masih teralalu
kacil untuk usus yang berkembang sehingga sebagian usus terdesak ke dalam
rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan
ketiga,penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam
rongga abdomen janin yang telah membesar.
Kandung kuning telur dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang
terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga
tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus,kandung kuning telur dan duktus vitellinus
menghilang,tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilical (2
arteri umlikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin
dengan plasenta.Pembuluh darah umbilical ini diliputi oleh mukopolisakarida
yang disebut Whartons jelly.
Selaput Janin (Amnion dan Korion)
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi meliputi seluruh lingkaran
permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan :

Jonjot pada kutub embrional memebentuk struktur korion lebat seperti semaksemak (chorion frondusum) sementara

Jonjot pada kutub abembrional mengalami degenerasi,menjadi tipis dan halus


disebut chorion leave.

Seluruh jaringan endometrium yang telah mengalami reaksi desidua juga


mencerminkan perbedaan pada kutub embrional dan abembrional pada minggu
ke-3. Antara membrane korion dengan membran amnion terdapat rongga korion.
Dengan berlanjutnya kehamilan, rongga ini tertutup akibat persatuan membran
32

amnion dan membrane korion. Selaput janin selanjutnya disebut sebagai


membrane korion-amnion (amniochorionic membrane). Kavum uteri juga terisi
oleh konsepsi sehingga tertutup oleh persatuan chorion leave dengan desidua
parientalis.
E. Cairan Amnion
Rongga yang diliputi selaput janin disebut sebagai rongga amnion.Di dalam
ruangan ini terdapat cairian amnion (likuor amnii).Asal cairan amnion
diperkirakan terutama disekresi oleh dinding selaput amnion/plasenta, kemudian
setelah sistem urinarius janin terbentuk, urin janin yang diproduksi juga di
keluarkan ke dalam rongga amnion.
Fungsi cairan amnion:

Proteksi

: melindungi janin terhadap trauma dari luar

Mobilisasi

: memungkinkan ruang gerak bagi janin

Homeostatis

: menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa

dalam rongga amnion,untuk suasana lingkungan yang optimal bagi janin

Mekanik

: menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan

intrauterine

Pada persalinan : membersihkan/melicinkan jalan lahir,dengan cairan yang


steril sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir

Keadaan normal cairan amnion :


1. Pada usia kehamilan cukup bulan,volume 1000-1500 cc
2. Keadaan jernih agak keruh
3. Steril
4. Bau khas, agak manis dan amis
5. Terdiri dari 98-99% air,1-2% garam-garam anorganik dan bahan organik
(protein terutama albumin), runtuhnya rambut laguno, vernix caseosa dan selsel epitel.
6. Sirkulasi sekitar 500 cc/jam

33

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC : Jakarta.
Sadler, TW. 1987. Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-7 terjemahan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman1983.Obsetri Fisiologi.Percetakan Penerbitan ELEMAN :
Bandung.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Wiknojosastro, Hanifa.2007. Ilmu Kebidanan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo : Jakarta

34

Anda mungkin juga menyukai