Bahan Kuliah Proses Kehamilan
Bahan Kuliah Proses Kehamilan
BIOLOGI REPRODUKSI
PROSES PEMBENTUKAN JANIN
PROSES KEHAMILAN
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FETUS
PLASENTA
Oleh
Iswandi Darwis, S.Ked
yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk
pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitelus makin berkurang
dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap untuk
atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran
yang sama ini ahsil konsepsi disalurkan terus ke pars istmika dan pars interstitialis
tuba (bagian-bagian tuba yang mnyempit) dan terus ke arah kavum uteri oleh arus
serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba. Dalam kavum
uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.
Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil yang membentuk dinding
blastula akan mejadi trofoblas. Denga demikian, blastula diselubungi oleh suatu
simpai yang disebut trofobas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan
menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium dalam masa
sekresi dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini besar-besar dan mengandung
lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan
bagian yang mengandung inner cell mass aktif mudah masuk ke dalam lapisan
desidua dan luka pada desidua kemudian menutup kembali. Kadang-kadang pada
saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium terjadi perdarahan pada
luka desidua.
Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase,
yaitu enzim yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus
ovum dengan sedikit lebih mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan
memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk satu sperma saja. Badan
dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke dalam ovum. Segera
setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum
mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma,
sehingga terbentuk kromosom diploid (2n).
B. Perkembangan Janin di Rahim
1. Pembelahan
Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara
holoblastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan
10
tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya zigot
membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4
sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga
terbentuk balstomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang
disebut morula.
Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah
berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer.
Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula hanya sebagian kecil
zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah
pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak
sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu
meridian, vertical, ekuator dan latitudinal
2. Blastulasi dan Nidasi
Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan
terbentuk rongga di tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi
cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut blastula, rongganya disebut
blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi.
Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung
selama 5 hari. Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah
memasuki uterus, mula-mula blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus.
Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan mengadakan pertautan
dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya.
Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut
implantasi atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah
fertilisasi (Yatim, 1990: 136)
3. Gastrulasi
Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan
tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini
merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada gastrulasi
11
12
Mesoderm
1. Otot : lurik, polos dan jantung.
2. Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan
jaringan.
3. Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
4. Ginjal dan ureter.
5. Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia,
tunica musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti
pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan pembuluh darah.
6. Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera,
pericardium, peritoneum dan mesenterium.
7. Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
8. Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
Endoderm
1. Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
2. Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar
lender yang mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
3. Lapisan epitel paru atau insang.
4. Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter),
makanan (rectum), dan kelamin (ductus genitalis).
5. Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
14
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang
sangat cepat sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio
berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar daripada badan yang sudah mulai
lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo berukuran 18 mm,
jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus,
genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai
yaitu pada akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus
dengan ukuran 30 mm.
A. Pertumbuhan Fetus
Umur fetus (janin) yang sebenarnya, harus dihitung dari saat fertilisasi atau karena
fertilisasi selalu berdekatan dengan ovulasi, sekurang-kurangnya dari saat ovulasi.
Dalam praktek, tuanya kehamilan dihitung dari haid yang terakhir. Sesuai dengan
tingkat pertumbuhannya, berbagai nama diberikan pada anak yang dikandung itu.
1. Ovum : Umurnya dari 0-2 minggu setelah fertilisasi.
2. Embrio
15
Kelainan uterus
Kehamilan ganda
2. Faktor anak, seperti :
Jenis kelamin
Kelainan genetis
Infeksi intrauterin terutama oleh virus
Kelainan kongenital lainnya
3. Faktor Plasenta, seperti :
Insuffisiensi dari plasenta dapat menyebabkan malnutrition intrauterin
Minggu ke-4 panjang kepala-bokong sekitar 44 mm dan meningkat 1 mm perhari
sampai 30 mm antara Minggu ke-8 dan 28, pertumbuhan meningkat pesat menjadi
sekitar 1,5 mm perhari, hingga periode ini dikenal sebagai periode pertumbuhan
janin.
Pertumbuhan janin adalah hasil dari interaksi antara dorongan genetik untuk
tumbuh dan penyediaan nutrisi selama kehamilan untuk menunjang dorongan
tersebut yang melibatkan interaksi dinamis antara janin plasenta dan ibunya.
B. Perkembangan Fetus
Hasil konsepsi terpendam dalam endometrium uterus, mendapat makanan dari
darah ibu, selama 10 minggu organ-organ terbentuk. Embrio terbungkus dalam
dua membran sebelah dalam amnion dan sebelah luar korion. Selama
perkembangan 8 minggu pertama, terbentuk plasenta sehingga fetus akan terikat
oleh tali pusar.
Permulaan periode embrional sebagai mulainya Minggu ke-3 setelah ovulasi.
Akhir periode embrional dan mulainya periode janin ditetapkan oleh sebagian ahli
embriologi, terjadi 8 minggu setelah fertilisasi, atau 10 minggu setelah mulainya
periode menstruasi terakhir.
Pada akhir Minggu ke-8 ini, tubuh bayi mulai terbentuk, dan kini disebut fetus
(berasal dari bahasa latin yang berarti keturunan) atau janin. Pada usia ini, fetus
16
berukuran kira-kira 3,5 cm dan terus tumbuh cepat hingga Minggu ke-20, baru
kemudian laju pertumbuhannya melambat. Kepalanya tampak besar jika
dibandingkan dengan tubuhnya tapi wajahnya mulai terbentuk. Matanya lebih
besar dan kini terletak di bagian depan muka untuk mempersiapkan kemampuan
melihatnya. Pembuluh air mata juga telah terbentuk pada Minggu ke delapan dan
telinganya yang terletak di leher berlahan-lahan jari-jari tangan dan kaki tampak
jelas meskipun masih diliputi selaput tipis.
Walaupun jenis kelamin bayi telah ditentukan sejak konsepsi, namun belum dapat
diketahui hingga Minggu ke-9 setelah alat kelaminnya muncul, dan jenis
kelaminnya dapat dibedakan sejak fetus berusia 12 minggu. Pada Minggu ke-12
fetus sudah terbentuk sempurna, kini panjangnya sekitar 8,5 cm. Kantong
amniotik berisi 100 ml cairan amniotik. Kepala fetus kini tampak membulat, leher
dan wajahnya telah terbentuk, dan telinganya sudah berada di tempat yang tepat.
Bila dahi fetus disentuh, maka kepalanya akan berpaling dan keningnya berkerut.
Fetus telah mampu menelan dan menggerakkan bibir atasnya. Kini bagian luar
alat kelamin fetus sudah cukup berkembang sehingga sudah bisa dilihat dan
ditetapkan jenis kelaminnya.
Pertumbuhan tangan janin pada Minggu ke-12 yakni mula-mula berupa kuncup di
ujung lengan lalu diakhir Minggu ke-4 pada Minggu ke-6 tampak seperti dayung
beralur-alur yang kelak akan berbentuk jari, Lalu jaringan alur-alur tadi memecah
dan membentuk jari-jari dan pada Minggu ke-7, jari-jari telah terbentuk Ujungnya
tampak bengkak , karena pembentukan lapisan peraba. Kuku jari berbentuk, mulai
Minggu ke-10; mula-mula dilapisi selaput kulit tipis, tapi kukunya belum
sempurna hingga usia janin mencapai Minggu ke-32. Pada Minggu ke-12 jari-jari
janin telah berbentuk seluruhnya.
Pada usia 16 minggu panjang janin sekitar 14 cm, beratnya sekitar 130g, tubuhnya
ditumbuhi bulu-bulu halus yang disebut lanugo (latin : lana, wol). Fungsi lanugo
belum diketahui. Mula-mula lanugo tumbuh pada alis mata dan bibir bagian atas
tapi pada minggu ke 20 mulai menutupi seluruh tubuh.
Pada Minggu ke 16, vernix caseosa, sal licin berwarna putih mulai terbentuk.
17
Dapat terlihat jelas di wajah dan kulit kepala pada Minggu ke 18. mula-mula
muncul di punggung, rambut dan lipatan sendi, namun kemudian menutupi
seluruh tubuh. Lapisan luar yang terbentuk pada bagian kulit tapak kaki dan jarijarinya, juga tangan dan jari-jarinya memiliki pola khusus pada setiap manusia.
Pada Minggu ke 28, panjang fetus menjadi kira-kira 1,1 kg. Antara Minggu ke 26
dan 29, kelopak matanya sudah tumbuh, sementara rambut di kepalanya sudah
panjang, lanugo mulai menghilang dan warna kulitnya berubah dari merah
menjadi warna kulit manusia umumnya. Pada Minggu ke 28, testis bayi lelaki
yang mulanya di perut mulai turun ke bawah, dan mencapai scrotum pada
Minggu ke 32, testis pada bayi.
Keterangan
panjangnya 40 mm
Janin sudah mempunyai sistem organ
seperti yang dipunyai oleh orang
dewasa.
genitalnya belum dapat dibedakan
antara jantan dan betina dan tampak
seperti betina serta denyut jantung
sudah dapat didenga
18
bulan ke 4
bulan ke 5
panjang 56 mm
Kepala masih dominan dibandingkan
bagian badan
genitalia eksternal nampak berbeda.
minggu ke 16 semua organ vital
sudah terbentuk. Pembesaran uterus
sudah dapat dirasakan oleh ibu.
panjang112 mm
akhir bulan ke 5 ukuran fetus
mencapai 160 mm.
Muka nampak seperti manusia dan
rambut mulai nampak diseluruh
tubuh (lanugo).
Pada yang jantan testis mulai
menempati tempat dimana ia akan
turun ke dalam skrotum
Gerakan janin sudah dapat dirasakan
oleh ibu
Paru-paru sudah selesai dibentuk tapi
belum berfungsi.
bulan ke 6
bulan ke 7
Bulan ke 8
bulan ke 9
19
Bulan ke 10
4. Tengkorak
Tengkorak terbentuk dari jaringan mesenkim di sekitar otak. Tengkorak di
bentuk dari neurokranium yang melindungi otak dan viserokranium yang
membentuk kerangka wajah. Tiap-tiap elemen tengkorak ini memiliki
komponen dan kartilaginosa pada janin. Tulang datar pada kavaria disatukan
untuk sutura fibrosa lunak yang berbuat dari jaringan ikat padat yang
memungkinkan adanya fleksibilitas. Di t4 sutura-sutura bertemu terbentuk
enam fontanel (ubun-ubun) membranosa besar. Fontanel posterior menutup
sekitar 3 bulan setelah lahir dan fontanel posterior menutup saat bayi berusia
sekitar 18 bulan.
5. Sistem Kardiovaskular
Merupakan sistem yang pertama terbentuk beberapa sel di mosederm yolk
sac kehilangan perlekan dan mulai bergerak membentuk kelompok yang
disebut pulau darah. Pulau-pulau darah menyatu, membentuk saluran
pembuluh darah yang saling berhubungan untuk membentuk rute yang jelas.
Organisasi rute melintas yolk sac serupa dengan organisasi geografis delta
sungai tempat arus lemah berkonvolusi dan bergabung.
Jantung primitif berkembang dari tapal kuda mesoderm embrionik. Sebelah
anterior lempeng prokrodal dan membentuk dua saluran di tiap sisi usus depan
21
22
23
24
IV. PLASENTA
Plasenta pada umumnya:
1. Bentuk bundar atau oval
2. Diameter 15-25 cm,tebal 3-5 cm
3. Berat rata-rata 500-600 gr
4. Insersi tali pusat dapat di tengah/sentralis, di samping/lateralis atau di ujung
tepi/marginalis
5. Di sisi ibu, tampak daerah yang agak menonjol (kotiledon) yang diliputi selaput
tipis desidua basalis
6. Di sisi janin,tampak tampak sejumlah arteri dan vena besar(sinus)menuju tali
pusat.Korion diliputi oleh omnion.
7. Sirkulasi darah ibu di plasenta sekitar 300cc/menit (20 mnggu) meningkat sampai
600-700 cc/mnt (aterm)
A. Anatomi
1. Stuktur plasenta:
Permukaan maternal
Terletak setelah uerus,terkubur dalam desidua.Villi chorion tersusun dalam lobi
atau cotyledon. Alur-alur yang memisahkan cotyledon disebut sulci. Berwarna
merah gelap. Spatia intervillosa berisi kira-kira 150 ml darah yang diganti paling
sedikit tiga kali setiap menit.
Permukaan fetal
Permukaan ini menghadap bayi di dalam kandungan dan dapat dibedakan pada
pengamatan setelah kelahiran dengan warnanya yang abu-abu kebiruan dan
permukaan yang halus dan mengkilap. Funiculus umbilicalis berinsersi pada
permukaan ini, biasanya di bagian tengah,dan pembuluh-pembuluh darah dapat
dilihat menyebar dari funiculus umbilicalis kemudian menghilang karena terkubur
di dalam plasenta sebelum mencapai tepi plasenta.
25
2. Bagian-bagian plasenta:
a. Kotiledon, daerah yang menonjol kea rah uterus pada plasenta dengan
alur-alur yang disebut sulci.
b. Membran Amnion, merupakan membrane trasparan yang kuat dan sangat
sulit dirobek. Membran ini membatasi cavitas amniotica dan mensekresi
cairan amnion.
c. Chorion membrane yang tipis dan rapuh dan dilapisi oleh sel mesoderm di
bagian dalam.
d. Arteri umbilikalis spiral
e. Vena umbilikalis sentralis
f. Tali pusat
g. Sinus marginalis, suatu ruang vena tempat menampung darah yang berasal
dari ruang interviller.
h. Pembuluh darah ibu
i. Septum plasenta
j. Stratum spongomosium
k. Jelly Whartons
B. Fungsi plasenta
Pada prinsipnya plasenta fungsi plasenta adalah menjamin kehidupan dan
pertumbuhan janin yang baik.
Fungsi plasenta:
Sistem pertukaran
Nutrien
Ekskresi
Respirasi
Endokrin
: Menghasilkan hormon-hormon
Imunologi
Farmakologi
Proteksi
26
C. Perkembangan Plasenta
1. Morula
Perkembangan plasenta dimulai dari pertumbuhan morula.Morula dihasilkan
dengan reproduksi yang berlanjut dari sel-sel zigot sehingga menyrupai buah
murbei. Pembelahan sel ini dibantu oleh progesteron dari corpus luteum yang
bersama-sama dengan estrogen menyiapkan endometrium untuk menerima
ovum yang telah dibuahi pada stadium delapan sel, morula ini mempunyai
diameter kira-kira 2 mm dan mengandung lebih dari 1000 macam protein.
Morula ini masih berada dalam cangkangnya, dan ditopang oleh
sitoplasamanya sendiri yang mengandung progesteron
2. Hari ke 6-7
Morula yang sedang tumbuh ini mendekati endometrium yang berada fase
sekresi. Morula tadi mulai masuk ke dalam endometrium.
Pada akhir minggu pertama, sejumlah sel dalam pada morula mulai
mengalami disintegrasi,meninggalkan ruang yang terisi cairan. Sel ini
sekarang disebut blastocyst.
3. Hari ke 7-8
Sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang berimplentasi di
endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi
menjadi dua lapis yang berbeda:
1. Sitotrofoblas : terdiri dari selapis sel kuboid, batas jelas,intin tunggal,di
sebelah dalam (dekat embrioblas)
2. Sinsiotrofoblas : terdiri dari selapis sel tanpa batas jelas, di sebelah
luar(berhubungan dengan stroma endometrium). Unit trofoblas ini akan
berkembang menjadi Plasenta.
Di antara massa embrioblas dengan lapisan sitotrofoblas terbentuk suatu celah
yang makin lama makin besar, yang nantinya akan menjadi Rongga Amniom.
Sel-sel embriblas juga berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda:
27
28
berbatasan dengan selaput Heuser dan menutupi bakal yolk sac disebut
mesoderm ekstraembrional splanknopleural.
5. Menjelang Hari 13-14
Seluruh lingkaran blatokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi
pertumbuhan trofoblas yang telah dialiri darah ibu. Di dalam lapisan
mesoderm ekstraembrional juga terbentuk celah-celalah yang makin lama
makin besar dan bersatu sehingga terjadi rongga yang memisahkan kandung
kuning telur makin jauh dari sitotrofoblas. Rongga ini disebut rongga selom
ekstraembrional (extraembryonal coelomic space) atau rongga korion
(chorionic space). Di sisi embrioblas (kutub embrional), tampak sel-sel kuboid
lapisan sitotrofoblas mengadakan invasi ke arah lapisan sinsitium membentuk
sekelompok sel yang dikelilingi sinsitium disebut jonjot-jonjot primer
(primary stem villi). Villi menyebabkan pecahnya vasa-vasa darah maternal
saat bangunan-bangunan tadi mengerosi jaringan endometrium dan ruangruang tadi dengan demikian akan terisi dengan darahj materna
6. Minggu ke-3
Selama minggu ke-3 terjadi percabangan villi chorion primitive.Cabangcabang ini disebut villi chorion primitif sekunder,dan di dalamnya mulai
terbentuk pembuluh darah. Disebut villi korion tersier apabila jonjot-jonjot
yang tadinya hanya selular kemudian menjadi suatu jaringan vaskular. Rongga
korion makin luas sehingga jaringan embrional makin terpisah dari selaput
korion,hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang kemudian
menjadi tangkai penghubung (connecting stalk) yang kemudian berkembang
menjadi tali pusat.
Vasa di dalam tangkai ini berkembang untuk membentuk dua arteri umbilicalis
dan satu vena umbilicalis untuk fetus.Sejumlah villi korion terus terkubur
lebih dalam di dalam desidua dan disebut villi anchorales (anchoring villi).
Villi anchorales ini tidak mengandung pembuluh darah karena fungsinya
hanyalah menstabilkan plasenta yang sedang berkembang. Villi yang lain
dipercabangkan di sini dan ruang-ruang antara villi-villi disebut spatia
intervillosa.
29
Bila diberikan kepada beberapa jenis hewan tingkat rendah yang berbeda,
human chorionic somatomammotropin sedikitnya akan menyebabkan
perkembangan sebagian mammae dan pada beberapa keadaan
menyebabkan laktasi.
Hormon ini mempunyai kerja yang lemah yang serupa dengan hormone
pertumbuhan yang menyebabkan deposit protein dengan cara yang sama
seperti hormone pertumbuhan.
8. Minggu ke-8
30
31
D. Tali pusat
Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik,kemudian
akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut akan
menjadi tali pusat. Pada tahap awal perkembangan,rongga perut masih teralalu
kacil untuk usus yang berkembang sehingga sebagian usus terdesak ke dalam
rongga selom ekstraembrional pada tali pusat. Pada sekitar akhir bulan
ketiga,penonjolan lengkung usus (intestional loop) ini masuk kembali ke dalam
rongga abdomen janin yang telah membesar.
Kandung kuning telur dan tangkai kandung kuning telur (ductus vitellinus) yang
terletak dalam rongga korion, yang juga tercakup dalam connecting stalk, juga
tertutup bersamaan dengan proses semakin bersatunya amnion dengan korion.
Setelah struktur lengkung usus,kandung kuning telur dan duktus vitellinus
menghilang,tali pusat akhirnya hanya mengandung pembuluh darah umbilical (2
arteri umlikalis dan 1 vena umbilikalis) yang menghubungkan sirkulasi janin
dengan plasenta.Pembuluh darah umbilical ini diliputi oleh mukopolisakarida
yang disebut Whartons jelly.
Selaput Janin (Amnion dan Korion)
Pada minggu-minggu pertama perkembangan, villi meliputi seluruh lingkaran
permukaan korion. Dengan berlanjutnya kehamilan :
Jonjot pada kutub embrional memebentuk struktur korion lebat seperti semaksemak (chorion frondusum) sementara
Proteksi
Mobilisasi
Homeostatis
Mekanik
intrauterine
33
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC : Jakarta.
Sadler, TW. 1987. Embriologi Kedokteran Langman Edisi ke-7 terjemahan. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Sastrawinata, Sulaiman1983.Obsetri Fisiologi.Percetakan Penerbitan ELEMAN :
Bandung.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
Wiknojosastro, Hanifa.2007. Ilmu Kebidanan.Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo : Jakarta
34