BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue
2.1.1 Pengertian
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7
hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati,
disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae,
lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan,
berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock)
(Kemenkes, 2011). DBD adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan
adanya
manifestasi
perdarahan,
yang
berpotensial
Etiologi
Menurut Kemenkes (2011), penyebab terjadinya DBD adalah karena
virus dengue, vektor, dan host.
2.1.2.1 Virus dengue
Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus,
famili Flaviviridae, genus flavivirus. Virus berukuran kecil
(50 nm) ini memiliki singlet standard RNA. Virionnya terdiri
dari nucleocapsid dengan bentuk kubus simetris dan
terbungkus dalam amplop lipoprotein. Genome (rangkaian
kromosom) virus Dengue berukuran panjang sekitar 11.000
dan terbentuk dari tiga gen protein struktural yaitu
11
membran associated
protein (M) dan suatu protein envelope (E) serta gen protein
non struktural.
Terdapat empat serotipe virus yang disebut DEN-1, DEN-2,
DEN-3 dan DEN-4. Ke empat serotipe virus ini telah
ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian di
Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan
dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling
luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan
Dengue -4. Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe
tersebut di atas, akan menyebabkan kekebalan seumur hidup
terhadap serotipe virus yang bersangkutan. Meskipun keempat
serotipe virus tersebut mempunyai daya antigenis yang sama
namun mereka berbeda dalam menimbulkan proteksi silang
meski baru beberapa bulan terjadi infeksi dengan salah satu
dari mereka.
2.1.2.2 Vektor
Virus Dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan
nyamuk Aedes (Ae). Ae.aegyptimerupakan vektor epidemi
yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus,
Ae.polynesiensisdan Ae.niveus juga dianggap sebagai vektor
sekunder. Kecuali Ae.aegypti semuanya mempunyai daerah
distribusi geografis sendiri-sendiri yang terbatas. Meskipun
mereka merupakan host yang sangat baik untuk virus dengue,
biasanya mereka merupakan vektor epidemi yang kurang
efisien dibanding Ae.aegypti.
2.1.2.3 Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama
kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik
tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk
terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus
dengue tipe lainnya. DBD akan terjadi jika seseorang yang
pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu
12
Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh inang kemudian mencapai sel
target yaitu makrofag. Sebelum mencapai sel target maka respon imun
non-spesifik dan spesifik tubuh akan berusaha menghalanginya.
Aktivitas komplemen pada infeksi virus dengue diketahui meningkat
seperti C3a dan C5a mediator-mediator ini menyebabkan terjadinya
kenaikan permeabilitas kapiler celah endotel melebar lagi. Akibat
kejadian ini maka terjadi ekstravasasi cairan dari intravaskuler ke
extravaskuler dan menyebabkan terjadinya tanda kebocoran plasma
seperti hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi pleura, asites,
penebalan dinding vesica fellea dan syok hipovolemik (WHO, 2009).
Kenaikan permeabilitas kapiler ini berimbas
pada terjadinya
hemokonsentrasi, tekanan nadi menurun dan tanda syok lainnya merupakan salah satu patofisiologi yang terjadi pada DBD (Oishi. Et al,
2.1.4
2007)
Gejala klinis
Menurut WHO (2009), gambaran klinis penderita dengue terdiri atas 3
fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan
2.1.4.1 Fase febris
Biasanya demam mendadak tinggi 2-7 hari, disertai muka
kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia,
artralgia dan sakit kepala. Pada beberapa kasus ditemukan
nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva, anoreksia,
mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda
perdarahan seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun
jarang dapat pula terjadi perdarahan pervaginam dan
perdarahan gastrointestinal
2.1.4.2 Fase kritis
13
14
mimisan
merupakan
tanda
penting.
Kadang-kadang
2.1.5
15
<100.000 sel/mm3) dan peningkatan hematokrit (5%10%) serta tidak ada bukti perembesan plasma.
b. Derajat 1
1) Secara klinis terdapat gejala demam dan manifestasi
perdarahan (uji bendung positif) dan tanda perembesan
plasma
2) Secara laboratoris terdapat Trombositopenia <100.000
sel/mm3 dan Peningkatan hematokrit 20%
c. Derajat 2
1) Secara klinis terdapat gejala demam dan manifestasi
perdarahan (uji bendung positif) dan tanda perembesan
plasma
2) Secara laboratoris terdapat trombositopenia <100.000
sel/mm3 dan peningkatan hematokrit 20%
d. Derajat 3
1) Secara klinis seperti derajat I atau II ditambah
kegagalan sirkulasi (nadi lemah, tekanan nadi 20
mmHg, hipotensi, gelisah, diuresis menurun
2) Secara trombositopenia <100.000 sel/mm3
dan
16
bercampur darah.
Diagnosis
Pada umumnya diagnosis DBD sulit ditegakkan pada awal penyakit
karena tanda dan gejalanya yang tidak spesifik sehingga sering kali
sulit dibedakan dengan penyakit infeksi virus influenza, campak atau
demam Typhoid. Case fatality rate (angka kematian) dapat diturunkan
secara seksama apabila penderita dengan DBD/DSS dapat di diagnosis
secara dini dan mendapatkan penatalaksanaan klinis dengan baik.
Diagnosis DBD dilakukan dengan melihat gejala klinis dan
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang saat ini dipakai untuk
menunjang diagnosis demam dengue baik primer maupun sekunder
adalah dengan menggunakan pemeriksaan Ig M dan atau Ig G anti
dengue karena dapat diperoleh hasil yang cepat dan sensitivitas mirip
dengan uji hemaglutinasi inhibisi (HI). Tetapi jenis pemeriksaan ini
cukup mahal sehingga lebih sering dilakukan pemeriksaan trombosit
dan hematokrit untuk menentukan derajat hemokonsentrasi seorang
penderita (Pusparini, 2004).
2.1.6.1 Penilaian gejala Awal
Menurut Harijanto (2015), gejala klinis demam berdarah
dengue pada saat awal penyakit (hari demam 1-3) dapat
menyerupai penyakit lain seperti radang tenggorokan, campak,
dan tifus. Gejala yang membedakan satu dengan yang lain
yaitu gejala yang menyertai gejala demam berdarah seperti
tertera di atas.
17
a. Demam
Demam pada penyakit demam berdarah ini secara
mendadak dan berkisar antara 38,50C-400C, Pada anak-anak
terjadi peningkatan suhu yang mendadak. Pagi hari anak
masih dapat sekolah dan bermain, mendadak sore harinya
mengeluh demam sangat tinggi. Demam akan terus
menerus baik pada pagi maupun malam hari dan hanya
menurun sebentar setelah diberikan obat penurun panas.
Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa pada
saat gejala awal sering kali tidak begitu dihiraukan oleh
karena demam datang dengan tiba-tiba. Mereka tetap
melakukan kegiatan seperti biasanya dan baru merasakan
sakit bila timbul gejala berikutnya yaitu lesu, tidak enak
makan dan lain sebagainya.
b. Lesu
Disamping demam tinggi dan mendadak penderita demam
berdarah dengue akan mengeluh atau terlihat lesu dan
lemah. Seluruh badan lemah seolah tidak ada kekuatan,
pada anak yang masih kecil tidak dapat mengeluh tetapi
anak yang biasanya aktif kali ini tidak mau bermain lagi
dan lebih senang diam duduk atau tiduran. Badan akan
makin bertambah lemah oleh karena nafsu makan
menghilang sama sekali baik minum maupun makan, rasa
mual dan rasa tidak enak di perut dan di daerah ulu hati
menyebabkan semua makanan dan minuman yang dimakan
keluar lagi. Rasa mual, muntah dan nyeri pada ulu hati akan
makin bertambah bila penderita minum obat penurun panas
yang dapat merangsang lambung. Pada anak kecil dapat
disertai mencret 3-5 kali sehari, cair, tanpa lendir. Jadi, bila
seorang anak menderita mencret disertai demam tinggi kita
harus waspada demam berdarah apalagi terjadi pada bayi
atau anak kecil di bawah umur 2 tahun. Demam berdarah
18
selanjutnya
dapat
diikuti
dengan
perdarahan
dapat
dilakukan
penekanan
(perabaan
disertai
19
coba
tekan
bintik
merah
tersebut:
bila
20
sehingga
cepat
mencari
pengobatan,
21
22
23
2) Adanya
kebocoran
permeabilitas
plasma
kapiler,
karena
yang
peningkatan
ditandai
adanya:
indikator
plasma,
yang
peka
sehingga
akan
terjadinya
perlu
dilakukan
24
penurunan
trombosit
mendahului
hematokrit.
Hemokonsertrasi
dengan
peningkatan
peningkatan
serologis
didasarkan
atas
timbulnya
Hemaglutinasi
inhibisi
(Haemaglutination
2.1.7
Penatalaksanaan
2.1.7.1 Pertolongan pertama pada penderita DBD
Menurut Judarwanto (2011), seorang yang menderita penyakit
demam berdarah pada awalnya akan menderita demam tinggi.
Dalam keadaan demam ini tubuh banyak kekurangan cairan
oleh karena terjadi penguapan yang lebih banyak daripada
biasa. Cairan tubuh makin berkurang bila anak terus menerus
muntah atau tidak mau minum. Maka pertolongan pertama
yang terpenting adalah memberikan minum sebanyakbanyaknya. Berikanlah minum kira-kira 2 liter (8 gelas) dalam
25
segera
diberikan
obat
penurun
panas.
Untuk
26
27
28
29
diperhatikan
bahwa antipiretik
tidak
dapat
Pemeriksaan
kadar
hematokrit
berkala
hasil
pemberian
cairan
yaitu
tersedia,
pemeriksaan
hemoglobin
dapat
pengobatan
yang
utama,
berguna
untuk
30
31
maka
tetesan
dukurangi
mejadi
kurangi
tetesan
menjadi
3ml/KgBB/jam,
32
nadi
kuat,
kurangi
tetesan
jadi
perdarahan
masif,
berikan
darah
segar
33
20ml/KgBB
dan
lanjutkan
cairan
kristaloid
10ml/KgBB/jam.
2.1.8
Komplikasi
Komplikasi demam berdarah biasanya berasosiasi dengan semakin
beratnya bentuk demam berdarah yang dialami, pendarahan, dan shock
syndrome. Menurut Kemenkes (2011), komplikasi paling serius
walaupun jarang terjadi adalah sebagai berikut:
2.1.8.1 Demam Dengue
Perdarahan dapat terjadi pada pasien dengan ulkus peptik,
trombositopenia hebat, dan trauma.
2.1.8.2 Demam Berdarah Dengue
a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau
tanpa syok.
b. Kelainan ginjal
akibat
syok
berkepanjangan
dapat
berkepanjangan
mengakibatkan
asidosis
Trombosit
2.2.1 Pengertian
Trombosit (juga disebut Platelet atau keping darah) adalah sel-sel
berbentuk oval kecil yang dibuat di sumsum tulang yang berfungsi
untuk menghentikan perdarahan. Ketika pembuluh darah pecah,
trombosit berkumpul di daerah dan membantu menutup kebocoran.
Trombosit bertahan hidup hanya sekitar 9 hari dalam aliran darah dan
2.2.2
34
trombosit
karena
virus
dengue.
sumsum tulang.
Penyebab Kerusakan Trombosit
2.2.3.1 DBD
Demam berdarah merupakan jenis kerusakan trombosit yang
populer di masyarakat dan penyebab kerusakan trombosit
dalam DB adalah infeksi.
2.2.3.2 Tifus
Tifus dapat menyebabkan infeksi yang juga menjadi penyebab
trombosit turun.
2.2.3.3 Penyakit ITP (Immunologic Thrombocytopenia Purpura)
35
36
terlalu
yang
tinggi,
dapat
dapat
terbentuk
menghambat
pembekuan
pembuluh
darah
darah
dan
37
adalah suatu bekuan darah eksternal yang kita bisa melihat dengan
mudah, tetapi ada juga pembekuan darah internal. Sebuah memar, atau
tanda hitam dan biru, adalah hasil dari gumpalan darah. Kedua
keropeng
dan
memar
adalah
gumpalan
yang
menyebabkan
TANDA DAN
GEJALA DBD
PEMERIKSAAN DERAJAT
KLINIS DBD
PEMERIKSAAN TROMBOSIT
38
Keterangan:
: tidak diteliti
: variabel yang diteliti
: hubungan yang mempengaruhi
Gambar 2.1: Skema kerangka konsep penelitian hubungan antara derajat
klinis DBD dengan penurunan jumlah trombosit pada anak
yang mengalami DBD yang dirawat di ruang Dahlia RSUD
dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas
2.5 Hipotesis
Ada hubungan antara derajat klinis DBD dengan penurunan jumlah trombosit
pada anak yang mengalami DBD yang dirawat di ruang Dahlia RSUD
dr.H.Soemarno Sosroatmodjo Kuala Kapuas