Anda di halaman 1dari 20

APPENDISITIS

A. PENGERTIAN
Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kirakira 10
cm (4 inci), melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Dalam pengertian
ini ada beberapa pendapat anara lain :
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan
penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah
peradangan dari suatu appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang
mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).
B. ETIOLOGI

Ulserasi pada mukosa

Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)

Pemberian barium

Berbagai macam penyakit cacing

Tumor

Striktur karena fibrosis pada dinding usus

C. PATOFISIOLOGI
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat
disebabkan

oleh hiperplasia

dari folikel limfoid

merupakan penyebab

terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing seperti


cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain
misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan
dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.
Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka
rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa
lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak anak karena
omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding
apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga
pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi
lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya
hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.
D. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan,
mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik McBurney
bila ada penekanan. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi dari nyeri bila
tekanan dilepaskan) mungkin akan dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot dan
apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan
lokasi appendiks. Bila appendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri
tekan akan terasa pada daerah lumbar; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda
ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaaan rektal. Nyeri pada defekasi

menunjukkan ujung appendiks berada dekat rektum; nyeri pada saat berkemih
menunjukkan bahwa ujung appendiks dekat dengan ureter atau kandung kemih.
Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi pada kuadran kiri
secara paradoksial sehingga menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan
bawah. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri menjadi lebih menyebar, distensi
abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien meburuk. Pada kasus
lansia, tanda dan gejala sangat bervariasi. Tanda dan gejala tersebut dapat
meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau penyakit yang lain.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium
serta sinar-X. Hitung darah lengkap dilakukan dan menunjukkan peningkatan
jumlah darah putih. Jumlah leukosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm 3 dan
pemeriksaan ultrasound dapat menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau
kadar aliran udara terlokalisasi
F. PENATALAKSANAAN
Pembedahan diindikasi bila diagnosa appendiks telah ditegakkan.
Antibiotika dan cairan intravena diberikan sampai pembedahan dilakukan.
Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Appendiktomi dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi dapat
dilakukan dibawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau
dengan laparoskopi yang merupakan metoda terbaru dan sangat efektif.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi utama appendisitis adalah perforasi appendiks yang dapat
berkembangmenjadi peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalh 10%-2%.
Insiden lebih tinggi pada anak-anak dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24

jam setelah awitan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu37,7 oc atau lebih
tinggi, penampilan toksik, nyeri atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu.
H. KEPUSTAKAAN
Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia
Donna L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Hudak C.M., 1994, Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia.
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, EGC, Jakarta
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions
Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby YearBook, St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 20012002, NANDA
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BIASA MUNCUL
1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma fisik (luka pembedahan)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
3. Resiko terjadi infeksi behubungan adanya luka post appendiktomi dan
tindakan invasif.
4. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan muntah dan
diare.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, faktor resiko dan perawatn
lanjut berhubungan dengan keterbatsan kognitif dan paparan informasi.

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS


ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A.S
DENGAN POST LAPARATOMY e/c APPENDICITIS GRADE V
DI PERINATAL INTENSIF CARE UNIT (PICU) RSUP Dr. SARDJITO
YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH :
I MADE MUSTIKA
03/167080/EIK/00292

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA

2005
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FK UGM
FORMAT RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Nama mahasiswa
Tempat Praktek
Tanggal

: I Made Mustika
: Ruang J RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
: 9-14 Mei 2005

I. Identitas diri klien


Nama

: Sdr. SP

Umur

: 26 Tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Srago Gede, Mojayan, Klaten Tengah

Status perkawinan : Belum Kawin


Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pendidikan

: SLTP

Pekerjaan

: Swasta

Tgl. Masuk RS

: 08 Mei 2005

Tgl. Pengkajian

: 10 Mei 2005

Sumber Informasi : 1. Klien


2. Keluarga
3. Rekam Medik
II. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama saat masuk RS :
Sakit pada perut kanan bawah diikuti dengan mual dan muntah.
2. Riwayat penyakit sekarang :
Sejak sore hari sebelum masuk RS, klien merasakan sakit di perut kanan

bawah yang diikuti dengan mual dan muntah. Sakit tidak terpengaruh
makanan. Sore itu juga klien berobat ke dokter terdekat yang kemudian diberi
obat sehingga nyeri hilang. Malam hari nyeri kambuh lagi dan klien langsung
datang ke RSUP Dr. Seoradji Tirtonegoro untuk berobat.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Klien dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit DM dan darah tinggi.
4. Diagnosa medik pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang
telah dilakukan :

Diagnosa medik saat masuk adalah suspect thypoid.

Tgl. 8 Mei 2005 waktu datang di IGD diberikan terapi :


- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Sotatic 1 ampul
- Injeksi Ulcimet 1 ampul
- Dexanta Syr 3 x CI
- Paracetamol 500mg (K/P)
Tgl 9 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan

hasil :
- WBC

: 11,6 x 103/ul

- MCHC : 32,4 pq

- RBC

: 5,1 x 106/ul

- PLT

: 138 x 103/ul

- HGB

: 13,9 g/dl

- RDW

: 40,9 fl

- HCT

: 42,9 %

- PDW

: 10,9 fl

- MCV

: 84,1 fl

- MPV

: 9,3 fl

- MCH

: 27,3 fl

- P-LCR : 19,9 %

DIFFERENTIAL
- Lym%

: 6,3 %

- Lym # : 0,7 x 10 3/ul

- MXD% : 1,9 %

- MXD

: 0,2 x 103/ul

- Neut % : 91,8

- Neut

: 10,7 x 103/ul

Tgl 9 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan test widal dengan hasil

negatif.
Tgl 10 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan Laboratorium dengan

hasil :

- Albumin : 3,29 g/dl

- Na

: 149,3 mmol/L

- BUN

: 5,6 mg/dl

-K

: 4,07 mmol/L

- Creat

: 1,13 mg/dl

- Cl

: 102, 2 mmol/L

- Gluk

: 132,6 mg/dl
Tgl 12 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan laboratorium kimia darah

dengan hasil :
- Albumin

: 2,44 g/dl

- Tot. protein

: 5,57 g/dl

- Globulin

: 3,1 mg/dl

III. Pengkajian saat ini


1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pengetahuan tentang penyakit/perawatan :
-

klien

sudah

mengerti

tentang

penyakit

serta

tindakan

atau

penanganannya sekarang ini. Untuk saat ini klien hanya merasakan sakit
pada perut kanan bawah daerah bekas dilakukan operasi appenditomi
2. Pola nutrisi/metabolik
Program diit RS : sementara masih puasa sampai peristaltik membaik dan
sudah flatus.
Intake makanan : sejak masuk di Ruang J RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten tgl 8 Mei 2005 klien tidak mengalami penurunan

nafsu makan
Intake cairan

: klien minum air putih dan teh 6-7 gelas sehari dan
terpasang cairan parenteral infus RL dengan tetesan 20 tpm.

3. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
- Sebelum dilakukan operasi klien mengatakan BAB sehari 1-2 kali dengan
konsistensi lembek dan berwarna kekuningan . Saat pengkajian dilakukan
klien belum BAB karena post operasi H-0.
b. Buang air kecil
- Klien BAK dengan menggunakan kateter.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi/ROM

0 = mandiri
3 = dibantu orang lain dan alat
1 = alat bantu
4 = tergantung total
2 = dibantu dengan orang lain
Oksigenasi : klien tidak mengalami sesak napas dan tidak terpasang O2
5. Pola tidur dan istirahat
Pada saat pengkajian dilakukan, klien mangatakan bahwa semalam dapat tidur
dengan nyenyak. Selama sakit klien biasa tidur 5-7 jam sehari pada malam
hari dan jarang tidur siang. Pada saat bangun klien mengatakan segar.
6. Pola perceptual
Klien tidak mengalami gangguan pada indera penglihatan. Klien mampu
membaca papan nama perawat.

Pendengaran klien tidak mengalami

gangguan baik kanan maupun kiri. Pengecapan kien baik. Klien mampu

merasakan asin, asem, pahit dan manis dengan baik. Sensasi tidak mengalami
gangguan.
7. Pola persepsi diri
Pada saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan menerima kondisi saat
ini.Klien tidak merasa malu dengan keadaan saat ini.
8. Pola seksulitas dan reproduksi
Klien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Klien saat ini belum menikah dan
sudah bekerja pada sebuah perusahaan swasta.
9. Pola peran hubungan
Selama sakit klien senantiasa ditunggui oleh ibu dan kadang kala kakakkakanya berkunjung bergantian. Komunikasi klien antar anggota keluarga,
pasien, perawat dan dokter baik
10. Pola manajemen koping stres
Kien mengatakan perubahan hidup yang paling dirasakan adalah pada saat
sakit sekarang ini, harus opname di RS dan menjalani operasi. Sejak awal
masuk RS klien sudah menerima kondisinya dan berserah diri kepada Tuhan.
Keluarga dan kakak-kakaknya senantiasa mendukung kesembuhan klien.
11. Sistem nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam. Selama sakit klien masih menjalankan kegiatan
keagamaan.
IV. Pemeriksaan Fisik
Keluhan yang dirasakan saat ini klien merasa sesak napas dan nyeri pada perut
kanan atas.
TD : 120/70 mmHg ; N : 84 x/mnt ; R : 24 x/mnt ; S : 37 o C
BB/TB : 55 kg / 168 cm
Kepala

: Bentuk mesochepal, rambut ikal, hidung simetris tidak terdapat


kelainan. Mata konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik kanan

dan kiri dengan fungsi penglihatan baik, reflek cahaya +/+.


Kebersihan mulut baik dan bibir terlihat lembab
Leher

: Tidak tampak peningkatan JVP dan tidak teraba pembesaran


kelenjar Limfe

Thorak

: Bentuk dada simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada, perkusi


paru terdengar sonor, auskultasi terdengar vesikuler.

Abdomen

: Supel dan terdapat nyeri tekan pada abdomen kanan bawah pada
daerah post operasi

Inguinal

: Klien terpasang kateter.

Ekstremitas : Pada tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm. Tidak


terdapat oedema pada kedua ekstremitas. Turgor kulit baik dan
kekuatan otot baik.
Program terapi :

Infus RL 20 tpm

Diit : sementara masih puasa sampai sudah flatus dan peristaltik membaik

Cefotaxime 1 gr/12 jam

Ulsikur 1 ampul/8 jam

Metronidazole 500mg/8 jam

Ketorolac 50 mg/12 jam

Hasil pemeriksaan penunjang :

Tgl. 8 Mei 2005 waktu datang di IGD diberikan terapi :


- Infus RL 20 tpm
- Injeksi Sotatic 1 ampul
- Injeksi Ulcimet 1 ampul
- Dexanta Syr 3 x CI
- Paracetamol 500mg (K/P)
Tgl 9 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan

hasil :

- WBC

: 11,6 x 103/ul

- MCHC : 32,4 pq

- RBC

: 5,1 x 106/ul

- PLT

: 138 x 103/ul

- HGB

: 13,9 g/dl

- RDW

: 40,9 fl

- HCT

: 42,9 %

- PDW

: 10,9 fl

- MCV

: 84,1 fl

- MPV

: 9,3 fl

- MCH

: 27,3 fl

- P-LCR : 19,9 %

DIFFERENTIAL
- Lym%

- Lym # : 0,7 x 10 3/ul

: 6,3 %

- MXD% : 1,9 %

- MXD

: 0,2 x 103/ul

- Neut % : 91,8

- Neut

: 10,7 x 103/ul

Tgl 9 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan test widal dengan hasil

negatif.
Tgl 10 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan Laboratorium dengan

hasil :

- Albumin : 3,29 g/dl

- Na

: 149,3 mmol/L

- BUN

: 5,6 mg/dl

-K

: 4,07 mmol/L

- Creat

: 1,13 mg/dl

- Cl

: 102, 2 mmol/L

- Gluk

: 132,6 mg/dl
Tgl 12 Mei 2005 dilakukan pemeriksaan laboratorium kimia darah

dengan hasil :
- Albumin

: 2,44 g/dl

- Tot. protein

: 5,57 g/dl

- Globulin

: 3,1 mg/dl

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL :


1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma fisik (luka pembedahan)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan

3. Resiko terjadi infeksi behubungan adanya luka post appendiktomi dan


tindakan invasif.

ANALISA DATA
Data Penunjang
Kemungkinan Penyebab
Data Subyektif :
Penurunan ekspansi paru
Klien mengatakan sekarang kadang
terasa sesak napas

Masalah
Ketidakefektifan
pola napas

Data obyektif
Pada oservasi di dapatkan data
TD : 140/80 mmHg, suhu 37 0c,
Nadi 84 x/mnt, RR 28 x/mnt ,
terdapat retraksi dinding dada,
cuping hidung (+)
Data subyektif
Tidak adekuatnya asupan
- Klien mengatakan saya tidak ada nutrisi
nafsu makan.
- Klien mengatakan apabila makan
agak
banyak
perut
terasa
mbeseseg dan mual.
Data obyektif
- Klien menghabiskan makanan
yang disiapkan hanya porsi (
makan
pagi tanggal 7 dan
8/4/2005 )

Ketidakseimbang
an nutrisi : kurang
dari kebutuhan

- TB : 168 cm ; BB : 65 kg
- Turgor kurang
- Sklera ikterik
- Tgl 7/4/2005 terdapat oedema
pada ektremitas bawah kanan
Data subyektif
Status penyakit
Klien menyatakan bahwa sejak
sakit menjadi cepat lelah dan tidak
kuat seperti dulu lagi.

Kelelahan

Data obyektif
- Keadan umum klien lemah.
- Sejak tgl. 7/4/2005 klien disuapi
oleh istrinya serta aktivitas
berkurang
Data subyektif
.Distensi abdomen
Klien menyatakan nyeri pada
daerah perut bagian kanan atas
sampai ulu hati.

Nyeri akut

Data obyektif
- Tgl. 29/3/2005 : USG abdomen
dengan hasil Ictes dengan
cholesistitis
- Terdapat nyeri tekan pada daerah
abdomen kanan atas sampai ulu
hati
- TD : 140/80 mmHg, suhu 37 0c,
Nadi 84 x/mnt, RR 28 x/mnt
- Ekpresi wajah menahan sakit
- Terdapat distensi abdomen
Data obyektif :
- Terdapat melena
- mual dan muntah
Data subyektif :
Kelebihan volume cairan
- klien mengatakan sejak hari jumat
ini, kaki terasa berat dan bengkak
Data obyektif :
- Terdapat oedema pada ektremitas

PK : perdarahan
gastrointestinal
Mekanisme
pengaturan tubuh
melemah

bawah sejak tanggal 8 April 2005


- Nat : 134,1 mmk/L

Nama Klien
Ruang
Nama Mahasiswa
Tanggal

10/5/2005

10/5/2005

12/5/2005

: Sdr. SP
: Ruang J RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
: I Made Mustika

Dx. Keperawatan / Masalah


Kolaborasi

Tujuan

Intervensi

1. Nyeri abdomen
NOC : Kontrol nyeri Setelah NIC : Manajemen nyeri
berhubungan dengan dilakukan
tindakan Aktifitas :
trauma
fisik;
luka keperawatan selama 3 x 24 1.
Monitor vital sign
pembedahan
jam nyeri pasien berkurang
dengan indikator :
2.
Lakukan
observasi
Klien
terhadap nyeri meliputi skala,
menyatakan
nyeri
karakteristik, durasi, intensitas
berkurang/hilang
serta faktor pencetus nyeri.
Mengguna 3.
Observasi respon non
kan
teknik
non
verbal klien
farmakologi
Mengguna
kan skala nyeri untuk 4.
Berikan lingkungan yang
mengidentifikasi tingkat
nyaman
nyeri
2. Resiko tinggi kekurangan
cairan tubuh berhubungan
muntah dan diare.

3. Gangguan mobitilitas
fisik berhubungan

Keseimbangan cairan dan


elektrolit dipertahankan
dengan kriteria hasil :
- turgor kulit normal - membran mukosa lembab
- urine output normal, kadar
darah sodium, kalium,
magnesium dna kalsium
dalam batas normal.

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama

1.
2.

Rasional

1. Mengetahui
perubahan sistemik
tubuh
2. Menentukan
intervensi
yang
sesuai dan kefektifan
terapi
yang
diberikan.
3. Mengidentifikasikan
perasaan
ketidaknyamanan
kien
4. Meningkatkan
kenyamanan

Kaji tanda-tanda dehidrasi


Berikan minuman per oral
sesuai toleransi
3.
Atur pemberian cairan per
infus sesuai order.
4. Ukur semua cairan output
(muntah, diare, urine. Ukur
semua intake cairan.

Intervensi lebih dini


Mempertahankan
intake yang adekuat
Melakukan rehidrasi

1. Observasi KU kien
2. Tentukan keterbatasan gerak

Dengan
pergerakan

Meyakinkan
keseimbangan antara
intake dan ouput

latihan
akan

dengan kelemahan

10/5/2005

10/5/2005

4. Resiko infeksi
berhubungan dengan
tindakan invasif

5. Kurang pengetahuan
tentang kondisi,
pengobatan, factor resiko
dan perawatan lanjut
berhubungan dengan
keterbatasan koginitf.

3x24 jam klien mampu


mentoleransi aktivitas
dengan kriteria hasil :
- peningkatan kemampuan
dan kekuatan otot dalam
bergerak
- peningkatan aktivitas fisik

Klien
3. Lakukan ROM sesuai
Kemampuan
4. Kolaborasi dengan terapis untuk
melaksanakan latihan
5. Evaluasi fugsi sensorik
6. Gunakan sentuhan untuk
meminimalkan spasme otot
7. Tingkatkan aktivitas sesuai
kemampuan klien

mencegah
kontraktur

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 4x24
jam resiko infeksi dapat
diminimalkan dengan kriteria
hasil :
- Bebas dari tanda-tanda
infeksi
- AL dan differensial normal
- Vital sign normal
- Mampu mendemostrasikan
cara pencegahan infeksi

1. Observasi vital sign dan adanya


tanda-tanda infeksi pada daerah
dilakukan tindakan invasif
2. Monitor hasil laboratorium
3. Lakukan perawatan dengan
teknik septik dan aseptik
4. Kolaborasi pemberian antibiotik
5. Anjurkan klien dan keluarga
untuk menjaga kebersihan
lingkungan

Mengetahui
sedini
mungkin adanya tandatanda infeksi

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kesiapan klien untuk


keperawatan selama 1x24
menerima informasi
jam
pengetahuan
klien 2. Kaji pengetahuan klien tentang
tentang penyakit bertambah
penyakit hipertensi, penanganan
dengan kriteria hasil
dan pencegahannya
3. Bangun rasa saling percaya
4. Jalaskan tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala,
penanganan dan pencegahan
sesuai dengan kemampuan klien
5. Evaluasi tingkat pemahaman
dan kemampuan dalam
menerima penjelasan

terjadinya

Meminimalkan
pada
kien untuk tidak terjadi
kerusakan
mobilitas
fisik

Mencegah
mengurangi
infeksi silang

serta
terjadi

Memabantu mencegah

Mengetahui
tingkat
pengetahuan
untuk
kesiapan
dalam
penyuluhan lebih lanjut
Klien dapat belajar
tentang
pengertian,
penyebab, tanda dan
gejala, penanganan dan
pencegahan hipertensi
Pemahaman
klien
dapat
membenatu
menentukan intervesi
lebih lanjut

CATATAN PERKEMBANGAN
No. Dx. KEP

HARI/TGL/JAM

IMPLEMENTASI

EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai