Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN LAPANG

KELOMPOK TANI MULYA TAWANG ARGON BATU


BPP KECAMATAN BATU
MATA KULIAH
AGROEKOLOGI
SOSIOLOGI PEDESAAN
PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
DASAR DASAR PENYULUHAN

Nama Iyan Cahyana


Nirm 0.7.1.2.14.1732

STPP MALANG
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2014

Kelompoktani tani mulya merupakan 1 dari 6 kelompoktani di desa


tawang argo kecamatan karang ploso. Kelompoktani ini memiliki
anggota 37 orang, sepuluh diantaranya sudah memiliki sertifikat PRIMA
3 pada komoditas Jagung manis sweet corn dan sawi daging.
Sertifikat prima 3 dalah sertifikat yang diberikan kepada petani melalui
proses panjang dan penilaian yang ketat. petani yang telah memiliki
Sertifikasi merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas produk
seperti buah dan, karena dengan memiliki sertifikat, suatu produk
diakui telah memenuhi standard kualitas sesuai spesifikasi sertifikat
yang dimilikinya misalnya sertifikat prima -1, prima-2 maupun prima-3.
Proses sertifikasi ini diperoleh dengan waktu yang panjang. Proses
sertifikasi ini diusahakan oleh petani sejak tahun 2010 dengan proses
yang panjang sehingga dhasilnya diperoleh tahun 2013. Penilaian
prima 3 diperoleh dengan menerapkan GAP (Good Agricultures
Practices) dan pengelolaan lahan dan tanaman sesuai dengan SOP
(standard Operational Procedures) yang Petani susun sendiri dan
didampingi dengan dinas terkait. Selain itu, diharapkan kedepan
pengembangan sertifikasi yang semula hanya berjumlah sepuluh orang
ini menjad petani pioneer perubahan petani dan mengajak seluruh
anggota untuk menerapkan sertifikasi ini. Dan rencananya pada tahun
ini sertifikasi akan terus dikembangan dengan mensertifikasi Tanaman
mentimun dan Buncis.
Disamping itu pemngembangan poktan akan terus berjalan. Prima 3
merupakan sertifikasi terhadap produk yang dihasilkan oleh petani
sedangkan sertifikasi propesi pun akan menyusul dikembangkan
denganmengusulkan kepada BNSP ( Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
Keuntungan dari sertifikasi ini adalah dari segi biaya pengeluaran
(variabel cost) yang dikeluarkan petani menjadi berkurang karena dari
segi pemeliharaan pupuk kimia dan pestisida secara berlebihan. Namu
kekuranganya adalah dari segi penjualan yyang masih disamakan
dengan proses budidaya secara konvensional. Meskipun alat bahan
untuk pengemasan serta label khusu Prima 3, dengan kurang
tersedianya pasar khusus produk sehat, maka nilai tambah belum
dapat diperoleh secara maksimal. Tetapi petani masih bersyukur
karena dengan berkurangnya biaya produksi dengan hasil tetap akan
menjadi keuntungan tersendiri baggi petani.
Diawali tahun 2010 program GAP dijalankan dan proses penyusunan
SOP oleh petani sehingga diperoleh sertifikat prima 3 oleh petani.
PAK H. Imam Soejono sebagai ketua poktan
Tanaman yang sedang ditanam pak imam adalah tanaman tomat
dengan varietas serpo. Luas lahan yang di tanam tomat adalah 1

hektar dengan biaya sewa per-tahun 10 juta milik benkok. Keuntungan


dari vearietas ini adalah merupakan varietas tomat yang tahan
terhadap virus dan layu sehingga mengurangi penggunaan pestisida.
Selain itu jenis ini merupakan varietas yang cocok dibudidayakan
didataran rendah. aDapaun apabila didataran tinggi adalah jenis
marta.
Sebagai petani sebagai wirausaha sudah tentu mengharapkan
keuntungan. Dengan produksi yang tinggi yaitu 3 sampai 5 kg.
Anggota poktan yang diambil sebagai narasumber adalah bapak
H. Imam yang melakukan pemilihan varietas tomat disesuaikan dengan
kondisi topografi dimana tawang argo sendiri merupakan daerah
dataran rendah sehingga varietas yang digunakan adalah varietas
dataran khusus dataran redah yaitu varietas SERPO dengan
keuntungan lainnya adalah tahan terhadap Virus dan Anti Layu. Hal ini
dilakaukan karena petani tersendiri menginginkan keuntungan yang
diperoleh dari keuntungan varietas tersebut.
Ditinjau dari segi biaya, dengan produktivitas tomat yang tinggi
diharapkan petani akan mendapatkan hasil produksi sebesar 3 kg
sampai dengan 5 kg pertanaman dan dengan biaya pengeluaran
sebesar Rp 1.200,00 sampai dengan Rp 1.500,00. Jika diasumsikan
petani memproduksi tomat dengan produktivitas 3 kg pertanaman,
harga tomat Rp. 1.000,00 maka akan memperoleh hasil Rp. 3.000,00
pertanaman. Jika biaya yang dikeluarkan Rp 1.200,00 maka akan
menutupi separuh dari biaya tersebut. Selain itu juga dengan sistem
tumpang sari petani mendapatkan tambahan keuntungan dari hasil
tumpang sari tersebut. Komoditas yang dipilih sebagai tanman
tumpang sari dengan tomat adalah tanaman sawi daging. Keutungan
dari sawi daging digunakan untuk menutupi modal dan tenaga kerja
yang dikeluarkan. Sementara itu hasil keuntungan dari tomat
digunakan sebagai modal yang tersimpan. Selain sawi tanaman
tumpang sari lainnya adalah buncis merah. Tanaman ini juga bisa
dijadikan mulsa.
Jarak tanam yang digunakan untuk menanam tomat adalah
meter atau 5060cm. Untuk pemupukan menggunakan pupuk cair
dengan dosis 100 liter di isi 4 kg. Sedangkan untuk pengendalian hama
penyakit petani pengawasan secara intensif. Dan untuk pengairannya
dilakukan seminggu 3 kali.
Kembali ditinjau dari segi ekologi, proses penaman secara
tumpang sari selain menambah pengahasilan petani juga sebagai
pengendali hama karena menambah keanekaragaman hayati dilahan.
Selain itu juga menjadi mulsa bagi tanaman, sangat berbeda dengan
menanam jagung.

Alasan menanam sawi karena umur panen sawi yang sebentar.


Hanya sekitar 20-25 hari setelah tanam.
Petani yang mula mula menggunakan pestisida kimia menjadi
berubah pikiran ketika proses budidaya yang mahal akibat biaya
produksi yang tinggi tetapi hasil tidak sesuai yang diharapkan. Karena
itu petani mendapat kejelasan setelah mengikuti berbagai SL tentang
bagaimana menanam secara organik dan hasilnya pun dapat dipetik
sekarang ketika petani mampu mengurangi pestisida hampir 60 %.
Permasalahan dalam komoditas sayuran adalah terutama
masalah hama dan penyakit, sedangkan dengan menggunakan
pestisida kimia dapat menyebabkan hama resisten terhadap bahan
kimia tersebut. Untuk menjawab masalah tersebut petani melakukan
rotasi tanaman, Penggunaan pestisida organik, dan terutama
kebersihan lahan itu sendiri.
Pada pengolahan tanah petani sayur hanya mengolah tanah
pada 4-5 tahun sekali.
Berkaitan dengan proses produksi tidak menggunakan mulsa
adalah dengan alasan untuk mengurangi biaya produksi.
Pelatihan pelatiahan dalam memperoleh sertifikat prima 3
didapatkan dengan mula mula petani mengikuti berbagai pelatihan
yang diselenggarakan oleh kementreian pertanian, salah satunya
dipembibitan dilembang bersama menteri pertanian sehingga menjadi
tiang bagi keberanian petani.
Dari segi permodalan, pemerintah memberikan bantuan berupa
PUAP, dan sarana prasarana/ baik itu alat, dan pupuk.
Intinya adalah petani harus berani mengajukan tanaman untuk
di setifikasi.
Sertifikasi awalnya diperoleh dengan menerima bimbingan
bimbingan dari petugas terkait, setelah itu hasil produksi diuji
kandungan kimia dalam hasil tanaman, dan ternyata hasilnya
memuaskan. Pak imam yang dulunya seorang petani bawang merah
dan bawang putih beralih ke komoditas sayuran ketika harga pasaran
tidak lagi sesuai dengan yang diharapkan akibat dihantam berbagai
permasaahan salah satunya adalah banyaknya bawang impor yang
kemudian membuat jatuhnya harga bawang ditingkat petani.

Kaitannya dengan sosped dan POD.

Kegiatan
pembelajaran
yang
berupa
Sekolah
lapang
dilaksanakan ketiak akan ada program saja, seperti SRI, SLPHT, Dll.
Petani yang awalnya tidak mau dilakukan pencatatan karena
dianggap ribet, tapi karena mereka tau hasilnya maka mereka menjadi
gemar mencatat
Prima 3 ini adalah sertifikasi produk sesuai dengan penilaian
tertentu baik itu dilahan, ataupun berupa output produknya.
Kunci dalam menerima bantuan dana atau kerjasama dengan
pihak luar adalah harus ada penguatan dulu organisasi untuk
mendapatkan bantuan. Ini berkaitan dengan learning by doing
dimana dahulu petani menerima permasalahan baik itu penyakit, bulai,
akar gada, layu fusarium, dan ketika sadar mengikuti SL.
Langkahnya adalah pertama memperbaiki dahulu kondisi lahan
dengankompos, kemudian dapat mengurangi pupuk kimia dan
pertisida kimia sebesar 60 %.
POD berkaitan dengan sebetulnya perubahan merupakan
kesadaran diri sendiri. Hambatan dari petani yang tidak mendapatkan
prima 3 yaitu mereka hanya mau yang instan saja. Mereka tidak tau
dampaknya jika memakai bahan kimia.
Peran penyuluhan sebagai pemberi motivasi, penngerak
kesadaran. Petani sebelumnya belum tau hasilnya belum berubah,
harus melihat contioh dahulu baru akan berubah.

BPP BATU
bapp
Bpp batu merupakan lembaga penyuluhan di tingkat kecamatan yang
merupakan unit kerja organik PP di bawah dan bertanggung jawab
kepada kelembagaan PP kab/ kota. bpp dibatu ada 3 BPP, salah
satunya adalah BPP Kecamatan batu, koordinatornya adalah pak
sobirin.
Berdiri tahun 2001 dengan luas lahan 5700 Ha. Startegi pembangunan
pertaniannya adalah mengarah ke pertanian organic dan dan juga
menunjang pariwisata internasional. Bpp batu sendiri mempunyai
Berkaitan dengan tugas BPP sebagai fasilitator peningkatan kapasitas
penyuluh PNS, Penyuluh swasta,dan Penyuluh Batu terdapat
9

penyuluh diantaranya 6 penyuluh PNS dan 3 Penyuluh THI atau kppl.


Yang kini sudah tersebar di beberapa desa atau kelurahan diantaranya:
1. Desa Ngalik
2. Desa Oro-Oro Ombo
3. Desa Pesanggrahan
4. Desa Sidomulyo
5. Desa Sisir
6. Desa Songgokerto
7. Desa Sumberejo
8. Desa Temas
9. Desa Pendem
Komoditas unggulan di BPP kecamatan batu adalah tanaman
Holtikultura yaitu: sayur,buah, tanaman hias , tanaman obatobatan,bunga potong dan ada juga ternak xapi perah.
Namun komoditas yang paling menonjol dan terkenal di batu
adalah Buah Apel. Karena itu Bpp batu telah memmpunyai
program unggulan Rebilitasasi yaitu:
1. Mempertahankan lahan apel dan pohonya.
2.

Memfasilitasi bibit apel.


KOMODITAS

Bulan 1,2,3 = memproduksi padi.


Bulan 5,6,7 = jagung, bawang merah,sayur-sayuran
Bulan 1-12 = memproduksi Bnga mawar, Apel, krisan jeruk, pot lam
anggrek.
Di BPP kecamatan batu masing2 daerahnhya memiliki 204 kelompok
Tani. Yang masing- masing daerahnya telah memiliki:
-

0,3 hektar kepemilikan Tanah

Masing-masing rumah memanfaatkan pekarangannya untuk


menanam tanaman hoktikutura dengan memanfaatkan polibek
sebagai media tanamnya

Melaksanakan program Hippo

Pada umumnya tanaman yang di gunakan adalah tanaman lokal


yang 100% mengarah ke organic
Adapun cara agar masyarakatnya beralih ke tanaman organic
yaitu:

1. Mengoptimalkan tokoh ( tokoh Agama, Masyarakat )


2. Buktikan hasil. Disini yang dimaksud adalah masyarakat
sebelum mencoba ke tanaman organic, masyarakat lebih
cenderun melihat hasilnya dulu sebelum melekukannya.
3. Penyusunan program yang bersifat pertisipatif ( harus ada
keterlibatan petani)

Anda mungkin juga menyukai