KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1
mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells
volume) dalam 100 ml darah.
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit
sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang
disebabkan oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah
yang mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan
sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang).
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit
sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum
tulang.
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum
tulang yang mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur
pembentukan darah dalam sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
B. ETIOLOGI
a. Faktor kongenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan
bawaan lain seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal
dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
- Bahan kimia : benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
- Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin
(antihistamin),
santonin-kalomel,
obat
sitostatika
(myleran,
C. PATOFISIOLOGI
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini,
patofisiologi anemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang
dapat menerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu :
1. kerusakan sel hematopoitik
2. kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
3. proses imunologik yang menekan hematopoisis
Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu
CD 34, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik
dikenal sebagai, longterm culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow
culture (LTMC), jumlah sel induk/ CD 34 sangat menurun hingga 1-10% dari
normal. Demikian juga pengamatan pada cobble-stone area forming cells
jumlah sel induk sangat menurun. Bukti klinis yang yang menyokong teori
gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada
60-80% kasus. Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari
luar akan terjadi rekonstruksi sumsum tulang pada pasien anemia aplastik.
Beberapa sarjana menganggap gangguan ini dapat disebabkan oleh proses
imunologik.
Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk
hematopoitik tergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri
dari sel stroma yang menghasilkan berbagai sitokin perangsang seperti GMCSF,G-CSF dan IL-6 dalam jumlah normal sedangkan sitokin penghambat
seperti ? (IFN-?), tumor necrosis factor-? (TNF-?), protein macrophage
inflamatory 1? (MIP-1?), dan transforming growth factor ?2 (TGF-?2) akan
meningkat. Sel stroma pasien anemia aplastik dapat menunjang pertumbuhan
sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel induk yang
berasal dari pasien. Berdasar temuan tersebut, teori kerusakan lingkungan
mikro sumsum tulang sebagai penyebab mendasar anemia apalstik makin
banyak ditinggalkan.
D. KOMPLIKASI
Perdarahan
Infeksi organ
Gagal jantung
1.
2.
3.
6. Anoreksia
7. Peningkatan tekanan sistolik
8. Takikardia
9. Penurunan pengisian kapiler
10. Sesak
11. Demam
12. Purpura
13. Petekie
14. Hepatosplenomegali
15. Limfadenopati
F. PENATALAKSANAAN
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi
1.
sebagai berikut :
Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab.
Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak
diketahui. Akan tetapi,hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas
2.
3.
neutrofil.
b. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan
jangka panjang. Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua
jenis pilihan sebagai berikut :
- Terapi imunosuprersif
Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti
-
dosis tinggi
Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang
memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
anemia yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema
aplastik, serta penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang
dapat
memperparah
keadaan
klien
dan
menghambat
proses
penyembuhan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia, sering
terjadi pada beberapa keturunan, dan anemia aplastik yang cenderung
diturunkan secara genetik.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
-
b. Sirkulasi
- Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
-
Hipotensi postural
- Ekstremitas
pucat
pada
kulit
dan
membrane
mukosa
c. Integritas Ego
- Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis
transfusi darah
-
Depresi
d. Eliminasi
- Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
-
Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
- Penurunan masukan diet
-
f.
Stomatitis
Neurosensori
-
Hemoragis retina
Epistaksis
g. Nyeri/kenyamanan
- Nyeri abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
-
i. Keamanan
-
Gangguan penglihatan
Limfadenopati umum
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna
makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel
darah merah.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan
leucopenia, atau
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik
Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice.
A Guide to Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 :
72-85.
Lanzkowsky
P. Iron
Deficiency
Anemia.
Pediatric
Hematology
and