METODOLOGI PENELITIAN
49
Gambar 3.1
Tahap-Tahap Penelitian
50
Gambar 3.2
Tahap Persiapan Penelitian
3.2.1. Fenomena yang Terjadi
Pada tahap persiapan penelitian, hal pertama yang dilakukan adalah melihat fenomena
berkaitan dengan kinerja dosen. Dosen adalah tenaga akademik pada perguruan tinggi dan
merupakan salah satu organ sistem pendidikan tinggi yang sangat penting sehingga dosen serta
hasil kerjanya (kinerja) harus menjadi perhatian dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
tinggi. Selain itu diantara ketiga unsur oeganisasi perguruan tinggi (dosen, pegawai dan
mahasiswa), dosen merupakan faktor utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia
karena dosen merupakan ujung tombak sistem pendidikan tinggi suatu negara.
Terdapat berbagai metode untuk memperoleh gambaran kinerja dosen, antara lain dengan
membaca artikel dan jurnal yang terkait, membuka situs-situs yang berkaitan dengan kinerja
51
dosen serta melakukan wawancara dengan para ahli di bidang kinerja. Berdasarkan metode
tersebut diketahui bahwa dosen merupakan ujung tombak sistem pendidikan tinggi suatu negara
dan merupakan salah satu organ sistem pendidikan tinggi yang sangat penting, sehingga kinerja
dosen harus menjadi perhatian dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi. Kinerja
dosen yang positif dan berkualitas merupakan komponen penting dalam dalam meningkatkan
kualitas akademik dosen, kinerja perguruan tinggi secara keseluruhan serta kepuasan mahasiswa.
Namun kinerja dosen yang positif dan berkualitas tersebut tidak muncul begitu saja namun
dipicu oleh beberapa faktor. Berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan pengamatan lebih lanjut
yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mampu memberikan peningkatan terhadap
kinerja dosen tersebut.
3.2.2. Pengamatan
Menindaklanjuti fenomena yang terjadi, selanjutnya dilakukan pengamatan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mampu memberikan peningkatan terhadap kinerja dosen.
Pengamatan dilakukan dengan cara membaca arikel-artikel dan jurnal-jurnal penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan kinerja. Berdasarkan pengamatan tersebut ditemukan fakta
bahwa terdapat tiga faktor yang mampu mempengaruhi kinerja dosen dalam melakukan tugas
utamanya. Ketiga faktor tersebut adalah faktor kepuasan kerja dosen, kepemimpinan
transformasional dan sistem kompensasi. Kepemimpinan transformasional dan sistem
kompensasi juga mampu mempengaruhi kinerja dosen secara tidak langsung melalui kepuasan
kerja. Artinya dosen akan puas bekerja apabila didukung oleh sebuah sistem kompensasi yang
robust (kokoh) disertai dengan perilaku pemimpin yang bertipe transformasional, sehingga
kepuasan kerja yang muncul tersebut akan berdampak pada kinerja dosen dalam melakukan
tugas utamanya.
3.2.3. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh landasan teori penelitian, dimana landasan teori
tersebut merupakan sumber informasi yang menunjang, mendukung serta mampu mengarahkan
jalannya penelitian. Selain itu, studi literatur digunakan sebagai dasar pemikiran dalam
memecahkan masalah sehingga penelitian sepenuhnya dilakukan berdasarkan teori yang
mendukung. Agar penelitian dapat dilakukan dengan baik maka diperlukan pengetahuan yang
mendalam dan komprehensif terhadap konsep dan substansi materi yang diteliti. Studi literatur
52
juga digunakan sebagai dasar dalam menentukan variabel, pembentukan model, perumusan
hipotesis, operasionalisasi variabel dan penyusunan instrumen penelitian.
Ruang lingkup literatur atau teori-teori yang dikaji dalam penelitian ini meliputi teori-teori
sumber daya manusia yang terdiri dari teori kepemimpinan, sistem kompensasi, kepuasan kerja
dan kinerja. Setelah definisi dari teori-teori yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini
diperoleh, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian-kajian terhadap penelitian sebelumnya
dan menyusun state of the art penelitian. Berdasarkan kajian penelitian sebelumnya, penelitianpenelitian yang telah dilakukan selama ini hanya meneliti variabel-variabel kepemimpinan
transformasional dan sistem kompensasi secara sendiri-sendiri (parsial) atau terpisah berkaitan
dengan pengaruhnya terhadap kepuasan kerja serta kinerja di sektor perguruan tinggi. Dalam
penelitian ini, kontribusi ilmiah yang diberikan adalah meneliti pengaruh variabel kepemimpinan
transformasional dan sistem kompensasi secara bersama-sama (simultan) terhadap kepuasan
kerja serta kinerja dosen dalam suatu kesatuan model penelitian.
Metode-metode statistik digunakan dalam penentuan jumlah sampel penelitian dan
penyebaran kuesioner, pengumpulan, pengolahan serta analisis data. Penelitian ini menggunakan
bantuan program Microsoft Excel 2007 dalam tabulasi data, SPSS versi 16 dalam pengujian
validitas dan reliabilitas kuesioner serta program LISREL versi 8.8 dalam pengolahan dan
penganalisisan data.
53
Gambar 3.3
Tahap Studi Pendahuluan
3.3.1. Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan Penelitian
Suatu penelitian dilakukan dengan maksud untuk mengetahui dan menjawab suatu
permasalahan yang terjadi. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diketahui bahwa
pentingnya
meneliti
faktor
kepemimpinan
transformasional
dan
sistem
kompensasi
54
penelitian yang membahas mengenai pengaruh kedua faktor penting tersebut dalam suatu
kesatuan model penelitian sehingga pengaruh faktor kepemimpinan transformasional dan sistem
kompensasi terhadap kepuasan kerja dan kinerja dosen, baik secara parsial maupun simultan,
dapat dianalisis. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi, baik secara parsial
maupun simultan, terhadap kepuasan kerja serta kinerja dosen?.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan umum penelitian ini
adalah menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi, baik
secara parsial maupun simultan, terhadap kepuasan kerja serta kinerja dosen. Adapun tujuan
khusus penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja dosen di
Universitas Udayana
2. Menganalisis pengaruh sistem kompensasi terhadap kepuasan kerja dosen di Universitas
Udayana
3. Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi secara
simultan terhadap kepuasan kerja dosen di Universitas Udayana
4. Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja dosen di Universitas
Udayana
5. Menganalisis pengaruh sistem kompensasi terhadap kinerja dosen di Universitas Udayana
6. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja dosen di Universitas Udayana
7. Menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional, sistem kompensasi dan kepuasan
kerja secara simultan terhadap kinerja dosen di Universitas Udayana
3.3.2. Penentuan Variabel, Pembentukan Model dan Perumusan Hipotesis Penelitian
3.3.2.1. Penentuan Variabel Penelitian
Suatu penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya yang sistematis untuk menjelaskan
masalah dengan cara memandang masalah tersebut sebagai hubungan antar variabel. Pada tahap
ini akan ditetapkan variabel penelitian yang dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel yang
tidak dapat diukur secara langsung (variabel laten) dan variabel yang dapat diukur secara
langsung (variabel manifes) (Sekaran, 2003). Terdapat empat jenis variabel laten dalam
penelitian ini yaitu kepemimpinan transformasional, sistem kompensasi, kepuasan kerja serta
kinerja. Variabel laten tersebut terbagi menjadi dua jenis yaitu variabel laten bebas (eksogen)
55
yang terdiri atas kepemimpinan transformasional dan sistem kompensasi, serta variabel laten
terikat (endogen) yang terdiri atas kepuasan kerja dan kinerja dosen. Adapun keterangan secara
rinci dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan transformasional
Berdasarkan penjelasan mengenai tipe kepemimpinan pada bab 2.1, terdapat berbagai macam
rumusan teori mengenai dimensi-dimensi tipe kepemimpinan yang dikemukakan oleh para
ahli. Munculnya berbagai macam teori tersebut disebabkan oleh adanya interaksi dengan
kompleksitas tinggi pada hubungan antara pimpinan, bawahan dan situasi sehingga masingmasing ahli memiliki sudut pandang dan titik fokus yang berbeda dalam mendefinisikan tipe
kepemimpinan. Namun apabila berbagai rumusan teori tipe kepemimpinan tersebut
dibandingkan satu dengan yang lainnya, ternyata satu kesimpulan mendasar yang diperoleh
adalah adanya suatu proses mempengaruhi yang dilakukan oleh pemimpin (Kreitner &
Kinicki, 2004).
Dari berbagai macam teori kepemimpinan tersebut, teori kepemimpinan transformasional
yang dikembangkan oleh Bass (1985) dinyatakan sebagai teori kepemimpinan yang paling
sesuai untuk organisasi perguruan tinggi saat ini sehingga penelitian ini menggunakan
variabel kepemimpinan transformasional sebagai salah satu variabel latennya. Selain itu,
pertimbangan lainnya adalah saat ini teori tipe kepemimpinan transformasional yang
dikemukakan oleh Bass (1985) sering digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan
kepemimpinan pada sektor publik, paling tidak terdapat lima peneliti lain (Avolio et al., 1999;
Dionne et al., 2004; Humphreys, 2005; Metcalfe & Metcalfe, 2006; dan Schimmoeller, 2006.)
yang menggunakan teori kepemimpinan transformasional versi Bass (1985) beserta
karakteristik-karakteristik yang tercantum didalamnya.
Hal tersebut menandakan bahwa teori ini mampu diterima oleh seluruh lapisan yang ada
dalam organisasi. Alasan lain adalah disebabkan oleh banyaknya kelemahan yang terdapat
pada tiga haluan besar teori kepemimpinan dan teori kepemimpinan transaksional sehingga
teori-teori tersebut sudah dianggap old paradigm atau paradigma usang dalam penelitian
pada sektor publik. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa tipe kepemimpinan
transformasional yang dikemukakan oleh Bass (1985) merupakan tipe kepemimpinan yang
sesuai bagi organisasi perguruan tinggi saat ini sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu
variabel laten pada penelitian ini. Adapun karakteristik-karakteristik kepemimpinan
56
transformasional yang dikemukakan oleh Bass (1985) terdiri atas idealisasi pengaruh,
motivasi inspirasional, stimulasi intelektual dan konsiderasi individual.
2. Sistem kompensasi
Berdasarkan teori-teori sistem kompensasi yang terdapat pada bab 2.2, terlihat bahwa tidak
ada perbedaan signifikan antara teori sistem kompensasi yang satu dengan yang lainnya. Ada
beberapa dimensi yang saling tumpang tindih antara satu dimensi dengan dimensi lainnya.
Sebagai contoh yaitu dimensi sistem pembayaran keuangan langsung dan sistem pembayaran
keuangan tidak langsung yang dikemukakan oleh Dessler (1997) sepadan dengan dimensi
sistem kompensasi ekstrinsik langsung dan tidak langsung dari Robbins (1996). Contoh
lainnya adalah dimensi sistem kompensasi intrinsik serta sistem kompensasi ekstrinsik
langsung dan tidak langsung versi Robbins (1996) yang tidak jauh berbeda dengan dimensi
sistem kompensasi intrinsik dan sistem kompensasi ekstrinsik dari Ivancevich dan Matteson
(2002).
Pada penelitian ini diputuskan untuk menggunakan variabel sistem kompensasi yang
dikemukakan oleh Robbins (1996). Alasannya adalah dimensi-dimensi sistem kompensasi
menurut Robbins mencantumkan secara lengkap dimensi-dimensi yang diharapkan oleh dosen
dibandingkan rumusan teori dari ahli-ahli sistem kompensasi yang lain, tidak terlalu luas dan
juga tidak terlalu sempit serta bersifat lebih operasional. Adapun karakteristik-karakteristik
sistem kompensasi yang dikemukakan oleh Robbins (1996) terdiri atas kompensasi intrinsik,
ekstrinsik langsung dan ekstrinsik tidak langsung.
3. Kepuasan kerja
Setelah membandingkan beberapa teori mengenai kepuasan kerja pada bab 2.3, terdapat
kesesuaian pandangan antara beberapa ahli mengenai dimensi-dimensi yang mampu
membentuk kepuasan kerja pegawai. Sebagai contoh dimensi kepuasan terhadap pekerjaan itu
sendiri yang dikemukakan oleh Smith, Kendall dan Hulin pada tahun 1969 (Nilfia, 2004)
sepadan dengan dimensi opportunity dan adequate authority dari Bavendam Research
Incorporated (2000) dan dimensi kerja yang secara mental menantang dari Robbins (1996).
Contoh lain adalah dimensi ganjaran yang pantas dari Robbins (1996) sebangun dengan
dimensi kepuasan terhadap imbalan dan kesempatan promosi yang dikemukakan oleh Smith,
Kendall dan Hulin (1969). Selanjutnya dimensi kondisi kerja yang mendukung versi Robbins
57
(1996) padanannya adalah dimensi tingkat stres yang dikemukakan oleh Bavendam Research
Incorporated (2000).
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat satu dimensi yang sebangun
dengan dimensi yang lain, atau tidak terdapat perbedaan signifikan antara satu dimensi dengan
dimensi lainnya. Namun apabila berbagai versi kepuasan kerja tersebut ditelaah lebih lanjut
maka dapat dilihat bahwa pendapat Robbins (1996) lebih rinci dalam menjabarkan dimensidimensi yang dapat menggambarkan kepuasan kerja pegawai dibandingkan pendapat para ahli
lainnya. Oleh karena itu, dimensi-dimensi kepuasan kerja yang digunakan dalam penelitian ini
mengacu pada teori dan dimensi yang dikemukakan oleh Robbins tersebut. Berdasarkan teori
Robbins (1996), dimensi-dimensi yang digunakan untuk mengukur kepuasan kerja terdiri atas
kerja yang secara mental menantang, kondisi kerja yang mendukung, ganjaran yang pantas
dan rekan kerja yang mendukung.
4. Kinerja
Sebagaimana teori mengenai kinerja dan tugas utama dosen berdasarkan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang telah dijelaskan pada bab 2.4, terdapat beberapa kriteria yang dapat
digunakan dalam menilai kinerja pegawai, salah satunya berdasarkan hasil tugas individual,
perilaku atau ciri individu (Robbins, 1996).
Pada penelitian ini dipertimbangkan untuk menggunakan teori kinerja yang dikemukakan oleh
Robbins (1996), dimana Robbins menjelaskan bahwa tiga perangkat kriteria penilaian kinerja
yang paling populer adalah hasil tugas individual, perilaku dan ciri individual. Namun
diantara tiga perangkat tersebut, hasil tugas atau kinerja individual pegawai (dalam hal ini
dosen) lebih relevan untuk digunakan. Hal ini disebabkan karena pekerjaan dosen memiliki
karakteristik khusus dan lebih mirip dengan kerja seorang profesional serta agak berbeda bila
dibandingkan dengan kerja pegawai negeri sipil pada umumnya, sehingga tidak tepat apabila
seorang dosen diukur berdasarkan perilakunya (misalnya berpakaian tidak pantas saat
mengajar) maupun melalui ciri individual (misalnya kejujuran).
Pada penelitian ini kinerja individual dosen yang dianalisis adalah kinerja dosen yang
tercantum pada Tri Dharma Perguruan Tinggi (sebagaimana yang dipaparkan dalam bab 2.4).
Dasar pertimbangannya adalah tugas utama dosen sehari-hari adalah melaksanakan Tri
Dharma Perguruan Tinggi sehingga akan lebih tepat dan relevan apabila yang diukur adalah
kinerja yang berkaitan dengan tugas utama dosen. Berdasarkan hal tersebut maka dimensi58
dimensi yang dipakai untuk menggambarkan variabel kinerja dosen adalah kinerja di bidang
pendidikan dan pengajaran, kinerja di bidang penelitian serta kinerja di bidang pengabdian
kepada masyarakat.
3.3.2.2. Pembentukan Model Penelitian
Untuk dapat memahami variabel-variabel dan dimensi-dimensi yang telah ditentukan pada
bab 3.3.2.1, maka diperlukan adanya suatu model penelitian yang mampu menggambarkan
variabel-variabel penelitian tersebut secara rinci dan menyeluruh. Model penelitian merupakan
representasi grafis mengenai hubungan antara satu variabel laten dengan variabel laten lainnya,
serta hubungan antara variabel laten dengan variabel manifesnya, dengan kata lain memberikan
pandangan menyeluruh mengenai struktur model yang dibentuk. Proses pembentukan model
penelitian harus dilandasi dengan teori-teori yang relevan karena teori tersebut merupakan unsur
yang sangat penting dalam pembangunan model penelitian (Ghozali & Fuad, 2005).
Berdasarkan hal tersebut, serta dilandasi dengan definisi dari teori yang telah dipaparkan
pada penentuan variabel penelitian, maka model penelitian yang dibentuk pada penelitian ini
adalah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4
Model Penelitian
59
60
(sebagaimana yang dipaparkan pada bab 2.2). Oleh karena itu, definisi dimensi-dimensi yang
digunakan untuk menjelaskan variabel sistem kompensasi pada penelitian ini merupakan definisi
dimensi-dimensi yang telah dipaparkan oleh Robbins (1996). Alasan pemakaian dimensi-dimensi
sistem kompensasi berdasarkan teori dari Robbins (1996) telah dijelaskan pada sub bab 3.3.2.1.
Berdasarkan teori tersebut terdapat tiga dimensi beserta definisinya masing-masing yang mampu
menjelaskan mengenai sistem kompensasi yaitu:
a. Intrinsik (SK1), yaitu kompensasi yang diterima pegawai secara pribadi serta dapat
memberikan dampak langsung terhadap kepuasan kerja pegawai, yang terdiri dari partisipasi
dalam pengambilan keputusan, kebebasan dan keleluasaan bekerja, tanggung jawab yang
lebih besar serta kesempatan untuk berkembang.
b. Ekstrinsik langsung (SK2), yaitu kompensasi yang mudah diukur dan menjadi kewajiban
organisasi untuk memenuhinya secara langsung, yang terdiri dari gaji pokok, uang lembur dan
liburan, bonus prestasi dan pembagian keuntungan.
c. Ekstrinsik tidak langsung (SK3), yaitu kompensasi yang mudah diukur dan menjadi
kewajiban organisasi untuk memenuhinya secara tidak langsung, yang terdiri dari program
perlindungan (asuransi), gaji tetap dalam kondisi tidak bekerja, ruang kantor khusus yang
nyaman dan asisten pribadi.
- Kepuasan kerja (KK)
Berdasarkan tahap penentuan variabel penelitian maka teori yang dijadikan dasar dan
digunakan dalam variabel ini adalah teori yang dikemukakan oleh Robbins (1996). Teori dari
Robbins memaparkan secara lengkap mengenai definisi kepuasan kerja beserta dimensi-dimensi
yang tercantum didalamnya dibandingkan teori kepuasan kerja dari ahli lain. Oleh karena itu,
definisi dimensi-dimensi yang digunakan untuk menjelaskan variabel sistem kompensasi pada
penelitian ini merupakan definisi dimensi-dimensi yang telah dipaparkan oleh Robbins (1996).
Alasan pemakaian dimensi-dimensi kepuasan kerja berdasarkan teori dari Robbins (1996) telah
dijelaskan pada sub bab 3.3.2.1. Berdasarkan teori tersebut terdapat empat dimensi beserta
definisinya masing-masing yang mampu menjelaskan mengenai kepuasan kerja yaitu:
a. Kerja yang secara mental menantang (KK1), yaitu jenis pekerjaan yang memberikan pegawai
kesempatan untuk menggunakan keahlian dan kemampuan yang pegawai miliki serta
pekerjaan yang menawarkan berbagai macam variasi tugas, kebebasan dan umpan balik
mengenai bagaimana hasil pekerjaan yang telah pegawai selesaikan.
62
b. Kondisi kerja yang mendukung (KK2), yaitu kondisi kerja yang menyebabkan pegawai
merasa nyaman, aman, mudah untuk mengerjakan tugas. Selain itu, pegawai lebih menyukai
keadaan lingkungan yang tidak berbahaya atau merepotkan, fasilitas yang bersih dan relatif
modern serta dengan alat dan perlengkapan yang memadai dan faktor lingkungan lain yang
seharusnya tidak ekstrem seperti: temperatur, cahaya dan kebisingan.
c. Ganjaran yang pantas (KK3), yaitu keadilan dalam sistem upah dan kebijakan promosi, tidak
membingungkan dan sesuai dengan harapan mereka.
d. Rekan kerja yang mendukung (KK4), yaitu kebutuhan akan rekan kerja yang ramah,
bersahabat dan mendukung pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Selain itu,
dukungan dan penghargaan dari atasan langsung juga diperlukan.
- Kinerja (KJ)
Berdasarkan tahap penentuan variabel penelitian maka teori yang dijadikan dasar dan
digunakan dalam variabel ini adalah teori yang dikemukakan oleh Robbins (1996), sedangkan
dimensi yang digunakan dalam menjelaskan kinerja pada penelitian ini menggunakan dimensi
dan definisi dimensi berdasarkan tugas utama dosen yaitu melaksanakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Hal tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
Nomor 38/Kep/MK.WASPAN/8/1999 tanggal 24 Agustus 1999 (Kepmen PAN no. 38 th. 1999).
Berdasarkan hal tersebut maka dimensi-dimensi beserta definisinya masing-masing yang mampu
menjelaskan mengenai kinerja dosen yaitu:
a. Kinerja pendidikan dan pengajaran (KJ1), yaitu hasil tugas individual dosen dalam
melaksanakan kegiatan perkuliahan, bertindak sebagai pembimbing dan pemberian ceramahceramah ilmiah.
b. Kinerja penelitian (KJ2), yaitu hasil tugas individual dosen dalam melakukan penelitian,
menghasilkan karya ilmiah serta menghasilkan publikasi ilmiah.
c. Kinerja pengabdian masyarakat (KJ3), yaitu hasil tugas individual dosen dalam memberikan
pendidikan kepada masyarakat, melakukan pelayanan secara profesional kepada masyarakat
serta karya pengabdian kepada masyarakat.
Pada Tabel 3.1 dijelaskan secara rinci dan menyeluruh mengenai operasionalisasi masingmasing variabel yang digunakan pada penelitian ini.
63
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel
Dimensi
Idealisasi
pengaruh
(KT1)
Kepemimpinan
transformasional
(KT)
Definisi:
Sosok pemimpin adaptif
yang mampu bekerja
efektif dalam perubahan
lingkungan yang cepat
dengan membantu
menghadapi tantangan
yang dihadapi pengikut
serta melakukan respon
yang sesuai terhadap
tantangan tersebut
(Bass, 1985).
Motivasi
inspirasional
(KT2)
Definisi
Sosok pemimpin yang memiliki pengaruh kuat
pada bawahan sehingga mampu membangkitkan
rasa hormat bawahan pada pimpinan serta
mampu membuat bawahan loyal, patuh dan
mendukung kebijakan pimpinan guna pencapaian
tujuan organisasi (Bass, 1985).
Sosok pemimpin yang mampu menumbuhkan
harapan dan semangat bawahan melalui
kebijakan organisasi yang dibuat serta selalu
bersikap optimis untuk memfokuskan usaha
dalam mencapai tujuan organisasi (Bass, 1985).
Stimulasi
intelektual
(KT3)
Konsiderasi
individu
(KT4)
64
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian (Lanjutan)
Variabel
Dimensi
Definisi
Intrinsik
(SK1)
Sistem kompensasi
(SK)
Definisi:
sesuatu yang diberikan
oleh organisasi kepada
pegawai dengan tujuan
untuk menarik pegawai
berkualitas agar
bersedia bergabung
dalam organisasi,
mempertahankan
kinerja positif pegawai
serta memotivasi
pegawai untuk
mencapai kinerja yang
lebih baik lagi
(Robbins, 1996).
Ekstrinsik
langsung
(SK2)
Ekstrinsik
tidak langsung
(SK3)
65
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian (Lanjutan)
Variabel
Kepuasan kerja
(KK)
Definisi:
Suatu perasaan
emosional positif atau
menyenangkan yang
dirasakan oleh pegawai
sebagai hasil atau
penilaian terhadap
pekerjaan yang telah
dilakukan (Robbins,
1996).
Dimensi
Definisi
Kerja yang
secara mental
menantang
(KK1)
Kondisi kerja
yang
mendukung
(KK2)
Ganjaran yang
pantas
(KK3)
Rekan kerja
yang
mendukung
(KK4)
66
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian (Lanjutan)
Variabel
Kinerja
(KJ)
Definisi:
Hasil tugas individual
yang dihasilkan
pegawai dalam
organisasi (Robbins,
1996).
Dimensi
Definisi
Pendidikan dan
pengajaran
(KJ1)
Penelitian
(KJ2)
Pengabdian
kepada
masyarakat
(KJ3)
67
Deskripsi
Jenis Pertanyaan
II
Tertutup
Selain daftar pertanyaan, hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyusun kuesioner adalah
jenis skala pengukuran yang digunakan. Jenis skala yang digunakan untuk mengukur persepsi
responden terhadap permasalahan penelitian ini adalah skala Likert. Menurut Sugiyono (2003),
skala Likert merupakan skala untuk mengukur sikap, pendapat serta persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena sosial. Selanjutnya penyusunan
pertanyaan pada kuesioner mengacu pada tahap operasionalisasi variabel yang telah ditentukan
pada sub bab 3.3.3. Format kuesioner yang akan disebarkan kepada responden terlampir pada
Lampiran 1.
Setelah kuesioner disusun dengan lengkap, dilakukan pengumpulan data tahap awal dengan
menyebarkan kuesioner kepada sejumlah responden. Tujuan pengumpulan data tahap awal ini
adalah untuk menguji kelayakan kuesioner yang disebarkan, dalam artian item-item pertanyaan
sudah baik dan dimengerti oleh responden serta cukup berkualitas untuk mengetahui persepsi
68
orang. Rincian jumlah populasi berdasarkan unit kerja (fakultas/ program studi) di lingkungan
UNUD tercantum pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Rincian Jumlah Dosen
Unit Kerja
(Fakultas (F)/ Program Studi (PS))
F. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)
Jumlah Dosen
(Orang)
150
F. Ekonomi
173
F. Hukum
120
F. Kedokteran
181
F. Pertanian
141
F. Peternakan
106
F. Sastra
158
F. Kedokteran Hewan
63
F. Teknik Pertanian
59
F. Teknik
222
15
PS. Pariwisata
38
Jumlah
1433
70
1
Keterangan:
n
= jumlah sampel
N = jumlah populasi
e
= nilai kritis, dengan batas tertinggi kesalahan yang diinginkan adalah sebesar 10 % karena
sifat populasinya heterogen dan karakteristiknya tidak diketahui secara pasti.
Berdasarkan rumus Slovin maka jumlah sampel yang sesuai dengan perhitungan rumus
tersebut adalah 93 responden. Namun untuk mengantisipasi adanya kuesioner yang tidak sah
atau tidak kembali maka jumlah sampel ditingkatkan menjadi 150 responden, dengan harapan
jumlah minimal kuesioner yaitu 93 kuesioner dapat terpenuhi. Jumlah sampel sebesar 150
responden sesuai dengan syarat bila sebuah penelitian menggunakan pendekatan structural
equation modeling (SEM) dengan bantuan program LISREL 8.8 dalam memecahkan masalah.
Menurut Solimun (2002), pengolahan data menggunakan pendekatan SEM dengan bantuan
program LISREL mensyaratkan ukuran sampel dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Bila penggunaan parameter menggunakan metode kemungkinan maksimum (maximum
likelihood) maka jumlah sampel yang disarankan adalah 100-200 sampel, dengan minimum
absolut sebesar 50 sampel, atau
2. Sebanyak 5-10 kali jumlah variabel manifes dari keseluruhan variabel laten.
3.3.6.2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah proses untuk memilih elemen dari populasi dalam jumlah
yang mencukupi sehingga dengan mempelajari dan memahami karakteristik sampel tersebut
dapat mewakili karakteristik elemen-elemen populasi. Pada penelitian ini, teknik pengambilan
sampel menggunakan metode proportionate stratified random sampling. Metode ini merupakan
suatu metode dimana populasi digolongkan berdasarkan suatu ciri tertentu, dimana penarikan
sampel dari populasi tersebut dilakukan secara proporsional dan acak (Sevilla et al., 1993).
Ciri tertentu yang dipilih pada penelitian ini adalah unit kerja dosen dalam bentuk fakultas
atau program studi yang ada di lingkungan Universitas Udayana. Ciri tertentu pada dosen
Universitas Udayana juga dapat berupa masa kerja, golongan ruang, pangkat/ jabatan fungsional,
tingkat pendidikan, jenis kelamin atau umur. Namun pemilihan unit kerja dalam bentuk fakultas
atau program studi dipilih atas pertimbangan bahwa fakultas atau program studi merupakan unit
71
yang berwenang mengambil keputusan dan kebijakan serta alasan kepraktisan karena dalam
pengumpulan data dilakukan pada masing-masing fakultas. Dengan jumlah sampel sebanyak 150
responden maka jumlah sampel untuk setiap unit kerja diambil berdasarkan perhitungan sebagai
berikut:
100%
Keterangan:
ni = jumlah sampel pada setiap unit kerja ke-i
Ni = jumlah populasi pada setiap unit kerja ke-i
N = total populasi
n
= total sampel
Jumlah Populasi
(Orang)
10,5
16
F. Ekonomi
12,1
18
F. Hukum
8,4
13
F. Kedokteran
12,6
19
F. Pertanian
9,8
15
F. Peternakan
7,4
11
F. Sastra
11,0
16
F. Kedokteran Hewan
4,4
F. Teknik Pertanian
4,1
F. Teknik
15,5
23
1,0
PS. Pariwisata
2,7
(7 : 1433) x 100%
0,5
Total
1433
100
150
72
Proporsi Sampel
(%)
Jumlah Sampel
(Orang)
Keterangan:
rxy = korelasi antara butir item dengan skor total semua item
x
= skor nilai pada masing-masing pertanyaan atau pernyataan dari semua responden
= ukuran sampel
Uji signifikansi dilakukan dengan uji t (taraf signifikansi 5%) dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
n
= ukuran sampel
Item pertanyaan instrumen dikatakan valid apabila t hitung lebih besar atau sama dengan t
tabel, begitu pula sebaliknya. Pada penelitian ini, perhitungan validitas secara manual tidak
dilakukan dan perhitungan sepenuhnya dibantu dengan program SPSS versi 16.
73
. 1
Keterangan:
ri
= nilai reliabilitas
= varians total
= jumlah item
Koefisien keandalan alat ukur menyatakan tingkat konsistensi jawaban responden.
Selanjutnya angka yang diperoleh dari perhitungan Cronbachs Alpha tersebut dibandingkan
dengan angka kritis pada tabel korelasi r product moment. Apabila nilai Cronbachs Alpha
lebih besar daripada nilai pada tabel maka item pernyataan dalam kuesioner dianggap reliabel.
Pada penelitian ini, perhitungan reliabilitas secara manual tidak dilakukan dan perhitungan
sepenuhnya dibantu dengan program SPSS versi 16.
74
Gambar 3.5
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.4.1. Penyebaran Kuesioner
Apabila kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas telah memenuhi syarat maka
kuesioner yang telah valid dan reliabel tersebut disebarkan kepada seluruh sampel penelitian.
Tujuan penyebaran kuesioner yaitu membagikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi
secara jujur dan benar sehingga persepsi yang tercantum dalam jawaban responden tersebut
benar-benar mampu menggambarkan secara nyata kondisi aktual organisasi.
3.4.2. Pengumpulan Data
Setelah kuesioner diisi dan dikembalikan maka diperoleh data mengenai identitas dan
persepsi responden. Data tersebut masih berupa data mentah yang selanjutnya akan diolah untuk
mendapatkan hasil, dimana hasil tersebut dijadikan dasar dalam pembuktian hipotesis penelitian,
penarikan kesimpulan dan saran-saran. Data yang dianggap memenuhi syarat yaitu data yang
hanya memiliki satu jawaban untuk setiap pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.
75
data interval. Solimun (2002) menyatakan bahwa dengan menggunakan data input berupa
matriks korelasi, SEM bermanfaat untuk memeriksa besar kecilnya pengaruh langsung maupun
tidak langsung serta pengaruh total variabel eksogen terhadap variabel endogen.
Untuk dapat menghitung koefisien jalur pada model yang telah ditentukan maka langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menggambarkan model konseptual diagram jalur untuk
hubungan antar variabel. Diagram ini harus mampu menerjemahkan hipotesis penelitian, dapat
membedakan variabel eksogen dengan endogen serta diharapkan dapat menggambarkan kaitan
sejumlah variabel yang diteliti.
Terdapat dua pendekatan dasar yang dapat dipilih apabila suatu penelitian menggunakan
SEM dalam memecahkan masalah penelitian yaitu confirmatory factor analysis dan exploratory
factor analysis, namun menurut Ghozali dan Fuad (2005) analisis SEM akan bekerja jauh lebih
baik apabila SEM digunakan untuk konteks confirmatory. Hal ini sejalan dengan penelitian ini,
dimana pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan confirmatory factor
analysis. Selanjutnya tujuan dari SEM pada prinsipnya adalah mendapatkan model keseluruhan
(full model). Output program ini berupa nilai koefisien jalur yang telah didefinisikan melalui
model keseluruhan (full model). SEM bermanfaat untuk memeriksa besar kecilnya pengaruh
langsung, tidak langsung, keseluruhan, bersama-sama (simultan) serta mengetahui variabel yang
berpengaruh dominan. Dalam penelitian ini, output pada program LISREL yang digunakan
untuk menjawab pertanyaan dan hipotesis penelitian adalah nilai koefisien jalur, t-value serta
nilai R2.
77
Gambar 3.6
Tahap Analisis, Kesimpulan dan Saran
3.5.1. Analisis Hasil
Analisis hasil pada penelitian ini terdiri dari analisis terhadap kecocokan keseluruhan model
(overall model fit), analisis kecocokan model pengukuran (measurement model fit) dan analisis
kecocokan model struktural (structural model fit), kemudian dibahas pula pengujian hipotesis,
interpretasi terhadap hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan pada penelitian ini.
3.5.2. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data penelitian maka langkah terakhir dalam
penelitian ini adalah melakukan penarikan kesimpulan penelitian dan pengajuan saran-saran.
Saran ini diajukan kepada pihak pimpinan atau pengambil keputusan dalam organisasi perguruan
tinggi serta kepada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk mendalami studi mengenai kinerja
dosen di perguruan tinggi.
78