Kedokteran Keluarga - TB
Kedokteran Keluarga - TB
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
Mycobacterium tuberculosis.1,2,3,4
B. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah
mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency . Laporan WHO tahun
2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun
2002, 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk
dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah
terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di
dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182 kasus per 100.000
penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per
100.000 pendduduk, seperti terlihat pada tabel 1.
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa jumlah
terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau
angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti
tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, prevalens HIV yang
cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Tabel 1. Perkiraan insidens TB dan angka mortaliti, 2002
Jumlah kasus
(Ribu)
Pembagian daerahSemua
WHO
kasus
(%)
Afrika
Kematian akibat
TB (termasuk
kematian TB pada
penderita HIV)
Jumlah
(Ribu)
Per 100
000
penduduk
2354
(26)
1000
350
149
556
83
Amerika
370 (4)
165
43
19
53
Mediteranian
timur
622 (7)
279
124
55
143
28
Eropa
472 (5)
211
54
24
73
Asia Tenggara
2890
(33)
1294
182
81
625
39
Pasifik Barat
2090
(24)
939
122
55
373
22
Global
8797
(100)
2887
141
63
1823
29
satu diantara penyakit menular dan merupakan penyebab kematian nomor tiga
setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan
usia.
C. Etiologi
Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ini berbentuk batang
lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora atau tidak berkapsul. Bakteri ini
berukuran panjang 1-4m dan lebar 0,3-0,6 m. Dinding M. Tuberculosis sangat
kompleks terdiri atas lapisan lemak yang cukup tinggi (60%). Penyusun utama
dinding sel adalah asam mikolat, lilin kompleks, polisakarida, trehalosa dimikolat
dan mycobakterial sulfolipid yang berperan dalam virulensi. Struktur dinding sel
yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M.tuberkolosis bersifat tahan
asam.2,4
post
primer
akan
muncul
bertahun-tahun
setelah
tuberculosis primer. Biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. TB post primer ini
memiliki nama yang bermacam-macam yaitu tuberculosis bentuk dewasa,
localized tuberculosis, TB menahun dan sebagainya. Tuberkulosis ini dimulai
dengan sarang dini yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior
maupun lobus inferior. Sarang ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumonia
kecil. Sarang pneumonia ini akan mengikuti salah satu hal berikut:
a) Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
b) Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan
dengan penyebabkan jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi
pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk perkapuran. Sarang
tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan keju
dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar.
c) Sarang pneumoni meluas meluas dan membentuk jaringan keju
(jaringan kaseosa).2,5
2) Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang
itu berperilaku tertentu adalah karena adanya 4 alasan pokok:
1. Pengetahuan
Pengetahuan di peroleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain.
2. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
3. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka terhadap objek sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
4. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang, lebih-lebih perilaku anak kecil lebih banyak dipengaruhi
oleh orang-orang yang dianggap penting.
5. Sumber-sumber daya (resources)
Sumber daya disini mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau
kelompok masyarakat.
6. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai, dan penggunaan sumber-sumber di
dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life)
yang pada umumnya disebut kebudayaan.
7. Perubahan (Adopsi) Perilaku atau Indikatornya
Adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif
lama. Secara teori perubahan atau seseorang menerima atau mengadopsi
perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap:
a) Pengetahuan
Dikelompokkan menjadi:
1. pengetahuan tentang sakit dan penyakit.
2. pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan.
3. pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
b) Sikap
10
Dikelompokkan menjadi:
1.
2.
3.
c)
1.
2.
3.
d.
berkapita yaitu :
a) Gakin < Rp. 180.669
b) Non Gakin Rp. 180.669
Menurut Elvina Karyadi (2002) dari SEAMEO-TROPMEND pusat kajian
gizi regional Universitas Indonesia dari hasil penelitiannya menyatakan
bahwa ekonomi lemah atau miskin mempengaruhi seseorang mendapatkan
penyakit TB Paru. yang disebabkan daya tahan tubuh yang rendah, begitu
juga kebutuhan akan rumah yang tidak layak, ditambah dengan penghuni
yang ramai dan sesak. Keadaan ini akan mempermudah penularan penyakit
terutama penyakit saluran pernafasan seperti penyakit TB Paru. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Teten Zalmi di Puskesmas Padang Pasir
pada tahun 2008 didapatkan hasil pada keadaan ekonomi miskin kelompok
kasus adalah 75,0% sedangkan pada kelompok kontrol hanya 15,6%.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mery Susanti di
11
12
1. Kepadatan hunian
Ukuran luas ruangan suatu rumah sangat terkait dengan luas lantai
bangunan rumah, dimana luas lantai bangunan rumah yang sehat harus cukup
untuk penghuni didalamnya. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan
jumlah penghuninya akan menyebabkan overcrowded. Hal ini tidak sehat,
sebab disamping meyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, jika salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menularkan kepada
anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila
dapat menyediakan 2,5-3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga)
(Soekidjo, 2007).
13
b. Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak di cemari oleh asap dari
sampah atau dari pabrik, knalpot kendaraan, debu dan lain lain.
c. Aliran udara tidak menyebabkan penghuninya masuk angin. Untuk itu tidak
menempatkan tempat tidur persis pada aliran udara, misalnya di depan
jendela atau pintu.
3. Jenis lantai
Jenis lantai yang baik adalah kedap air dan muah dibersihkan, jenis lantai
rumah yang ada di Indonesia bermacam macam tergantung kondisi daerah
dan tingkat ekonomi masyarakat, mulai dari jenis lantai tanah, papan, plesetan
semen sampai kepada pasangan lantai keramik. Dari beberapa jenis lantai
diatas, maka jenis lantai tanah jelas tidak baik dari segi kesehatan, mengingat
lantai tanah ini lembab dan menjadi tempat yang baik untuk berkembang
biaknya kuman TB Paru ( Suryono, 2005).
4. Kelembaban Udara
Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban
udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusia normal. Suhu udara dan
kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan.
Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa
pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam
ruangan.
Selanjutnya untuk mengatur suhu udara dan kelembaban suatu ruangan
normal bagi penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan:
keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar,
pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan perabotan tidak bergerak dan
menghindari perabotan yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan
(Kepmen Perumahan dan Prasarana Wilayah, 2002).
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan,
dimana kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar
22 30C. Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab (Menkes, 1999)
14
pencahayaan
rumah
sehat
menurut
Kemenkes
No.
15
atas2,5:
a. TB Paru BTA Positif yaitu:
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan BTA positif
2) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
3) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
b. TB Paru BTA Negatif:
1) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainanradiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
2) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
menunjukkan M. tuberkulosis positif.
Berdasarkan tipe pasien (riwayat pengobatan sebelumnya) TB paru dapat
dibagi atas2,:
a. Kasus baru
Kasus baru adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Kasus kambuh adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan TB Paru dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif.
c. Kasus defaulted atau drop out
Kasus drop out adalah penderita yang telah menjalani pengobatan 1
bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal
16
Kasus gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau
kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir
pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Kasus kronik adalah penderita dengan hasil pemeriksaan BTA masih
positif setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori II dengan
pengawasan yang baik.
f. Kasus bekas TB
-
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial
menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan
lebih mendukung.
selaput otak, kelenjar limfe, pleura, pericardium, persendian, tulang, kulit, usus,
saluran kemih, ginjal, alat kelamin dll). Diagnosis sebaikanya berdasarkan atas
kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi.2,5
G. Penegakkan diagnosis
Diagnosis tuberculosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisis, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan
penunjang lainnya.2,3,5
1. Gejala klinis
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala local ialah gejala
respiratori (sesuai organ yang terlibat).
a. Gejala respiratori (gejala lokal)
-
Batuk 2 minggu
Batuk darah
17
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi dimulai dari tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Bila bronchus belum
terlibat dalam proses penyakit maka mungkin pasien tidak ada gejal batuk. Batuk
yang pertama terjadi akibat iritasi bronchus dan selanjutnya batuk diperlukan
untuk membuang dahak keluar.
b. Gejala sistemik
Demam
-
Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat
badan menurun.
2. Pemeriksaan fisis
Pada tuberculosis paru kelainan yang didapat sesuai dengan luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan atau awal perkembangan penyakit umumnya tidak
(sulit) ditemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di lobus
superior, terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2), serta daerah
apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan antara lain
suara napas bronchial, amforik, suara napas melemah, ronki basah. 2,5
18
1 kali positif, 2 kali negative ulang BTA 3 kali kemudian bila 1 kali positif,
2 kali negative BTA positif, atau bila 3 kali negative BTA negative
2) Biakan kuman
Biakan dimaksudkan untuk mendapat diagnosis pasti dan dapat
mendeteksi M. Tuberculosis dan Mycobacterium lainnnya.3,4,6
4. Pemeriksaan radiologi
Pmeriksaan standard ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi:
foto lateral, oblik, CT-scan. Pada pemeriksaan foto toraks tuberculosis dapat
memberi gambaran bermacam-macam bentuk. Gambaran radiologi yang dicurigai
sebagai lesi TB aktif2,4,5:
-
Bayangan berawan / nodular di segmen apical dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan atau
noduler
19
Fibrotic
Kalsifikasi
20
R
H
Z
E
S
Dosis
Dosis
yg Dosis
(mg/kgBB/hr
dianjurkan
maksima
(mg/kgBB/hr
8-12
4-6
20-30
15-20
15-18
)
10
5
25
15
15
(mg)
600
300
1000
40-60
300
150
750
750
Sesuai
> 60
450
300
1000
1000
750
600
450
1500
1500
1000
BB
Tabel 3. Dosis OAT kombinasi dosis tetap
BB
30-37
38-54
55-70
>71
Fase
lanjutan
Harian
Harian
3x/minggu
bulan
Harian
(RHZE)
(RHZ)
(RHZ)
(RH)
(150/75/400/275
150/75/40
150/150/50
150/75
(RH)
)
2
3
4
5
0
2
3
4
5
0
2
3
4
5
2
3
4
5
150/150
2
3
4
5
3x/mingg
Kategori 1 untuk:
-
Penderita TB paru, sputum BTA negatif, rontgen positif dengan kelainan paru
luas
diterapi dengan 2 RHZE/ 4RH atau 2 RHZE/ 6HE atau 2 RHZE/4 R3H3
Kategori 2 untuk:
21
Penderita kambuh
Diterapi dengan
o 2RHZES/1 RHZE / 5 RHE
o 2RHZES/1 RHZE / 5 R3H3E3
Kategori 3 untuk:
-
Kategori 4 untuk:
-
3. Evaluasi pengobatan
a) Evaluasi klinis
-
Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta
ada tidaknya komplikasi penyakit
Bila ada fasiliti biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
22
Fungsi hati: SGOT, SGPT, bilirubin; fungsi ginjal: ureum, kreatinin dan
gula darah serta asam urat untuk data dasar penyakit penyerta atau efek
samping pengobatan
BTA mikroskopis 2 kali negatif (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan adekuat
minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh. Hal ini untuk mengetahui
kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto toraks.
Mikroskopis BTA dahak 3, 6, 12, dan 24 bulan (sesuai indikasi/bila ada gejala
setelah dinyatakan sembuh) sedangkan evaluasi foto toraks 6, 12 dan 24 bulan
setelah dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).
I. Komplikasi
23
24
BAB III
KUNJUNGAN RUMAH
Tempat kunjungan rumah
Waktu kunjungan
: Ny. Aswati
Umur
: 44 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Pendidikan
: S.1
Alamat
Suku
: Bungku
Agama
: Islam
Status
: Janda
Nama
1 Tn. Patudalli
Keduduka
n
Keluarga
KK
Sex Umur
2 Ny. Salasiah
Ibu
(tahun)
70
tahun
63
tahun
Pendidika
n
terakhir
SR
Pekerjaan
Ket.
Pensiunan
sehat
SR
Pensiunan
sehat
25
3 Ny. Aswati
Anak
5 Ny. Sarniati
Anak
6 Ny. Herniati
Anak
7 Ny. Asmawati
Cucu
8 An. Ridwan
Cucu
9 By. Rani
Cucu
10 By. Rini
Cucu
44
tahun
30
tahun
26
tahun
25
tahun
9
tahun
2
bulan
2
bulan
S.1
Tidak ada
sakit
D.3
Guru
sehat
D.3
Wiraswasta
sehat
D.3
petugas gizi
sehat
SD
= Pasien
C. Anamnesis dan Penatalaksanaan yang telah diberikan
a. Anamnesis
1. Keluhan utama
: Batuk
2. Riwayat penyakit
:
Pasien mengeluh batuk sejak 6 bulan yang lalu, batuk disertai banyak
lendir. Pasien juga mengeluhkan pernah batuk bercampur darah. Keluhan lain
yang juga dialami pasien adalah sesak napas, keringat malam, nafsu makan
berkurang, dan merasakan berat badan menurun. Pada saat merasakan gejalagejala tersebut pasien langsung berobat ke dokter praktek spesialis penyakit
dalam, kemudian disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan dahak di puskesmas terdekat dan foto thoraks. Kemudian pasien
memutuskan ke Puskesmas Abeli pada pertengahan bulan Maret untuk melakukan
pemeriksaan dahak dengan hasil BTA (+), dan pemeriksaan foto thoraks
sehat
sehat
sehat
26
27
Promotif
Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit TB Paru,
pentingnya keteraturan minum obat sehingga pasien dapat cepat sembuh, serta
menganjurkan kepada pasien untuk menjalankan pola hidup sehat dengan
mengkonsumsi makanan yang bergizi, melakukan olahraga ringan secara rutin,
dan mengurangi aktivitas yang berat serta sedapat mungkin menghindari stress.
- Preventif
Menjalankan pola hidup bersih dan sehat dengan tidak membuang dahak
disembarang tempat dan menggunakan ember yang sudah diberikan larutan
antiseptic dan diisi air bila ingin membuang dahak serta biasakan selalu membuka
jendela sehingga ada cahaya matahari yang masuk. Memotivasi untuk rutin
minum obat secara teratur. Menutup mulut dengan sapu tangan ketika batuk,
memakai masker, memisahkan alat-alat makanan dengan yang digunakan oleh
orang satu rumah. Menghindari paparan asap rokok baik di rumah maupun di
lingkungan rumah.
- Kuratif
Terapi medikamentaso
Obat OAT kategori 1 : 2RHZE/4H3R3
Terapi non medikamentosa
Menjalankan pola hidup sehat yaitu dengan mengkonsumsi makanan bergizi,
-
f. Prognosis
Dubia ad bonam
D. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan informasi bahwa semua anggota
keluarga dalam keadaan sehat kecuali pasien. Penderita adalah seorang janda dan
mempunyai 2 orang anak.
2. Fungsi Psikologis
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan semua anggota keluarga.
Jika ada waktu luang pasien memanfaatkan untuk menonton tv, dan kumpul
bersama keluarga. Tetapi pasien tidak mempunyai hubungan yang baik dengan
28
29
diluar. Atap rumah pasien terbuat dari seng berdinding papan, dan berlantai
semen. Rumah pasien terletak di daerah pinggiran laut di kelurahan talia. Secara
umum penerangan tidak memadai, kebersihan dalam rumah cukup dan barangbarang tersusun rapi. Sumber air minum, cuci dan masak dari sumur. Jumlah
kamar mandi 1 yang terletak diluar rumah.
H. Analisis Kasus
Berdasarkan hasil kunjungan rumah pada tanggal 18 Agustus 2014,
didapatkan bahwa pasien merupakan penderita TB Paru yang seudah menjalani
pengobatan 5 bulan. Pasien berusia 44 tahun. Saat sakit pasien tinggal bersama
keluarganya. Secara umum rumah tergolong kurang sehat karena tidak tersedia
ventilasi dan pencahayaan yang cukup, tetapi secara umum rumah tampak bersih
dan rapi. Rumah pasien di lingkungan yang tidak padat penduduk. Secara umum
keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit TB paru.
Sebelum sakit, pasien tinggal bertiga bersama kedua anaknya di rumah
yang menurut pasien cukup sederhana. Pasien juga mengakui kalau tetangga di
rumah lamanya ada yang menderita TB Paru tetapi pasien menyangkal kalau
sering kontak dengan tetangganya tersebut.
Saat ini pasien tinggal dirumah orang tuanya yang cukup padat olehnya
itu sangat perlu dilakukan usaha-usaha untuk menghindari penularan penyakit
tersebut kepada anggota keluarga yang lain. Dengan demikian melalui home visit
pada pasien ini dilakukan beberapa intervensi yaitu edukasi tentang penyakit TB
itu sendiri, cara penularan dan pencegahannya. Memberi tahu kepada keluarga
untuk memisahkan alat makan pasien dengan anggota keluarga lainnya, jika batuk
disarankan untuk selalu menutup mulut, dan tidak membuang dahak disembarang
tempat. Saat ini pasien sudah menjalani pengobatan OAT selama 5 bulan.
Selama 5 bulan pasien minum obat secara teratur dan tidak pernah putus obat.
Selama mengkonsumsi obat selama 5 bulan keadaan pasien cukup membaik dan
merasakan gejala penyakit TB sudah mulai berkurang. Selain itu, sangatlah perlu
disampaikan kepada keluarga untuk tetap mendukung dan memotivasi pasien
untuk menyelesaikan pengobatan 6 bulan dan kembali melakukan pemeriksaan
dahak untuk memastikan kesembuhan pasien.
30
BAB IV
KESIMPULAN
1. Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis.
2. Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB.
3. Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah menurunkan angka kematian dan
kesakitan serta mencegah penularan dengan cara menyembuhkan pasien.
4. Penatalaksanaan penyakit TB merupakan bagian dari surveilans penyakit; tidak
sekedar memastikan pasien menelan obat sampai dinyatakan sembuh, tetapi
juga berkaitan dengan pengelolaan sarana bantu yang dibutuhkan, petugas yang
terkait, pencatatan, pelaporan, evaluasi kegiatan dan rencana tindak lanjutnya.
5. Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip OAT harus
diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. 2007
2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Tuberculosis [Serial online] [cited 2014 August 18]. Available
from: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
3. Asmono, N. TB Paru. [Serial online] [cited 2014 August 18]. Available from
http://id.scribd.com/doc/130533234/51493208-Referat-TB-Paru
4. Amin J, Bahar, A. Tuberculosis Paru. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI. 2006
5. CIM. Tuberkulosis. Jakarta: PT medinfocomm Indonesia. 2010
6. Soegondo, dkk. Panduan pelayanan medik. Jakarta: PAPDI. 2010
32
LAMPIRAN
33
Dokumentasi 4. Dapur
34