Anda di halaman 1dari 26

Skenario C blok 16

Bulan, Perempuan , 20 tahun, seorang mahasiswi di salah satu universitas di Palembang,


merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Adiknya masih bersekolah di SMP dan SMA
dan tinggal bersama dengan kedua orang tuanya di Baturaja, ibukota kabupaten OKU.
Sebulan yang lalu ayah bulan dirawat inap di Bagian Neurologi RSMH Palembang selama
seminggu, sembuh sempura dan diperbolehkan pulang. Kata dokter, hanya mengalami
stroke ringan. Untuk kelanjutan control dan pengobatannya, dokter RSMH yang
merawatnya sudah menulis surat petunjuk ke dokter keluarga yang merujuknya.
Sekitar dua minggu setelah ayahnya sembuh, dokter keluarag mengizinkannya bekerja
kembali. Setelah ayahnya mulai bekerja kembali, setiap minggu pagi Bulan menelpon
menanyakan kesehatan ayahnya. Ayahnya menjawab bahwa dia sehat-sehat saja, semua
nasihat dokter diikutinya agar tetap sehat dan penyakitnya tidak kambuh. Kata Ayah, dia
dan ibunya baru saja pulang dari mengikuti olahraga senam jantung di alun-alun
kabupaten.
Setelah sebulan berlalu, Bulan semakin sering menelpon ayahnya, dalam seminggu 2
sampai 3 kali untuk menanyakan kesehatan ayahnya itu. Sering pula ia menanyakan hal itu
kepada ibunya. Jawaban ibunya sama saja, bahwa ayahnya sehat-sehat saja.
Makin hari, Bulan makin sering menelpon ayahnya, bahkan menjadi setiap hari, menelpon
ayah dan ibuunya ubtuk menanyakan kesehatan ayahnya itu. Bulan mencoba mempercayai
jawaban ayah dan ibunya itu. Akal sehatnya mengatakan bahwa seharusnya ia
mempercayai jawaban ayah dan ibunya itu. Tapi, ketika dia mulai percya, segera timbul
keraguan, jangan-jangan ayah dan ibunya berbohong karena tidak ingin Bulan menjadi
susah dan terganggu studinya. Bulan betusaha keras untuk menbuang pikiran negative itu
dan untuk tidak menelpon lagi. Tapi setiap kali dia berusaha demikian, timbul rasa cemas

dan tegang, dan hal ini memaksanya untuk kembali menelpon. Setelah selesai menelpon,
rasa cemasnya mereda, tapi tudak berlangsung lama.
Kecemasannya memuncak. Pikirannya mengatakan bahwa mungkin saja ayahnya sekarang
sedang dirawat di rumah sakit Baturaja, karena stroke ringan, jadi cukup ditangani oleh
dokter keluarga atas saran dokter RSMH. Dia harus mudik sekarang juga untuk
memastikan kondisi kesehatan ayahnya. Di satu sisi, akal sehatnya mengatakan bahwa
sikap dan tindakan inni tidak logis dan tidak realistis. Bulan mencarter mobil rental,
meluncur ke Baturaja.

Data tambahan
Ayah dan ibu Bulan adalah tipe orang yang perfeksionis. Dalam mengasuh anak-anaknya,
selalu menekankan ketelitian, kerapian, serta disiplin yang kaku dengan harapan agar anakanaknya menjadi orang yang sukses.
Dalam kehidupan sehari-hari Bulan memang menjadi anak yang selalu teliti, rapi dan
disiplin. Setiap selesai melakukan pekerjaan, dia selalu melakukan cek dan recek sesuai
dengan harapan orang tuanya.

Klarifikasi Istilah
1. Stroke ringan : cerebrovascular disease akibat sumbatan atau perdarahan yang
bisa sembuh sempurna tanpa gejala sisa.
2. Kecemasan : rasa tidak aman, kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan
3. Tegang : Rasa kaku terhadap suatu kekhawatiran
4. Pikiran negatif : pemikiran tentang hal-hal yang buruk
5. Realistis : sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

6. Perfeksionis : orang yang menuntut kesempurnaan


7. Disiplin yang kaku : sesuai aturan yang dijalankan tanpa toleransi terhadap
situasi dan kondisi
8. Logis : masuk akal
9. Cek dan recek : memastikan dengan memeriksa kembali

Identifikasi Masalah
1.

Dua minggu setelah kesembuhan ayahnya, Bulan perempuan 20 tahun sering


menelpon untuk menanyakan keadaan Ayahnya sekali seminggu selama sebulan.

2.

Setelah sebulan dia menelpon 2-3 x seminggu dengan pertanyaan yang sama kepada
Ayah dan Ibunya.

3.

Makin hari Bulan semakin sering menelpon Ayah dan Ibunya (setiap hari)

4.

Bulan mencoba mempercayai Ayah dan Ibunya namun ketika dia mulai percaya,
timbul keraguan bahwa Ayah dan Ibunya berbohong.

5.

Setiap kali dia berusaha keras membuang pikiran negatif, ia merasa cemas dan tegang
dan memaksanya untuk menelpon kembali

6.

Setelah menelpon cemas mereda tetapi tidak berlangsung lama

7.

Ketika kecemasannya memuncak, Bulan mudik untuk memastikan keadaan Ayahnya,


tetapi akal sehatnya mengatakan sikap dan tindakannya ini tidak logis dan realistis.

8.

Kecemasan dan ketegangan dimulai karena sekitar 2 bulan yang lalu Ayahnya
mengalami stroke ringan dan dirawat di RSMH yang sekarang sudah sembuh
sempurna.

9.

Data tambahan :

Ayah dan ibu Bulan adalah tipe orang yang perfeksionis. Dalam mengasuh anakanaknya, selalu menekankan ketelitian, kerapian, serta disiplin yang kaku dengan
harapan agar anak-anaknya menjadi orang yang sukses.

Dalam kehidupan sehari-hari Bulan memang menjadi anak yang selalu teliti, rapi
dan disiplin. Setiap selesai melakukan pekerjaan, dia selalu melakukan cek dan
recek sesuai dengan harapan orang tuanya.

Analisis Masalah
1. Bagaimana interpretasi dari keadaan Bulan yang semakin sering menelpon untuk
mengetahui keadaan Ayahnya?
Hal ini menandakan adanya kecemasan dan keraguan Bulan terhadap pernyataan
ayahnya (obsesif) sehingga ia menelpon untuk memastikan pernyataan tersebut
(kompulsif ).

Kecemasan dan keraguan yang berlebihan : obsesif kompulsi kelainan


perilaku : obsesif kompulsif.

2. Mengapa Bulan melakukan hal tersebut ?


Karena bulan mengalami angguan obsesif-kompulsif, gangguan kecemasan yang
membuat pikirannya menjadi obsesi (gangguan isi pikiran, pikiran atau impuls
yang persisten, berulang, dan tidak disukai) sehingga mengakibatkan tindakan
kompulsif (suatu desakan yang kuat dan berulang-ulang pada seseorang untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan keinginan)

3. Mengapa timbul keraguan terhadap jawaban jawaban kedua orangtuanya ?

Keraguan yang tampak dalam diri orang-orang yang obsesif kompulsif disebabkan
oleh kebutuhan akan jaminan kebenaran sebelum diambil suatu tindakan
(Salzman,1980). Jadi, pada penderita dengan gangguan obsesif kompulsif, lebih
sulit untuk membuat mereka percaya atau yakin akan sesuatu, karena
kecenderungan mereka untuk selalu mengecek ulang.

4. Mengapa ia merasa tegang dan cemas ?


Karena bulan tidak mampu mengontrol pikirannya (obsesi), yaitu tidak percaya
kepada ayah dan ibu nya tentang keadaan ayahnya yang sekrang baik-baik saja
sehingga ia merasa tegang dan cemas.

5. Mengapa ia tidak bisa membuang pikiran negatif ?


Karena mekanisme pertahanan yang gagal dan sudah terjadi pembentukan reaksi
(reaction formation) sehingga pikiran negatif tersebut sudah terkarekter atau terpola
yang tidak bisa dibuang dari pikirannya. Pada dasarnya penderita sering mencoba
menghilangkan pikiran tersebut tetapi tidak berhasil.

6. Mengapa setelah menelpon kecemasannya mereda tetapi tidak berlangsung lama ?


Obsesi meningkatkan kecemasan, dengan melakukan kompulsif akan menurunkan
kecemasan namun tidak berlangsung lama, dan akan kembali memiliki pikiran
yang mengganggu. Pada kasus ini obsesi, yakni pikiran negatif bahwa ayahnya
sakit dan tidak mempercayai kata kata orang tuanya menyebabkan sensasi yang
mengganggu pikiran, sehingga untuk mengatasi nya dengan menelpon berkali kali
(kompulsif), hal ini hanya menurunkan kecemasan sementara.

Stressor (ayah yang sakit) tidak dapat mengontrol mekanisme pertahanan


rasa cemas (obsesif) untuk mengurangi kecemasan, ia menelpon (kompulsif)
reda, namun karena sudah terbentuk kepribadian obsesif kembali.

7. Mengapa ia tetap mengikuti pikiran negatifnya walaupun akal sehatnya


mengatakan sikap dan tindakan ini tidak logis dan tidak realistis ?
Karena mekanisme pertahanan gagal dan sudah terjadi pembentukan reaksi
(terkarakter atau terpola ) , jadi kalau ia tidak mengikuti pikiran negatifnya itu,
maka akan menimbulkan kecemasan yang berlebihan pada dirinya, meskipun ia
tahu pikirannya itu tidak logis dan realistis.

8. Apa interpretasi dari data tambahan ?


Pada data tambahan di dapatkan bahwa bulan hidup di keluarga perfectionis yang
biasanya menuntut kesempurnaan,sehingga orang perfectionis lebih cenderung
tidak gampang puas,lebih teliti untuk mencapai sesuatu.Pada kasus ini dapat
dijadikan sebagai factor resiko dimana bulan jading selalu cek dan ricek keadaaan
ayahnya dan tidak akan puas sampai ia melihatnya sendiri

9. Apa DD kasus ini ?


a.

Gangguan obsesif kompulsif : di sintesis

b.

Gangguan cemas menyeluruh :

Cemas tiap hari sampai beberapa bulan

Khawatir atau waspada berlebihan

Ketegangan motorik

Hiperaktivitas otonomik

10. Apa WD dan HTD kasus ini ?


PPDGJ III
F42 Gangguan Obsesif- Kompulsif
Ciri utama dari gangguan ini adalah adanya pikiran obsesif atau tindakan kompulsif
yang berulang. Pikiran obsesional adalah gagasan, bayangan pikiran atau impuls
yang timbul dalam pikiran individu secara berulang ulang dalam bentuk yang sama.
Umumnya

dirasakan

mengganggu

dan

penderita

sering

kali

mencoba

menghilangkannya tanpa hasil. Tindakan yang kompulsif merupakan perilaku yang


streotipik, yang diulang berkali kali. Gangguan obsesif- kompulsif umumnya
berimbang pada laki-laki dan perempuan.
Pedoman diagnostik
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala gejala obsesif atau tindakan kompulsif,
atau kedua duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu
berturut turut.
Gejala gejala obsesif harus mencakup hal hal berikut :
-

Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,
meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal


yangmemberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari
ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti
dimaksud diatas).

Gagasan , bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan


pengulanganyang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan


Pedoman Diagnostik
-

Keadaan ini dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran atau impulls


(dorongan
perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien).

Meskipun isi pikiran tersebut berbeda beda, umumnya hampir selalu


menyebabkan penderitaan (distress).

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsi


Pedoman Diagnostik
-

Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan : kebersihan (khususnya


mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu
situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi atau masalah
kerapihan dan keteraturan. Hal tersebut dilatar belakangi perasaan takut
terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya dan
tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk
menghindari bahaya tersebut.

Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita waktu sampai beberapa jam


dalam sehari dan kadang kadang berkaitan dengan ketidakmampuan
mengambil keputusan dan kelambanan.

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif


Pedoman Diagnostik
-

Kebanyakan dari penderita penderita obsesif kompulsif memperlihatkan


pikiran serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bilamana kedua
hal tersebut sama sama menonjol, yang umumnya memang demikian.

Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan


dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. Hal ini berkaitan dengan respon yang
berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap
terapi perilaku.

Diagnosis Multiaksial
-

AKSIS I
Terdiri dari gangguan klinis dan kondisi lain yang menjadi focus perhatian
klinis. Pada kasus termasuk campuran pikiran dan tindakan obsesif (F42.2).

AKSIS II
Terdiri dari gangguan kepribadian dan retardasi mental. Pada kasus
termasuk gangguan kepribadian anankastik (F60.5)

AKSIS III
Mencatat adanya gangguan fisik dan kondisi medic umum lain yang muncul
selain gangguan mental. Pada kasus normal

AKSIS IV
Digunakan untuk mengkode masalah psikososial dan lingkungan yang
secara signifikan berperan dalam timbulnya atau eksaserbasi gangguan saat
ini. Pada kasus stressor berupa ayahnya yang sakit .

AKSIS V
Berupa skala pengkajian fungsi secara umum (GAF) : 60-51

Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang

11. Apa etiologi dan faktor resiko kasus ini ? Sintesis

12. Bagaimana epidemiologinya ? Sintesis

13. Bagaimana patofisiologi kasus ini? Sintesis

14. Apa manifestasi klinis dari kasus ini ? Sintesis

15. Apa tatalaksana untuk kasus ini ? Sintesis

16. Bagaimana prognosisnya ? Sintesis

17. Apa saja komplikasi yang dapat timbul ? Sintesis

18. KDU?
3A (mampu mendiagnosis beri terapi awal rujuk )

10

Hipotesis : Bulan perempuan 20 tahun mengalami gangguan neurotik campuran pikiran


dan tindakan obsesif (gangguan obsesif kompulsif)

Kerangka Konsep

Orang tua
perfeksionis

Bulan (20 th) selalu


rapi, teliti, disiplin
dan cek & recek

Stresor : Ayah stroke


ringan dan sudah
sembuh sempurna

Bulan cemas dan


ragu bahwa Ayahnya
baik-baik saja
(Obsesif)

Gangguan Neurotik
Obsesif kompulsif

Menelpon berulang-ulang
dan mudik (kompulsif)

11

Sintesis
OBSESIF KOMPULSIF

Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana penelitian
modern telah menemukan gangguan di dalam waktu singkat. Suatu obsesi adalah pikiran,
perasaan, idea tau sensasi yang mengganggu (intrusive). Suatu kompulsif adalah pikiran
atau perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau
menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kompulsi
menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang memaksa melakukan suatu
kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seorang dengan gangguan obsesif kompulsif
biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi
sebagai ego-distonik. Gangguan obsesif kompulsif dapat merupakan gangguan yang
menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat
mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas
social yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.

Epidemiologi
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum
diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa
gangguan obsesif kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di
klinik psikiatri. Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif kompulsif sebagai
diagnosis psikiatri tersering yang keempat setelah fobia, gangguan berhubungan zat, dan
gangguan depresi berat.
Untuk orang dewasa laki-laki dan wanita sama mungkin terkena, tetapi untuk remaja
laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan perempuan. Usia

12

onset rata-rata adalah umur 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki onset usia yang lebih
awal (sekitar 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata 22 tahun). Secara keseluruhan kirakira dua per tiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari
15 persen pasien memiliki onset gejala setelah 35 tahun. Gangguan obsesif kompulsif
dapat memiliki onset pada masa remaja atau masa kanak-kanak, pada beberapa kasus dapat
pada usia 2 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena gangguan obsesif
kompulsif dibandingkan orang yang menikah, walaupun temuan tersebut kemungkinan
mencerminkan kesulitan yang dimiliki pasien dengan gangguan obsesif kompulsif dalam
mempertahankan suatu hubungan. Gangguan obsesif kompulsif ditemukan lebih jarang
diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih.

Etiologi
1. Faktor biologis
Neurotransmiter. Banyak uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap berbagai
obat mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin terlibat di dalam
pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Obat serotonergik lebih efektif
dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmitter lain. Serotonin terlibat di
dalam penyebab gangguan obsesif kompulsif adalah tidak jelas. Penelitian klinis telah
mengukur konsentrasi metabolit serotonin (5-hydroxyindoleacetic acid/ 5-HIAA) di dalam
cairan serebrospinalis, dan afinitas sertai jumlah tempat ikatan trombosit pada pemberian
imipramine (yang berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan telah
melaporkan berbagai temuan pengukuran tersebut pada pasien dengan gangguan obsesif
kmpulsif. Beberapa peneliti mengatakan bahwa system neurotransmitter konergik dan
dopaminergik pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah dua bidang
penelitian riset untuk masa depan.

13

Penelitian pencitraan otak. Penelitian pencitraan otak fungsional (positron


emission tomoghrapy/PET) telah menemukan peningkatan aktivitas (metabolisme dan
aliran darah) di lobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kauda) dan singulum pada
pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Terapi farmakologis dan perilaku telah
dilaporkan membalikkan kelainan tersebut. Baik CT maupun MRI telah menemukan
adanya penurunan ukuran kaudata secara bilateral pada pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif. Prosedur neurologis yang melibatkan singulum kadang-kadang efektif dalam
pengobatan pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Suatu penelitian MRI baru-baru
ini melaporkan peningkatan waktu relaksasi T1 di korteks frontalis, suatu temuan yang
konsisten dengan lokasi kelainan yang ditemukan pada penelitian PET.
Genetika. Penelitian kesesuaian pada anak kembar untuk gangguan obsesif
kompulsif menemukan adanya angka kesesuaian yang lebih tinggi secara bermakna pada
kembar monozigot dibandingkan kembar dizigot. Penelitian keluarga pada pasien
gangguan obsesif kompulsif telah menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat
pertama pasien gangguan obsesif kompulsif juga menderita gangguan. Data biologis
lainnya. Penelitian elektrofisiologis, penelitian EEG tidur, dan penelitian neuroendokrin
telah menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan depresi
dengan gangguan obsesif kompulsif penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan yang
mirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif, seperti penurunan latensi REM (rapid
eye movement). Penelitian neuroendokrin seperti nonsupresi pada dexamethasonsupression test pada kira-kira sepertiga pasien dan penurunan sekresi hormone
pertumbuhan pada infus clonidine.

2. Faktor perilaku

14

Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan. Stimulus yang
relative netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan melalui proses
pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa yang secara alami
adalah berbahaya dan menghasilkan kecemasan. Objek dan pikiran yang sebelumnya netral
menjadi stimuli yang terbiasakan yang mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan.
Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan bahwa tindakan
tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran obsesional. Jadi strategi
menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsi atau ritualistic dikembangkan
untuk mengendalikan kecemasan. Karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan
dorongan sekunder yang menyakitkan (kecemasan), stretegi menghindar menjadi terfiksasi
sebagai pola perilaku kompulsi yang dipelajari. Teori belajar memberikan konsep yang
berguna untuk menjelaskan aspek tertentu dari fenomena obsesif-kompulsif (sebagai
contoh kemampuan gagasan untuk menimbulkan kecemasan adalah tidak selalu
menakutkan bagi dirinya sendiri dan menegakkan pola perilaku kompulsif.

3. Faktor psikososial

Faktor kepribadian. Gangguan obsesif kompulsif adalah berbeda dari gangguan


kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesif kompulsif tidak
memiliki gejala kompulsif pramorbid. Dengan demikian sifat kepribadian tersebut tidak
diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif kompulsif. Hanya kirakira 15-35 persen pasien gangguan obsesif kompulsif memiliki sifat obsesional pramorbid.
Factor psikodinamika. Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan
psikologis utama yang menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif
kompulsif; isolasi, meruntuhkan dan pembentukan reaksi.

15

Isolasi. Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari afek
dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Kondisi pada seseorang yang mangalami secara
sadar afek dan khayalan dari suatu gagasan yang mengandung emosi, terlepas apakah ini
berupa fantasi atau ingatan terhadap suatu peristiwa. Jika terjadi isolasi, afek dan impuls
yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari komponen ideasional dan dikeluarkan dari
kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya
terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang
berhubungan dengannya.
Meruntuhkan (undoing). Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls
mungkin dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjdi bebas, operasi pertahanan
sekunder adalah diperlukan untuk melawan impuls dan menenangkan kecemasan yang
mengancan keluar ke kesadaran. Tindakan kompulsif menyumbangkan manifestasi
permukaan operasi defensif yang ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan
mengendalikan impuls dasar yang belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi
pertahanan sekunder yang cukup penting adalah mekanisme meruntuhkan (undoing).
Seperti yang dinyatakan oleh Freud,meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang
dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara irasional
akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan.
Pembentukan reaksi (reaction formation). Baik isolasi maupun meruntuhkan adalah
tindakan pertahanan yang terlibat erat dalam menghasilkan gejala klinis. Pembentukan
gejala menyebabkan pembentukan sifat karakter, bukannya gejala. Pembentukan reaksi
melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang
jelas berlawanan dengan impuls dasar.
Faktor psikodinamika lainnya. Pada teori psikoanalitik klasik, gangguan obsesif
kompulsif dinamakan neurosis obsesif kompulsif dan merupakan suatu regresi dari fase

16

perkembangan oedipal ke fase psikoseksual anal. Jika pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif merasa terancam oleh kecemasan tentang pembalasan dendam atau kehilangan
objek cinta yang penting, mereka mundur dari posisi oedipal dan beregresi ke stadium
emosional yang sangat ambivalen yang berhubungan dengan fase anal. Ambivalensi adalah
dihubungkan dengan menyelesaikan fusi yang halus antara dorongan seksual dan agresif
yang karakteristik dari fase oedipal. Adanya benci dan cinta secara bersama-sama kepada
orang yang sama menyebabkan pasien dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan.
Suatu cirri yang melekat pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah
derajat dimana mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi
gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak dibelakangnya.dengan demikian,
psikogenesis gangguan obsesif kompulsif mungkin terletak pada gangguan dan
perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan dengan fase perkembangan
analsadistik. Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam
karakteristikkehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak normal selama
fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta dan kebencian kepada suatu
objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut mungkin ditemukan pada pola perilaku
melakukantidak melakukan pada seorang pasien dan keragu-raguan yang melumpuhkan
dalam berhadapan dengan pilihan. Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang
mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impuls; yaitu fungsi ego dan juga fungsi id,
dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan.
Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa di dunia luar terjadi tanpa
tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata hanya dengan berpikir tentang
peristiwa tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan
manakutkan bagi pasien gangguan obsesif kompulsif.

17

Diagnosis
Walaupun kriteria diagnosis untuk gangguan obsesif kompulsif di dalam diagnostic
and statistic manual of mental disorder edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) banyak
yang dipertahankan di dalam edisi keempatnya (DSM-IV), telah dibuat modifikasi penting
di dalam definisi DSM-IV tentang obsesi dan kompulsi. DSM-IV memperkenalkan
pengamatan klinis bahwa pikiran (yaitu tindakan mental) dapat merupakan obsesi atau
kompulsi, tergantung pada apakah ia menyebabkan peningkatan kecemasan (obsesi) atau
menurunkan kecemasan (kompulsi). DSM-IV juga memperbaharui definisi obsesi untuk
menghindari istilah ego-distonik di dalam edisi ketiganya dan kata tanpa perasaan
(senseless) di dalam edisi ketiga yang direvisi, keduanya memiliki arti yang kurang jelas
dan sulit untuk operasinalisasi.

Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif kompulsif :


A. Salah satu obsesi atau kompulsi:
1. Pikiran, impuls atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami, pada

suatu saat selama gangguan, sebagai intrusive dan tidak sesuai, dan menyebabkan
kecemasan dan penderitaan yang jelas.
2. Pikiran, impuls atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran yang
berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.
3. Orang berusaha atau mengabaikan atau menekan pikiran, impuls atau bayanganbayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.
4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls atau bayangan-bayangan obsesional adalah
keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran).

18

B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi
atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini tidak berlaku pada anakanak.
C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas; menghabiskan waktu; atau

secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan, atau aktivitas atau
hubungan social yang biasanya.

D. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya

(misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan; menarik rambut jika
teradapat trikotilomania; permasalahan pada penampilan jika terdapat gangguan dismorfik
tubuh; preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat; preokupasi
dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat hipokondriasis; preokupasi dengan
dorongan atau fantasi seksual jika tedapat parafilia; atau perenungan bersalah jika terdapat
gangguan depresif berat).

E. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan,
medikasi) atau kondisi medis umum. Sebutkan jika: dengan tilikan buruk: jika selama
sebagian besar waktu selama episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan
kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.

Patofisiologis
Dari faktor psikososial, faktor kepribadian, Bulan memiliki gangguan kepribadian
yaitu gangguan kepribadian anankastik dengan ciri utama perfeksionisme dan keteraturan
(ketertiban, kerapian)Dari buku ilmu kedokteran jiwa edisi 2, Willy F. Maramis,
airlangga university press surabaya 2009. Gangguan ini sangat dipengaruhi oleh pola

19

asuh atau pola didik orang tua Bulan yang sangat menekankan ketelitian, kerapian, serta
disiplin yang kaku. Sehingga dengan gangguan kepribadian anankastik Bulan memiliki
faktor risiko terjadinya gangguan obsesif-kompulsif. Dalam perkembangannya, Bulan yang
memiliki gangguan obsesif-kompulsif mampu mengatasi masalah/stres dengan mekanisme
pertahanan isolasi, meruntuhkan (undoing), dan pembentukan reaksidari buku sinopnis
psikiatri kapplan.

Ketika Bulan tidak bisa menghadapi stres dengan mekanisme

pertahanan isolasi dan undoing, maka mekanisme selanjutnya pembentukan reaksi. Pada
pembentukan reaksi akan terbentuk sifat karakter Bulan dalam menghadapi masalah. Sifat
karakter yang terbentuk adalah pikiran obsesif yang membuat Bulan menjadi cemas dan
mendorong untuk terus menelpon orang tuanya sebagai tindakan kompulsif. Akan tetapi
tindakan kompulsifnya tidak bisa sepenuhnya menghilangkan kecemasannya. Karena
pikiran obsesif tetap timbul secara berulang-ulang. Menurut hipotesis, kecemasan pada
gangguan obsesif-kompulsif terjadi akibat adanya disregulasi serotonin. Secara fisiologi,
orang normal yang sedang stres akan mengalami kecemasan. Kecemasan adalah sinyal
yang menyadarkan; memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan mempengaruhi
sistem saraf simpatik yang menimbulkan gejala otonomik : hipertensi, palpitasi,
ketegangan, takikardi, hiperrefleksi. Gejala ini pada dasarnya mempersiapkan tubuh
melakukan tindakan untuk mengatasi ancaman. Mekanisme inilah yang mempengaruhi
tindakan Bulan mencarter mobil rental untuk langsung mudik dan memastikan keadaan
ayahnya.

20

Gambaran klinis
Gejala mungkin bertumpang tindih dan berubah sesuai dengan berjalannya
waktu. Gangguan ini memiliki 4 pola gejala utama, yaitu obsesi terhadap kontaminasi,
obsesi keragu-raguan diikuti pengecekan yang kompulsi, pikiran obsesional yang
mengganggu dan kebutuhan terhadap simetrisitas atau ketepatan.

Gejala-gejala obsesi harus mencakup hal-hal berikut:


a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri
b) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada

lainnya yang tidak lagi dilawan oleh pasien


c) Pikiran untuk melakukan trindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang member

kepuasan atau kesenangan


d) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang
tidak menyenangkan.
Ada kaitan erat antara gejala obsesi, terutama pikiran obsesi, dengan depresi.
Pasien dengan obsesi kompulsi seringkali menunjukkan gejala depresi dan sebaliknya
pasien gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesi selama
episode depresinya. Gejala obsesi sekunder yang terjadi pada gangguan skizofrenia,
sindrom tourette atau gangguan mental organik, harus di anggap sebagai bagian dari
kondisi tersebut.
Beberapa gejala yang berhubungan dengan gangguan obsesif kompulsif adalah
sebagai berikut
OBSESI
Perhatian terhadap kebersihan (kotoran,

KOMPULSI
Ritual mandi, mencuci dan membersihkan

kuman, kontaminasi)
Perhatian terhadap ketepatan
Perhatian terhadap peralatan rumah tangga

yang berlebihan
Ritual mengatur posisi berulang ulang
Memeriksa berulang ulang dan membuat
21

(piring, sendok)
Perhatian terhadap sekresi tubuh (ludah,

inventaris peralatan
Ritual menghindari kontak dengan sekret

feces, urine)
Obsesi religius

tubuh, menghindari sentuhan


Ritual keagamaan yang berlebihan (berdoa

Obsesi seksual (nafsu terlarang atau

sepanjang hari)
Ritual berhubungan seksual yang kaku

tindakan seksual yang agresif)


Obsesi terhadap kesehatan (sesuatu yang

Rituall berulang (pemeriksaan tanda vital

buruk akan terjadi dan menimbulkan

berulang, diet yang terbatas, mencari

kematian)
Onsesi ketakutan (menyakiti diri sendiri

informasi tentang kesehatan dan kematian


Pemeriksaan pintu, kompor, gembok dan rem

atau orang lain)


Pemikiran mengganggu tentang suara, kata

darurat berulang ulang


Menghitung, berbicara, menulis, memainkan

kata atau musik

alat musik dengan suatu ritual yang beragam

Tatalaksana
Penatalaksanaan meliputi farmakoterapi dan psikoterapi. Psikoterapi meliputi terapi
perilakudengan desentisisasi dan terapi keluarga bila terdapat faktor disharmoni keluarga
yang mempengaruhi timbulnya gangguan tersebut.
A. Farmakoterapi
a. SSRI (selective serotonin reuptake inhibitors).
contoh obat : fluoxetine (Prozac), sitalopram (celexa), esatolopran (lexapro), paroksetin
(paxil),sertrolin (zoloft)
efek samping : gangguan tidur,mual,diare,sakit kepala,ansietas sesaat,kegelisahan (efek
samping bersifat sementara)

b. Clomipramine

22

fungsi : untuk ambilan kembli erotonin versus ambilan kembali norepinefrin


penggunaan : dosis harus dititrasi meningkat selama 2-3 minggu untuk menghindari efek
samping gastrointestinal, hipotensi,ortostatik
efek samping : sedasi, antikolinergik
Dimulai dengan dosis rendah klomipramin (spesifik serotonin), dosis tunggal pada malam
hari, mulai dengan 25-50 mg/hari. Dinaikan bertahap dengan pemberian 25 mg/hari sampai
dosis efektif 9200-300MG/HR)
Dosis pemeliharaan: Klomipramin sekitar 100-200 mg/hari dan sertralin100mg/hari
Sebelum dihentikan lakukan pengurangan dosis secara tapering off

c. Obat lain
-bila SSRI dan clomipramine tidak berhasil dapat digunakan valproat, litium,
karbamazepin
-pilihan obat lain yang dapat dicoba bila tidak didapatkan SSRI dan clomipramine seperti
venlafaksin, pindolol, MAOI. MAOIs: phenelzine diikuti pantangan makanan yang
berkeju, anggur merah, pil KB, obat penghilang sakit (advil), obat alergi, jenis suplemen,
karena hal ini dapat meningkatkan tekanan darah
-bila pasien tidak responsive terhadap obat maka dapat diberikan buspiron, hidroitriptamin,
L-triptofan,klonazepam

B. Terapi perilaku
Pendekatan perilaku yang penting dalam obsesif-kompulsif adalah pajanan, dan
pencegahan respon. Desensitisasi,penghentian pikiran, pembanjiran,terapi implosi dan
aversive conditioning. Point penting adalah pasien harus benar-benar berkomitmen terhadp
perbaikan.

23

C. Psikoterapi
Keluarga harus memberi perhatian melalui dukungan emosional, penenangan, penjelasan,
dan saran untuk mengatur dn berespons kepada pasien.

D. Terapi lain
fungsi
jenis

:
:

terapi
terpai

lain

digunakan

elektrokonvulif

untuk
dan

pasien

yang

psycosurgery

resisten

terhafap

(contohnya

terapi

eingulotomi)

komplikasi : kejang, apabila terjadi kejang, kendalikan dengan terapi fenitoin

Prognosis
Prognosis buruk bila pasien mengarah pada kompulsi, berawal pada masa
anakanak, kompulsi yang aneh, perlu perawatan dirumah sakit, gangguan depresi berat
yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang, dan adanya
gangguan kepribadian.
Prognosis baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya
peristiwa pencetus, dan sifat gejala episodik.
Pada kasus : Dubia

Komplikasi
-

Gangguan makan

Ketidakmampuan untuk menghadiri bekerja atau sekolah / mengganggu


pekerjaan dan studi.

Alkohol atau penyalahgunaan zat Lain gangguan kecemasan

Depresi

24

Bunuh diri

DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. ed : Hartanto, Huriawati, dkk.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Maramis WF. Retardasi Mental dalam Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga
University Press, Surabaya, 1994.

25

Sadock BJ, Sadock VA. Mental Retardation in Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry,
Lippincott & William, London.

http://blog.kenz.or.id/2005/09/23/analisa-film-as-good-as-its-get.html

http://www.scribd.com/doc/27950597/Gangguan-Obsesif-Kompulsif

www.scribd.com/doc/43265550/Tugas-Psikiatri-Gangguan-Neurotik

http://bayuaslilow.multiply.com/journal/item/3?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
%2Fitem

http://www.psychologymania.com/2011/09/gangguan-obsesif-kompulsif-obsessive.html

26

Anda mungkin juga menyukai