Anda di halaman 1dari 17

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PROFITABILITAS


TERHADAP MANAJEMEN LABA
Aristanti Widyaningsih
Cynthia Ayu Purnamawati
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh beban pajak tangguhan
dan profitabilitas dengan proksi ROA (Return On Assets) terhadap manajemen
laba di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif. Populasi penelitian adalah 151 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI pada tahun 2010. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive
sampling. Sampel dalam penelitian ini berdasarkan kriteria pemilihan sampel
maka didapat 76 perusahaan manufaktur. Teknik analisis data yang digunakan
adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial. Untuk menguji hipotesis,
peneliti menggunakan analisis regresi berganda dan koefisien determinasi (Kd).
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara beban pajak
tangguhan terhadap manajemen laba secara parsial. Sedangkan profitabilitas
dengan proksi ROA melalui Koefisien determinasi (Kd) memberikan pengaruh
positif dan signifikan secara parsial terhadap manajemen laba sebesar 98,8%.
Sedangkan beban pajak tangguhan dan profitabilitas memberikan pengaruh secara
simultan terhadap manajemen laba. Pengaruh tersebut dilihat dari Koefisien
determinasi (Kd) sebesar 99% dan sisanya sebesar 1% dipengaruhi oleh faktor
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Kata Kunci: Beban Pajak Tangguhan, Profitabilitas, dan Manajemen Laba.

Pendahuluan
Tujuan yang ingin dicapai manajemen adalah mendapatkan laba yang
tinggi, hal ini berkaitan dengan bonus yang akan diperoleh oleh manajemen,
karena semakin tinggi laba yang diperoleh maka akan semakin tinggi pula bonus
yang akan diberikan oleh perusahaan kepada pihak manajemen sebagai pengelola
secara langsung. Di lain pihak, informasi laba dapat membantu pemilik
(stakeholders) dan investor dalam mengestimasi earnings power (kekuatan laba)
untuk menaksir resiko dalam investasi dan kredit. Pentingnya informasi laba
tersebut merupakan tanggung jawab dari pihak manajemen yang diukur
kinerjanya dari pencapaian laba yang diperoleh. Situasi ini memungkinkan
manajer untuk melakukan perilaku menyimpang dalam menyajikan dan
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 323

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

melaporkan informasi laba tersebut yang dikenal dengan praktik manajemen laba
(earnings management).
Manajemen laba adalah upaya untuk mengubah, menyembunyikan, dan
merekayasa angka-angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan
metode dan prosedur akuntansi yang digunakan perusahaan (Sri Sulistyanto,
2008:15).
Upaya untuk merekayasa informasi melalui praktik manajemen laba telah
menjadi faktor utama yang menyebabkan laporan keuangan tidak lagi
mencerminkan nilai fundamental suatu perusahaan. Oleh karena itu, perekayasaan
laporan keuangan telah menjadi isu sentral sebagai sumber penyalahgunaan
informasi yang merugikan pihak-pihak yang berkepentingan. Sehingga informasi
yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan
yang sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai asimetri informasi (information
asymetric) yaitu kondisi dimana ada ketidakseimbangan perolehan informasi
antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi dengan pemegang saham dan
stakeholders (Hairu, 2009:1).
Pihak manajemen memiliki wewenang dan keleluasaan dalam
memaksimalkan laba perusahaan yang mengarah pada proses memaksimalkan
kepentingan pribadi dengan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik
perusahaan. Upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan tidak lagi mencerminkan
kinerja manajemen yang sesungguhnya, namun telah direkayasa sedemikian rupa
sehingga menjadi lebih baik sesuai dengan keinginan manajemen. Inilah yang
disebut dengan agency problem (Sri Sulistyanto, 2008:132).
Watts dan Zimmerman (1986, 1990) dalam Yulianti (2004:10)
mengajukan tiga hipotesis sehubungan dengan Teori Akuntansi Positif yaitu,
bonus plan hypothesis, debt covenant hypothesis, dan political cost hypothesis.
Ketiga hipotesis ini didasarkan pada pemikiran bahwa manajer akan memilih
standar akuntansi yang paling menguntungkan diri mereka sendiri mengenai laba
yang diinginkan. Hal ini merupakan dasar pemikiran mengenai manajemen laba.
Adanya fleksibilitas dalam PSAK memungkinkan diskresi (pertimbangan)
manajemen dalam akuntansi akrual. Dengan menggunakan fleksibilitas yang
diperbolehkan standar akuntansi, manajemen dapat melakukan tindakan
manajemen laba (earnings management) . Penggunaan discretionary accrual
(kebijakan akrual yang berada di bawah kebijakan manajemen) dimaksudkan
untuk menjadikan laporan keuangan lebih informative, yaitu laporan keuangan
yang dapat mencerminkan keadaan sesungguhnya. Tetapi kenyataannya,
discretionary accrual ini telah disalahgunakan oleh manajemen, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk menyusun laporan keuangan dalam rangka menaikkan atau
menurunkan laba (Ilya, 2006:835).
Kasus kecurangan akuntansi melalui praktik manajemen laba telah banyak
terjadi baik dalam negeri maupun dunia internasional. Skandal besar perusahaan
terkemuka di Amerika yaitu Enron dan Wordlcom, sepanjang tahun 2002 bermula
dari kecurangan berupa rekayasa laporan keuangan yang overstated, menyesatkan,
dan membingungkan.
Fenomena adanya kecurangan akuntansi juga terjadi di Bursa Efek
Indonesia, yaitu kasus PT. Kimia Farma Tbk, PT Indofarma Tbk, dan PT. Lippo
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 324

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

mengindikasikan adanya praktek manajemen laba yang berawal dari terdeteksi


adanya manipulasi laba. Kasus PT. Kimia Farma Tbk sesuai dengan penelitian
pada skripsi ini dimana pada tahun 2002 ditemukan penggelembungan (mark up)
laba bersih pada laporan keuangannya dalam rangka meningkatkan profitabilitas
perusahaan yang diduga berhubungan dengan kepentingan pribadi manajemen.
Hal inilah yang menimbulkan praktik manajemen laba.
Kasus yang terhangat hingga saat ini adalah kasus pajak yang dilakukan
oleh Grup Bakrie, salah satunya adalah Kasus PT. Kaltim Prima Coal (KPC) yang
merupakan salah satu perusahaan tambang batu bara milik Grup Bakrie selain PT.
Bumi Resources Tbk dan PT. Arutmin Indonesia yang diduga terkait tindak
pidana pajak tahun 2007. Dimana KPC diduga (setelah penyelidikan) oleh Ditjen
Pajak memiliki kurang bayar sebesar Rp 1,5 triliun dan ditemukan adanya indikasi
tindak pidana pajak berupa rekayasa penjualan yang dilakukan oleh KPC pada
tahun 2007 untuk meminimalkan pajak (www.ortax.org). Hal inilah yang dapat
menimbulkan praktek manajemen laba yang berhubungan dengan pajak
tangguhan dalam merekayasa penjualan untuk meminimalkan pajak yang dibayar.
Berbagai kasus kecurangan akuntansi yang telah terjadi pada intinya
adalah memanipulasi laba dengan cara melakukan manajemen laba untuk
kepentingan manajer khususnya maupun kepentingan perusahaan pada umumnya.
Laba yang diinginkan oleh pihak manajemen tentunya laba yang tinggi setelah
dikenakannya pajak secara keseluruhan. Untuk mengetahui seberapa besar laba
yang terkena pajak, perusahaan tidak bisa menghitung laba secara langsung,
karena ada perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal. Adanya perbedaan
antara laba akuntansi dengan laba fiskal dapat menimbulkan kesulitan dalam
penentuan besarnya laba sehingga mempengaruhi posisi laporan keuangan dan
menyebabkan tidak seimbangnya saldo akhir sehingga perlu dilakukan
penyesuaian saldo antara laba akuntansi dengan laba fiskal melalui rekonsiliasi
fiskal. Perbedaan temporer yang terjadi antara laba akuntansi dengan laba fiskal
menimbulkan beban pajak tangguhan (Santi dan Yulianti, 2009:4).
Menurut PSAK No. 46, pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan
untuk periode mendatang sebagai akibat dari perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Seperti yang diungkapkan oleh Scott
(2000) bahwa salah satu motivasi perusahaan melakukan manajemen laba adalah
motivasi perpajakan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Watt dan Zimmerman
(1986, 1990) bahwa alasan penghematan atau penundaan pajak (pajak tangguhan)
melalui kecenderungan perusahaan untuk mengurangi laba yang dilaporkan
merupakan salah satu dari tiga hipotesis sehubungan dengan teori akuntansi
positif, yaitu Political Cost Hypothesis sehingga beban pajak tangguhan dapat
mempengaruhi manajemen laba sebagai motivasi penghematan pajak.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara, menunda pendapatan dan
mempercepat biaya untuk menghemat pajak salah satunya dengan merekayasa
beban pajak tangguhan yang berhubungan dengan akrual sehingga memungkinkan
manajemen melakukan manajemen laba.
Selain beban pajak tangguhan yang diduga mempengaruhi manajemen
laba, adapun faktor lainnya yang diduga mempengaruhi manajemen laba adalah
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 325

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

profitabilitas yang diukur dengan suatu rasio keuangan. Profitabilitas sebagai


salah satu rasio keuangan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efisiensi perusahaan dalam menghasilkan laba dari penjualan maupun pendapatan
investasi selama periode tertentu. Profitabilitas ini lebih ditekankan karena untuk
dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan
yang menguntungkan baik secara jangka pendek maupun secara jangka panjang.
Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi maka laba yang
dihasilkan juga akan semakin tinggi, hal ini akan berhubungan dengan jumlah
kompensasi atau bonus yang akan diterima manajemen. Menurut Ilya (2006:833)
pada saat keuntungan dijadikan sebagai patokan dalam pemberian bonus, hal ini
dapat menciptakan dorongan kepada manajer untuk mengatur data keuangan agar
dapat menerima bonus seperti yang diinginkannya. Jadi semakin perusahaan
memiliki profitabilitas yang tinggi maka manajemen semakin memiliki peluang
untuk melakukan praktik manajemen laba.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Watt dan Zimmerman
(1986, 1990) bahwa alasan bonus melalui pencapaian profitabilitas perusahaan
merupakan salah satu dari tiga hipotesis sehubungan dengan teori akuntansi
positif, yaitu Bonus Plan Hypothesis. Insentif manajer pada umumnya didasarkan
pada profitabilitas perusahaan, oleh karena itu profitabilitas dapat dijadikan
indikasi dilakukannya manajemen laba dalam perusahaan sehingga profitabilitas
dapat mempengaruhi praktik manajemen laba sebagai motivasi bonus.
Perusahaan yang memiliki ROA yang lebih tinggi cenderung melakukan
manajemen laba karena manajemen mengetahui kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba pada masa mendatang sehingga memudahkan dalam menunda
atau mempercepat laba pada periode tertentu (Assih dkk, 2000 dalam Igan,
2007:5). Hal ini diperkuat dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Igan
(2007:12) bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap
praktik perataan laba yang merupakan bagian dari praktik manajemen laba.
Adapun penelitian yang terkait dengan Manajemen Laba dilakukan oleh
peneliti sebelumnya yakni Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam
Memprediksi Manajemen Laba, yang membedakan dengan penelitian ini adalah
pada penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2004) menggunakan dua pengukur
manajemen laba yaitu akrual dan beban pajak tangguhan dengan menggunakan
analisis regresi probit. Variabel akrual yang diukur yaitu Total Accrual, Modified
Jones Model, dan Forward Looking Model. Sedangkan peneliti hanya
menggunakan Discretionary Accruals untuk mengukur manajemen laba sebagai
variabel terikat sedangkan beban pajak tangguhan dan profitabilitas sebagai
variabel bebas yang diduga akan mempengaruhi manajemen laba dengan
menggunakan analisis regresi berganda dan menggunakan sampel tahun terbaru
yaitu tahun 2010.

Tinjauan Pustaka
Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (payable)
atau terpulihkan (recoverable) pada tahun mendatang sebagai akibat adanya
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 326

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dari sisa kompensasi kerugian yang
dapat dikompensasikan. Pengakuan pajak tangguhan berdampak terhadap
berkurangnya laba atau rugi bersih sebagai akibat adanya kemungkinan
pengakuan beban pajak tangguhan dan manfaat pajak tangguhan (Waluyo,
2008:216).
Dengan berlakunya PSAK No.46 timbul kewajiban bagi perusahaan untuk
menghitung dan mengakui pajak tangguhan (deferred taxes) atas future tax effects
(efek pajak masa depan) dengan menggunakan pendekatan the assets and liability
method (Metode Aset dan Kewajiban), yang berbeda dengan pendekatan income
statement liability method (Metode Kewajiban Laporan Laba Rugi) yang
sebelumnya lazim digunakan oleh perusahaan dalam menghitung pajak tangguhan
(Moh. Zain, 2007:193). Pajak tangguhan dapat dibedakan menjadi Aktiva Pajak
Tangguhan (deferred tax assets) dan Kewajiban Pajak Tangguhan (deferred tax
liabilities). Menurut PSAK No.46, aktiva pajak tangguhan adalah jumlah pajak
penghasilan terpulihkan (recoverable) pada tahun mendatang sebagai akibat
adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi
kerugian. Di sisi lain, terdapat kewajiban pajak tangguhan yang merupakan
jumlah pajak penghasilan terutang (payable) untuk tahun mendatang sebagai
akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba di mana
masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri (Lukman, 2009:59). Tingkat profitabilitas yang tinggi
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan
baik, sedangkan dengan tingkat profitabilitas yang rendah menunjukkan bahwa
kinerja perusahaan kurang baik, dan kinerja manajemen tampak buruk di mata
principal (Indri, 2011:37).
Profitabilitas merupakan salah satu rasio keuangan. Adapun definisi
profitabilitas yang diungkap oleh Susan Irawati (2006:58) yaitu : Rasio
keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan suatu kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (biasanya
semesteran, triwulanan, atau tahunan) untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam beroperasi secara efisien.
Penelitian ini dikhususkan hanya pada ukuran profitabilitas perusahaan
dengan proksi return on assets (ROA) karena ROA mampu merefleksikan
keuntungan bisnis dan mewakili efektifitas perusahaan yang mencerminkan
kinerja manajemen dalam pemanfaatan total aset untuk menghasilkan laba yang
diinginkan oleh perusahaan.
Menurut Susan Irawati (2006:59) return on assets (ROA) adalah
kemampuan suatu perusahaan (aset perusahaan) dengan seluruh modal yang
bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan atau
perbandingan laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan
untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam persentase. Rumus yang
digunakan adalah :
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 327

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

ROA = Earning After Tax (EAT) x


Total Assets

100%

Keterangan :
- Earning After Tax = Pendapatan Setelah Pajak (Laba Bersih)
- Total Assets = Jumlah Aset/Harta
(Sumber : Susan Irawati, 2006:59)
Manajemen Laba
Menurut Healy dan Wahlen (1999) dalam Sri (2008:50) mengartikan
Manajemen Laba yaitu : Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan
keputusan (judgment) tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi
untuk mengubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk menyesatkan
stakeholders yang ingin mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan
atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang menggunakan angkaangka akuntansi yang dilaporkan itu.
Selanjutnya Sugiri (1998) yang dikutip oleh Widyaningdyah (2001:92),
membagi manajemen laba dalam dua definisi, yaitu: (a) Definisi sempit
manajemen laba, dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Manajemen laba dalam arti sempit ini didefinisikan sebagai perilaku
manajer untuk bermain dengan komponen discretionary accrual dalam
menentukan besarnya laba. (b) Definisi luas manajemen laba, merupakan tindakan
manajer untuk meningkatkan (menurunkan) laba yang dilaporkan saat ini atas
suatu unit, dimana manajer bertanggung jawab tanpa mengakibatkan peningkatan
(penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Sri (2008:45) terdapat tiga
faktor yang menyebabkan munculnya praktek manajemen laba, yaitu: (1) Bonus
Plan Hypothesis, (2) Debt To Equity Hypothesis, dan (3) Political Cost
Hypothesis. Menurut Scott (2003:377) beberapa motivasi yang mendorong
manajemen melakukan manajemen laba, antara lain: 1.
Motivasi
bonus,
2.Motivasi kontrak, 3.Motivasi politik, 4. Motivasi pajak, 5.Pergantian CEO
(Chief Executive Officer), 6.Penawaran saham perdana (IPO), 7.Motivasi pasar
modal.
Menurut Yullyan (2006) terdapat beberapa metode akuntansi yang umum
diterapkan untuk melakukan manajemen laba, yaitu : (a)Metode Depresiasi,
(b)Metode Penilaian Persediaan, (c)Metode Pembentukan Cadangan-Cadangan,
dan (d)Metode Pajak Tangguhan
Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan proksi Discretionary
Accruals (DA) yang menggunakan model Modified Jones (Jones Modifikasian).
Adapun tahapan perhitungan Discretionary Accruals (DA) dengan model
Modified Jones (Dedhy, 2011:73).
Hubungan Pajak Tangguhan dengan Manajemen Laba
Metode pajak tangguhan merupakan salah satu metode akuntansi yang
berhubungan dengan kebijakan akrual yang ditetapkan oleh manajemen.
Perusahaan diwajibkan secara periodik untuk mengevaluasi apakah manfaat atau
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 328

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

kewajiban perpajakan yang ditangguhkan memang dapat direalisasi di masa


mendatang. Apabila realisasi terhadap aset diragukan, maka harus ada penilaian
kembali terhadap aset yang bersangkutan. Pertimbangan bahwa suatu aktiva atau
kewajiban pajak tangguhan dapat direalisasikan di masa yang akan datang bersifat
sangat subjektif, sehingga dapat dimanfaatkan manajemen untuk melakukan
manajemen laba melalui kebijakan akrual yang dapat direkayasa (Yullyan, 2006
dalam Dewi, 2007:47).
Menurut Scott (2000:361) perpajakan dapat menjadi motivasi bagi manajer
untuk melakukan manajemen laba, yaitu dengan cara memperkecil taxable income
dalam rangka mengurangi pajak adalah dengan menggunakan metode akuntansi
dalam perhitungan nilai persediaan, depresiasi dan cadangan-cadangan yang
diperbolehkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Dopuch dan Pincus (1988) menunjukkan
bahwa penghematan pajak lebih besar bagi perusahaan-perusahaan yang
menggunakan Last In First Out (LIFO) dibandingkan dengan perusahaan yang
menggunakan First In-First Out (FIFO) dalam penilaian persediaannya (Scott,
2000:361). Selain itu, Phillips, Pincus, & Rego (2003:518) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa beban pajak tangguhan dapat digunakan dan memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam mendeteksi manajemen laba yang dilakukan
perusahaan dalam memenuhi dua tujuan, yaitu (1) untuk menghindari penurunan
laba dan (2) untuk menghindari kerugian.
Hubungan Profitabilitas dengan Manajemen Laba
Return On Assets (ROA), digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan (return) bagi perusahaan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Ang, 1997 dalam Saniman, 2007:17).
Selanjutnya menurut Sulistiyo (2004) dalam Saniman (2007:26) perusahaan yang
memiliki nilai ROA semakin tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang
semakin baik. Nilai ROA yang semakin tinggi berarti perusahaan semakin
efisien dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba, sehingga nilai
perusahaan meningkat (Brigham, 2001 dalam Saniman, 2007:17). Kinerja
perusahaan yang semakin baik dan nilai perusahaan yang meningkat akan
memberikan harapan kepada manajemen untuk melakukan kebijakan-kebijakan
dalam penyusunan laporan keuangan yang berhubungan dengan kepentingan
perusahaan maupun kepentingan pihak manajemen sendiri.
Profitabilitas merupakan salah satu faktor dalam praktik manajemen laba
karena berdasarkan pada hipotesa bonus plan dimana insentif manajer pada
umumnya didasarkan pada profitabilitas perusahaan. Karenanya profitabilitas
dapat dijadikan indikasi dilakukannya manajemen laba dalam perusahaan.
Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan proksi (pengukur) return on
assets (ROA) (Yulianti, 2004:48).
Perusahaan yang memiliki ROA yang lebih tinggi cenderung melakukan
manajemen laba karena manajemen mengetahui kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba pada masa mendatang sehingga memudahkan dalam menunda
atau mempercepat laba pada periode tertentu (Assih dkk, 2000 dalam Igan
Budiasih, 2007:5). Hal ini diperkuat dalam penelitian yang telah dilakukan oleh
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 329

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

Igan Budiasih (2007:12) bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif


signifikan terhadap praktik perataan laba yang merupakan bagian dari praktik
manajemen laba.
Laporan keuangan digunakan perusahaan sebagai salah satu alat untuk
mengukur kinerja perusahaannya dan merupakan media komunikasi yang
menghubungkan antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Pihak eksternal perusahaan misalnya pemerintah, kreditor (bank) dan investor
(stakeholder), sedangkan pihak internal perusahaan adalah pihak manajemen dan
karyawan perusahaan itu sendiri. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam
rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian
kinerja perusahaan. Menurut Theresia (2005) manajemen laba merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Manajemen akan memilih
metode tertentu untuk mendapatkan laba yang sesuai dengan motivasinya. Hal ini
akan mempengaruhi kualitas kinerja yang dilaporkan oleh manajemen (Gideon,
2005 dalam Arief dan Bambang, 2007:4).
Laporan keuangan dijadikan sebagai sarana oleh pihak manajemen untuk
melakukan manipulasi laba atau biasa yang lebih dikenal dengan manajemen laba.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Belkaoui (2006:75) yang menyatakan bahwa :
Manajemen laba terjadi ketika para manajer menggunakan pertimbangan mereka
dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi untuk mengubah laporan
keuangan dengan tujuan menyesatkan beberapa pemangku kepentingan mengenai
kondisi kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil-hasil
kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Pentingnya informasi laba merupakan tanggung jawab dari pihak
manajemen yang diukur kinerjanya dari pencapaian laba yang diperoleh. Situasi
ini memungkinkan manajer untuk melakukan perilaku menyimpang dalam
menyajikan dan melaporkan informasi laba tersebut yang dikenal dengan praktik
manajemen laba (earnings management).
Fenomena manajemen laba telah banyak dijadikan objek penelitian di
bidang akuntansi dan keuangan. Banyak yang mencoba mengungkapkan
keberadaan manajemen laba yang dihubungkan dengan faktor tertentu yang
mempengaruhinya. Healy&Wahlen (1999) dalam Yuliati (2004:1) menggunakan
perspektif oportunistik menyebutkan bahwa tujuan manajer melakukan
manajemen laba adalah untuk menyesatkan stakeholders atas kinerja perusahaan
atau untuk mempengaruhi tujuan tertentu perusahaan yang didasarkan pada
angka-angka laporan keuangan.
Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar dihindari karena
fenomena ini hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan
laporan keuangan. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan karena dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar
kas. Tetapi di lain pihak, pencatatan dengan komponen akrual mudah untuk
dipermainkan besar kecilnya sehingga memberikan peluang bagi manajemen
untuk melakukan perekayasaan laporan keuangan melalui praktik manajemen laba
(Sri, 2008:9).
Salah satu informasi yang penting bagi para pemakai laporan keuangan
baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan yaitu informasi mengenai
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 330

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

profitabilitas perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan bisa diidentifikasikan


dengan besarnya laba yang diperoleh pada suatu periode tertentu. Para pemakai
sering menggunakan informasi profitabilitas sebagai indikator utama untuk
landasan dalam pengambilan keputusan berinvestasi, dan rasio profitabilitas dapat
menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, dengan
profitabilitas dapat memprediksikan laba di masa yang akan datang.
Profitabilitas sebagai salah satu faktor pemicu manajemen laba telah
dibuktikan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Yulianti (2004:48) yaitu
profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan, berdasarkan hipotesis bonus plan didalam teori akuntansi positif,
manajer akan berusaha meningkatkan keuntungan perusahaan jika ada insentif
untuk mencapainya. Adanya kebijakan pemberian bonus kepada manajer jika
berprestasi, menyebabkan manajer akan memilih kebijakan pencatatan laporan
keuangan agar dapat mencatat laba yang lebih tinggi dari periode sebelumnya.
Di samping itu, menurut Igan (2007), dalam penelitiannya menggunakan
profitabilitas sebagai salah satu variabel yang mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap praktik perataan laba yang merupakan bagian dari praktik
manajemen laba. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi akan
cenderung melakukan manajemen laba karena manajemen tahu akan kemampuan
untuk mendapatkan laba pada masa mendatang sehingga memudahkan dalam
menunda atau mempercepat laba pada periode tertentu (Assih dkk, 2000 dalam
Igan, 2007:6).
Laba yang diinginkan oleh pihak manajemen tentunya laba yang tinggi
setelah dikenakannya pajak secara keseluruhan. Adanya perbedaan antara laba
akuntansi dengan laba fiskal dapat menimbulkan kesulitan dalam penentuan
besarnya laba sehingga mempengaruhi posisi laporan keuangan dan menyebabkan
tidak seimbangnya saldo akhir sehingga perlu dilakukan penyesuaian saldo antara
laba akuntansi dengan laba fiskal melalui rekonsiliasi fiskal. Perbedaan temporer
yang terjadi antara laba akuntansi dengan laba fiskal menimbulkan beban pajak
tangguhan (Santi dan Yulianti, 2009:4).
Variabel beban pajak tangguhan timbul dari perbedaan yang terjadi antara
laporan keuangan fiskal dan laporan keuangan komersial. Perhitungan laba fiskal
yang didasarkan pada Undang-Undang Pajak memberikan batasan yang lebih
ketat dalam pengukuran akrual dibandingkan standar akuntansi sehingga semakin
besar perbedaan antara laba fiskal dan laba komersial menunjukkan semakin
besarnya diskresi manajemen. Besarnya diskresi manajemen tadi akan
terefleksikan dalam variabel Biaya (Penghasilan) Pajak Tangguhan. Dengan
demikian semakin besar nilai beban pajak tangguhan menunjukkan semakin besar
kemungkinan perusahaan tersebut melakukan manajemen laba (Yulianti , 2004:8).
Adapun gambaran kerangka pemikiran yang ingin disampaikan oleh
peneliti adalah sebagai berikut :

Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 331

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

Grand Teori :
Laporan Keuangan

Pemerintah :
UU Perpajakan

Stakeholder

Pajak Tangguhan :
Aktiva Pajak Tangguhan
Kewajiban Pajak Tangguhan

Investasi pada
Perusahaan

Beban Pajak
Tangguhan
)

Profitabilitas

Manajemen

Wewenang menerapkan
Kebijakan dan Metode Akuntasi

Motivasi Bonus , Motivasi Kontrak,


Motivasi Politik, Motivasi Pajak,
Pergantian CEO, Penawaran Saham
Perdana (IPO), dan Motivasi Pasar
Modal.

Manajemen Laba
(Discretionary Accruals) (Y)

Hipotesis: (1) Beban pajak tangguhan berpengaruh positif terhadap


manajemen laba; (2) Profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba;
(3) Beban pajak tangguhan dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba secara simultan.

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research)
yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji
hipotesis yang dirumuskan (Singarimbun dan Effendi, 1982 dalam Dewi 2007).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan di sektor manufaktur
yang sudah go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2010 yaitu sebanyak 151 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu purposive sampling atau judgment sampling.
Adapun kriteria-kriteria yang ditentukan untuk dijadikan sebagai sampel
adalah sebagai berikut :
No
1
2
3
4
5

Kriteria Pengambilan Sampel


Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
termasuk kategori perusahaan manufaktur periode 2010.
Perusahaan yang merugi
Laporan keuangan disajikan selain Rupiah
Perusahaan dengan data tidak lengkap
Perusahaan yang dapat dijadikan sampel

Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

Jumlah
151
(22)
(7)
(46)
76
halaman 332

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) yang diterbitkan oleh BEI, serta dari situs
resmi BEI di www.idx.co.id. Sedangkan untuk metode yang digunakan dalam
pengumpulan data ini merupakan data dokumentasi.
Obyek penelitian adalah beban pajak tangguhan yang ada pada laporan laba
rugi, profitabilitas perusahaan yang dihitung dengan rasio dengan proksi return on
assets (ROA), serta manajemen laba yang diukur oleh tingkat akrual diskresioneri
dari suatu perusahaan dengan menggunakan Model Jones Modifikasi. Teknis
analisis data yang digunakan melalui 3 tahap yaitu; (1) Analisis Statistik
Deskriptif : mean, median, standar deviasi, maksimum, dan minimum; (2) Uji
Asumsi Klasik : Uji Normalitas Data, Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, dan
Autokorelasi; (3) Pengujian Regresi Linear Berganda : dengan alat bantu SPSS
(Statistical Product and Service Solutions) for windows version 16.0

Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 333

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

Hasil dan Pembahasan


Dengan menggunakan program SPSS maka diperoleh hasil perhitungan
sebagai berikut :
Output Persamaan Regresi Berganda

Dari tabel output di atas diketahui nilai konstanta (a) sebesar 0,280,
sebesar -1,097E-12 dan
sebesar 1,018. Sehingga dapat dibentuk persamaan
regresi linier berganda sebagai berikut :
= 0,280 - 1,097E-12 X1 + 1,018 X2
Persamaan di atas dapat diartikan sebagai berikut :
a = 0,280
: jika variabel X1 dan X2 bernilai nol (0), maka variabel
manajemen laba (Y) akan bernilai 0,280.
= -1,097E-12 : jika beban pajak tangguhan (X1) meningkat sebesar satu
satuan maka variabel manajemen laba (Y) akan menurun
sebesar 1,097E-12 dengan asumsi bahwa X2 konstan
(cateris paribus).
= 1,018
: jika profitabilitas(X2) meningkat sebesar satu satuan maka
variabel manajemen laba(Y) akan meningkat sebesar 1,018
dengan asumsi bahwa X1 konstan (cateris paribus).
Setelah didapatkan persamaan regresi maka dilakukan analisis pengujian
hipotesis penelitian sebagai berikut :
Hipotesis Penelitian 1 : Beban pajak tangguhan berpengaruh positif
terhadap manajemen laba.
Analisis Uji Hipotesis untuk Beban Pajak Tangguhan
Variabel
Sig

Hasil
Keterangan
Beban Pajak Tangguhan
Tidak
0,071
0,05
H0 diterima
(X1)
Berpengaruh
Sumber : Data diolah, 2011
Berdasarkan persamaan regresi didapatkan nilai beban pajak tangguhan
(X1) sebesar -1,097E-12 maka 0 yang berarti H0 diterima, bahwa beban pajak
tangguhan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini menjelaskan
bahwa beban pajak tangguhan memiliki pola yang berlawanan arah (berpengaruh
negatif) dengan manajemen laba.
Berdasarkan penelitian ini, didapat hasil bahwa beban pajak tangguhan
tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini bertolak belakang
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 334

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa beban pajak


tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba. Sehingga hasil empirisnya
tidak sejalan dengan asumsi awal. Hal ini disebabkan perusahaan-perusahaan
yang ada di sektor manufaktur yang dijadikan sampel penelitian ini memiliki
range data nilai beban pajak tangguhan yang terlalu ekstrim, sehingga
memungkinkan dapat mempengaruhi hasil dari perolehan perhitungan statistik
yang berhubungan dengan hasil hipotesis. Selain itu, sampel yang terbatas hanya
dengan data cross section sehingga tidak dapat memaparkan perkembangan tiap
perusahaan dari tahun ke tahun.
Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian dalam penentuan tindakan
manajemen laba berdasarkan Discretionary Accruals didapatkan bahwa hanya ada
tiga perusahaan sampel (3,95%) yang melakukan manajemen laba dengan metode
penurunan laba yang berkaitan dengan motivasi manajer yang ingin menghindari
kewajiban membayar pajak melalui beban pajak yang ditangguhkan. Sehingga
dengan persentase yang sangat kecil tersebut tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
Hasil penelitian ini bertolak berlakang dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Phillips, Pincus, & Rego (2003:518) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa beban pajak tangguhan dapat digunakan dan memiliki
kemampuan yang sangat baik dalam mendeteksi manajemen laba yang dilakukan
perusahaan dalam memenuhi dua tujuan, yaitu (1) untuk menghindari penurunan
laba dan (2) untuk menghindari kerugian. Yulianti (2004) menyatakan bahwa
kedua pengukur manajemen laba (akrual dan beban pajak tangguhan) memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan
manajemen laba untuk menghindari kerugian. Hal ini terjadi karena ada beberapa
kondisi dan peraturan yang berbeda antara penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya. Sehingga membuktikan bahwa pengakuan dan penyajian beban pajak
tangguhan telah dilaksanakan dengan baik dan akurat sesuai dengan keadaan dan
kemampuan perusahaan yang sebenarnya.
Hipotesis Penelitian 2 : Profitabilitas
berpengaruh
positif
terhadap
manajemen laba.
Analisis Uji Hipotesis untuk Profitabilitas
Sig

Hasil

Variabel
Profitabilitas
0,000
(X2)
Sumber : Data diolah, 2011

0,05

H0 ditolak

Keterangan
Berpengaruh
positif

Berdasarkan persamaan regresi didapatkan nilai profitabilitas (X2) sebesar


1,018 maka > 0 yang berarti H0 ditolak atau Ha diterima, bahwa profitabilitas
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hal ini menjelaskan bahwa
profitabilitas memiliki pola yang searah dengan manajemen laba, dimana
kenaikan profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap kenaikan manajemen laba.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, pengaruh profitabilitas
terhadap manajemen laba menunjukkan adanya pengaruh yang searah dan positif
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 335

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

antara profitabiltas dengan manajemen laba sebesar 98,8% (Kd). Dari hasil
analisis penelitian ini membuktikan bahwa ketika profitabilitas naik, maka
manajemen laba dengan proksi Discretionary Accruals (DA) tersebut akan turut
mengalami kenaikan.
Dengan nilai signifikansi sebesar 98,8%, membuktikan bahwa
profitabilitas sangat berpengaruh terhadap praktik manajemen laba, dan 1,2%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hal tersebut menjelaskan bahwa pada saat perusahaan mengalami
profitabilitas yang meningkat maka peluang untuk melakukan praktik manajemen
laba juga akan meningkat terkait dengan bonus manajer, sehingga diperlukan
pengawasan dan pengauditan terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut
untuk meminimalisir terjadinya kecurangan dan manipulasi laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Igan
Budiasih (2007) yang membuktikan bahwa salah satu variabel yang diteliti yaitu
profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba yang
merupakan bagian dari manajemen laba. Mc Nichols (2000) dalam Dewi Utari
(2007:90) menyatakan bahwa variabel profitabilitas memiliki hubungan positif
dengan manajemen laba, dimana semakin tinggi profitabilitas maka semakin
tinggi kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.
Hipotesis Penelitian 3 : Beban pajak tangguhan dan profitabilitas memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba secara simultan.
Untuk hipotesis penelitian ketiga digunakan koefisien determinasi (R)
untuk menjawabnya. Koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh beban pajak tangguhan dan profitabilitas terhadap manajemen laba
yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Pada Tahun 2010.
Untuk melihat lebih jauh tentang besar pengaruh dari masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial, dapat diprediksi
dengan melihat kolom standardized coefficient beta yang ada pada tabel Output
Persamaan Regresi Berganda, sehingga secara statistik disajikan rincian pengaruh
dengan menggunakan koefisien determinasi (Kd) sebagai berikut :
Koefisien Determinasi Masing-Masing Variabel
No
1
2

Keterangan
Beban Pajak
Tangguhan (X1)
Profitabilitas (X2)

-0,021

0,000441

0,071

Pengaruh
Terhadap
Manajemen
Laba (Y)
0,044%

0,994

0,988036

0,000

98,8%

Standardized
Koefiesien
Coefficients
Determinasi
Beta

Sig

Dari tabel di atas dapat diartikan sebagai berikut : (1) Beban Pajak
Tangguhan (X1) berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba (Y) dengan total
pengaruh sebesar (-0,021)2 100% = 0,044%; (2) Profitabilitas (X2) berpengaruh
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 336

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

positif terhadap Manajemen Laba (Y) dengan total pengaruh sebesar (0,994)2
100% = 98,8%.
Sedangkan nilai koefisien determinasi (Kd) antara beban pajak tangguhan
(X1) dan profitabilitas (X2) terhadap manajemen laba (Y) secara simultan
disajikan pada tabel sebagai berikut :
Output SPSS Koefisien Determinasi

Sumber: Data diolah SPSS 16.0 for Windows


Berdasarkan hasil perhitungan, nilai koefisien determinasi adalah 0,991
atau mendekati 1 yang berarti H0 ditolak sehingga Ha diterima yaitu beban pajak
tangguhan dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap manajemen laba secara
simultan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel beban pajak tangguhan dan
profitabilitas memberikan pengaruh sebesar 99% terhadap peningkatan
manajemen laba, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 1% yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Dari nilai koefisien determinasi tersebut dapat
disimpulkan bahwa model regresi yang didapatkan cocok digunakan untuk
prediksi.
Simpulan dan Saran
Simpulan: (1) Beban pajak tangguhan berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba, dengan demikian maka H0 diterima sedangkan Ha ditolak. Hal
tersebut berarti bahwa beban pajak tangguhan berlawanan arah dengan
manajemen laba dimana semakin tinggi beban pajak tangguhan maka manajemen
laba akan mengalami penurunan. (2) Profitabilitas berpengaruh positif secara
signifikan terhadap manajemen laba, dengan demikian maka H0 ditolak sedangkan
Ha diterima. Hal tersebut berarti bahwa profitabilitas searah dengan manajemen
laba dimana semakin tinggi profitabilitas maka manajemen laba akan semakin
meningkat.(3) Apabila dilakukan analisis secara simultan (bersamaan) maka
beban pajak tangguhan dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba. Dengan demikian menunjukan bahwa H0 ditolak sedangkan Ha
diterima. Hal tersebut memiliki arti bahwa apabila ada peningkatan atau
penurunan dari nilai beban pajak tangguhan dan profitabilitas maka akan
berpengaruh terhadap manajemen laba. Dari nilai koefisien determinasi yang
cukup tinggi dapat disimpulkan bahwa model regresi yang didapatkan cocok
digunakan untuk prediksi.
Saran: (1) Terkait dengan tidak signifikannya pengaruh beban pajak
tangguhan terhadap manajemen laba, penelitian yang akan datang dapat
melibatkan penggunaan komponen-komponen pembentuk pajak tangguhan seperti
mengklasifikasikan kembali kewajiban dan aktiva pajak tangguhan perusahaan.
(2) Menambah jumlah sampel penelitian terutama mengenai data time series
sehingga dapat menggambarkan perkembangan dan tren perusahaan yang akan
Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 337

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

diteliti. Serta menambah dan memperluas jenis perusahaan sebagai sampel yang
terdaftar di BEI, tidak hanya pada perusahaan manufaktur tetapi seluruh jenis
perusahaan yang terdaftar di BEI, sehingga dapat menambah peluang kejadian
dalam penelitian sampel. (3) Penggunaan model pendeteksian manajemen laba
untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan model lain selain Modified
Jones Model, sehingga dapat dibandingkan antar model yang lebih baik dalam
mendeteksi manajemen laba pada perusahaan sampel yang akan diteliti. Serta
menambah jumlah variabel yang berhubungan dengan manajemen laba seperti
kepemilikan manajerial, penawaran saham perdana (IPO), dan corporate
governance.

Daftar Pustaka
Agnes Utari Widyaningdyah. (2001). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh
terhadap Earnings Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 3 No. 2, 89-101.
Ahmed Riahi- Belkaoui. (2006). Accounting Theory. Jakarta : Salemba Empat
Arief dan Bambang. (2007). Mekanisme Corporate Governance,Manajemen
Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X. IAI.
Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia. (2011). Creative AccountingMengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta. Salemba
Empat.
Dewi Utari. (2007). Analisis Hubungan Antara Beban Pajak Tangguhan dengan
Manajemen Laba. Tesis. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (UI).
Hairu Ningsih. (2009). Hubungan antara Manajemen Laba, Good Corporate
Governance,dan Struktur Pengendalian Intern terhadap Perencanaan
Audit. Skripsi. Jakarta : Fakultas Ekonomi UTIRA-IBEK.
Igan Budiasih. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba.
[Online]. Tersedia : http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok%20budiasih.pdf
Ilya Avianti. (2006). Mengungkap Praktik Earnings Management di
Perusahaan. Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi. Vol. 7 No. 3, 828841.
Indonesian Capital Market Directory 2010. Jakarta: Institute for Economics and
Financial Research. [Online]. Tersedia : www.idx.co.id
Indri Wahyu Purwandari. (2011). Analisis Pengaruh Mekanisme Good
Corporate Governance, Profitabilitas dan Leverage terhadap Praktek
Manajemen Laba (Earning Management). Skripsi. Semarang : Fakultas
Ekonomi UNDIP.
Lukman Syamsuddin. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT.
RajaGrafindo Persada.
Martina Prianti. (2010). Dirjen Pajak Mengalahkan PT Kaltim Prima
Coal.[Online]. Tersedia : http://www.ortax.org/ortax/
Moh. Zain. (2007). Manajemen Perpajakan. Jakarta : Salemba Empat.

Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 338

Prosiding Seminar Nasional

ISBN: 978-602-17225-0-3

Phillips, Pincus, & Rego. (2003). Earnings Management : New Evidence Based
on Deferred Tax Expense. The Accounting Review. Vol. 78, No. 2 pp.
491-521.
PSAK No. 1. Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. IAI.
PSAK No. 46. Akuntansi Pajak Penghasilan. IAI.
Saniman. (2007). Analisis Pengaruh Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, dan
Rasio Pasar, terhadap Return Saham Syariah dalam Kelompok Jakarta
Islamic Index (JII) Tahun 2003-2005. Tesis. Semarang : Program Studi
Magister Manajemen UNDIP.
Santi Aryn Wiryandari dan Yulianti. (2009). Hubungan Perbedaan Laba
Akuntansi & Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi
Laba. Simposium Nasional Akuntansi XII. IAI
Scott, William R. (2000). Financial Accounting Theory. Ontario: Prentice-Hall
Canada Inc.
Scott, William R. (2003). Financial Accounting Theory - Third Edition. New
Jersey : Prentice Hall International, Inc.
Sri Sulistyanto. (2008). Manajemen Laba - Teori dan Model Empiris. Jakarta :
PT. Grasindo.
Susan Irawati. (2006). Manajemen Keuangan. Bandung : Penerbit PUSTAKA.
Waluyo. (2008). Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.
Yulianti. (2004). Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam Memprediksi
Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VII. IAI.
Yulianti. (2004). Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi
Manajemen Laba. Tesis. Depok : Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia (UI).
Yullyan. (2006). Hubungan antara Audit Firm Tenure dan Praktek Earnings
Management pada Perusahaan Publik yang Tercatat di Bursa Efek
Jakarta. Tesis. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI).

Forum Bisnis & Keuangan I, Th. 2012

halaman 339

Anda mungkin juga menyukai