Dewa Referat Pendahluan
Dewa Referat Pendahluan
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dipengaruhi
oleh
peningkatan
vasodilator
perifer
yaitu
prostasiklin.4,5
Pada saat persalinan, terjadi perubahan hemodinamik mendadak,
setiap kontraksi uterus, 500 ml darah masuk ke dalam sirkulasi, sehingga
terjadi peningkatan cepat cardiac output dan tekanan darah. Cardiac
output meningkat 50% dari kondisi awal. Setelah bayi lahir, terjadi
peningkatan venous return, namun bayi tidak lagi mengkompresi vena
cava. Autotransfusi terjadi antara 24-72 jam setelah kelahiran dan
menimbulkan edema pulmo.4
Kehamilan normal
Inpartu
dan
hemodinamik
Volume darah
Denyut jantung
Cardiac output
persalinan
20% -50%
1015 denyut/menit
30%-50%
diatas tambahan 50%
persalinan
Tekanan darah
Stroke volume
baseline
10 mmHg
30%
Pasca
(300500mL/kontraksi)
Resistensi
20%
vascular
sistemik
Pada pemeriksaan fisik wanita hamil normal mirip dengan pasien
dengan penyakit jantung. Terjadi peningkatan laju jantung dan
peningkatan volume nadi, ditengah trimester kedua, terjadi peningatan
ringan vena juguler karena overload cairan dan penurunan resistensi
vasuler. Impuls apikal lebih prominen dan pada auskultasi suara jantung
satu dapat meningkat. Pada auskultasi dapat terdengar bising ejek
sisistolik mencapai grade 3/6 pada linea parasternal karena terdapat
peningkatan left atau right ventricular outflow tract. Suara jantung dapat
terdengar, namun bisisng diastolik tidak normal didapatkan pada wanita
hamil. Suara jantung dua tampak meningkat seperti pada defek septum
atrial atau hipertensi pulmonal. Bising continous dapat merupakan
venoushum atau mamary souffle. Edema perifer umum terjadi pada
kehamilan.4,5
Saat kehamilan terjadi perbahan anatomi dimana terdapat
penigkatan ukuran keempat ruang jantung pada trimester pertama sampai
akhir trimester ketiga yang akan reversibel setelah persalinan.
Peningkatan ukuran atrium akan memberi kontribusi pada aritmia.
Peningkatan massa jaringan maternal dan fetal meningkatkan kerja
jantung dan respirasi sehingga terjadi peningkatan konsumsi oksigen saat
2.3 Anatomi
Katup mitral mempunyai dua daun katup, yaitu anterior dan posterior. Daun
katup anterior menempati sepertiga dari anulus dan daun katup posterior
sisanya. Katup mitral yang kompeten membutuhkan ketepatan dan gerakan
simultan antara daun katup, korda, dan kotraksi dari atrium dan ventrikel kiri.9
2.4 Etiologi
Pada sebagian besar kasus, mitral stenosis disebabkan oleh penyakit jantung
rematik pada katup mitral, walaupun sekitar 50 sampai 70 persen tidak
mempunyai riwayat demam rematik, pada pemeriksaan patologi dari
penyempitan
dari
orifisium,
sedangkan
fusi
korda
2.5 Patofisiologi
Pada keadaan normal katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm, bila area
orifisium katup berkurang sampai 2 cm, maka diperlukan usaha aktif atrium
kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang
normal dapat terjadi. Stenosis mitral berat terjadi bila pembukaann katup
berkurang hingga menjadi 1 cm.11,12,13
Pada tahap ini diperlukan suatu tekanan atrium kiri sebesar 25 mmHg
untuk mempertahankan cardiac output yang normal. Peningkatan tekanan
atrium kiri akan meningkatkan tekanan pada vena pulmonalis dan kapiler,
sehingga bermanifestasi sebagai exertional dyspneu.12 Seiring dengan
perkembangan penyakit, peningkatan tekanan atrium kiri kronik akan
menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal, yang selanjutnya akan
menyebabkan kenaikan tekanan dan volume akhir diastolik, regurgitasi
trikuspid, dan pulmonal sekunder dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan
dan kongesti sistemik.12,13
Pelebaran progresif dari atrium kiri akan memicu dua komplikasi lanjut,
yaitu pembentukan trombus mural yang terjadi pada sekitar 20% penderita,
dan terjadinya atrial fibrilasi yang terjadi pada sekitar 40% penderita.9
Keluhan dan gejala stenosis mitral akan mulai muncul bila luas area katup
mitral menurun sampai setengah dari normal (< 2-2,5 cm). Staging stenosis
mitral dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Hubungan antara gradien dan luasnya area katup serta waktu
pembukaan katup mitral
Derajat stenosis
A2-OS interval
Area
Gradien
Ringan
>110 msec
>1,5 cm2
<5>
Sedang
80-110 msec
5-10 mmHg
Berat
<80 msec
<1 cm2
>10 mmHg
A2-OS: Waktu antara penutupan katup aorta dengan pembukaan katup mitral
Dengan bertambah sempitnya area mitral maka tekanan atrium kiri akan
meningkat bersamaan dengan progresi keluhan. Apabila area mitral <1 cm 2 yang
berupa stenosis mitral berat maka akan terjadi limitasi dalam aktifitas. Faktor
Predisposisi untuk stenosis mitral adalah peningkatan usia pasiendenganpenyakit
jantung hipertensi dan superimposed preeklamsi atau eklamsi, aritmiajantung atau
hipertrofi ventrikel kiri, riwayat decompensasi cordis, kehamilan, dan anemia.
Deskripsi
pasien dengan penyakit antung tetapi tanpa adanya pembatasan
aktifitas fisik. Aktifitas fisik biasa tidak menimbulkan kelelahan,
palpitasi, dyspneu, atau nyeri angina
Pasien dengan penyakit jantung menyebabkan sedikit keterbatasan
kelas
angina
Pasien dengan penyakit jantung dengan adanya keterbatasan
aktifitas fisik. nyaman saat istirahat. Aktifitas fisik yang kurang
dari biasanya menimbulkan kelelahan, palpitasi, dyspneu, atau
Kelas IV
nyeri angina
Pasien dengan penyakit jantung ditandai ketidakmampuan untuk
melakukan semua aktifitas fisik. gejala insufisiensi jantung dapat
muncul
saat
istirahat.
Jika
aktifitas
fisik
dilakukan,
ketidakmampuan meningkat.
2.7 Diagnosis
Diagnosis dari mitral stenosis ditegakkan dari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti foto thorax,
elektrocardiografi (EKG) atau Echocardiografi.4,11
Pada anamnesis didapatkan adanya:
Riwayat demam rematik sebelumnya
Dyspneu on exertion
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Fatique
Hemoptisis
Palpitasi
dan
serambi kiri jantung yang mengakibatkan edema paru. Kerap edema paru
merupakan gejala pertama dari mitral stenosis, terutama terjadi pada pasien
yang telah mengalami atrial fibrilasi. Bagaimanapun, peningkatan keluhan
napas pendekyang progresif adalah yang tersering. Penambahan volume darah
ke dalam sirkulasi sistemik/autotransfusi sewaktu his/kontraksi uterus
menyebabkan berbahaya saat melahirkan.Pasien-pasien tersebut dapat saja
memerlukan koreksi dengan cara operasi katup atau percutaneous mitral
balloon valvotomy (BMV) sebelum atau sewaktu hamil.
Secara teori diagnosis mitral stenosis lebih mudah ditegakkan selama
kehamilan, karena intensitas murmur yang cenderung meningkat karena
adanya peningkatan curah jantung. Namun, takikardia menyebabkan persepsi
murmur kerap sulit.
Stenosis berat atau moderate ditoleransi buruk pada kehamilan.
Peningkatan cardiac output, kondisi takikardia menurunkan waktu diastol,
sehingga berkontribusi terhadap peningkatan mean mitral gradient. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan echocardiografi. Gagal jantung terjadi pada wanita
hamil dengan stenosis mitral moderat atau berat, saat trimester kedua atau
ketiga, bahkan dapat terjadi bila sebelumnya tidak terdapat gejala. Gagal
jantung dapat progresif. Peningkatan volume intravasculer hingga 50% dari
volume
awal
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
atrium
kiri
dan
populasi
yang
mempunyai
prevalensi
tinggi
untuk
infeksi
12
Denyut
Manifestasi Klinis
Penatalaksanaan
13
II
III
IV
Tanpa pembatasan
kegiatan
fisik
Tanpa gejala penyakit
jantung pada kegiatan
biasa
Sedikit pembatasan
kegiatan
fisik
Saat istirahat tidak ada
keluhan
Pada kegiatan fisik
biasa timbul gejala
isufisiensi
jantung
seperti:
kelelahan,
jantung
berdebar
(palpitasi cordis), sesak
nafas
atau
angina
pectoris
Tidak
mampu
melakukan
aktivitas -Harus
dirawat
di
RS
fisik apapun
- Kedua kelas ini (III dan IV)tidak boleh hamil
14
Komplikasi
Pada ibu: gagal jantung
kongestif, edema paru,
kematian, abortus.
Pada
janindapat
terjadi : prematuritas,
BBLR, hipoksia, gawat
janin, APGAR score
rendah,
pertumbuhan
janin terhambat.
15
II
III
IV
16
2.10
Prognosis
Apabila timbul atrium fibrilasi prognosisnya kurang baik (25% angka
17
18
BAB III
KESIMPULAN
pulmonal dan jantung kanan sedangkan ventrikel kiri tidak dipengaruhi pada
stenosis mitral terisolasi.
Secara teori diagnosis mitral stenosis lebih mudah ditegakkan selama
kehamilan, karena intensitas murmur yang cenderung meningkat karena adanya
peningkatan curah jantung. Namun, takikardia menyebabkan persepsi murmur
kerap sulit.
Stenosis berat atau moderate ditoleransi buruk pada kehamilan.
Peningkatan cardiac output, kondisi takikardia menurunkan waktu diastol,
sehingga berkontribusi terhadap peningkatan mean mitral gradient. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan echocardiografi. Gagal jantung terjadi pada wanita hamil
dengan stenosis mitral moderat atau berat, saat trimester kedua atau ketiga,
bahkan dapat terjadi bila sebelumnya tidak terdapat gejala.
Penanganan antepartum pada penderita stenosis mitral bertujuan untuk mencapai
keseimbangan antara upaya untuk meningkatkan curah jantung dan keterbatasan
aliran darah yang melewati katup stenosis. Kebanyakan ibu hamil memerlukan
diuresis berupa pemberian furosemid. Pemberian -blocker akan menurunkan
19
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Easterling TR, Otto C. Heart disease. In: Gabbe, editor. Obstetrics-normal
and problem pregnancies. 4 th ed. London: Churchill Livingstone Inc;
2002. p. 1005-30.
2. Cunningham F, MacDonald P, Gant N, Leveno K, Gilstrap L, Hankins
Gea. Cardiovascular diseases. In: Williams obstetrics. 21 st ed. New York:
McGraw Hill; 2001. p. 1181-203.
3. Cole P. Cardiac disease. In: Winn H, Hobbins J, editors. Clinical maternalfetal medicine. 1 st ed. New York: The Parthenon Publishing Group; 2000.
4. Mann, Zipes, Libby, Bonow, Braunwalds Heart Disease: A Teextbook of
Cardiovascular Medicine. 10th . 2015. Philadelphia: Elsevier Saunders
5. Oakley & wanes. Heart Disease in Pregnancy 2nd ed. 2007. Singapore:
Blackwell
6. Camm, Luscher, Serruys. The ESC textbook of cardiovascular medicine.
Blackwell
7. Carapetis J, Brown A, et al. diagnosis and Management of Acute
Rheumatic Fever and Rheumatic Heart Disease in Australia: An Evidence
Base Review. 2006 National Heart Foundation of Australia
8. Walsh, Fang, Fuster. Hursts the heart manual of cardiology 13 th ed.
Singapore 2013
9. Crawford. Current diagnosis and treatment cardiology. McGraw and Hill
2014
10. WHO Expert Consultant Team. Rheumatic Fever and Rheumatic Heart
Disease . Report of a WHO Expert Consultation. 2004. Geneva
11. Boudoulas. Etiology of valvular heart disease in 21 st century. Hellenic J
Cardiol 43, 2002
12. Murphy &Llyod. Mayo clinic cardiology concise textbook 3 nd ed.2007.
Canada: Mayo Clinic Scientific Press
21
22