Dk2p3 Meten Kelompok 2 Fix
Dk2p3 Meten Kelompok 2 Fix
PEMBAHASAN
antibodi
tiroglobulin
bisa
ditemukan
pada
50%
penderita.
g. Gejala Klinis
Gejala hipertiroid dapat menyerupai gejala penyakit lain, sehingga kadangkadang sulit untuk didiagnosis. Selain itu, gejala hipertiroid sangat banyak dan
beragam. Beberapa diantaranya adalah :
1 Berat badan turun meskipun nafsu makan dan jumlah makanan yang dimakan
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
h. Diagnosis Banding
a. Tirotoksikosis
b. Penyakit Graves
c. TNG (Toxic Nodular Goiter)
d. Goiter, Diffuse Toxic
e. Thyroid Papillary Carcinoma
f. Macro and micro Pitutary Adenoma
i. Kelainan PA
Kelen
jar
tiroid
membesar secara difus akibat adanya hipertropi dan hiperplasia difus sel
j. Pemeriksaan Penunjang
1. TSH serum (biasanya menurun)
Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormon)
Pada hipertiroid ditemukan kenaikan kadar TSH serum
Tes TRH (Thyrotropin Releasing Hormon)
Tes TRH akan sangat berguna bila Tes T3 dan T4 tidak dapat
dianalisa.Pada hipertiroidisme akan ditemukan penurunan kadar TRH
serum.
Tiroslobulin
Pemeriksaan Tiroslobulin melalui pemeriksaan radio immunoassay.
Kadar tiroslobulin meningkat pada hipertiroid.
0,35).
3. Test darah hormon tiroid
4.
X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
k. Komplikasi
Berhubungan dengan kulit
- Graves Dermopathy
Berhubungan dengan mata
- Ophthalmopathy/ eksoftalmos
- Kelainan berupa mata kering, gangguan penglihatan, mudah infeksi,
dan dapat menyebabkan kebutaan
Berhubungan dengan Tulang
- Osteoporosis
Berhubungan dengan kardiovascular
- Gagal Jantung Kongestif
- Fibrilasi Atrial
l. Penatalaksanaan
Tatalaksana non farmako hipertiroid meliputi :
Perubahan pola hidup.
Hindari rokok, kopi, alkohol,
Konsumsi kalsium dan vitamin yang cukup
Terapi radioisotop. Merusak jaringan tiroid yang hiperaktif dengan Iodium
radioaktif.
Operasi, baik
total
(tiroidektomi)
maupun
partial
(lobekstomi).
dan lebih besar pada wanita. Hipotiroidisme terjadi secara primer pada wanita
yang lebih tua dari 50.
Selain usia dan jenis kelamin, risiko untuk mengalami hipotiroidisme
meningkat jika :
Pernah menjalani operasi tiroid (tiroid dibuang untuk mengobati kanker tiroid
atau untuk mengobati gejala goiter);
Pernah terpapar/terkena radiasi pada leher atau area dada bagian atas.
d. Etiologi
Hipotiroidisme dapat diklasifikasikan menjadi hipotiroidisme primer,
sekunder, tersier, serta resistensi jaringan tubuh terhadap hormon tiroid.
Hipotiroidisme primer terjadi akibat kegagalan tiroid memproduksi hormon tiroid,
sedangkan hipotiroidisme sekunder adalah akibat defisiensi hormon TSH yang
dihasilkan oleh hipofisis. Hipotiroidisme tersier disebabkan oleh defisiensi TRH
yang dihasilkan oleh hipotalamus. Penyebab terbanyak hipotiroidisme adalah
akibat kegagalan produksi hormon tiroid oleh tiroid (hipotiroidisme primer).
Penyebab lebih lengkap hipotiroidisme dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Penyakit Otoimun
Pada beberapa orang, system imun yang seharusnya mnjaga atau
mencegah timbulnya penyakit justru mengenali secara salah sel kelenjar tiroid
dan berbagai yang disintesis di kelenjar tiroid, sehingga merusak sel atau
enzim tersebut. Sebagai akibatnya hanya tersisa sedikit sel atau enzim yang
sehat dan tidak cukup untuk mensintesis hormon tiroid dalam jumlah yang
cukup untuk kebutuhan tubuh. Hal ini lebih banyak timbul pada wanita
disbanding pria. Tiroiditis otoimun dapat timbul mendadak atau secara
perlahan. Bentuk yang paling sering dijumpai adalah tiroiditis Hashimoto dan
tiroiditis atrofik.
Tindakan Bedah
Pasien dengan nodul tiroid, kanker tiroid atau morbus Basedow, yang
menjalani tindakan bedah mempunyai risiko untuk terjadinya hipotiroid.
Apabila keseluruhan atau terlalu banyak jaringan kelenjar yang diangkat maka
produksi hormon yang diperlukan oleh tubuh tidak lagi mencukupi. Bahkan
apabila keseluruhan kelenjar diangkat maka akan terjadi hipotiroid permanen.
Terapi dengan I131
litium,
interferon
alfa
dan
interleukin-2
dapat
f. Gejala Klinis
1
6 g/dL atau TSH serum di atas 30 U/mL indikatif adanya hipotiroidisme neonatal.
Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan bukti radiologis adanya retardasi umur tulang.
2
Anak
Hipotiroidisme pada anak-anak ditandai adanya retardasi pertumbuhan dan tandatanda retardasi mental. Pada remaja, pubertas prekok dapat terjadi, dan mungkin ada
pembesaran sella tursika di samping postur tubuh pendek. Hal ini tidak berhubungan
dengan tumor hipofisis tapi mungkin berhubungan dengan hipertrofi hipofisis yang
berhubungan dengan produksi TSH berlebihan.
Dewasa
Pada orang dewasa, gambaran umum hipotiroidisme termasuk mudah lelah,
kedinginan, penambahan berat badan, konstipasi, menstruasi tidak teratur, dan kram
otot. Pemeriksaan fisik termasuk kulit yang dingin, kasar, kulit kering, wajah dan
tangan sembab, suara parau dan kasar, refleks lambat. Menurunkan konversi karoten
menjadi vitamin A dan peningkatan karoten dalam darah sehingga memberikan
warna kuning pada kulit.
-
Tanda kardiovaskular
Hipotiroidisme ditandai oleh adanya gangguan kontraksi otot, bradikardi, dan
penurunan curah jantung. EKG memperlihatkan kompleks QRS tegangan rendah
dan gelombang P dan T, dengan perbaikan pada respons terhadap terapi.
Pembesaran jantung dapat terjadi; pembesaran ini bisa disebabkan oleh edema
interstisial, pembengkakan miofibril non-spesifik, dan dilatasi ventrikel kiri tapi
sering karena efusi pericardial. Walau curah jantung berkurang, jarang dijumpai
gagal jantung kongestif dan edema pulmonum. Ada pertentangan apakah
miksedema mendorong terjadinya penyakit arteri koronaria, tetapi penyakit arteri
koronaria lebih umum terjad i pada pasien dengan hipotiroidisme, khususnya
pasien lebih tua. Pada pasien dengan angina pektoris, hipotiroidisme dapat
melindungi jantung dari stres iskemik, dan terapi penggantian dapat mencetuskan
angina.
Fungsi paru
Pada orang dewasa, hipotiroid ditandai dengan pernapasan dangkal dan lambat
dan gangguan respons ventilasi terhadap hiperkapnia atau hipoksia. Kegagalan
pernapasan adalah masalah utama pada pasien dengan koma miksedema.
Peristaltik usus
Peristaltik usus jelas menurun, berakibat konstipasi kronis dan kadang-kadang ada
sumbatan feses berat atau ileus.
-
Anemia
Setidaknya ada empat mekanisme yang turut berperan dalam terjadinya anemia
pada pasien hipotiroidisme : (1) gangguan sintesis hemoglobin sebagai akibat
defisiensi hormon tiroksin; (2) defisiensi zat besi dari peningkatan kehilangan zat
besi akibat menoragia, demikian juga karena kegagalan usus untuk mengabsorbsi
besi; (3) defisiensi asam folat akibat gangguan absorbsi asam folat pada usus; dan
(4) anemia pernisiosa, dengan anemia megaloblastik defisiensi vitamin B12.
Anemia pernisiosa seringkali merupakan bagian spektrum penyakit autoimun,
termasuk miksedema akibat tiroiditis kronika berhubungan dengan autoantibodi
tiroid
Sistem neuromuscular
Banyak pasien mengeluh gejala-gejala yang menyangkut sistem neuromuskular,
seperti, kram otot parah, parestesia, dan kelemahan otot.
g. Diagnosis
Penegakaan diagnosis dilakukan dengan melakukan beberapa pendekatan,
seperti :
Gejala hipotiroid timbul secara perlahan dan tidak spesifik. Hal ini
menyebabkan kesulitan deteksi dini keadaan hipotiroid. Beberapa keadaan
atau penyakit lain dapat memberikan gejala yang timbul lebih mudah dikenali.
bedah, ablasi I131, radiasi daerah leher atau mengonsumsi obat-obat lain
seperti amiodaron, interferon alfa, interleukin serta litium akan sangat
membantu dalam menegakkan diagnosis. Demikian pula bila mempunyai
riwayat keluarga dengan kelainan tiroid.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sangat membantu penegakkan diagnosis hipotiroid.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar hormon merupakan hal
yang sangat penting guna menegakkan diagnosis. Dua macam tes yaitu
pengukuran kadar TSH dan T4 (khususnya T4 bebas) merupakan pemeriksaan
yang spesifik dan digunakan untuk menegakkan diagnosis. Peningkatan TSH
dan penurunan kadar T4 bebas menunjukkan adanya hipotiroid.
h. Kelainan PA
Kelenjar tiroid simetris kecil pada gambar di bawah ini menunjukkan
atrofi. Pasien ini menderita hipotiroid. Ini adalah hasil akhir dari penyakit
Hashimoto's
thyroiditis.
Awalnya,
tiroid
membesar
dan
mungkin
ada
i. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipotiroid adalah :
Gondok
Gangguan jantung
Hipertiroid dapat meningkatkan kadar kolestrol, mengganggu
fungsi jantung, pembesaran jantung dan gagal jantung. Iskemia atau infark
miokard dapat terjadi sebagai respon terhadap terapi pada penderita
hipotiroidisme yang berat dan sudah berlangsung lama atau pada penderita
koma miksedema.
Gangguan mental
Misalnya depresi.
Peripheral neuropathy
Merusak saraf perifer, yaitu saraf yang membawa informasi dari
otak dan saraf tulang belakang ke seluruh tubuh.
Koma miksedema
Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang
ditandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme
termasuk
hipotermi
tanpa
menggigil,
hipotensi,
hipoglikemia,
Infertilitas
Kadar hormon tiroid yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan
pada ovulasi.
Cacat lahir
Mengalami gangguan mental seperti retardasi mental dan gangguan
dalam perkembangan fisik
Kematian
Dapat terjadi apabila tidak diberikan hormon tiroid dan stabilisasi
semua gejala dengan segera.
Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi,
pemberian obat penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk
menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan merangsan
proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
j. Prognosis
Prognosis pada Hipotiroidisme Kongenital.
Dengan
adanya
program
skrining
neonatus
untuk
mendeteksi
hipotiroidisme congenital, prognosis untuk bayi yang terkena telah baik bila
dilakukan penangan yang baik dan tepat. Diagnosis awal dan pengobatan yang
cukup sejak umur minggu pertama memungkinkaan pertumbuhan yang normal
dan perkembanganya akan setingkat dengan saudara kandung yang tidak terkena.
Meskipun beberapa program skrening melaporkan bahwa kebanyakan bayi yang
terkena gejala berat, mengalami sedikit pengurangan IQ dan gangguan
neuropsikologis lain. Tanpa pengobatan, bayi yang terkena menjadi cebol dengan
defisiensi mental. Hormon tiroid penting untuk perkembangan otak normal pra
bulan-bulan awal pasca lahir; diagnosis biokimia harus dibuat segera dimulai
untuk mencegah kerusakan otak irreversible. Penangguhan diagnosis, pengobatan
yang tidak cukup, dan ketaatan yang jelek mengakibatkan berbagai tingkat
l. Penatalaksanaan
Pengganti Hormon Tiroid
Dalam pengobatan hipotiroidisme, senyawa tiroksin dan triiodotironin yang
dipakai adalah isomer L(Levo). Isomer ini digunakan karena memiliki aktifitas
yang jauh lebih tinggi daripada isomer dextro.
Tiroksin diabsorbsi paling baik di duodenum dan ileum. Akan tetapi tingkat
absorpsinya dipengaruhi oleh keasaman lambung, flora saluran cerna, makanan,
dan obat lainnya. Absorpsi melalui jalur oral T3 sekitar 95%, sedangkan
Levotiroksin 80%1. Absorpsi
merangsang
aktivasi
cAMP
dalam
sel
sehingga
menyebabkan
Hipertiroidisme.
4. Mengapa pasien mengalami penurunan BB, berdebar-debar, dan banyak
keringat ?
Tanda dan gejala yang dialami pasien pada pemicu, yaitu berat badan
menurun, banyak keringat dan berdebar-debar merupakan keadaan-keadaan yang
timbul
akibat
hipermetabolisme.
Hipermetabolisme
pada
pasien
hipertiroid
dikarenakan hipersekresi hormon triodionin (T3) dan tiroksin (T4) yang dapat timbul
akibat hal-hal berikut: tingginya konsumsi iodium, adenoma, atau tiroiditis. Ketiga
penyebab tersebut membuat kelenjar tiroid mengalami gangguan.
Penurunan berat badan pasien pada pemicu, hal ini dikarenakan terjadinya
peningkatan kadar metabolik dalam tubuh. Terjadinya hipermetabolisme pada
penderita hipertiroid juga berpengaruh pada integumen, yaitu adanya peningkatan
produksi keringat. Kulit pada pasien dengan hipertiroid juga senantiasa basah akibat
keringat yang berlebihan dan pasien merupakan orang yang tidak toleransi terhadap
suhu tinggi. Selain itu, pasien juga akan mengeluhkan perasaan seperti palpitasi
(berdebar-debar).
Hal
ini
merupakan
manifestasi
gangguan
pada
sistem
Pada pemicu
Normal
keterangan
120x/menit
100x/menit
takikardi
20 gram. Aliran darah kedalam tiroid per gram jaringan kelenjar sangat tinggi
( 5 ml/menit/gram tiroid).
Tiroid terdiri dari nodula-nodula yang tersusun dari folikel-folikel kecil
yang dipisahkan satu dengan lainnya oleh suatu jaringan ikat. Setiap folikel
dibatasi oleh epitel kubus dan diisi oleh bahan proteinaseosa berwarna merah
muda yang disebut koloid.
pelepasannya
dalam
sirkulasi.
Zat
koloid,
triglobulin,
merupakan tempat hormon tiroid disintesis dan pada akhirnya disimpan. Dua
hormon tiroid utama yang dihasilkan oleh folikel-folikel adalah tiroksin (T4)
dan triiodotironin (T3). Sel pensekresi hormon lain dalam kelenjar tiroid yaitu
sel parafolikular yang terdapat pada dasar folikel dan berhubungan dengan
membran folikel, sel ini mensekresi hormon kalsitonin, suatu hormon yang
dapat merendahkan kadar kalsium serum dan dengan demikian ikut berperan
dalam pengaturan homeostasis kalsium.
Tiroksin (T4) mengandung empat atom yodium dan triiodotironin (T3)
mengandung tiga atom yodium. T4 disekresi dalam jumlah lebih banyak
dibandingkan dengan T3, tetapi apabila dibandingkan milligram per
milligram, T3 merupakan hormon yang lebih aktif daripada T4.
b. Fungsi
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktivitas
metabolik seluler. Kedua hormon ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan
mempercepat proses metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme
sering ditimbulkan oleh peningkatan kadar enzim-enzim spesifik yang turut
berperan dalam konsumsi oksigen, dan oleh perubahan sifat responsif jaringan
terhadap hormon yang lain. Hormon tiroid mempengaruhi replikasi sel dan
sangat penting bagi perkembangan otak. Adanya hormon tiroid dalam jumlah
yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya
yang luas terhadap metabolisme seluler, hormon tiroid mempengaruhi setiap
sistem organ yang penting. Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan
tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal sehingga mereka
berfungsi normal. Hormon tiroid merangsang konsumsi O2 pada sebagian
besar sel di tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat,
dan penting untuk pertumbuhan dan pematangan normal.
Hormon-hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel,
perkembangan dan metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat genomic,
melalui pengaturan ekspresi gen, dan yang tidak bersifat genomic, melalui
efek langsung pada sitosol sel, membran sel, dan mitokondria. Hormon tiroid
juga merangsang pertumbuhan somatis dan berperan dalam perkembangan
normal sistem saraf pusat. Hormon ini tidak esensial bagi kehidupan, tetapi
ketiadaannya menyebabkan perlambatan perkembangan mental dan fisik,
berkurangnya daya tahan tubuh terhadap dingin, serta pada anak-anak timbul
retardasi mental dan kecebolan (dwarfisme). Sebaliknya, sekresi tiroid yang
berlebihan menyebabkan badan menjadi kurus, gelisah, takikardia, tremor, dan
kelebihan pembentukan panas.
Sumber : Hole's Human. 2014. Anatomy and physiology. 10th ed. New York: The
McGraw-Hill
c. Sintesis hormon
Bahan dasara untuk sisntesis hormon tiroid adalah tirosin dan iodium,
dimana keduanya harus diserap dari darah oleh sel folikel. Tirosin, suatu asam
amino, dibentuk dalam jumlah memadai oleh tubuh sehingga bukan suatu zat
esensial dalam makanan. Sebaliknya, iodium yang dibutuhkan untuk sintesis
hormon tiroid harus diperoleh dari makanan.
Pembentukan, penyimpanan, dan sekresi hormon tiroid melibatkan
langkah-langkah berikut :
1 Semua langkah sintesis hormon tiroid berlangsung di molekul tiroglobulin
di dalam koloid. Tiroglobulin dihasilkan oleh kompleks Golgi/retikulum
endoplasma sel folikel tiroid. Tirosin menyatu ke dalam molekul
tiroglobulin sewaktu molekul besar ini diproduksi. Setelah diproduksi,
tiroglobulin yang mengandung tirosin dikeluarkan dari sel folikel ke dalam
2
mechanism"protein
pembawa
yang
sangat
kuat
dan
lain di tubuh.
Di dalam koloid, iodium yang sudah teroksidasi dengan cepat melekat ke
sebuah tirosin di dalam molekul tiroglobulin, dengan bantuan enzim
iodinase. Perlekatan sebuah molekul iodium ke tirosin menghasilkan
monoiodotirosin (MIT). Perlekatan dua molekul iodium ke tirosin
cuaca
dingin
pada
bayi
panas
baru
lahir,
seatu
mekanisme
penurunan mendadak suhu lingkungan pada saat lahir ketika bayi keluar dari
tubuh ibunya yang hangat ke udara lingkungan yang lebih dingin.
Sumber : Hole's Human. 2014. Anatomy and physiology. 10th ed. New York:
The McGraw-Hill
TRH,
TSH,
atau
keduanya,
dan
karena kekurangan
hipotirodisme
disebabkan
oleh
penurunan
aktivitas
dan
pertumbuhan
tiroid
secara
tidak
adalah
Karena
tiroid
biasanya
terlihat. Gondok dapat terjadi apabila TSH atau LATS merangsang secara
berlebihan kelenjar tiroid. Gondok dapat menyertai hipotirodisme atau
hipertirodisme.
Hipertirodisme akibat kegagalan hipotalamus atau hipofisis
anterior tidak akan disertai oleh gondok, karena kelenjar tiroid tidak
dirangsang secara adekuat, apalagi secara berlebihan. Pada hipotirodisme
yang disebabkan oleh kegagalan kelenjar tiroid atau kekurangan
iodium, gondok terjadi karena kadar hormon tiroid dalam darah
sedemikian rendah sehingga tidak terdapat inhibisi umpan balik negatif di
hipofisis anterior, dan karenanya sekresi TSH meningkat. TSH bekerja
pada
dengan
konsekuensi
terjadinya
pembesaran
paradoks
efek
umpan
balik
negatif
dipisahkan
tetap
dari
bekerja. Sehingga
atau
kongenital
dan
didapat,
serta
menetap
atau
transien
o
o
o
o
o
o
Disgenesis tiroid.
Inborn errors of thyroid hormonogenesis.
Resisten TSH.
Sintesis atau sekresi TSH berkurang.
Menurunnya transport T4 seluler.
Resistensi hormon tiroid.
misal
apakah
o Prematuritas
o Bayi sakit
o Kurang gizi
o Sindrom T4 rendah
Defisiensi yodium atau yodium yang berlebihan.
Hipotiroidisme transien karena defisiensi yodium sering didapatkan
didaerah yang relatif defisiensi yodium, atau pemberian yodium yang berlebihan,
lebih sering didapatkan di Eropa dibanding di Amerika Utara yang merupakan
daerah berkecukupan yodium. Misalnya di Belgia didapatkan 20 % bayi prematur
dengan hipotiroidisme transien, prevalensinya 8 kali dibandingkan di Amerika
Utara . Dengan pemberian kalium yodida berhasil mencegah kelainan ini. Karena
bayi sangat peka terhadap efek yang merugikan akibat defisiensi yodium, maka
skrining dengan pemeriksaan TSH serum dapat menggambarkan prevalensi
defisiensi yodium dalam populasi, khususnya bayi prematur sangat berisiko,
tidak hanya karena kurangnya simpanan yodium dalam kelenjar tiroid inutero,
tetapi karena imaturitas kapasitas hormonogenesis tiroid, aksis hipotalamushipofisis-tiroid, kemampuan mengkonversi T4 menjadi T3 yang merupakan
metabolit aktif. Pada bayi prematur juga terjadi keseimbangan yodium negatif
pada 1 2 minggu setelah lahir. Defisiensi yodium atau yodium yang berlebihan,
pada janin maupun pada bayi baru lahir sangat peka pengaruhnya terhadap tiroid,
sehingga harus dihindarkan penggunaan yodium pada ibu selama kehamilan atau
penggunaan langsung pada bayi karena bayi tidak dapat menurunkan uptake
yodium tiroid dalam merespon kelebihan yodium sebelum usia kehamilan 36
minggu. Faktor lain, yaitu absorbsi yodium melalui kulit, dan menurunnya
clearance ginjal terhadap yodium pada bayi prematur juga memegang peranan
penting. Dilaporkan, sumber-sumber yodium termasuk obat-obatan (kalium
yodida, amiodarone), bahan kontras radiologi (untuk pyelogram intravena,
reseptor berbentuk seperti jangkar terhadap permukaan sel epitel tiroid (tirosid).
Hormon TSH disintesis dari sel tirotrop hipofisis anterior kemudian berikatan
dengan TSHR yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan kelenjar tiroid
untuk mensintesis dan melepaskan hormon tiroid. TSHR juga merupakan
autoantigen mayor pada penyakit Graves yang targetnya adalah antigen spesifik
sel T, autoantibodi ini kemudian merangsang kelenjar tiroid dan terjadi
hipertiroidisme, atau dapat juga memblok TSH endogen sehingga terjadi
hipotiroidisme . Pada penyakit Graves antibodi yang memblok reseptor TSH ibu,
berhubungan erat dengan antibodi yang merangsang reseptor (TSH receptor
stimulating Abs), yang ditransmisikan ke janin dengan titer yang cukup untuk
menyebabkan hipotiroidisme kongenital transien. Insiden kelainan ini di Amerika
utara diperkirakan 1 : 180.000, sebanding dengan 20 % kasus hipotiroidisme
transien . Antibodi yang memblok reseptor TSH (TSH receptor blocking Abs)
didapatkan pada sebagian besar ibu penyakit Graves atau tiroiditis limfositik
kronik bentuk non goiter (miksedem primer) yang sebelumnya diobati. Kadangkadang ibu tidak menyadari bahwa dirinya hipotiroid, sehingga diagnosis dibuat
setelah ditemukan bayinya hipotiroidisme kongenital. Adanya antibodi yang
memblok reseptor TSH, maka akan memblok TSH yang menginduksi
pertumbuhan kelenjar tiroid, sehingga bayi tersebut tidak didapatkan goiter
sampai
kelenjar
tiroid
ektopik
yang
merupakan
penyebab
khususnya
dengan
pembesaran
kelenjar
tiroid.
Diagnosis
stimulasi TRH
pada
bayi dengan
ug/kgBB/hari selama 6 minggu pada 200 bayi yang umur kehamilannya kurang
dari 30 minggu. Walaupun secara umum kognitifnya tidak ada perbedaan yang
bermakna, namun pada kelompok bayi yang diberi pengobatan T4 pada umur
kehamilan kurang dari 27 minggu, skor indeks perkembangan mental Bayley
meningkat 18 poin. Sedang pada kelompok bayi yang umur kehamilannya lebih
dari 27 minggu skor mentalnya turun 10 poin (p=0.03), namun masih perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut .
PROGNOSIS
Telah dilakukan beberapa penelitian untuk mengevaluasi outcome bayi
yang terdeteksi pada skrining hipotiroidisme kongenital. Pada awal laporan,
walaupun terjadi eradikasi retardasi mental berat, IQ bayi yang terkena, 6-19 poin
lebih rendah dibanding kontrol. Walaupun defisit IQ ini sedikit, namun sangat
berarti bila dinilai dengan meningkatnya kebutuhan untuk pendidikan khusus
pada anak yang terkena 4 kali lipat. Tuli sensorineural, merupakan problem yang
memerlukan perhatian, dan ada beberapa macam variabel neuropsikologik,
walaupun frekuensi dan beratnya kelainan berkurang banyak dibandingkan era
sebelum skrining. Sebagian besar bayi tersebut mempunyai sekuele intelektual
yang menetap bila bayi hipotiroidisme berat inutero, yang diketahui pada
pemeriksaan awal kadar T4 < 5 ug/dL (64 nmol/L) dan maturasi tulang terlambat
pada saat lahir. Dari temuan ini disimpulkan bahwa defisit kognitif yang sangat
berat sangat mungkin menetap dengan pengobatan postnatal.
Pada awal program, digunakan L-T4 dengan dosis 5-8 ug/kgBB,
diberikan sampai usia 4-5 minggu. Sebaliknya, data yang terkumpul dari
sejumlah penelitian lain menunjukkan bahwa bila pada pengobatan awal dengan
dosis tinggi, menggunakan dosis 10-15 ug/kgBB, dan pemberiannya awal
(sebelum 2 minggu) maka "development gap" tidak ada, dengan mengabaikan
beratnya hipotiroidisme kongenital pada saat lahir. Dosis dan waktu mulai
pengobatan merupakan variabel yang independen . Diberikan atau tidak dosis
awal yang tinggi, tetap ada
'temperamen' dan problem perhatian, khususnya pada bayi yang terkena kurang
berat, namun hal ini masih kontroversi .. Kempers MJE, dkk. (2006) meneliti
bayi dengan hipotiroidisme kongenital yang ditemukan dengan program skrining
antara 1981 1982, didapatkan 136 pasien, pada usia 21 tahun ternyata pada
pasien yang pada masa bayinya dengan hipotiroidisme berat didapatkan kelainan
motorik, verbal dan skor IQ berbeda secara bermakna dengan kontrol, dan waktu
permulaan pemberian terapi tidak berpengaruh .Pemberian pengobatan kombinasi
T3 dan T4 tidak ada keuntungannya dibandingkan pengobatan dengan T4 saja .
Pemberian hormon tiroid jangka lama perlu pemantauan pada jantungnya,
Salerno M, dkk (2008) meneliti pemberian hormon tiroid jangka panjang pada
pada 32 pasien hipotiroidisme kongenital (21 perempuan dan 11 laki-laki) usia
18,1 + 0,2 tahun, mendapatkan disfungsi fungsi diastolik, kapasitas kerja jantung
kurang, dan penebalan pada intima media yang berbeda secara bermakna dengan
kontrol.
b. Dari Lingkungan
Faktor lingkungan yang terpenting adalah agen agen goitrogen.
Goitrogen adalah zat atau bahan yang dapat mengganggu pembentukan
hormon tiroid, sehingga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
(gondok) (Djokomoelyanto, 1998 a). Terdapat 2 jenis goitrogen yaitu;
goitrogen alami dan sintetis. Goitrogen alami yang paling penting adalah
singkong dan kubis. Sedangkan goitrogen sintetis adalah insektisida,
organoklor (DDT, ODD, dan Dieldrin), fungisida dan antibiotik (tetrasiklin)
(Matovinovic, 1998).
Hal ini dapat dimengerti karena WUf- )enderita gondok lebih banyak
mengkonsumsi bahan makanan sumber goitrogen seperti singkong dan
daun slada lebih sering dibandingkan dengan WUS yang normal (Ance,
2002). Temuan ini agak berbeda dengan Razak Taha di Maluku, yang
menemukan bahwa kadar tiosianat dalam urin WUS didaerah non gondok
endemik lebih besar dibandingkan dengan WUS di daerah gondok
endemik.
Perbedaan kedua penelitian terletak pada lokasi penelitian.
Penelitian Ance dilakukan di datara rendah, sedangkan penelitian Tahap
dilakukan di daerah pantai.
rendah
dan
kadar
enzim
cholinesterase(CHE)
rendah