Di susun oleh :
KELOMPOK 1
Amin Ilyas
7616.150.299
Rahayu Heni
7616.150.345
Susanna Maria
7616.150.317
A. LATAR BELAKANG
Orientasi baru psikologi pendidikan merupakan suatu pandangan
yang
mendasari
pengenalan
dan
pikiran,
adaptasi
perhatian,
terhadap
kecenderungan
perilaku
manusia
ataupun
di
dunia
pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses dan faktorfaktor yang berhubungan dengan pendidikan yang bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan yang berupa
indoktrinasi terhadap filosofi, aliran-aliran
dan memberikan
kaitannya
dengan
orientasi
baru
di
atas,
diperlukan
pemikiran,
memori,
persepsi,
pengobatan.
kepribadian,
penyakit,
dan
betul-betul
Jerman
Wilhelm
Wundt
mendirikan
laboratorium
Sejak
saat
itu,
psikologi
telah
berkembang
secara
konteks
manajemen,
dengan
ditemukan
dan
latar
belakang
masalah
yang
telah
diuraikan
6.
BAB II
KAJIAN TEORETIK
berasal
dari
Bahasa
Inggris
yaitu
ucapan,
perkataan),
grafis
(tulisan,
lukisan),
daya
jasmaniah
motoris
yang
of
individual activities
relation
to the
environment.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas individu sejak
masih
dalam
kandungan
sampai
meninggal
dunia
dalam
tertentu.
Belajar
psikologi
akan
memberikan
suatu
adalah sebagai
peka
terhadap
perasaan
orang
lain;
kelima,
dapat
memahami
orang
lain.
Sebagai
hasilnya
dapat
atau
komunikasi.
kelompok.
Belajar
Keempat,
psikologi
meningkatkan
akan
membantu
keterampilan
meningkatkan
kesalahan
yang
kesalahpahaman
dalam
masalah,
pengetahuan
menyebabkan
berkomunikasi.
psikologi
akan
miskomunikasi
Kelima,
atau
pemecahan
membantu
dalam
secara
laku
manusia,
baik
sebagai
individu
maupun
dalam
perlu adanya
manusia
pendidikan,
dalam
misalnya
hubungannya
bagaimana
dengan
cara
menarik
dengan
soal-soal
dengan
soal-soal
perusahaan.
2. Psikologi Khusus,
menyimpang
dari
hal-hal
umum
dibicarakan
dalam
psikologi khusus.
C. Sejarah Perkembangan Psikologi
Psikologi paling baik didefinisikan berdasarkan aktivitas-aktivitas
psikolog
di
zamannya
masing-masing.
Adapun
aktitivas-aktivitas
10
- pembuktian
didasarkan
kepada
asumsi
bahwa
jiwa
dan
tubuh
dari
ilmuwan-ilmuwan
ilmu
pengetahuan
alam
yang
5 Ibid.
14
2. Aliran-aliran psikologi
Sejarah psikologi merupakan searangkaian sejarah alternatif.
Seiring dengan berkembangnya bidang psikologi, berbagai aliran
pemikiran tumbuh dan berkompetisi serta menawarkan pendekatanpendekatan baru terhadap ilmu perilaku. Aliran-aliran psikologi
dapat dilihat dari dua sudut pandang, sudut pandang sejarah dan
sudut pandang kontemporer. Dari sudut pandang sejarah, aliranaliran psikologi dapat dikelompokkan menjadi (a) strukturalisme, (b)
fungsionalisme, (c) ciri-ciri bawaan dan (d) gestaltt. Sedangkan dari
sudut
pandang
kontemporer,
psikologi
dapat
dikelompokkan
psikologi
sosiokultural.
Dalam makalah
ini
akan
dibahas,
behaviourisme,
psikoanalisis,
humanistik,
and
gestalt.
2.1. Strukturalisme
Strukturalisme merupakan aliran yang pertama dalam
psikologi karena dikemukakan oleh Wilhelm Wundt setelah ia
melakukan
eksperimennya
pengikut-pengikutnya
mental
yang
di
laboratotium.
berpendapat
kompleks
bahwa
sebenarnya
Wundt
dan
pengalaman
adalah
halnya
dan
pembentukkannya.
Tokoh psokologi
menyelidiki struktur
mengembangkan
strukturalisme
ini
hukum-hukum
adalah
Wilhelm
dipandang
terdiri
atas
elemen-elemen
dasar,
itu,
dipandang
sebagai
aspek
yang
utama
dari
diminta
untuk
menceritakan
kembali
memperoleh
arti
yang
cenderung
berbeda-
sebagai
sistem
dan
yang
melindungi
diri
atau
krluar
dari
batas-batasnya
atau
menyebabkan
tidak
terbatas
pada
konsep
terstruktur,
tetapi
lain
adalah
Edward
Bradford
fungsionalisme
berlawanan
dengan
berbeda
dengan
psikoanalisa,
maupun
adalah
orientasi
dalam
psikologi
yang
17
persepsi
indrawi,
dan
emosi
adalah
adaptasi
diperlukan
untuk
melangsungkan
kehidupan
dan
bebas.
Akan
tetapi,
psikologi
tidak
dapat
dengan
observasi
perilaku
aktual,
termasuk
dengan
mencakup
prilaku
sebagai
variabel
dependen.
Adapun Angell, tiga macam pandangannya terhadap
fuingsionalisme: (1) fungsionalisme adalah psikologi tentang
mental
operation
sebagai
lawan
dari
psikologi
tentang
merupakan
perantara
antara
kebutuhan-kebutuhan
Dewey
banyak
dipengaruhi
ahli
filsafat.
Ia
itu
dianggap
sebagai
naliran
psikologi
yang
berkompetisi.
2.3. Behaviourisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari
strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi
ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan
19
mengenai
insting.
Menurutnya
insting
adalah
eksperimen
muncullah
yang
dilakukan
pendapat-pendapat
yang
oleh
Pavlov,
kemudian
maka
muncul
dalam
konteks
behaviourisme
substansial
yang
menjadi
insting.
rumukan
utama
eksternal
terhadap
tingkah
laku
yang
sesungguhnya.
Beberapa tokoh behaviourismeyang terkenal adalah:
a. John B. Watson (1878-1958).
Watson merupakan ahli matematika dan filsafat dari
Univesrsitas
Chicago.
Ia
merupakan
direktur
tubuh.
Respon
adalah
apapun
yang
aliran
behaviourisme
adalah
asumsinya
stimulus
yang
dibutuhkan
dan
sangat
tingkah
laku
dalam
menghindarkan
kemudaratan.
Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis muncul pada tahun 1900 sebagai
dengan
mudah
diapanggil
lagi.
Menurut
Freud
(unsconscious
mind).Bagian
22
ini
mencakup
segala
atau
seks,
atau
motif-motif
yang
mendorong
masing-masing
merupakan
tahapan-tahapan
belaka.Ego
prinsip
adalah
kenyataan
pikiran
(reality
yang
beroperasi
principle)
yang
masyarakat
mengontrol
atau
kesadaran.
sebagai
Superego
kepribadian
merupakan
yang
Kesdaran
dimilikinya
melalui
berbagai
bentuk
perilaku
seorang
psikoanalisis
psikiater
Freud.
Ia
23
yang
keluar
mengklasifikasi
dari
sekolah
karakteristik
menjadi
yaitu
introvert
dan
ekstravert.
Kepribadian
pada
fungsi-fungsi
Sedangkan
sosial,
kepribadian
dan
menyukai
privasi.
ekstravert
merujuk
pada
demi
ekstravert
kesenangan
biasanya
diri.
Orang
mudah
dengan
bersahabat
karakteristik
dan
menikmati
manusia
sebagai
suatu
totalitas.
Oleh
fisiologis
yang
mekanistis.
Manusia
harus
fisik,
mengembangkan
-
manusia
hal-hal
non
harus
fisik,
mampu
misalnya
nilai
ataupun sikap.
Metode yang digunakan adalah life history, berusaha
memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga
freedom
dan
berlangsung
manusia
adalah
sepanjang
berkembang,
hidup.
Tujuan
berusaha
hidup
memenuhi
24
keunikan
kemampuannya
sebagai
adalah
kreativitas.
Melalui
kreativitasnya,
dan
konseling.
Tujuannya
adalah
membentuk
25
organisma.
Organisma
adalah
organisma
dan
self,
semakin
sehat
pribadi
umumnya,
Rogers
diri.
Aktualisasi
mendorong
pengembangan
diri
diri
adalah
dan
daya
potensi
yang
individu,
ini
totalitas,
hal
peristiwa
dan
hakikat.
Aliran
ini
Weitheimerm
memandang
K.
yang
Koffka,
utama
dan
W.
bukanlah
Kohler.
Aliran
elemen
ini
tetapi
keseluruhan. Metode kerjanya adalah mengannalisis unsurunsur kejiwaan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak munfkin
dianalisis kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus
dipelajari
sebagai
suatu
keselurujan
atau
totalitas.
dan
sebaliknya
arti
unsure-unsur
itu
pragnanz.
Pragnanz
dalam
bahasa
jerman
juga
memandang
keberadaam
totalitas
yang menentukan
27
segala
teori
dikemukakan
berdasarkan
argumen-
sebagai
adaptasi
manusia
dalam
usahanya
Dewey
terhadap
psikologi
(pendidikan),
ia
yang
mengandung
masalah,
maka
organisme
akan
teka
teki),
pengungkit,
yang
gerendel
dilengkapi
pintu,
dan
dengan
tali
peralatan,
yang
seperti
menghubungkan
laku
yang
dipelajari
berfungsi
sebagai
instrumental
diperkuat
bila
akibatnya
menyenangkan
dan
sebaliknya, ia
dan
material,
(4)
menggunakan
metode
ilmiah
seperti
30
salah
satu
media
televisi
swasta
Negeri
Pekanbaru.
Sementara
itu
kasus
lain
sehingga pada
bawah
semestinya.
Kesulitan
belajar
siswa
ditunjukkan
oleh
kepada
siswa
yang
sesungguhnya
telah
dites
kecerdasannya
dan
menunjukkan
tingkat
belakang
dan
dia
jarang
bergaul
dengan
teman2
sama.
Walaupun
orangtua
tidak
pernah
membandingkan
33
A. Kasus Pertama
Praktik korupsi tidak lagi hanya sebatas kejahatan struktural dan
pelanggaran moral, tetapi korupsi telah dijadikan sebagai sesuatu yang
lumrah, biasa, wajar, bahkan menjadi prinsip penggerak kehidupan
sehari-hari.
masyarakat banyak. Saat ini telah muncul situasi tidak adanya lagi
budaya malu untuk melakukan korupsi, serta salah persepsi dan salah
pengertian akan dampak negatif korupsi terhadap perkembangan
politik, ekonomi, dan sosial. Meski korupsi merupakan suatu tindakan
yang ilegal, namun tidak berarti korupsi akan dianggap sebagai
tindakan yang melawan hukum, bahkan oleh mereka yang berwenang
dalam mengambil keputusan di bidang hukum sekalipun. Korupsi,
terkadang, bisa ditoleransi meski kenyataannya semua orang tahu
bahwa
tindakan
tersebut
ilegal
dan
melanggar
norma
Huntington
(1968)
mendefinisikan
korupsi
sebagai
34
publik
untuk
mendapatkan
keuntungan
finansial
atau
meningkatkan status.
Alasan dan motif dasar seseorang melakukan tindakan korupsi
diajukan kepada para filsuf, seperti Thomas Hobbes, yakni karena
manusia cenderung pada pemenuhan hasrat kenikmatan secara
berkelanjutan untuk memenuhi segala kepentingan dirinya yang tidak
terbatas. Dengan pemenuhan kebutuhan itu, manusia menjadi kurang
tenang dalam kepuasan. Manusia selalu merasa kurang sehingga ingin
terus menambah pundi-pundi kekayaannya. Menurut Hobbes, manusia
memiliki kebebasan berpikir dan bertindak yang dilandasi juga emosi
dan
hasrat
diri
untuk
mendapatkan
sesuatu
demi
pemenuhan
kebutuhan hidupnya kini dan akan datang. Dalam landasan emosi itu
terdapat guratan dan denyutan rasa cinta dan benci. Dalam bukunya
Leviathan itu diuraikan, sesuatu yang dikehendaki orang adalah apa
yang mereka cintai. Sebaliknya, sesuatu yang dibenci adalah apa yang
tidak dikehendakinya.
Karena itulah orang kemudian berkesimpulan, segala yang
memenuhi hasrat kesenangan dipandang baik dan segala yang
memenuhi hasrat penderitaan dipandang tidak baik, bahkan buruk dan
jahat. Misalnya, miskin, bodoh, lapar, sakit, tidak cantik, dihina, itu
buruk dan menakutkan sehingga perlu dijauhkan. Sebaliknya, kaya,
pintar, kenyang, cantik, ganteng, sehat, dipuji, itu baik dan nikmat
sehingga perlu dikejar dan diperjuangkan.
Itulah yang kemudian terungkap juga oleh filsuf Friederich
Nietzsche, segala sesuatu menjadi dasar dari naluri manusia yang tidak
pernah padan dan/atau terhapus dari lahir hingga matinya adalah
mengejar segala kenikmatan hidup yang memenuhi selera dan
keinginan badani yang hedonistik. Salah satu kenikmatan yang selalu
dikejar manusia adalah kenikmatan dalam mengecapi kekuasaan.
Misalnya, orang dengan segala cara berusaha meraih dan merengkuh
serta mempertahankan kekuasaan.
Karena itu, tidak heran korupsi dijalankan dengan cara yang bisa
saja besar-besaran karena dianggap dan dirasakan begitu nikmat dan
menguntungkan, meski harus berhadapan dengan risiko yang akan
35
baik
buruk
dalam
tindakannya,
seperti
psikologi
transpersonal:
dengan
menekankan
kontemplasi,
yoga,
para
koruptor
untuk
mengurangi
36
korupsi,
tetapi
perlu
anak
bangsa.
Para
guru
juga
dituntut
mengetahui
berbagai
kebutuhan
siswanya
dalam
rangka
pencapaian
model
pembelajaran
yang
memungkinkan
seyogiyanya
adanya
unsur
merasakan
atau
melakukan/memperagakan
sesuatu
secara
langsung
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak usia Sekolah Dasar memasuki
tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar
menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar
pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang,
waktu, fungsi-fungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak
Sekolah Dasar, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami
jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi
orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Sebagai contoh, anak akan lebih memahami tentang sholat
jika langsung dengan mempraktekannya.
Siswa-siswa
berakibat tidak maksimal prestasinya. Secara psikologi akibat dari proses belajar
siswa yang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan dengan
kebiasaanya. Sehingga diperlukan adanya penyesuaian metode kreatif dalam
sistem pengajaran.
bentuk-bentuk
ekstra
kurikuler
yang
beragam.
4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:
a. Mengembangkan Harga Diri Siswa
1) Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan
yang dimiliki siswanya (scaffolding),
2) Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
siswa,
3) Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa,
4) Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi,
40
41
C. Kasus Ketiga
Menurut aliran humanistik-eksistensial kasus S bukan hanya
sekedar masalah yang bersifat individual, tetapi juga merupakan hasil
konflik antara individu dengan masyarakat atau lingkungan sosialnya.
Jika S melihat perbedaan yang sangat luas antara pandangannya
tentang dirinya sendiri dengan yang diinginkannya maka akan muncul
perasaan inadekuat dalam menghadapi tantangan di kehidupan ini,
dan hal ini menghasilkan kecemasan atau anxiety.
Jadi, menurut pandangan humanist-eksistensialis kasus s
terletak pada konsep diri; yang terjadi sehubungan dengan adanya gap
antara konsep diri yang sesungguhnya (real self) dengan diri yang
diinginkan (ideal self). Hal ini muncul sehubungan dengan tidak adanya
kesempatan bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya sehingga
perkembangannya menjadi terhalang. Akibatnya, dalam menghadapi
tantangan
atau
kendala
dalam
menjalani
hari-hari
dikehidupan
diri
menjadi
terhambat,
maka
teori
ini
lebih
individu
dengan
menggunakan
konsep
hirarkhi
ketakutan,
perilaku
jika
tidak
perilaku
yang
ada
yang
mengarah
perubahan
bertolak
perubahan perilaku.
43
keperubahan
perilaku
belakang
ataupun
atau
dengan
justru
rencana
ilmu yang
psikologis
totalitas,
yaitu
berpangkal
pada
keseluruhan
44
Carter dan Colleen M Seifert, 2013, Learn Psychology, USA: Jones & Bartlett
Learning
Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Hendra Pasuhuk, Indek Korupsi: Peringkat Indonesia Membaik, Tapi Masik Buruk,
DW Made of mind 09. 12. 2014
Purwantari, B. I. Mempertanyakan Banalitas Korupsi. Kompas, 30/8/2010.
Schweitzer, H. (2005). Corruption Its Spread and Decline, dalam J.G. Lambsdorff,
M.Taube, & M. Schramm (ed.), The New Institutional Economics of
Corruption, Routledge: Abingdon, Oxon RN.
Sobur, Alex. Psikologi sebagai Bagian dari Filsfat; http://kulpulanmateri.blogspot.co.id/2012/08/psikologi-sebagai-bagian-darifilsafat.html (diakses 17 Januari 2016).
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan: Landasan Kinerja Pempimpin. Jakarta:
Rineka Cipta, 2012.
Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Woodworth dan Marquis, Psychology, 2010, New Delhi: PHI Learning Private
Limited.
45